Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.

(M0213042)

Teori Lagrangia dan Hamilton dalam


Mekanika Klasik
Newton, sudah tidak asing bagi kita untuk mendengar nama tersebut. Bukan sekedar nama saja yang
terkenal,tetapi juga hukumnya dalam mengatur setiap tipe gerak yang dialami suatu benda. Gerak dapat timbul
karena adanya gaya yang bekerja. Gaya beserta perilaku dan interaksinya dibahas dalam Mekanika. Gaya atau F
timbul akibat adanya momentum dan gaya yang berpindah dapat menimbulkan Usaha maupun energi. Tapi, pasti
sangat asing bagi kita dengan nama Lagrangian dan Hamiltonian. Lagrangian dan Hamiltonian merupakan
formulasi Mekanika klasik yang lebih lengkap dan rinci sehingga pendekatannya lebih mempermudah kita untuk
memecahkan kasus dari gejala mekanika klasik yang bentuknya lebih khusus. Persamaan gerak partikel yang
dinyatakan oleh persamaan Lagrange dapat diperoleh dengan meninjau energi kinetik dan energi potensial
partikel tanpa perlu meninjau gaya yang beraksi pada partikel. Energi kinetik partikel dalam koordinat kartesian
adalah fungsi dari kecepatan, energi potensial partikel yang bergerak dalam medan gaya konservatif adalah
fungsi dari posisi. Jika didefinisikan Lagrangian sebagai selisih antara energi kinetik dan energi potensial. Jika
ditinjau gerak partikel yang terkendala pada suatu permukaan bidang, maka diperlukan adanya gaya tertentu
yakni gaya konstrain yang berperan mempertahankan kontak antara partikel dengan permukaan bidang. Namun,
tak selamanya gaya konstrain yang beraksi terhadap partikel dapat diketahui. Pendekatan Newton memerlukan
informasi gaya total yang beraksi pada partikel. Gaya total ini merupakan keseluruhan gaya yang beraksi pada
partikel, termasuk juga gaya konstrain. Oleh karena itu, jika dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat
diketahui, maka pendekatan Newton tidak berlaku. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau
kuantitas fisis lain yang merupakan karakteristik partikel, misal energi totalnya. Persamaan Lagrange
merupakan persamaan gerak partikel sebagai fungsi dari koordinat umum, kecepatan umum, dan mungkin waktu.
Ketergantungan Lagrangian terhadap waktu merupakan konsekuensi dari hubungan konstrain terhadap waktu
atau dikarenakan persamaan transformasi yang menghubungkan koordinat kartesian dan koordinat umum
mengandung fungsi waktu. Pada dasarnya, persamaan Lagrange ekivalen dengan persamaan gerak Newton, jika
koordinat yang digunakan adalah koordinat kartesian.
Berikut adalah ketiga relasi teori-teori dalam Mekanika klasik:

1. Metode Newtonia
Yang pertama ada Metode Newtonia. Metode ini dilakukan berdasarkan teori
Newtonia. Teori ini bekerja berdasarkan Hukum II Newton. Hukum II Newton
merupakan rumusan dasar bagi Mekanika klasik sekaligus moyang dari Mekanika.
Hukum II Newton,berbunyi: Perubahan momentum yang terjadi tiap perubahan
waktu. Secara Matematis adalah :

F=

d p
dt

... (1)

Jadi Hukum II Newton ini berlaku pada suatu benda dengan massa tertentu
mengalami perubahan momentum tiap seiring perubahan waktu. Namun,
persamaan Hukum II Newton yang lebih terkenal adalah :

F=m a ( 2 ) ,

sehingga persamaan (1) hanya menjadi moyang bagi persamaan 2, karena


persamaan (2) didapatkan dari penurunan persamaan sebagai berikut:

F=

d p
dt

F=

... (1)

d ( m v )
( 1. a )
dt

d v
. ( 1. b )
dt

F=m a (1.2)

2. Metode Lagrange :

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)


dalam kondisi khusus terdapat gaya yang tak dapat diketahui melalui pendekatan
Newton. Sehingga diperlukan pendekatan baru dengan meninjau kuantitas fisis
lain yang merupakan karakteristik partikel, misal selisih Energi Kinetik dengan
Potensial.
Persamaan Lagrangia:

L = T V ...(2.1)

dimana, T = Energi Kinetik ( Joule)

T=

1
2
mv
2

V =mg h

V = Energi Potensial (Joule)

Pendekatan Lagrangian dengan Newtonia:


Kita mulai dari membandingkan pendekatan Mekanika Newtonia pada
Mekanika Lagrangia yang pendekatan lebih rinci.
Hukum II Newton :
F = ma ... (1.2)
Dimana dipertimbangkan sebuah partikel berpindah ke dalam R. Posisinya,
misalkan q, tergantung

pada waktu t

R , jadi fungsi didefinisikan:

q : RRn
dari definisi ini dapat ditentukan kecepatan,
v=

: RR n

persamaan Euler Lagrangian

d L L
=
dt x
x

( )

... (2.2)

Solusi persamaan gerak menggunakan metode Lagrange dapat dicari


dengan melihat persamaan Euler Lagrange dan persamaan gerak pegas di atas
yaitu :

L
L
=m x ;
=kx (2.3)
x
x

Kemudian dicari solusi masing-masing persamaan (5) menjadi :

L
=m x
x

L=m x x

L=m x d x
L=m

( 12 x )

1
T = m x 2
2
L
=kx
x

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)

L=kx x

L=k x dx
L=k
V=

( 12 x )
2

1 2
kx
2

Jadi solusi persamaan gerak pegas

1
1
L= m x 2 k x 2 (2.4)
2
2

Dengan metode Lagrange ini kita dapat mencari solusi persamaan gerak dan juga
kita dapat mencari persamaan gerak dari solusi persamaan geraknya (lihat persamaan
6), dan persamaan geraknya diberikan oleh persamaan Euler Lagrange (lihat
persamaan 4). Diperoleh :

( (

)) (

d 1
1 2
1
2
2 1
2
m x k x =
m x k x
dt x 2
2
x 2
2

d 1
1
m2 x = k 2 x
dt 2
2

d
m x =kx
dt
m

d x
=kx
dt

m x =kx (2.5)

Gaya Umum untuk Sistem Konservatif


Konservatif merupakan gaya yang hanya tergantung pada jalur awal(start) dan
akhir (finish) saja karena fungsi posisi sehingga energi yang digunakan sama dan tidak
bergantung lintasan. Jika sebuah gaya bekerja pada sebuah partikel dalam sebuah
medan gaya konservatif, besarnya gaya tersebut dinyatakan oleh persamaan

Fi =

V
xi

(2.6)

dimana V menyatakan sebuah fungsi energi potensial. Oleh karena itu perumusan gaya
umum dapat dinyatakan

Qk =
merupakan turunan parsial

V xi
xi qk
V

terhadap

(2.7)

q k , maka

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)

( qV )

Qk =

(2.8)

Misalkan, kita menggunakan koordinat polar,

umum dapat dinyatakan dengan

Q r=

V
r

saja (dalam kasus gaya sentral), maka

Q=

q1 =r

V
. Jika

q 2= , maka gaya

merupakan fungsi

Q=0 .

Persamaan diferensial gerak untuk suatu sistem konservatif dapat dicari jika
kita ketahui fungsi Lagrangian dalam bentuk koordinat tertentu. Di sisi lain, jika gaya

Q 'k
rampatan tidak konservatif, misalkan nilainya adalah

V
Qk Q
q k

, maka kita dapat menuliskan

'
k

(2.9)
Selanjutnya kita dapat mendefinisikan sebuah fungsi Lagrangian

L=T V , dan

menuliskan persamaan diferensial gerak dalam bentuk

d L
L
Q 'k
dt q k
q k
d L L

Qk'
dt &
qk qk

(2.10)

(2.11)
Bentuk di atas lebih mudah dipakai jika gaya gesekan diperhitungkan
Cara menggunakan Lagrangian:
Prosedur umum yang dipakai untuk mencari persamaan diferensial gerak dari
sebuah sistem adalah sebagai berikut:
1. Pilih sebuah kumpulan koordinat untuk menyatakan konfigurasi sistem.
2. Cari energi kinetik T sebagai fungsi koordinat tersebut beserta turunannya terhadap
waktu.
3. Jika sistem tersebut konservatif, cari energi potensial V sebagai fungsi koordinatnya,
atau jika sistem tersebut tidak konservatif, cari koordinat umum Q k.
4. Persamaan deferensial gerak selanjutnya dapat dicari dengan menggunakan
persamaan di atas.

Applikasi Lagrangia:
a. Osilator Harmonik
Sebuah osilator harmonik 1-dimensi, dan misalkan padanya bekerja sebuah gaya
peredam yang besarnya sebanding dengan kecepatan. Oleh karena itu sistem
dapat dipandang tidak konservatif. Jika x menyatakan pergeseran koordinat,
maka fungsi Lagrangiannya adalah

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)


1
2

mx 2 12 kx 2

L=T-V=
dimana m adalah massa dan k adalah tetapan pegas. Selanjutnya:

L
mx
x

L
kx
x

Oleh karena pada sistem bekerja gaya yang tidak konservatif yang harganya

&
x

sebanding dengan kecepatan; dalam hal ini Q' = -c , sehingga persamaan


gerak dapat ditulis :

d
mx cx ( kx )
dt

&
& cx
& kx 0
mx
Ini tak lain adalah persamaan gerak osilator harmonik satu dimensi dengan gaya
peredam.
b. Parikel yang berada dalam Medan Sentral
Rumuskan persamaan Lagrange gerak sebuah partikel dalam sebuah bidang di
bawah pengaruh gaya sentral. Kita pilih koordinat polar q1 = r, q2 = . Maka

T 12 mv 2 12 m r 2 r 2 2

V V(r )

L 12 m r 2 r 2 2 V r
Selanjutnya dengan menggunakan persamaan Lagrange, diperoleh :

L
mr
r

L
mr 2 f (r )
r

L
0

L
mr 2

Oleh karena sistemnya tidak konservatif, maka persamaan geraknya adalah :

d L L

dt r
r

d L L

dt

d
mr 2 0
dt

mr mr 2 f (r )
3. Metode Hamiltonia
Persamaan Hamiltonia :

H =T+V

....(3.1)

T=

p
, V =V (q)
2m

Catatan bahwa T adalah fungsi khusus dari p ketika V adalah fungsi khusus q.
Sebagai contoh,penurunan waktu dari momentum p sama dengan Gaya
Newtonia(Hukum II Newton), dan persamaan pertama memiliki arti bahwa

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)


kecepatan

partikel

sama

dengan

turunan

dari

energi

kinetik

terhadap

momentumnya.
H = pi

q i - L(q, q )

reinterpreted as a function of position and momentum, called the


Hamiltonian
H : T*Q R

where the cotangent bundle is the space of position-momentum pairs. In


this approach,position and momentum will satisfy Hamilton's equations:

d q i H dp i H
=
,
=
dt p i dt
q i

Dalam kondisi tertentu, tidaklah mungkin atau sulit menyatakan seluruh gaya
yang beraksi terhadap partikel, maka pendekatan Newton menjadi rumit pula
atau bahkan tak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, pada perkembangan
berikutnya dari mekanika, prinsip Hamilton berperan penting karena ia hanya
meninjau energi partikel saja.
Berikut adalah penurunan persamaan Hamilton:

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)

Applikasi Hamilton :
1. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak osilator harmonik
satu dimensi.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan sebagai :

1
mx 2
2

dan
Momentumnya dapat ditulis

1
Kx 2
2
(3.2)

T
mx
x

p
m

atau

(3.3)

Hamiltoniannya dapat ditulis :

HTV

1 2 K 2
p x
2m
2
(3.4)

Persamaan geraknya adalah :

H
x
p

H
p
x

(3.5)

dan diperoleh :

p
x
m

Kx p

Persamaan pertama menyatakan hubungan momentum-kecepatan.


menggunakan kedua persamaan di atas, dapat kita tulis :

Dengan

mx Kx 0

(3.6)
yang tak lain adalah persamaan osilator harmonik.
2. Gunakan persamaan Hamilton untuk mencari persamaan gerak benda yang berada
di bawah pengaruh medan sentral.
Jawab : Energi kinetik dan energi potensial sistem dapat dinyatakan dalam koordinat
polar sebagai berikut:

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)

m 2
( r r 2 2 )
2
dan V=V(r)

(3.7)

Jadi :

pr
p

T
mr
r

pr
m
(3.8)

T
mr 2

p
2
mr
(3.9)

Akibatnya :

p 2
1
2
H
(p r 2 ) V(r )
2m
r
(3.10)

Persamaan Hamiltoniannya:

H
r
p r

Selanjutnya:

H H
H

p r
p
p
r

(3.11)

pr
r
m
(3.12)

V(r ) p 2
3 p r
r
mr

(3.13)

p

mr 2
(3.14)

p 0

(3.15)
Dua persamaan yang terakhir menunjukkan bahwa momentum sudut tetap,

p kons tan mr 2 mh
(3.16)
Sedangkan dua persamaan sebelumnya memberikan,

mr p r

mh 2 V(r )

r
r3

untuk persamaan gerak dalam arah radial.

(3.17)

Sumber-Sumber terkait:
C.Baez,John and K.Wise,Derek. 2005 . Classical Mechanics. Riverside: University of California
Kelompok Mahasiswa Fisika UNESA. 2013. Metode Lagrangia dan Mekanika Hamilton. Surabaya:
Pascasarjana UNESA
Vinogradov, A. M.; Kupershmidt, B. A. 1981.The structure of Hamiltonian mechanics . London:
Cambridge Univ. Press

ARTIKEL TEORI LAGRAGIA DAN HAMILTON- Intan Dyah A.P.(M0213042)


Teori Mekanika klasik tersebut dapat dikembangkan pada teori mekanika kuantum yang membahas
tentang Relativistik, bahkan juga dapat dikembangkan pada teori thermodinamik.

Cukup sedikit penjelasan tentang Teori Newtonia, Lagrangia,dan


Hamiltonia. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Tak ada rotan,akar
pun jadi. Jika ada kekurangan mohon maaf,karena tak ada gading yang tak
retak. Sambil renang minum air, sembari belajar saya share juga.
Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai