Anda di halaman 1dari 4

Model Supportif Terapi

Pengertian
Terapi suportif merupakan terapi psikoterapi yang ditujukan kepada klien baik secara individu
maupun secara berkelompok. Terapi suportif merupakan bentuk terapi kelompok yang dapat
dilakukan pada berbagai situasi dan kondisi diantaranya pada klien dengan masalah isolasi
social. Kelompok suportif merupakan sekumpulan orang orang yang berencana, mengatur dan
berespon secara langsung terhadap isu-isu dan tekanna yang khusus maupun yang merugikan.
Tujuan awala dari kelompok ini adalah memeberikan support dan menyelesaikan pengalaman
isolasi dari masing masing anggotanya ( Grant- Iramu, 1997 dalam Hunt, 2004).
Tujuan terapi Suportif
Klinberg, dkk (2010) dalam penelitiannya mengungkapkan terapi suportif digunakan sebagai
pendukung dari psikoterapi yang lain agar dapat mengendalikan elemen elemen non spesifik
dari kontak terapi. Hasil psikoterapi secara umumnya terdiri atas dampak-dampak spesifik dan
non spesifik. Dampak non spesifik adalah dukungan emosional, perhatian terapis, pendengar
yang empati, optimasi aplikasi terapi dan hasil lain yang terkait dengan setiap keberhasilan
hubungan interpersonal yang terapeutik. Tujuan utama terapi suportif adalah mengurangi stress
dengan melakukan 5 prinsip intervensi yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengangkat harga diri/ dukungan internal


Mengaktifkan dukungan eksternal
Menasehati dan memberi saran/arahan
memecahkan masalah yang ada
Structuring

Berdasarkan pemahaman tersebut, tujuan terapi suportif ini adalah memberikan support terhadap
klien sehingga mampu menyelesaikan krisis yang dihadapinya dengan cara membangun hubugan
yang dihadapinya dengan cara membangun hubungan yang bersifat suportif antara klien dan
terapis meningkatkan kekuatan dan keterampilan dalam menggunakan sumber kopingnya,
meningkatkan kemampuan mengurangi distress subjektif dan respon koping yang maladaptif.

Teknik Pelaksanaan
Terapi suportif diberikan secara berkelompok dengan jumlah klien 8-10 orang tiap kelompok.
Kelompok berfungsi sebagai tempat berbagai pengalaman dan saling membantu satu sama lain
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah. Kelompok merupakan laboratorium tempat
mencoba dan menemukan hubungan interpersonal yang baik, serta mengembangkan perilaku
yang adaptif. Anggota kelompok merasa dimilki, diakui, dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain (Keliat & Akemat, 2005).
Hernawaty (2009) menerapkan terapi suportif pada keluarga yang memilki anggota keluarga
dengan gangguan jiwa dalam 4 sesi. Keempat sesi pada terapi suportif keluarga ini merupakan
pengembangan dari berbagai aktifitas support system enhancement yang dijelaskan oleh Mc
cCloskey & Bulechek (1996, dalam Stuart Laraia, 1998) dan mutual support group bagi keluarga
menurut Chien, Chan dan Thompson (2006). Berbagai aktifitas di dalam supportif system
enhancement meliputi :
1. Mengakses respon psikologis
2. Menentukan jejaring social yang ada dan adekuat
3. Mengidentifikasi family support
4. Mengidentifikasi family financial support
5. Menentukan support system yang biasa digunakan
6. Menentukan hambatan dalam menggunakna support system
7. Memonitor situasi keluarga saat ini
8. Menganjurkan klien berpartisipasi dalam aktifitas social dan masyarakat
9. Menganjurkan berinteraksi dengan orang lain yang sama-sama tertarik
10. Mengarahkan pada self help group sebagai terapi yang dapat dilakukan secara mandiri
11. Mengakses sumber masyarakat yang adekuat untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kelebihan
12. Mengarahkan pada masyarakat berdasarkan pada hal peningkatan, pencegahan,
pengobatan, atau program rehabilitasi yang tepat
13. Menyediakan layanan keperawatan dan cara yang suportif
14. Melibatkan keluarga, pihak lain dan teman dalam hal perawatan dan perencanaan
15. Menjelaskan pada yang lain bagaimana cara mereka dapat membantu
Teknik pelaksanaan terapi suportif disusun berdasarkan modifikasi uyang dikembangkan oleh
hernawati (2009) dan Klienberg (2010).
Sesi 1:

Mengidentifikasi kemmapuan klien dalam bersosialisasi pada sesi ini , yang akan dilakukan
mendiskusikan dengan anggota kelompok

(klien) menegenai apa yang diketahuinya

mengenai isolasi social, kemampuan klien didalam bersosialisasi, cara yng biasa dilakukan
dan hambtannya dalam bersosialisasi. Selain itu memberi motivasi pada klien untuk
mengungkapkan pendapat dan pikirannya tentang berbagai macam informasi yang diketahui,
memberi umpan balik positif kepada klien mengenai cara bersosialisasi yang sudah benar
dilakukannya selam ini, dan memberikan masukan serta penjelasan mengenai cara
bersosialisasi yang belum diketahui.
Sesi 2
Menggunakan sistem pendukung dalam keluarga, monitor, dan hambatannya.
Pada sesi ini yang dilakukan adalah mendiskusikan dengan klien mengenai kemampuan
positifnya menggunakan sistem pendukung dalam keluarga dengan melibatkan anggota
kelompok lainnya.
Sesi 3:
Menggunakan sistem pendukung di luar keluarga, monitor dan hambatannya . Pada sesi ini
yang dilakukan adalah mendiskusikan dengan klien mengenai kemampuan positifnya
menggunakan sistem pendukung di luar keluarga dan hambatannya, melatih serta meminta
klien untuk melakukan demonstrasi menggunakan sistem pendukung di luar keluarga dengan
melibatkan anggota kelompok lainnya.
Sesi 4
Mengevaluasi hasil dan hambatan penggunaan sumber pendukung yang ada. Pada sesi ini
yang di lakukan adalah melatih kemampuan klien mengemukakan pendapat tentang manfaat
kegiatan yang telah dilakukan, mengevaluasi pengalaman yang dipelajari dan pencapaian
tujuan, mendiskusikan hambatan dan kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan
penggunaan sumber pendukung yang ada baik di dalam keluarga maupun di luar keluarga,
dan cara memenuhi kebutuhan tersebut, serta mendiskusikan kelanjutan dari perawatan
setelah program terapi.

Terapi suportif memilki 4 sesi dan 45-60 menit setiap sesinya. Pada setiap sesi klien
menggunakan catatan atau buku kerja untuk keberlangsungan latihan yang diberikan pada
klien. Pelaksanaan terapi suportif sesi 1-3 klien diarahkan untuk dapat mengidentifikasi
kemampuan bersosialisasi klien dan sistem pendukung yang asa baik didalam maupun di luar
keluarga, selanjutnya klien mempraktekkan cara penggunaan sistem pendukung yang ada di
dalam keluarga maupun di luar keluarga serta diarahkan untuk membuat jadwal penggunaan
sistem pendukung di dalam dan di luar keluarhga . Sesi 4 klien mengevaluai pengalaman
dalam menggunakan sistem pendukung yang ada dan menungkapkan

hambatan dan

kebutuhan yang diperlukan berkaitan dengan penggunaan sumber pendukung baik dalam
keluarga maupun di luar keluarga.

Sumber :
-

Anjas Surtiningrum . 2011. Pengaruh Terapi Suportif Terhadap Kemampuan


Bersosialisasi Pada Klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Dr . Amino Gondohutomo

Semarang. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia


http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280214-T%20Anjas%20Surtiningrum.pdf

Anda mungkin juga menyukai