Isi
Isi
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam beberapa tahun terakhir ini kita sering mendengar berita tentang
sudah
lama
Amerika
Serikat
merencanakan
dan
Dalam makalah ini kami akan menjelaskan tentang Nuklir dan National
Missile Defence negara Amerika Serikat, dengan studi kasus Reaksi Rusia
terhadap program National Missile Defence (NMD) Amerika Serikat.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apa itu Nuklir dan Bagaimana Perkembangannya?
2. Bagaimana perkembangan National Missile Defence (NMD) di
Amerika Serikat?
3. Bagaimana Reaksi Rusia terhadap National Missile Defence (NMD)
Amerika Serikat?
1.3.
Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui apa itu Nuklir dan National Missile Defence (NMD)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Nuklir dan Perkembangannya
Nuklir adalah senjata pemusnah massal, yang jika dimiliki oleh setiap
negara didunia maka akan mengancam sistem keamanan internasional dan
keamanan dalam negeri suatu negara. Karena senjata ini dapat digunakan kapan
saja dengan jarak tempuh berapapun dan dapat digunakan untuk mengahancurkan
suatu negara. Keberadaan senjata nuklir ini memberikan kecemasan pada negara
yang tidak memilki dan memberikan keuntungan pada negara yang memilikinya.
Hanya ada lima negara (China, Prancis, Rusia, Inggris, dan Amerika
Serikat) yang diakui oleh Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT) sebagai
pemilik senjata-senjata nuklir. Namun masih ada beberapa negara lain yang
memiliki senjata nuklir, seperti India, Pakistan, dan Israel yang resmi menjadi the
nuclear club bersama kelima negara lainnya.
Perkembangan nuklir atau proliferasi nuklir berkembang setelah AS
menjatuhkan Bom atom di Nagasaki dan Hiroshima pada perang dunia kedua.
Barry Buzan membagi definisi proliferasi nuklir kedalam dua pengertian, yakni
horizontal dan vertikal.1 Pertama, Proliferasi nuklir secara vertikal adalah
peningkatan jumlah senjata nuklir oleh negara yang sudah memiliki senjata nuklir
terlebih dahulu atau Nuclear Weapon States (NWS). Selain itu, penambahan
posisi lokasi senjata nuklir di luar wilayah negara NWS, juga termasuk dalam
proliferasi nuklir vertikal. Misalnya, senjata nuklir AS yang ditempatkan di Eropa
Barat dan Asia Timur, serta di dalam kapal dan pesawat tempur yang berpatroli di
luar wilayah negara itu. Negara-negara lain yang pada tahun 1976, termasuk ke
dalam NWS adalah AS, Inggris, Perancis, Rusia, dan China. Sampai saat ini
kepemilikan nuklir terbanyak dipegang oleh Amerika serikat yang memiliki 7260
dan Rusia memiliki 7500 hulu ledak nuklir. Menurut SIPRI pada tahun 2015,
Amerika Serikat, Rusia, Inggris dan Perancis memiliki sekitar 4300 senjata nuklir
yang siap beroperasi, 1800 diantaranya berada dalam situasi siaga.
1 Barry Buzan (1987), An Introduction to Strategis Studies: Military Technology and
International Relations, London: The MacMillan Press, hal. 57.
Fenomena kepemilikan senjata nuklir sudah ada sejak bom atom pertama
yang digunakan oleh Amerika Serikat (AS) dalam Perang Dunia ke II.
Karateristik utama Perang Dingin adalah menggunakan senjata nuklir sebagai
sebuah instrument dalam melakukan strategi penangkalan.2 Strategi penangkalan
adalah strategi untuk menghindari serangan lawan potensial dengan meyakinkan
mereka bahwa aksi dan realitasnya akan lebih merugikan pihak lawan tersebut.
Dengan adanya senjata nuklir yang dikembangkan oleh AS pada tahun 1942 dan
digunakan pertama kali pada masa perang dunia kedua yang dijatuhkan di
Hiroshima dan Nagasaki yang menyebabkan tewasnya banyak jiwa dan hal ini
dilakukan hanya dengan menggunakan sebuah bom nuklir yang mempunyai daya
ledak yang luar biasa.
Proliferasi nuklir pada pasca perang dingin memiliki signifikansi
setidaknya dengan alasan yang mendalami beberapa hal,3 yaitu, pecahnya Uni
Soviet berdampak terhadap kemampuan memonitori senjata nuklir yang dimiliki
negara-negara bekas pecahan Uni Soviet. Kepemilikan negara-negara bekas Uni
Soviet diyakini akan memarakkan proliferasi nuklir. Kedua adalah beberapa
negara yang dikenal dengan nama Rogue States seperti Iran, Libya, Korea Utara
dan Selatan telah mengembangkan program rudal balistik secara intensif.4 AS
memiliki kekhawatiran terhadap proliferasi senjata nuklir. Jika pada perang
dingin satu-satunya negara yang harus diwaspadai adalah Uni Soviet maka
dengan munculnya beberapa Rogue States, AS semakin gencar mencari cara
untuk melindungi keamanan nasional dan sekutunya. Pada bulan juli 1998
sebuah komisi dibawah pimpinan Donald Rumsfield dibentuk dan komisi ini
lebih dikenal dengan Rumsfeld Commision. Komisi ini bertujuan untuk
2 K.J. Holsti, International politics: A Framework for Analysis, 6th Eds (New Jersey:
Prentice Hall Inrenational, Inc.,1992), hal 235.
3 Daniel S. Papp, Contemporary International Relations: Framework for Understanding,
5th Eds (Boston: Allyn&Bacon,1997), hal 409.
4 Aarom Karp, Ballistic Missile Proliferation, SIPRI Yearbook 1990: world
Armaments and Disarmaments (Oxford : Oxford University Press, 1990), hal 382.
menjaga
adalah
Battle
Management,
Command,
Control
and
Communications Center (BM/C3). Sistem ini adalah otak dari NMD, berfungsi
sebagai informan utama yang akan memandu rudal interseptor untuk mencari
targetnya. BM/C3 terdiri dari BM/C2 (Control and Command), jaringan
dengan 6 sub sistem yang besar. Yang gunanya untuk menyergap ICBM milik Uni Soviet.
8 Shigekatsu, Kondo. East Asian Strategic Review 2001. japan: National Institute for defence
studies, 2001, hal53-55
2.3. Studi kasus : Reaksi Rusia terhadap National Missile Defence (NMD)
Amerika Serikat
Rusia merasa rencana AS membangun sistem pertahanan NMD dalam upaya
meningkatkan kemampuan militer dan secara keseluruhan membahayakan
keamanan nasionalnya. Secara fungsional, Rusia tidak memiliki sistem
pertahanan
yang
sebanding
dengan
sistem
pertahanan
NMD
yang
akan abis atau terlambat mengisi ulang peluru, atau faktor teknis lainnya
sehingga ICBM Rusia yang diluncurkan setelah itu mampu menghancurkan
sistem tersebut. Yang juga berarti bahwa Rusia harus mengorbankan sejumlah
ICBM dalam satu serangan pertama. Faktor penentu keberhasilan kedua adalah
kemampuan NMD sendiri dalam menembak ICBM yang menyerangnya.
Usaha Rusia dalam menentang pembangunan sistem NMD AS adalah
dengan melakukan penyatuan sikap bersama China, Rusia berharap memiliki
posisi lebih kuat untuk menolak tekanan AS mengubah perjanjian ABM 1972.
Pertemua China-Rusia terjadi di Beijing antara Vladimir Putin dan Jiang Zemin
pada tanggal 18 Juli 2000. Keduanya menekankan pentingnya perjanjian ABM
1972 sebagai tonggak stabilitas perdamaian dunia dalam sebuah deklarasi yang
disebut Deklarasi Beijing 2000 Rusia-China. Deklarasi itu menyebutkan, China
dan Rusia mendukung dan mempromosikan dunia multipolar, sehingga tercipta
kesempatan untuk membangun tatanan dunia baru yang lebih adil.10 Yang
mengartikan bahwa Rusia dan China menunjukkan sikap tidak setuju akan AS
yang ingin mendominasi dunia.
AS melakukan reaksi balik, yaitu dengan mendatangkan Donald
Rumsfeld ke Beijing tahun 2001, untuk membujuk pemerintah China untuk
menyetujui NMD. Hal ini semakin menegaskan pentingnya sikap China bagi
Rusia untuk menggagalkan sistem NMD yang dilatarbelakangi kepentingan
keamanan masing-masing negara.
Pergantian kepemimpinan di AS pada akhir tahun 2000 membawa
perkembangan baru dalam maslah NMD. George W. Bush mengambil
kebijaksanaan untuk melanjutkan rencana pembangunan NMD seperti semua.
Bush juga menginginkan agar proses pembangunannya dipercepat. Beliau juga
menegaskan bahwa NMD tidak hanya diperuntukan bagi AS, tapi juga bagi
negara sekutu AS.
Pertemuan dengan Vladimir Putin di Slovenia tanggal 16 Juni 2001
10 Kompas, Arah Ke Perlombaan Senjata, 20 Juli 2000.
10
11
BAB III
SIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Nuklir adalah senjata pemusnah massal, yang jika dimiliki oleh setiap negara
didunia maka akan mengancam sistem keamanan internasional dan keamanan
dalam negeri suatu negara. Karena senjata ini dapat digunakan kapan saja dengan
jarak tempuh berapapun dan dapat digunakan untuk mengahancurkan suatu
negara. Keberadaan senjata nuklir ini memberikan kecemasan pada negara yang
tidak memilki dan memberikan keuntungan pada negara yang memilikinya.
Perkembangan senjata nuklir atau proliferasi nuklir sendiri menyebabkan
banyak negara merasa terancam dengan negara yang memiliki senjata nuklir. AS
sebagai negara yang memiliki banyak senjata nuklir dan musuh merasa terancam
dengan hal tersebut. Maka AS membuat NMD atau bisa disebut National Missile
Defence dimana NMD adalah sistem pertahanan anti rudal balistik yang akan
melindungi wilayah nasional AS dari kemungkinan serangan rudal jarak jauh,
kecelakaan peluncuran rudal dari negara lain atau salah komando. Caranya dengan
menembak rudal musuh saat masih berada di udara.
Perkembangan NMD ini adalah untuk menembah kekuatan dalam negeri
AS. Yang menyebabkan Rusia merasa terancam dan menolak pengembangan
NMD tersebut. Aksi penolakan Rusia tersebut termasuk kedalam konsep
deterrence atau pencegahan atau penangkalan. Hubungan antara konsep
deterrence dengan NMD serta reaksi Rusia dijelaskan oleh K.J Holsti yang
mengatakan bahwa para perumus kebijaksanaan berusaha mencegah tindakan
tertentu dari negara lawan dengan melakukan ancaman pembalasan militer,
merupakan salah satu sarana untuk mempengaruhi sikap, kebijaksanaan dan
tindakan negara lain yang patut dipertimbangkan.11
11 K.J.Holsti, Politik Internasional Kerangka Untuk Analisis, Edisi keempat,
Terjemahan oleh : M.Tahir Azhari, S.H., Jilid 2, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1998, Hal.
38.
12
DAFTAR PUSTAKA
Marci R. Bal, 2000, National Missile Defense: Policy Issues and Technological
Capabilities, Washington DC: Graphics and Design
Joshua Handler, National Missile Defense, Proliferation, Arms Control, Russia,
and the United States (diakses pada 9 oktober 2016)
Payne, B Keith. 2005. Bush Administration Strategic Policy: A Reality Check
dalam the Journal of Strategic Studies (diakses pada 9 oktober 2016)
13