Anda di halaman 1dari 3

RS : Institusi Pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan
kesehatan
secara
PARIPURNA
yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat
darurat.
Paripurna : Pelayanan kesehatan yang meliputi promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatatif
IFRS : suatu bagian/fasilitas di RS tempat semua kegiatan
pekerjaan kefarmasian (pembuatan, pengendalian mutu,
Tipe Rumah sakit
A
B
C
D
Pelayanan medik
4
4
2
2
Spesialis dasar
Pelayanan
5
4
2
Penunjang medik
dasar
Spesialis lain
12
8
Sub-spesialis
13
2
Minimal Bed
400
200
100
50
pengadan, penyimpanan, distribusi obat) yang ditujukan
untuk keperluan RS itu sendiri.
KM : membantu direktur menyusun standar pelayanan dan
memantau pelaksanaannya; melaksanakan pembinaan etika
profesi, mengatur kewenangan profesi anggota SMF,
mengembangkan program pelayanan, pendidikan dan
pelatihan serta penelitian dan pengembangan
SMF : kelompok dokter yang bekerja di instalasi dalam
jabatan fungsional. Tugas : mendiagnosis, pengobatan,
pencegahan akibat penyakit, pemulihan kesehatan
,penyuluhan kesehatan, pendidikan dan pelatihan
PFT : menjembatani hub antara staff medis dgn instalasi
farmasi. Tugas : membantu pimpinan rumah sakit dalam
meningkatkan mutu pelayanan obat. Kegunaan : perumus
kebijakan-prosedur; edukasi; membuat formularium.
Organisasi : ketua, sekretaris, anggota
FRS (formulaium RS) : daftar obat baku yang dipakai oleh
rumah sakit yang dipilih secara rasional dan dilengkapi
dengan penjelasan sehingga merupakan informasi obat yang
lengkap untuk pelayanan medik di Rumah sakit. Isinya :
uraian singkat PFT, info obat, info pengobatan, info prosedur
di RS, info ttg pelayanan farmasi.
Perencanaan : kegiatan pemilihan jenis, jumlah dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan
anggaran untuk menghindari kekosongan obat dengan
menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan.
Tujuan : prakiraan jenid dan jumlah obat, menghindaari
kekosongan obat, meningkatkan penggunaan obat scr
rasional, meningkatkan efisiensi penggunaan obat. Kegiatan
pokok : selelsi kebutuhan, penyesuaian jumlah dgn dana.
Perhatikan : pola penyakit, standar terapi, BOR, LOS,
formularium, lead time, anggaran.
Kriteria seleksi obat : banyak yg butuh, berdasarkan pola
prevalensi penyakit, aman, manfaat aksimal resiko min,
mutu terjamin, sediaan tunggal
Metode :

Morbiditas : jml kebutuhan obat yg dipake, dr pola


penyakit, data jml kunjungan. Caranya : tentuin beba
penyakit, tentuin pdoman pengobatan, hitung jml keb obat.
Kekurangan : wktu bnyak, data sulit didapet, perlu system
pencatatan dan pelaporan
Konsumsi :data riil konsumsi obat periode yg lalu dgn
berbagai penyesuaian dan koreksi
Kombinasi : telah mempunyai data konsumsi yang jelas
namun kasus penyakit cenderung berubah. digunakan untuk
obat-obatan dan alkes yang fluktuatif
Pengadaan : memperoleh pasokan perbekalan kesehatan
dari pemasok eksternal melalui pembelian dari manufaktur,
distributor, atau pedagang besar farmasi. Prinsip:
memperoleh barang yang berkualitas dengan cara yang
paling ekonomis. Tujuan : dpt perbekalan far dgn harga
layak, mutu bik, tepat waktu, proses lancer. Perlu komponen:
personel terlatih, prosedur jelas, info baik, dana dan fasil
memadai.
Pertimbangan dlm pembelian : waktu, lokasi, frek dan vol
pembelian.
Siklus pengadaan : review obat yg akan diadakan, teentuin
jumal yg akan dibeli, sesuaikan dgn keuangan, pilih metode
pengadaan, pilih supplier, buat syarat kontrak kerja, monitor
pengiriman barang, terima barang dan periksa, lakukan
pembayaran, menyimpan, distribusi. 3 elemen penting :
metode pengadaan, kontrak kerja, order pemesanan
Metode pengadaan
Tender terbuka : Melibatkan berbagai sumber obat
(termasuk industri farmasi scr independen/asosiasi). lebih
menguntungkan, perlu staf yg kuat, perlu wkt lama serta
perhatian penuh, periode tender, seleksi dan penetapa peserta
tender
Tender terbatas : melibatkan sejumlah ttt perserta, yg pny
riwayat baik, hanya yg dapat undangan (tertutup), sikap
tender lbh singkat, biaya hemat, mengurangi risiko lead time,
harga bisa dikendalikan
Negosiasi : relative sederhana, waktu lbh pendek, digunakan
untuk kontrak jangka panjg, dilakukan bila item obat tdk
urgent, tidak banyak
Langsung : cara plg sederhana, belanja sesuai yg
dibutuhkan lgsg, bergainin power rendah, sebaiknya lakukan
pd keadaan emergency, harga tertentu relative lbh mahal
Kriteria pemasok :
Kualitas : sesuai ketentuan RS, ED min 1-2 thn, pengepakan
dan label hrs dicantumkan dgn jelas
Pelayanan : ada brosur/leaflet tentang info obat, punya COA
(ketepatan dokumen), tdk pernah telat ngirimnya, garansi,
kebijakan ED, punya reputasi baik
Kontrak kerja dan syarat : pengikat yg mengatur kedua
belah pihak, pembeli dan rekanan.
Komponen : harga, syarat pembayaran, standar mutu,
dokumen apa yg diminta, penamaan dan labelling,
spesifikasi masing2 barang, tanggungan fiansial, tgl
pengiriman, hak patent dan pengepakan, kadaluwarsa

penerimaan perbekalan far:


Pemasok : Membawa produk yang sesuai dengan
perjanjian / surat pesanan / dokumen kontrak dari IFRS
Bag penerimaan : Memverifikasi sediaan farmasi dan alkes
sesuai dengan dokumen dari panitia pembelian/dokumen
kontrak dengan pemasok atau sesuai dengan surat pesanan
Penyimpanan : digudang
Alur penerimaan : periksa lembar daftar permintaan (cek
kesesuaian), periksa kemasan, lakukan pencatatan
penerimaan carang, periksa tgl kadaluarsa, periksa tanda2
kerusakan, jika ad ketidaksesuaian buat catatan lalu lapor,
simpan persediaan scr benar
Penyimpanan : suatu kegiatan pengaturan perbekalan
farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan disertai dengan
sistem informasi yang menjamin ketersediaan perbekalan
farmasi sesuai kebutuhan. Perhaikan : struktur fisik gudang
(mudah distribusi ke unit2 lain), desain gudang (mudah
memonitor dan mengambil obat), organisasi pengeolaan
gedung (ada struktur org, job desc, tanggung jwb), efisiensi
kerja (kebersihan, ventilasi, WC). Pengelompokkan : jenis
baran, kondisi kestabilan, ukuran berat, ukuran vol, fast/fast
moving, abjad, FIFO/FEFO.
Distribusi:
Sentralisai : Penyimpanan dan pendistribusian semua
obat/barang farmasi dipusatkan pada satu tempat. Seluruh
kebutuhan individu maupun kebutuhan dasar ruangan
disuplai langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut
Desentralisasi : Pelayanan farmasi mempunyai cabang di
dekat unit perawatan/pelayanan.
System distribusi untuk pasien rawat inap:
Individual prescription : Pasien harus menebus/mengambil
ditempat pelayanan farmasi dengan membawa resep.
Kerugian : biaya tinggi, karena sisa obat yang tidak
digunakan tetap harus dibayarkan. Keuntungan: resep dikaji
oleh apt, memberi interaksi apt-dokter-erawat-pasien,
pengawasan obat lebih teliti
Ward floor stock : Perbekalan farmasi dalam jumlah besar
baik untuk kebutuhan dasar ruangan maupun kebutuhan
individu pasien yang diperoleh dari tempat pelayanan
farmasi disimpan diruang perawatan (kecuali yang sangat
mahal sekali, atau jarang digunakan. Kebutuhan obat
langsung dilayani perawat tanpa harus menebus di IFRS.
Proses pengolahan inventaris, penyiapan dan peracikan obat
serta penyampaian sepenuhnya tanggungjawab perawat.
Keuntungan : obat yg diperlukan segera sedia, pengurangan
jml personel ifrs. Keterbatasan : kesalahan obat meningkat,,
pencurian obat meningkat, pengendalian persediaan dan
mutu kurang diperhatikan perawat.
Kombinasi : sasaran utamanya adl individual prescription.
Ward floor stock terbatas untuk kasus-kasus emergency,
contoh obat live saving : dopamin, epinephrine.
Keuntungan : relative murah, mencakup obat resep/bebas, yg
diperlukan olh banyak penderita. Keuntungan : resep dikaji
lgsg oleh apt, adanya interaksi antara apt dokter prwt pasien,

bebas ifrs berkurang. Kekurangan : keterlambatan sampainya


obat, kesalahan obat
UDDS(unit dose dispensing system) : suatu sistem
distribusi obat kepada pasien rawat inap yang disiapkan
dalam bentuk dosis tunggal siap pakai selama 24 jam.
Perbedaan dgn metode lain : farmasis lebih aktif dlm proses
pengobatan (mengurangi DRP), menguntungkan (pasien hn
bayar obat yg dikonsumsi saja, mngurang bebas perawat).
Keuntungan : layanan 24 jam, mengurangi medical error,
meniadakan pencurian, melakukan konsul obat
Metode pelaksanaan UUD : Sentralisasi obat diserahkan
dan disalurkan dari farmasi pusat, Desentralisasi farmasi
yang didesentralisasi ke farmasi cabang/satelit farmasi,
Gabungan farmasi mempunyai satelit tetapi hanya dosis
obat untuk pertolongan pertama, dan kasus darurat dosis
berikutnya di farmasi pusat
Manajemen penggunaan obat yg rasioanl (4T+1W) :
tepat indikasi (diagnosis akurat), tepat penderita (tidak ads
KI), tepat obat (keamanan, kemanjuran), tepat dosis (takaran,
rute, cara, durasi), waspada ESO.
Penggunaan obat yg irrasional : yg boros, yg berlebihan,
yg kurang, yg salah, penggunaan polifarmasi. Dampaknya :
segi ekonomo (boros), dampak klinis (penyakit tdk sembuh
atau makin parah, timbul ESO), dampak psikososial
(ketergantungan terapi/faktor sugesti)
Faktor penyebab penggunaan obat irrasional
Sistem Rumah Sakit : Sistem pengelolaan/pelayanan
/pengadaan buruk, Obat habis stok, Obat ED,Keterlambatan
obat; Faktor Prescriber(dokter) :Eksternal pasien yang
terlalu banyak sehingga dokter kurang cermat, tekanan med
rep dalam peresepan, mengejar keuntungan sehingga obat
yang diresepkan banyak, Internal Kurangnya informasi
yang obyektif dari med.rep (biasanya hanya informasi yang
positif), kurangnya training dan pendidikan berkelanjutan;
Faktor Dispenser (Apoteker) :kualitas dispenser kurang,
Kurang waktu karena pasien terlalu banyak; Pasien dan
Komunitas : Kepatuhan pasien yang dipengaruhi oleh
kurangnya informasi, keketerbatasan komunikasi.
System satu pintu
UU no44 thn 2009 ttg kesehatan : Pengelolaan Alat
Kesehatan, Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi
Sistem Satu Pintu. Alkes yg dikelola : alat medis habis pakai,
alat pacu jantung, implant.
Satu kebijakan kefarmasian termasuk : pembuatan
Formularium, pengadaan, dan pendistribusian sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang
bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui
instalasi farmasi rumah sakit.
Manfaat menurut permences no 58 thn 2014 : satu kebijakan,
sato sop, satu pengawasn operasional, satu system informasi
Keuntugan : mudah memonitoring penggunaan obat, dapat
dilaksanakan PIO dan konseling, MESO oleh PFT,
menjamin mutu obat

Kerugian : pemantauan dan eval blm baik, pengurangan


pendapatan RS, kesejahteraan karyawan berkurang
Tujuan Sistem Satu Pintu: Menghindari resep keluar dengan
langkah :Outlet apotek di tiap lantai, Jemput resep, Fasilitas

antar untuk jarak tertentu, Kerjasama dgn poli rawat jalan;


Meningkatkan pendapatan RS

Anda mungkin juga menyukai