Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai
dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh
darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer,
2001).
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang berada dalam taraf
halusinasi menuju industrialisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi
masyarakat /mobilitas masyarakat yang meningkat otomatisasi terjadi peningkatan
penggunaan alat-alat transportasi /kendaraan bermotor khususnya bagi masyarakat yang
tinggal diperkotaan. Sehingga menambah kesemrawutan arus lalu lintas. Arus lalu
lintas yang tidak teratur dapat meningkatkan kecenderungan terjadinya kecelakaan
kendaraan bermotor. Kecelakaan tersebut sering kali menyebabkan cidera tulang atau
disebut fraktur.
Menurut Smeltzer (2001 : 2357) fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang
dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Berdasarkan data dari rekam medik RS Fatmawati di ruang Orthopedi periode
Januari 2005 s/d Juli 2005 berjumlah 323 yang mengalami gangguan muskuloskletel,
termasuk yang mengalami fraktur Tibia Fibula berjumlah 31 orang (5,59%).
Penanganan segera pada klien yang dicurigai terjadinya fraktur adalah dengan
mengimobilisasi bagian fraktur adalah salah satu metode mobilisasi fraktur adalah
fiksasi Interna melalui operasi Orif (Smeltzer, 2001 : 2361). Penanganan tersebut
dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi. Komplikasi umumnya oleh akibat
tiga fraktur utama yaitu penekanan lokal, traksi yang berlebihan dan infeksi (Rasjad,
1998 : 363).
Cruris berasal dari bahasa latin crus atau cruca yang berarti tungkai bawah yang
terdiri dari tulang tibia dan fibula (Ahmad Ramali, 1987). 1/3 distal adalah tulang dibagi
menjadi tiga bagian kemudian bagian paling bawah yang diambil.
Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula (Brunner & Suddart, 2000).
1.2 Tujuan
Case Report ini dibuat untuk memenuhi Tugas Ujian Kepaniteraaan Klinik di RS
Achmad Mochtar Bukittinggi, dan juga sebagai bahan pengayaan materi agar
mahasiswa mengetahui dan memahami lebih jauh tentang Fraktur Cruris
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Regio Cruris
Regio cruris terletak di tungkai bawah dan terdiri dari 2 tulang yaitu tibia dan
fibula. Fascia profunda membungkus tungkai bawah dan di atas menyatu dengan fascia
profunda tungkai atas. Dibawah condylus tibia, fascia melekat pada margo anterior dan
medial dari tibia, disini fascia ini akan bergabung dengan periosteum. Dua septum
intermusculorum berjalan dari aspek profundanya untuk melekat pada fibula. Septum
ini bersama dengan membrana interossea membagi tungkai bawah menjadi tiga ruang
yaitu ruang anterior, lateral dan posterior. [2]
Ruang anterior tungkai bawah berisi :
Otot
: n.peroneus profundus
: n. peroneus superficialis
: n. tibialis [2]
Os Fibula
Fibula adalah tulang lateral tungkai bawah yang langsing. Tulang ini tidak ikut
berartikulasi pada artikulatio genus, tetapi dibawah tulang ini membentuk malleolus
lateralis dari artikulatio talocruralis. Tulang ini tidak berperan dalam menyalurkan berat
badan, tetapi merupakan tempat melekat otot-otot. Fibula mempunyai ujung atas yang
melebar, corpus dan ujung bawah.[2]
2.1.1 Fisiologi 3
Tibia atau tulang kering merupakan kerangka yang utama dari tungkai bawah
dan terletak medial dari fibula atau tulang betis, tibia adalah tulang pipa dengan sebuah
batang dan dua ujung yaitu : Ujung atas yang merupakan permukaan dua dataran
permukaan persendian femur dan sendi lutut. Ujung bawah yang membuat sendi dengan
tiga tulang, yaitu femur fibula dan talus.
Fibula atau tulang betis adalah tulang sebelah lateral tungkai bawah, tulang ini
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung. Fungsi Tulang:
1) Memberi kekuatan pada kerangka tubuh.
2) Tempat melekatnya otot.
3) Melindungi organ penting.
4) Tempat pembuatan sel darah.
5) Tempat penyimpanan garam mineral.
2.1.2 Patofisiologi
Fraktur paling sering disebabkan oleh trauma. Hantaman yang keras akibat
kecelakaan yang mengenai tulang akan mengakibatkan tulang menjadi patah dan
fragmen tulang tidak beraturan atau terjadi discontinuitas di tulang tersebut.3
Ketika patah tulang, terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum
tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut terjadi perdarahan, kerusakan tulang
dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medul antara
tepi tulang bawah periostrium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik ditandai dengan fase
vasodilatasi dari plasma dan leukosit, ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai
melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cedera, tahap ini menunjukkan
tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk biasa menyebabkan
peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan
lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai
organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga
meningkatkan tekanan kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler,
kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskemik dan menyebabkan protein
plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema
yang terbentuk akan menekan ujung syaraf, yang bila berlangsung lama bisa
menyebabkan syndrom comportement.4
Pada fraktur tibia dan fibula lebih sering terjadi dibanding fraktur batang tulang
panjang lainnya karena periost yang melapisi tibia agak tipis, terutama pada daerah
depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan karena berada
langsung di bawah kulit maka sering ditemukan adanya fraktur terbuka.
Fraktur dapat diseba kan oleh :5
a. Trauma
1) Trauma langsung : benturan pada tulang mengakibatkan ditempat tersebut
2) Trauma tidak langsung : titik tumpu benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan
3) Trauma karena tarikan otot yang kuat
b.Patologis
Fraktur disebabkan karena proses penyakit seperti osteoporosis, kanker tulang,
dll.
c. Degenerasi
Terjadi kemunduran patologis dari jaringan itu sendiri (usia lanjut)
d.Spontan
Tibia kurang dilindungi oleh jaringan lunak sehingga sangat mudah terjadi
fraktur akibat adanya trauma eksternal, dan seringkali terjadi open fraktur
Pada fraktur terbuka, biasanya terjadi fraktur obliq atau spiral, sedangkan pada
fraktur tertutup sering terjadi fraktur transversal
Ketika tulang patah, periosteum dan pembuluh darah di bagian korteks, sumsum
tulang dan jaringan lunak didekatnya (otot) cidera pembuluh darah ini merupakan
keadaan derajat yang memerlukan pembedahan segera sebab dapat menimbulkan syok
hipovolemik. Pendarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan
sekitar daerah cidera yang apabila di tekan atau di gerakan dapat timbul rasa nyeri yang
hebat yang mengakibatkn syok neurogenik. (Mansjoer Arief, 2002)
Sedangkan kerusakan pada system persyarafan akan menimbulkan kehilangan
sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur juga terjadi
keterbatasan gerak oleh karena fungsi pada daerah cidera. Sewaktu tulang patah
pendarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah, kedalam jaringan lemak tulang
tersebut, jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan
biasanya timbul hebat setelah fraktur.
Sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah
ke tempat tersebut. Fagositosis dan pembersihan sisa sisa sel mati di mulai. Di tempat
patah terdapat fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala-jala untuk
membentukan sel-sel baru. Aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru
umatur yg disebut callus.Bekuan fibrin direabsorbsi dan sel-sel tuulang baru mengalmi
remodelling untuk membentuk tulang sejati. (Mansjoer Arief, 2002)
2.2 Definisi
Fraktur Cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikena
stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 1800).
2.3 Epidemiologi
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6
juta orang meninggal karena insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstremitas bawah, sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang
terjadi. Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang.
Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan tetapi faktor lain seperti proses
degenerative dan osteoporosis juga dapat berpengaru terjadinya fraktur.
2.4 Klasifikasi Fraktur
1. Fraktur berdasarkan derajat atau luas garis fraktur terbagi menjadi :
a. Fraktur complete, dimana tulang patah terbagi menjadi dua bagian
(fragmen) atau lebih,
b. Fraktur incomplete (parsial). Fraktur parsial terbagi lagi menjadi :
1) Fissure/Crack/Hairline, tulang terputus seluruhnya tetapi masih di
tempat, biasa terjadi di tulang pipih.
2) Greenstick Fracture, biasa terjadi pada anak-anak dan pada os.
radius, ulna, clavikula dan costae.
3) Buckle Fracture, fraktur dimana korteksnya melipat ke dalam.
sumbu tulang)
Oblik, garis patah tulang melintang sumbu tulang (<80 0 atau >1000 dari
sumbu tulang)
c. Longitudinal, garis patah mengikuti sumbu tulang
d. Spiral, garis patah tulang berada di dua bidang atau lebih
e. Comminuted, terdapat dua atau lebih garis fraktur.
3. Berdasarkan hubungan antar fragman fraktur :
a. Undisplace, fragment tulang fraktur masih terdapat pada tempat
anatomisnya
b. Displace, fragmen tulang fraktur tidak pada tempat anatomisnya,
terbagi atas :
1) Shifted Sideways, menggeser ke samping tapi dekat
2) Angulated, membentuk sudut tertentu
3) Rotated, memutar
4) Distracted, saling menjauh karena ada interposisi
5) Overriding, garis fraktur tumpang tindih
6) Impacted, satu fragmen masuk ke fragmen yang lain.
4. Secara umum berdasarkan ada tidaknya hubungan antara tulang yang fraktur
dengan dunia luar, fraktur juga dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Fraktur tertutup, apabila kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh
b. Fraktur terbuka, apabila kulit diatasnya tertembus dan terdapat luka
yang menghubungkan tulang yang fraktur dengan dunia luar yang
memungkinkan kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke
tulang sehingga cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi.
fraktur terbuka dibagi menjadi tiga derajat, yaitu :
1) Derajat I
a) luka kurang dari 1 cm
b) kerusakan jaringan lunak sedikit tidak ada tanda luka remuk
c) fraktur sederhana, tranversal, obliq atau kumulatif ringan.
d) Kontaminasi ringan
2) Derajat II
10
2.6 Penatalaksanaan
1. Selama imobilisasi
Tujuan fisioterapi selama imobilisasi adalah:
a.
11
imobilisasi dan
12
14
15
16
2.10 PROGNOSIS
Proses penyembuhan patah tulang adalah proses biologis alami yang akan terjadi
pada setiap patah tulang, tidak peduli apa yang telah dikerjakan dokter pada patahan
tulang tersebut. Pada permulaan akan terjadi perdarahan di sekitar patahan tulang, yang
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periost yang disebut
dengan fase hematoma, kemudian berubah menjadi fase jaringan fibrosis, lalu
penyatuan klinis, dan pada akhirnya fase konsolidasi.
Waktu yang diperlukan untuk penyembuhan fraktur tulang sangat bergantung
pada lokasi fraktur dan umur pasien. Rata-rata masa penyembuhan fraktur:
Lokasi Fraktur
1. Pergelangan tangan
2. Fibula
3. Tibia
4. Pergelangan kaki
5. Tulang rusuk
6. Jones fracture
Masa Penyembuhan
3-4 minggu
4-6 minggu
4-6 minggu
5-8 minggu
4-5 minggu
3-5 minggu
Lokasi Fraktur
7. Kaki
8. Metatarsal
9. Metakarpal
10. Hairline
11. Jari tangan
12. Jari kaki
Masa Penyembuhan
3-4 minggu
5-6 minggu
3-4 minggu
2-4 minggu
2-3 minggu
2-4 minggu
Rata-rata masa penyembuhan: Anak-anak (3-4 minggu), dewasa (4-6 minggu), lansia (>
8 minggu).
Jumlah Kematian dari fraktur: 4,3 per 100.000 dari 1.302 kasus di Kanada pada tahun
1997.
Tingkat kematian dari fraktur:
Kematian : 11.696
Insiden
: 1.499.999
BAB III
Laporan Kasus
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
: 53 tahun
Alamat
: Lubuk basung
18
II. ANAMNESA
Keluhan Utama:
Nyeri disertai bengkak pada lengan bawah 5 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien mengalami kecelakaan jatuh dari tangga saat naik keatas genteng untuk
membetulkan genteng rumah yang bocor pada pukul 15.00, datang ke IGD RS Achmad
Moehtar Bukittinggi. Awalnya Pasien terjatuh karena tergelincir saat menaiki tangga
kayu, pasien terjatuh dari tangga dengan ketinggian 2 meter , dengan posisi tubuh
miring kekiri dengan tangan kiri pasien menahan tubuh pasien dan dengan telapak
tangan terbuka. Pasien merasakan nyeri pada lengan kiri bawah pasien, bengkak, dan
tidak mampu digerakkan karena nyeri. Riwayat kepala terbentur (-), nyeri dada (-),
sesak nafas (-). Setelah jatuh setelah terjatuh terjadi bengkak pada lengan bawah kiri
(+), lengan kiri sedikit lebih pendek (+), bengkok (+), dan jari-jari masih bisa digerakan
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat gangguan perdarahan (-), batuk lama, (-), sesak nafas (-), alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga:
Keluarga tidak ada yang sakit seperti ini.
Riwayat Pengobatan:
Belum pernah minum obat rutin sebelumnya
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien seorang petani memiliki seorang istri dan 4 orang anak
III. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
: Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
- Tekanan darah
: 130/80 mmHg
- Nadi
: 84 x / menit
- Nafas
: 22 x/ menit
- Suhu
: 36,5 C
Status Generalis
19
1. Kepala Leher
- kepala
- mata
- leher
2. Thorax
Jantung
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
Paru
- inspeksi
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
3. Abdomen
- inspeksi
: distensi (-)
- palpasi
- perkusi
- auskultasi
4. Ekstremitas
superior
inferior
Edema
-/+
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
-/-
-/-
20
arteri
Move
: nyeri gerak aktif (+), nyeri gerak pasif (+), Gerak jari-jari(+),
ROM terbatas karena nyeri.
V. DIAGNOSA SEMENTARA :
Fraktur Tertutup Distal Radius Ulna Sinistra
VI. DIAGNOSA BANDING:
Fraktur Colles
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Haemoglobin :11, 7 g/dl
Haematokrit
: 36, 5 %
Leukosit
: 14.46 (10^3/ul)
Trombosit
: 301 (10^3/UL)
21
VIII. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis :
2. Farmakologis :
IVFD RL 20 gtt/i
Nyeri (+)
Bengkak (-)
Mual & Muntah (-)
Demam (-)
22
Nadi
Nafas
Suhu
: 84 x/i
: 22 x/i
: 36,8 C
BAB IV
DISKUSI
23
Pada tanggal 31 mei 2016 pasien mengalami kecelakaan jatuh dari tangga saat
naik ke atas genting untuk membetulkan genting rumah pasien yang bocor pada pukul
15.00 sore dan datang ke IGD RSAM Bukittinggi. Pasien terjatuh karena tergelincir saat
menaiki tangga kayu, pasien terjatuh dari tangga dengan ketinggian 2 meter, dengan
posisi tubuh miring ke kiri dengan tangan kiri pasien menahan tubuh pasien dan dengan
telapak tangan yang terbuka. Pasien merasakan nyeri pada lengan kiri bawah pasien,
bengkak, berdarah, dan tidak mampu digerakan karena nyeri. Riwayat kepala terbentur
(-), riwayat pingsan (-), mual (-), muntah (-),nyeri perut (-), nyeri dada (-), sesak napas
(-). Setelah jatuh terjadi luka lengan kiri bawah, bengkak pada lengan kiri bawah (+),
jari-jari masih dapat digerakkan. Pada pemeriksaan TTV didapatkan tekanan darah
120/80 mmHg , nadi 84 x/ mnt, reguler, RR 22 x / mnt , suhu 36.5 C, SPO 2 98 %. Pada
pemeriksaan status lokalis didapatkan edema, hematom, shortening, angulasi, pada
lengan kiri bawah dan gambaran Fraktur 1/3 Distal Radius Ulna Sinistra Displace
(Fraktur Colles). ROM terbatas karena adanya nyeri. Pada Pemeriksaan rontgen, tampak
fraktur tertutup radius ulna sinistra.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka
diagnosa pasien ini adalah fraktur tertutup distal radius ulna sinistra. Tindakan yang
akan dilakukan adalah ORIF
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidayat.R.. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2. Jakarta. EGC : 2004
24
David
.Distal
Fractures
of
the
Radius.
Access
from
Lecture Notes
Radiologi. Edisi kedua. Penerbit Buku Erlangga. Jakarta. 2005. Hal 221-230.
9. Sjamsuhidayat R., dan de Jong Wim. Patah Tuland dan Dislokasi dalam: Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005.
Hal 840-854.
10. Bone Healing,
Komlpikasi
dan
Prognosis
Fraktur. Diunduh
dari:
http://www.wrongdiagnosis.com/f/fracture/prognosis.html
11. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For Primary
Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.
12. Weblog
Heris.
Fraktur
dan
Fraktur
Radius
Ulna.
Diunduh
dari:http://heriblog.wordpress.com/page/2/.
13. Begg James D., The Upper Limb in : Accident and Emergency X-Rays Made
Easy. Publisher Churchill Livingstone. UK. 2005. Page 162-167.
14. Eiff et. al., Radius and Ulna Fractures in : Fracture Management For Primary
Care. Second Edition. Publisher Saunders. UK. 2004. Page 116-119.
25
15. Kune Wong Siew, Peh Wilfred C. G., Trauma Ekstremitas dalam : Corr Peter.
Mengenali Pola Foto-Foto Diagnostik. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta. 2011. Hal 97-107.
16. Rasjad, C. Trauma Pada Tulang dalam : Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.
Edisi Ketiga. Penerbit Yarsif Watampone. Jakarta. 2007. Hal 374-377.
17. Puts R and Pabst R.. Ekstremitas Atas dalam: Atlas Anatomi Manusia Sobotta.
Edisi 22. Penerbit Buku Kedokteran EGC Jilid 1. Jakarta. 2006. Hal 158, 166,
167, dan 169.
18. Carter Michel A., Anatomi dan Fisiologi Tulang dan Sendi dalam: Price Sylvia
A, Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal 13571359.
26