Anda di halaman 1dari 19

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FLAVONOID PADA

DECOCTA AKAR SENGGANI (Melastoma candidum D.Don)


DENGAN METODE KRAMATOGRAFI LAPIS TIPIS

OLEH:
SITI NURJANAH
149108

AKADEMI FARMASI YARSI PONTIANAK


TAHUN 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kalimantan barat nerupakan daerah tropis yang memiliki keanekaragaman hayati
tertinggi, tetapi banyak tumbuhan yang belum dimanfaatkan secara optimal, salah satu
diantaranya adalah senggani (Melastoma candidum D.Don). senggani merupakan tumbuhan
liar ynag sering tumbuh ditanah lapang, semak-semak, dan dipinggiran jalan. Tumbuhan ini
dapat digunakan untuk mengobati berbagai jenis penyakit., diantaranya adalah sebagai
antidiare (Depkes, 1989).
Senggani telah digunakan dalam pengobatan untuk luka dan borok, diare, disentri dan
juga penanggulangan hipertensi (digunakan selurah bagian tumbuhan), sakit gigi, kumurkumur (akarnya). Daun muda dapat dimakan sebagai lalapan, atau direbus untuk pengobatan
rematik, radang sendi (arthritis) dan untuk relaksasi pada kaki. Selain itu daun,buah, biji dan
akar dapat digunakan untuk penetral racun, dengan direbus dan diminum airnya. Daunnya
berguna dalam peternakan ulat sutera sebagai bahan makanan. Daging buah (pulp) sekeliling
biji dapat dimakan, bijinya untuk pewarna hitam, dan akarnya untuk pewarna pink.
Semua tanaman mengandung senyawa metabolit baik metabolit primer (asam amino,
karbohidrat, asam lemak, sitokrom, klorofil, dan metabolit intermediet dari jalur anabolik
dan katabolik) maupun metabolit sekunder termasuk fenolik dan flavonoid yang memiliki
berbagai fungsi dan dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan (Heldt 2005). Buah
senggani memiliki warna ungu pekat yang diduga mengandung flavonoid serta memiliki rasa
manis pada buah masak dan pahit pada buah mentah yang dikendalikan oleh senyawa fenolik
berupa asam fenolat atau tanin.

1.2 Rumus Masalah


Ada pun rumusan masalah adalah
1. Senyawa flavonoid apa saja yang terkandung didalam decocta akar senggani?
2. Bagaimana cara menentukan kadungan senyawa flavonoid yang terdapat didalam decocta
akar senggani?
1.3 Tujuan
Ada pun tujuannya adalah
1. Mengetahui jenis senyawa flavanoid yang terkandung di dalam decocta akar senggani.
2. Mengetahui cara mentukan kandungan senyawa flavonoid didalam decocta akar senggani.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi alamiah tentang
senyawa flavonoid pada decocta akar senggani.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tanaman Senggani

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Senggani


Kingdom
: Plantae
Subkingdom : Tracheobionta

Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Myrtales
Famili
: Melastomataceae
Genus
: Melastoma
Species
: Melastoma affine D. Don (Anonim, 2009)
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Senggani
Tanaman senggani ini mempunyai mempunyai gambaran umum seperti
tanaman semak tinggi sekitar 0,5-1,5 m.Batang bersisik empat atau hampr
selinder.Daun tebal dan kaku seperti kertas, tumbuh saling bertolak belakang,
panajang lembaran 4-10 cm dengan lebar 2-6cm, ujug daun agak runcing, tepian daun
rata, dasar lembaran menyerupai bentuk hati, atau hampir membulat terdapat tiga
tulang daun terlihat jelas, tangkai daun berwarna hijau kemerahan atau kecoklatan.
Bunga berwana ungu, daun pelindung bunga kelopak bunga, dan tangkai bunga
memiliki permukaan yang ditumbuhi rambut pendek dan kaku (strigose), bunga
muncul berkelopak sekitar 2-8 bunga. Buah kapsul berwarna kemerahan, ketika
matang berwarna keunguan merekah, ukuran buah 8-10 mm. Biji dikelilingi plasenta
dan berwarna cokelat.
2.1.3 Manfaat daun Senggani
Secara tradisional, tanaman
mengatasi

gangguan

pencernaan

Senggani

berkhasiat

makanan

(dispepsi)

untuk
disentri

basiler, diare, hepatitis, keputihan (leukorea), sariawan, darah haid


berlebihan, perdarahan rahim diluar waktu haid, mimisan, berak
darah (melena), wasir berdarah, radang dinding, pembuluh darah
disertai pembekua darah di dalam salurannya (tromboangitis), air
susu ibu (ASI) tidak lancar, keracunan singkong, mabuk minuman
keras, busung air dan bisul. Di Taiwan, tanamaan ini digunakan
untuk menghilangkan stasis, membersihkan serum dari racun,
cedera traumatik dan disentri. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa ekstrak daun Senggani memiliki potensi sebagai penurun


tekanan darah melalui penurunan simpatik dan menyebabkan
vasodilatasilangsung

dengan

senyawa

bioaktif

utama

yaitu

kastalagin, prosianidin B-2 dan helichrisosida Ekstrak daun Senggani


juga memiliki efek penghambatan pada monoamin oksidase B
karena

mengandung

senyawa

flavonoid

yaitu

quersitrin,

isoquersitrin, rutin, dan quersetin.


2.1.4 Kandungan Tnaman Senggani
Daun senggani rasanya pahit, dan diketahui mengandung
saponin, flavonoi, tanin, castalagi, procyanidin B-2, helichrysoside.
Buah senggani memiliki warna ungu pekat yang diduga mengandung flavonoid serta
memiliki rasa manis pada buah masak dan pahit pada buah mentah yang dikendalikan
oleh senyawa fenolik berupa asam fenolat atau tanin.

2.2 Uji Fitokimia


Salah satu pendektan untuk penelitia tumbuhan obat adalah
penampis senyawa kimia yang terkandung dalam tanaman. Cara ini
digunkan untuk mendeteksi senyawa tumbuhan berdasarkan
golongannya. Metode yang telah dikembangkan dapat mendeteksi adanya
golongan senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, steroid, terpenoid
(Teyle, 1998).
Tujuan utama skrining fitokimia adalah untuk mensurvei tanaman
untuk mendapatkan kandungan bioaktif atau kandungan yang berguna

untuk mengobstan. Metode yang digunakan untuk melakukan skrining


fitokimia harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain:
1.
2.
3.
4.
5.

Sederhana
Cepat
Dirancang untuk peralatan minimal
Bersifat selektif untuk golongan senyawa yang dipelajari
Bersifat semi kuantitatif sebegitu jauh dapat diketahui baas rendah

dari golongan senyawa yang dipelajari


6. Dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya
senyawa tertentu darigolongn senyawa yang dipelajari
2.2.1 Metabolit Sekunder
Metabolit sekuner adalah suatu zat kimia bukan nutrisi yang
memainkan peran penting dalam proses keberadaan dan evaluasi
bersama antara jenis dilingkungan. Ciri spesifik metabolit sekunder
antara lain struktur kimia beragam, penyebaran relatif terbatas,
pembenukanya dipengaruhi enzim yang merupakan aspek
spesalisasi sel dalam proses diferensiasi dan perkembangan
organisme, kurag penting bagi sel penghasil, tetapi penting bagi
organisme secara keseluruhan.
2.2.1.1

Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang


terdapat dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukan

aktivitas fisiologi tertentu, sehingga metabolit sekunder ini


banyak digunakan sebagai obat. Pada umumnya alkaloid
mengandung satu atom nitrogen. Kebanyakan alkaloid berupa
zat padat, rasa pahit, dan sukar larut dalam air, tetapi mudah
lart dalam kloroform, eter dan pelarut organik lain yang relatif
non polar dan tidak tercampur dengan air.
2.2.1.2

Flavonoid

Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang


memberikan berbagai warna pada tumbuhan. Flavonoid
umumnya terdapat dalam tumbuhan, terikat pada gula
sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang mampu mungkin
saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk
glikosida ( Harborne, 1996). Flavonoid berfungsi untuk
melindungi struktur sel, membantu memaksimalkan manfaat
vitamin C, mencegah tulang keropos, sebagai antibiotik, dan
antinflamasi, dan flavonoid merupakan antioksidan yang
mentralisir radikal bebas yang menyerang sel-sel tubuh.
2.2.1.3

Fenol

Senyawafenol adalah metabolit sekunder dengan


struktur utama adalah cincin benzen yang mengikat gugus
hidroksil. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air
kerena umumnya seringkali berkaitan dengan gula sebagai
glikosida, biasanya terdapat dalam vakuola sel. Senyawa fenol
juga bermanfaat bagi tubuh manusia yaitu sebagai analgesik
dan antiseptika. Beberapa golongan senyawa fenol sudah
diketahui, misalnya lignin sebagai pembangun dinding sel,
antosianin sebagai pigmen bunga (Harbone, 1996).
2.2.1.4

Saponin

Saponin merupakan senyawa berasa pahit menusuk dan


menyebabkan bersin dan kering mengakibatkan iritasi
terhadap selaput lendir. Saponin juga bersifat menghancurkan
butiran darah merah lewat reaksi hemolisis, bersifat racun

bagi hewan berdarah dingin dan banyak diantaranya digunkan


sebagai racun ikan. Saponin bila terhidrolisis akan
menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Saponin
merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat sabun serta
dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk
busa dan menghemolisis sel darah. Saponi dapat digunakan
sebagai obat diuretik dan merangsang kerja ginjal (Harbone,
1996).
2.2.1.6

Steroid

Steroid ditemukan pada jaringan tumbuhan, misalnya


fitosterol. Steroid bersifat senyawa non polar, sehingga mudah
sekali larut dalam pelarut non polar dan tidak larut dalam air
atau pelarut non polar. Senyawa steroid terdapat pada hewan,
tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat pula pada beberapa
tanaman tingkat rendah seperti jamur. Steroid terdapat di
alam tetapi dalam jumlah terbatas dan mempunyai aktivitas
biologis. Senyawa steroid dapat berfungsi sebagai obat
perangsang meningkatnya metabolisme hormon pada tubuh
manusia sehingga menjadi kuat (Harbone, 1996).
2.2.1.6 Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang berarti


termasuk dalam senyawa fenolik. Tanin dapat bereaksi
dengan protein membentuk kopolimer mantap yang tak larut
dalam air. Terdapat 2 jenis utama tanin terhidrolisis, terdapat
pada paku-pakuan, angiospermae dan gymnospermae, dan
tanin terhidrolisis, terdapat pada tumbuhan berkeping dua.
Tanin dapat dideteksi denga sinar UV pendek berupa berccak
lambayung yang bereaksi positif denagn setiap pereaksi fenol
baku. Elagitanin (tanin terhidrolisis) bereaksi dengan khas
asam nitrit (NaNO2 ditambahkan dengan asam asetat)
membentuk warna merah cerah yang kian lama berubah
menjadi biri indigo (Harbone, 1996)
2.2.1.7 Terpenoid

Terpenoid merupakan senyawa hasil kondensasi linier


asam asetat dengan dua atom karbon. Asam asetat melalui
berbagai macam cara akan menjadi asam maloat yang

akhirnya menjadi beberapa senyawa terpen. Terpenoid


mencakup sejumlah besar senya tumbuhan. Terpen
merupakan senyawa hidrokarbon jenuh atau tak jenuh
(Seomarno, 1989).
Secara kimia, terpenoid umumnya larut dalam lemak,
dan terdapat dalam sitoplasma sel tumbuhan khusus pada
permukaan daun. Terpenoid diekstraksi dari jaringan
tumbuhan dengan memakai minyak bumu, eter atau
kloroform. Terpenoid tertentu terkenal karena rasanya,
terutama kepahitannya seperti limonin yaitu suatu senyawa
pahit (Harbone, 1996).
2.2.1.8 Metanol

Metano atau yang lebih dikenal dengan alkohol kayu


atau metil alkohol adalah turunan alkohol yang paling
sederhana. Metanol adalah cairan yang tidak berwarna,
mudah menguap dan mudah terbakar. Metanol juga dikenal
sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan rumus
kimia CH3OH.
2.3
yang

Simplisia
simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagi obat
belum

mengalami

pengolahan

apapun

juga

dan

kecuali

dinyatakanlain, simplisia berupa bahan yang dikeringkan (depkes RI,


1985)
2.3.1 faktor-faktor yang mempengaruhi kualiatas simplisia
1. Bahan baku simplisia
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari
tanaman atau tanaman yang dibudidayaakn. Jika simplisia diambil
dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa panen dan
galur

(asal

usul,

garis

keturunan)

tanaman

dapat

dipantau.

Sementara jika diambil dari tanaman liar maka banyak kendala yang
yang tidak bisa dikendalikan seperti asal usul, umur, dan tempat
tumbuh.
2. Proses pembuatan simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahap. Ada pun
tahap tersebut yaitu :
a. Pengumpulan bahan baku
Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia berbedabeda, tergantung pada bagian tanaman yang akan digunakan,
umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen sangat
erat hubungannya dengan pembentukan senyawa aktif didalam
bagian tanaman yang akan dipanen dan lingkungan tempat
tumbuh.
b. Sortasi basah

Sortasi basah digunakan untuk memisahkan kotorankotoran atau bahan-bahan asing lainya dari bahan simplisia
tersebut.
c. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilankan tanah dan
pengotoran

lainya

yang

melekat

pada

bahan

simplisia.

Pencucian dilakukan dengan air bersih. Misalnya dengan air


hujan, air sumur atau PAM yang mengalir. Untuk bahan
simplisia yang mengandung zat yang mudah larut dalam air
mengalir,

pencuciannya

sesingkatnya.
d. Perajangan
Perajangan jenis

dilakukan

dalam

bahan simplisia

waktu

yang

perlu mengalami

proses perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan


untuk

memudahkan

proses

pengeringan,

pengendapan,

penggilingan.
e. Pengeringan
Tujua pengeringan ialah untuk medapatkan simplisia
yang tidak mudah rusak, sehingga dapat mudah disimpan
dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan

menghentikan

reaksi

enzimatik

akan

mengurangi

kerusakan pada simplisia. Pengeriangan simplisia dilakukan


dengan menggunakan sinar matahari atau menggunakan
suatu

alat

pengeringan

kelembaban

udara,

waktu

pengeringan dan luas permukaan bahan.


f. Sortasi kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan
tahap akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk
memisahkan

benda-benda

asing

seperti

bagian-bagian

tanaman

yang

tidak

diinginkan

dan

pemotongan-

pemotongan lain yang masih ada tertinggal pada simplisia


kering. Setelah
g. Penyimpanan
Simplisia dapat rusak atau berubah karena berbagai
faktor luar dan dalam, antara lain dari cahaya, oksigen
udara, dehidrasi, penyerapan air, pengotoran, serta serangan
(deskep RI, 1985)
2.4 Metode Pemisahan
Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat
dari bahan asal. Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik,
namun khasiatnya tidak berubah.
Tujuan uatama ekstraksi ialah mendapatkan atau memisahkan
sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan dari zatzat yang tidak berfaedah, agar lebih mudah dipergunakan dan
disimpan dibandingkan simplisia asal, dan bertujuan pengobatan lebih
terjamin (Syamsuni, 2005)
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut,
yaitu (Ditjen POM,2000)
2.4.1 Cara Dingin
1. Maserasi
Maserasi adalah proses penyaringan simplisia dengan cara
perendaman menggunakan pelarut dengan sesekali pengadukan
pada temperatur kamar, maserasi yang dilakukan pengadukan
secara

terus-menerus

disebut

maserasi

kinetik

sedangkan

dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan


penyaringan terhadap maserat pertama disebut remaserasi.

2. Parkolasi
Parkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut
yang selalu baru sampai terjadi penyarian sempurna yang
umumnya dilakukan pada temperatur kamar.

Proses perkolasi

terdiri dari pelembaban bahan, tahap perendaman antara, tahap


perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terusmenerus sampai diperoleh perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
2.4.2 Cara Panas
1. Refluks
Refluks

adalah

proses

penyarian

simplisia

dengan

menggunakan alat pada temperatur titik didihnya, selama waktu


tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik.
2. Digesti
Digesti adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu
pada temperatur 40-50C
3. Sokletasi
Sokletasi adalah proses

penyarian

dengan

menggunakan

pelarut yang selalu baru, dilakukan dengan menggunakan alat


soklet sehingga menjadi ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif
konstan dengan adanya pendingin balik.
4. Infundasi
Infundasi adalah proses penyarian

dengan

menggunakan

pelarut air pada temperatur 90C selama 15 menit.


5. Dedoktasi
Dedoksi adalah proses penyarian dengan menggunakan
pelarut air pada temperatur 90C selam 30 menit.
2.4.3 Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi adalah cara pemisahan zat berkhasiat dan zat


lain yang ada dalam sediaan dengan jalan penyarian berfraksi,
penyerapan atau penukaran ion pada zat berpori, menggunakan
cairan atau gas yang mengalir (Farmakope Indonesia ed III, 1979).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk teknik
pemisahan

tertentu.

Pada

dasarnya

semua

cara

kromatografi

menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase bergerak. Prinsip
kromatografi

adalah

melakukan

pemisahan

terhadap

berbagai

senyawa berdasarkan distribusi senyawa tersebut terdapat fase diam


dan fase gerak.
Ada berbagai macam cara dalam mengidentifikasi KLT yaitu
dengan pereaksi semprot dan pembentukan warna-warna dari
senyawa

tersebut.

Tetapi

untk

indentifikasi

umumnya

juga

menggunakan harga Rf. Harga Rf merupakan parameter kualitatif


untuk

indentifikasi

suatu

senyawa,

selain

itu

harga

Rf

menggambarkan kecepatan migrasi suatu serapan (Sastrohamidjojo,


1985)
Harga Rf

Jarak yang ditempuh oleh senyawa dari titk awal penotolan


Jarak yang ditempuh oleh eluen dari titik asal sampai titik
akhir

BAB III
METODELOGI

3.1

Alat Pemelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah pisau stenlis,

baskom, nampan, panci decocta, batang pengaduk, beaker gelas, cawan


penguap, oven, kaca arloji, pipet tetes, corong gelas corong pisah, tabung
reaksi, neraca anaitik, pensil,penggaris, plat KLT, gelas ukur, pipa kapiler,
klem holder, statif, hot plet, lampu UV.
3.2
Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah akar senggani,
pelarut n-heksan, pelarut etanol, serbuk Mg, HCl, H2SO4, pelarut etil
asetat, aseton, aquades.

3.3

Penyiapan Sampel Akar Senggani


Akar senggani yang baru diambil dimasukan kedalam wadah

kemudian dicuci menggunakan air yang mengalir dan bersih, sampel


ditimbang sebanyak yang diperlukan. Kemudian sampel yang sudah
bersih dirajang lalu dihamparkan diatas tempat yang datar untuk
dikeringkan didalam oven. Selanjutnya sampel yang sudah kering,
disortasi kering untuk membuang kotoran yang masih tertinggal. Dan
sampel disimpan.
3.4
Ekstraksi
Ekstaraksi Padat-Cair
Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode decocta. Decocta
dilakukan dengan cara masukan simplisia akar senggani kedalam panci,
tambahkan air yang dibutuhkan, panaskan hingga suhu 90 C, kemudian
ditunggu selama 30 menit.Serkai atau saring selagi panas dengan kain
flanel. Tambahkan air panas, secukupnya melalui ampas hingga didapat
volume yang diinginkan. Maserat yang didapat diuapkan diatas penangas
air.

3.5
Uji Fitokimia Golongan Senyawa Flavonoid
1. Shinoda Test
Sampel ditambahkan serbuk Mg, dan 3 tetes Hcl pekat, dikocok kuatkuat. Kemudian dibiarkan memisah. Timbulnya warna pada lapisan
catat. Warna orange (flavon), merah muda (flavanol), merah (2,3
dihidroflavanol), purple (xanihone).
2. Tes H2SO4
Sampel ditambahkan H2SO4 menghasilakn lariutan kuning tua, larutan
merah kebiruan (kalkon, auron), orange-merah(falvanon) menunjukan
adanya senyawa flavonoid
3.6
Kromatografi Lapis Tipis

DAFTAR PUSTAKA

1. http://biofarmaka.ipb.ac.id/biofarmaka/2015/BCCS%20Herbal%20Plants
%20Collections%20Senggani.pdf
2. http://eprints.ums.ac.id/14995/2/BAB_I.pdf
3. http://adln.lib.unair.ac.id/files/disk1/533/gdlhub-gdl-s1-2013-junaedidwi26616-11.bab-2.pdf
4. Harbone,J.B, 1996, Metode Fitokimia, edisi II, Penerjemahan ITB Press,
5.

Bandung

Anda mungkin juga menyukai