Anda di halaman 1dari 15

`

PERDAGANGAN KARBON DALAM HUKUM INTERNASONAL


DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global, permasalahan lingkungan bukan hal yang sama sekali baru. Hanya saja, ia baru
mendapat perhatian serius dihampir semua negara terutama dari aspek hukum dan kebijakan.
Permasalahan lingkungan yang selama ini terjadi juga tidak hanya menjadi monopoli negara
maju atau negara industri, tetapi juga terjadi di negara-negara berkembang. 1 Perubahan iklim
merupakan salah satu isu lingkungan yang besar di dunia, karena akan menimbulkan dampak
yang tidak baik bagi kehidupan manusia. Perubahan Iklim adalah fenomena global yang
disebabkan oleh variabilitas alami atau sebagai hasil dari. kegiatan manusia itu sendiri dalam
melakukan berbagai aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil skala besar
(batubara, minyak bumi dan gas alam), perubahan pemanfaatan lahan (pembukaan lahan
untuk penebangan kayu, peternakan dan pertanian), kegiatan alih guna lahan dan kehutanan,
serta konsumerisme.2 Saat pengambilan dan penggunaan sumberdaya ini, gas rumah kaca
1 Muhammad Akib, Aktualisasi Politik Hukum Lingkungan Dalam Penyelenggaraan Otonomi
Daerah, Bandar Lampung : Universitas Lampung, 2015, hlm, 1.

2 Rumah Iklim.org, Perubahan Iklim, http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahaniklim/apa-itu-perubahan-iklim/mengapa-perubahan-iklim-terjadi/

dilepas secara besar-besaran ke atmosfer karena proses industri. Gas-gas lain juga dilepaskan,
mengotori atmosfir, seperti uap air (H2O), Methane, N2O dan O3 (ozone). Semua gas-gas ini
disebut Gas Rumah Kaca.
Kegiatan tersebut merupakan sumber utama Gas Rumah Kaca (GRK) dan merupakan faktor
terbesar penyebab perubahan iklim, terutama karbondioksida (CO2) yang kontribusi terbesar
berasal dari negara industri. Gas ini memiliki kemampuan menyerap panas yang berasal dari
radiasi matahari yang dipancarkan kembali oleh bumi. Penyerapan ini telah menyebabkan
pemanasan atmosfer atau kenaikan suhu dan perubahan iklim tersebut. Emisi gas rumah kaca
terus meningkat. Dampaknya tidak hanya lokal tetapi juga ke seluruh dunia. Semakin banyak
emisi, semakin besar perubahan iklim.3
Sejak revolusi industri 250 tahun yang lalu, konsentrasi GRK di atmosfer telah meningkat
dengan laju yang mengkhawatirkan. Pada masa pra industri, konsentrasi kabon dioksida di
atmosfer meningkat tajam iklim menyesuaikan diri terhadap selubung GRK yang lebih tebal
dengan pemanasan global pada permukaan bumi dan pada atmosfer bagian bawah. 4 Badan
dunia yang bertugas memonitor isu Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
telah memperkirakan bahwa antara tahun 1750 dan 2005 konsentrasi karbondioksida di
atmosfer meningkat 280 ppm (parts per million) menjadi 379 ppm per tahun dan sejak saat
itu terus meningkat dengan kecepatan 1,9 ppm per tahun. Akibatnya, pada tahun 2100 nanti
3 Rumah Iklim.org, Apa itu perubahan iklim? http://rumahiklim.org/masyarakat-adat-dan-perubahaniklim/apa-itu-perubahan-iklim/

4 BreakingNews, http://ahlulbaitindonesia.org/berita/7518/bijak-dan-cerdas-hadapi-tantanganperubahan-iklim-di-indonesia-2/

suhu global dapat naik antara 1,8 hingga 2,9 derajat (IPCC, 2007). inilah yang meninggalkan
kekhawatiran terhadap keberlangsungan bumi.5
Negara-negara harus menindaklanjuti isu lingkungan tersebut agar tidak menjadi masalah
yang akan timbul nantinya. Negara-negara wajib melaksanakan pengurangan emisi gas
rumah kaca, dan negara-negara berkembang secara inisiatif mengambil aksi pengurangan
emisi. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan kemampuan lahan dan hutan. Karena
lahan dan hutan dapat menyerap gas rumah kaca. Indonesia merupakan suatu negara yang
berpotensi untuk itu, karena Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki hutan tropis.
Indonesia merupakan negara terbesar ketiga yang mempunyai hutan tropis terluas di dunia
dan memiliki peringkat pertama di Asia Fasifik. Luas hutan hujan tropis Indonesia
diperkirakan seluas 1.148.400-an kilometer persegi.6.
Hutan sebagai gudang karbon dan gudang jasa harus dilestarikan. Hutan dan area alami
memainkan peran sangat penting dalam mempertahankan proses alami. Hutan merupakan
salah satu penampung karbon terbesar sehingga membantu menjaga daur karbon dan proses
alami lainnya berjalan dengan baik dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca. Namun
5 Prabang Setyono , Etika, Moral, Dan Bunuh Diri Lingkungan Dalam Perspektif Ekologi (Solusi
Berbasis Environmental Insight Quotient, Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Universitas
Sebelas Maret Surakarta : Jawa Tengan, 2011, hlm 109.
http://lpp.uns.ac.id/bukuteks/images/flippingbook/Etika,%20Moral%
20dan%20Bunuh%20Diri%20Lingkungan%20dalam%20Perspektif%20Ekologi,%20Dr.%20Prabang
%20Setyono,%20M.Si/pdf/etika,moral.pdf, hlm, 109.

6
Word Agroforestry Centre Southest Asia, Publication,
http://worldagroforestry.org/regions/southeast_asia/pub
lications?do=view_pub_detail&pub_no=TD0171-12

bagaimana negara-negara yang tidak mempunyai lahan atau hutan tropis yang cukup ?
tentunya akan menimbulkan masalah karena tidak semua negara memliki lahan atau hutan
tropis. Solusinya adalah melakukan kerjasama dengan negara lain yang tentunya memiliki
hutan tropis yang lebih sehingga dapat membagi karbon terkait mengatasi masalah
pemanasan global tersebut.
Kerjasama tersebut dikukuhkan dan disepakati dalam bentuk perjanjian Internasional, yaitu
pada suatu konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bernama United Nations
Framework Convention on Climate Change7 (UNFCCC). Dalam kegiatan UNFCCC, dikenal
prinsip Common but Differentiated Responsibility atau tanggung jawab yang berlaku umum
namun berbeda kadarnya. Prinsip ini mengacu pada kenyataan bahwa negara-negara majulah
yang terlebih dahulu melepaskan gas rumah kaca secara masif ke atmosfer ketika melakukan
pembangunan di negaranya masing-masing.8 Maka setelah manfaat pembangunan itu
diperoleh, mereka mempunyai kadar tanggung jawab yang lebih besar untuk menurunkan
emisi gas rumah kaca serta membantu negara berkembang melakukan mitigasi dan adaptasi.
Prinsip ini juga yang sedikit banyak mendasari pengembangan suatu perdagangan karbon dan
pasar karbon dimana pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab untuk mengurangi emisi gas
rumah kaca namun tidak dapat melakukannya sendiri dapat menyuruh pihak/negara lain
untuk melakukan itu atas namanya. Dengan adanya pihak yang membutuhkan penurunan
7
UNFCCC : Perjanjian Internasional mengenai perubahan iklim

8
Ebook, Dewan Nasional Perubahan Iklim, Mari berdagang karbon!, Jakarta : Sekretariat DNPI,
2013 world
agroforestry.org/regions/southeast_asia/publications?do=view_pub_detail&pub_no=TD0171-12, hlm
7

emisi dan pihak yang bisa menyuplai penurunan emisi yang dibutuhkan, terbentuklah pasar
dan perdagangan karbon.9
Perdagangan karbon berarti adanya hak dan kewajiban para pihak, dimana negara yang
berhutan tropis diminta untuk menjaga hutannya untuk menyerap pemanasan global dan
negara-negara

industri

membayar

kepada

negara-negara

berhutan

tropis

yang

mempertahankan hutannya tersebut. Namun bagaimanakah ketentuannya ? Karena


permasalahannya berapa atau apa yang akan diterima negara-negara berhutan tropis dari
negara-negara industri yang menyuruh negara-negara berhutan tropis untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca dengan mempertahankan dan menjaga hutannya.10
Perdagangan tersebut akan diatur oleh suatu perjanjian internasional, dan juga pengaturan
nasional karena Indonesia termasuk salah satu negara yang meratifikasi perjanjian
internasional tersebut. Indonesia sebagai suatu negara yang memiliki potensi hutan tropis
seharusnya mampu menurunkan emisi gas rumah kaca tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana

Pengaturan

Mengenai

Perdagangan

Karbon

menurut

Hukum

Internasional ?
2. Bagaimana Implementasi Perdagangan Karbon di Indonesia?
9

Ibid.

10

Kompas.com, Perdagangan karbon, bagaimana menurut anda ?, http://forum.kompas.com/greenglobal-war


ming/28753-perdagangan-karbon-bagaimana-menurut-anda.html

C. Metode Penelitian
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriftif dengan tekhnik
pengumpulan data berupa literatur dari berbagai buku, media Internet, media cetak dan jurnal
yang menguraikan tentang pengaturan perdagangan karbon dan implementasinya di
Indonesia, yang penulis jadikan pedoman dalam penulisan makalah ini.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan mengenai perdagangan karbon menurut
Hukum Internasional
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi perdagangan karbon di Indonesia
E. Sistematika Penulisan
Dalam menguraikan penulisan makalah ini,

penulis membgi

makalah ini menjadi IV

(empat) Bab, dan disetiap bab dibagi lagi menjadi sub-bab. sistematika penulisannya adalah
sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, Terdiri dari Latar Belakang, Perumusan masalah, Tujuan Penulisan,
Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.
Bab II Landasan Teori, Bab ini akan membahas pengaturan berupa teori yang berkaitan
dengan perdagangan karbon menurut hukum internasional, perjanjian internasional. Selain itu
juga membahas tentang bagaimana implementasi perdagangan karbon di Indonesia.

Bab III Pembahasan, dalam bab ini penulis membahas tentang Pemaparan dari rangkaian
masalah yang dibuat, yaitu:

Pertama, tentang pengaturan perdagangan karbon menurut

hukum internasional, perjanjian internasional. Kedua, tentang tentang bagaimana


implementasi perdagangan karbon di Indonesia.

Bab V Penutup, yang terdiri dari Keimpulan dari penelitian, saran dari penulis, serta Daftar
Pustaka.

BAB II
KERANGKA TEORI

Bumi adalah planet dengan proses alami yang menyediakan lingkungan yang baik untuk
kehidupan manusia, tumbuhan, dan binatang. Sebelum mempelajari iklim dan mengapa iklim
berubah, penting bagi kita untuk meninjau beberapa informasi dasar tentang bumi dan proses
alami yang memungkinkan adanya kehidupan di bumi. Bumi adalah planet yang dibentuk

oleh batuan, mineral, tanah, air, gas, dan organisme hidup. Tiga bagian utama bumi adalah
bagian dalam atau inti, permukaan bumi, dan atmosfer atau area di atas permukaan bumi.11
Sebagian gas berpengaruh kuat terhadap iklim. Gas-gas ini menangkap panas di atmosfer
bumi. Walaupun menjadi bagian utama atmosfer, jumlah gas-gas ini mengalami kenaikan
selama 150 tahun terakhir. Kenaikan jumlah gas-gas di atmosfer inilah yang paling
bertanggung jawab atas pemanasan global dan perubahan iklim. Kegiatan manusia
bertanggung jawab atas sebagian besar kenaikan jumlah gas ini.12
Perubahan Iklim adalah berubahnya kondisi rata-rata iklim dan/atau keragaman iklim dari
satu kurun waktu ke kurun waktu yang lain sebagai akibat dari aktivitas manusia. 13 Para
ilmuwan berpendapat perubahan iklim merupakan perubahan pola cuaca normal di seluruh
dunia selama periode waktu yang panjang yang menjadi tantangan paling serius yang
11

Susan Stone, Conservation International, Perubahan Iklim dan Peran Hutan, 2010,
http://www.conserva
tion.org/publications/documents/redd/CI_Climate_Change_and_the_Role_of_Forests_Bahasa_Manua
l_Komunitas.pdf, hlm, 13.

12

Ibid.

13

Perpres No 46 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim

dihadapi dunia di abad 21. Perubahan iklim terjadi karena kenaikan suhu atmosfer bumi, atau
yang biasa disebut pemanasan global (global warming).14 Pemanasan global menyebabkan
keseimbangan sistem iklim terganggu dan mengubah iklim bumi kita. Pemanasan global
adalah meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Penyebab utamanya
adalah pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam, yang
melepas Gas Rumah Kaca (GRK) ke udara, yang menyebabkan Efek Rumah Kaca, yaitu
proses dimana atmosfer memanaskan sebuah planet. Hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah
gas ini melebihi kemampuan tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Seperti kita ketahui,
tumbuhan memerlukan CO2 dalam aktivitas fotosintesanya.15 CO2 adalah hasil
penggabungan karbon (c) dengan oksigen. Penggabungan itu mengambil 1 bagian karbon dan
2 bagian oksigen (o) untuk membentuk gas CO2. Gas ini dihasilkan saat zat karbon
bergabung dengan oksigen di udara. Penyebab utama dari global warming itu sendiri adalah
meningkatnya jumlah emisi karbon akibat penggunaan energi fosil, terutama di sektor
industri. Negara industri seperti Amerika Serikat, China, Australia, Jepang dan Rusia menjadi
aktor utama sebagai penyebabnya. Hal ini disebabkan oleh pola konsumtif dan gaya hidup
masyarakat negara-negara maju tersebut.16
Menangani perubahan iklim memerlukan dua jalur tindakan yang dilakukan bersamaan yakni
mitigasi dan adaptasi. Mitigasi bermakna tindakan untuk memperlambat laju perubahan
iklim, sedangkan adaptasi bermakna tindakan untuk menyesuaikan diri dengan risiko dampak
perubahan iklim yang telah atau mungkin terjadi. Kedua tindakan ini akan meringankan
14

Dewan Nasional Perubahan Iklim, Op.Cit, hlm, 9.

15

Prabang Setyono, Op.Cit, hlm, 102.

dampak perubahan iklim bagi kehidupan manusia. Mitigasi Perubahan Iklim adalah usaha
pengendalian untuk mencegah terjadinya perubahan iklim melalui kegiatan yang dapat
menurunkan emisi/meningkatkan penyerapan gas rumah kaca dari berbagai sumber emisi. 17
Berbagai kegiatan dapat digolongkan sebagai mitigasi perubahan iklim, Salah satu caranya
adalah dengan meningkatkan kemampuan lahan dan hutan. Fungsi hutan disini sebagai
penyerap buangan atau emisi yang dikeluarkan dari aktivitas makhluk hidup secara
keseluruhan yakni CO2. Hutan yang menyerap gas rumah kaca dan menampung karbon
terbesar sehingga membantu menjaga daur karbon dan proses alami lainnya berjalan dengan
baik dan membantu mengurangi emisi gas rumah kaca.
Caranya adalah karbon terus-menerus diserap dari karbon dioksida di udara, disimpan dalam
pohon, tumbuhan atau makhluk hidup lainnya, kemudian digunakan dan dilepaskan kembali
sebagai karbon dioksida ke atmosfer di mana ia menjadi bagian dari efek gas rumah kaca.
Tumbuhan menggunakan energi surya dari matahari, air, zat hara dan karbon un-tuk tumbuh.
Saat ditanam, pohon mengambil karbon dari udara agar daun, akar, batang, bunga, dan
buahnya dapat tumbuh. Tumbuhan dan pohon menyimpan karbon dan mengembalikan CO2
dan oksigen ke udara melalui respirasi (seperti pernapasan). Saat tumbuhan dan binatang
mati, karbon yang disimpan dalam tubuhnya dikembalikan ke tanah dan udara. Jadi, karbon
terus-menerus bergerak atau mengalir di dalam daur karbon dengan berbagai cara.18

16

Ibid.

17

Perpres No 46 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim

Semua negara memiliki tanggung jawab untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, namun
banyak negara yang tidak dapat melakukannya sendiri karena negara-negara tersebut tidak
mempunyai lahan dan hutan untuk menyerap gas rumah kaca. Oleh karena itu negara-negara
mengadakan kerjasama. Pada tanggal 3 sampai dengan 14 Juni 1992 diadakan konferensi
Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil dan menghasilkan komitmen internasional
dalam rangka upaya mencegah meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer dengan
ditandatanganinya United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC).
Konvensi ini telah di adopsi oleh 195 negara.19 Salah satu capaian penting dalam pelaksanaan
konvensi ini adalah dirumuskannya Protokol Kyoto pada tahun 1997. Protokol ini
memberikan kewajiban bagi negara-negara maju untuk menurunkan emisi gas rumah kaca
sebanyak rata-rata 5 persen di bawah aras tahun 1990. Protokol ini mulai berlaku efektif pada
tahun 2005 sedangkan Indonesia meratifikasinya melalui Undang-Undang No. 17 Tahun
2004.20
18

Susan Stone, Conservation International, Op.Cit, hlm 17.

19

Kusnandar Prijadikusuma, Tesis, Posisi Indonesia dalam perdagangan karbon,


http://lib.ui.ac.id/file?file=
digital/20316617-T31930-Posisi%20indonesia.pdf, hlm, 2.

20

Ibid.

Kegiatan UNFCCC, dikenal prinsip Common but Differentiated Responsibility atau tanggung
jawab yang berlaku umum namun berbeda kadarnya. Prinsip ini mengacu pada kenyataan
bahwa negara-negara majulah yang terlebih dahulu melepaskan gas rumah kaca secara masif
ke atmosfer ketika melakukan pembangunan di negaranya masing-masing. Maka setelah
manfaat pembangunan itu diperoleh, mereka mempunyai kadar tanggung jawab yang lebih
besar untuk menurunkan emisi gas rumah kaca serta membantu negara berkembang
melakukan mitigasi dan adaptasi. Prinsip ini juga yang sedikit banyak mendasari
pengembangan pasar karbon dimana pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca namun tidak dapat melakukan-nya sendiri dapat
menyuruh pihak lain untuk melakukan itu atas namanya. Dengan adanya pihak yang
membutuhkan penurunan emisi dan pihak yang bisa menyuplai penurunan emisi yang
dibutuhkan, terbentuklah pasar dalam hal ini adalah perdagangan karbon.21
Perdagangan karbon adalah kegiatan jual beli sertifikat pengurangan emisi karbon dari
kegiatan mitigasi perubahan iklim.22 Perdagangan karbon adalah suatu instrumen ekonomi
yang berfungsi sebagai sarana pelaksanaan kebijakan (policy tool) untuk memberikan insentif
bagi kegiatan mitigasi perubahan iklim.23 Perdagangan karbon berarti adanya hak dan
kewajiban para pihak, dimana negara yang berhutan tropis diminta untuk menjaga hutannya
untuk menyerap pemanasan global dan negara-negara industri membayar kepada negara-

21

Dewan Nasional perubahan iklim, Mari berdagang karbon!, Op.Cit, hlm 7

22

Perpres No 46 Tahun 2008 Tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim

negara berhutan tropis yang mempertahankan hutannya tersebut. Pasar adalah akibat daripada
perdagangan tersebut.
Negara Indonesia termasuk negara yang meratifikasi pejanjian internasional mengenai
perubahan iklim tersebut melalui Undang-Undang No. 6 Tahun 1994 Tentang : Pengesahan
United Nations Framework Convention On Climate Change (Konvensi Perserikatan Bangsa
Bangsa Mengenai Perubahan Iklim). Untuk menindaklanjuti tujuan dari UNFCCC agar
mencapai tujuan tersebut dalm hal ini mengurangi emisi gas rumah kaca, diperlukan
perjanjian tambahan. Dalam konferensi negara-negara peserta (Conference of the
parties/COP) UNFCCC ketiga pada tahun 1907 di kyoto, dibentuklah Protokol Kyoto (Kyoto
Protocol) sebagai perangkat tersebut.
Protocol kyoto memberikan dasar bagi negara-negara industri penghasil emisi gas rumah
kaca (yang dikelompokkan dalam perjanjian sebagai negara-negara Annex I) untuk
mengurangi keseluruhan emisi gas rumah kaca masing-masing pada tahun 2012 kurang lebih
5 persen dari emisi 1990. Selain upaya sendiri dari masing-masing negara, Protocol kyoto
juga menghasilkan tiga mekanisme kerjasama yang berbasis pasar, yaitu Join Implementation
(JI), Emissions Trading (ET), dan Clean Development Mechanism (CDM). 24

23

Ibid.

24

UNFCCC, The mechanism under the kyoto /protocol:, the Join Implementation (JI), Emissions
Trading (ET), dan Clean Development Mechanism (CDM),
http://unfccc.int/kyoto_protocol/mechanism/items/1673.php,

Indonesia sebagai salah negara yang meratifikasi UNFCCC dan sebagai salah satu negara
berkembang juga ikut menandatangani Protocol kyoto, dan telah meratifikasinya melalui
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Kyoto
Protocol To The United Nations Framework C'onvention On Climate Change (Protokol
Kyoto Atas Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Perubahan
Iklim). Dengan begitu pemerintah Indonesia telah membuka peluang untuk ikut serta dalam
perdagangan karbon Internasional melalui mekanisme CDM, karena Indonesia termasuk
dalam kategori negara berkembang. Potensi proyek CDM yang dapat dilakukan untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca di Indonesia, dapat dilihat dalam panduan yang dibuat oleh
Institute for global enviromental strategies (IGES), yang dibagi ke dalam sektor energi,
industri, dan transportasi; serta sektor kehutanan.25 Untuk menjalankan CDM diperlukan
sistem kelembagaan di tingkat nasional, maka pemerintah Indonesia kemudian membentuk
kelembagaan di tingkat nasional, yaitu Lembaga Otoritas Nasional CDM (DNA) untuk
mewakili kepentingan nasional Indonesia, yaitu Komite Nasional Mekanisme Pembangunan
Bersih (Komnas MPB) yang bergerak dibawah koordinasi Kementrian Lingkungan Hidup
pada bulan juli 2005.26
Sektor energi memberikan sumbangan besar tak hanya untuk menggerakkan ekonomi
nasional, tapi juga dalam menyumbangkan pendapatan langsung dari penjualan produkproduk energi, khususnya bahan bakar fosil. Ekspor minyak bumi, gas bumi dan batubara
merupakan sumber utama pendapatan pemerintah sejak lebih 3 dekade yang lalu. Indonesia
25

Kusnandar Prijadiksuma, Op.Cit, hlm 5.

26

Komnas MPB, http://pasarkarbon.dnpi.go.id/web/index.php/komnasmpb.html

juga adalah negara agraris, mempunyai hutanhutan tropis serta garis pantai yang terpanjang
di dunia, sehingga perubahan iklim yang akan berpengaruh terhadap pemanasaan global
merupakan masalah yang menjadi perhatian Indonesia.27
Peluang perdagangan karbon di Indonesia sangatlah besar dengan perhitungan potensi karbon
yang terserap di hutan Indonesia capai 25,773 miliar ton. Potensi itu belum termasuk karbon
yang terdapat di lahan hutan gambut dan lahan kering. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
(APHI) mencatat Indonesia diperkirakan mampu menyerap 5,5 giga ton CO2. Karena itu,
Indonesia menduduki urutan kelima di dunia yang berpotensi melakukan suplai 10% kredit
karbon dunia. Dengan luas hutan lindung sekitar 36,5 juta hektar, nilai penyerapan karbon
Indonesia berkisar US$105 miliar hingga US$114 miliar.28

27

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Indonesia Produsen Emisi Karbon Dunia,
http://www.ba
ppebti.go.id/id/edu/articles/detail/2997.html
28

Ibid.

Anda mungkin juga menyukai