Anda di halaman 1dari 7

Analisis Framing

Analisa Framing adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui bagaimana realitas (aktor,
kelompok, atau apa saja) dikonstruksi oleh media (Eriyanto, 2005, p.3). Analisa framing
memiliki dua konsep yakni konsep pskiologis dan sosiologis. Konsep psikologis lebih
menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi pada dirinya sedangkan konsep
sosiologis lebih melihat pada bagaimana konstruksi sosial atas realitas. Analisis Framing sendiri
juga merupakan bagian dari analisis isi yang melakukan penilaian tentang wacana persaingan
antar kelompok yang muncul atau tampak di media.
Analisis Framing juga dikenal sebagai konsep bingkai, yaitu gagasan sentral yang terorganisasi,
dan dapat dianalisis melalui dua turunannya, yaitu simbol berupa framing device dan reasoning
device. Framing device menunjuk pada penyebutan istilah tertentu yang menunjukkan julukan
pada satu wacana, sedangkan reasoning device menunjuk pada analisis sebab-akibat. Di
dalamnya terdapat beberapa turunan, yaitu metafora, perumpamaan atau pengandaian.
Catchphrases merupakan slogan-slogan yang harus dikerjakan. Exemplar mengaitkan bingkai
dengan contoh, teori atau pengalaman masa silam. Depiction adalah musuh yang harus dilawan
bersama, dan visual image adalah gambar-gambar yang mendukung bingkai secara keseluruhan.
Pada instrumen penalaran, Roots memperlihatkan analisis sebab-akibat, Appeals to principles
merupakan premis atau klaim moral, dan Consequences merupakan kesimpulan logika
penalaran.
Teknik Framing Dan Konsep Model Zhondhang Pan Dan Gerald M Kosicki
Menurut Etnman, framing berita dapat dilakukan dengan empat teknik, yakni pertama, problem
identifications yaitu peristiwa dilihat sebagai apa dan nilai positif atau negatif apa, causal
interpretations yaitu identifikasi penyebab masalah siapa yang dianggap penyebab masalah,
treatmen rekomnedations yaitu menawarkan suatu cara penanggulangan masalah dan kadang
memprediksikan penanggulannya, moral evaluations yaitu evaluasi moral penilaian atas
penyebab masalah.
Ada dua konsep framing yang saling berkaitan, yaitu konsep psikologis dan konsep sosiologis
yaitu :
1. Dalam konsep psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam suatu
konteks khusus dan menempatkan elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan
lebih menonjol dalam kognisi seseorang. Elemen-elemen yang diseleksi itu menjadi lebih
penting dalam mempengaruhi pertimbangan seseorang saat membuat keputusan tentang
realitas.
2. Sedangkan konsep sosiologis framing dipahami sebagai proses bagaimana seseorang
mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk
mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya Dalam Zhondhang Pan Dan Gerald M
Kosicki, kedua konsep tersebut diintegrasikan.

Secara umkum konsepsi psikologis melihat frame sebagai persoalan internal pikiran seseorang,
dan konsepsi sosiologis melihat frame dari sisi lingkungan sosial yang dikontruksi seseorang.
Dalam model ini, perangkat framing yang digunakan dibagi dalam empat struktur besar, yaitu
sintaksis (penyusunan peristiwa dalam bentuk susunan umum berita), struktur skrip (bagaimana
wartawan menceritakan peristiwa ke dalam berita), struktur tematik (bagaimana wartawan
mengungkapkan pandangannya atas peristiwa ke dalam proposisi, kalimat, atau antar hubungan
hubungan kalimat yang memberntuk teks secara keseluruhan), dan struktur retoris (bagaimana
menekankan arti tententu dalam berita).

METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (analisis framing)

1. KONSEP FRAMING
Analisis framing versi terbaru dari pendekatan wacana, khususnya untuk menganalisis
teks media. Dan yang pertama kali melontarkan tentang framing adalah Beterson 1955 (Sudibyo
1999 : 23). Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan
yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan dan wacana serta menyediakan kategori
kategori standar untuk mengapresiasi realitas.
Dalam ranah studi komunikasi, mewakili analisis tradisi yang mengedepankan
pendekatan atau perspektif multidisipliner untuk menganalisis fenomena atau aktifitas
komunikasi. Konsep framing adalah murni konsep ilmu komunikasi, akan tetapi di pinjam oleh
ilmu kognitif (psikologi). Dalam praktiknya, analisis framing juga membuka peluang untuk
implementasi konsep sosiologi, politik dan cultural untuk menganalisis fenomena komunikasi.
Ilmu ini bekerja didasarkan pada fakta bahwa konsep ini bisa ditemui di berbagai literatur
lintas ilmu sosial dan ilmu perilaku. Secara sederhana, analisis bingkai mencoba untuk
membangun sebuah komunikasi bahasa, visual, dan pelaku dan menyampaikannya kepada pihak
lain atau menginterpretasikan dan mengklasifikasikan informasi baru. Melalui analisa bingkai,
kita mengetahui bagaimanakah pesan diartikan sehingga dapat diinterpretasikan secara efisien
dalam hubungannya dengan ide penulis.
Dalam perspektif komunikasi, framing digunakan untuk membedah cara atau ideology
media saat mengkonstruksi fakta. Dengan kata lain framing di gunakan untuk mengetahui
bagaimana cara pandang wartawan dalam menyeleksi isu dan menulis berita. Dalam konsep
psikologis, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik. Dalam

konsep ilmu lain konsep framing terkesan tumpang tindih, fungsi frame kerap dikatakan sebagai
struktur internal dalam pikiran dan perangkat yang dibangun dalam wacana politik.

2. TEKNIK FRAMING
Secara teknis sangat tidak mungkin seorang jurnalis memframing seluruh bagian berita,
atau dalam kata lain hanyalah berita yang terpenting yang akan menjadi objek framing jurnalis.
Framing dalam berita dilakukan dengan empat cara:

Identifikasi Masalah

Identifikasi Penyebab Masalah

Evaluasi Moral

Saran Penaggulangan Masalah


Menurut Abrar (2000:73) menyebutkan bahwa pada umumnya

ada empat teknik

memframing berita yang digunaka oleh wartawan 1)Cognitive Dissonance (ketidaksukaan sikap
dan perilaku), 2)empati (membentuk pribadi khayal), 3)Packing (daya tarik yang melahirkan
ketidakberdayaan), 4)Assosiasi (menggabungkan kondisi, kebijakan dan objekyang sedang
actual dengan focus berita).Dan sekurangnya ada tiga bagian yang menjadi objek framing
seorang wartawan, yaitu ; judul berita, focus berita dan up berita.
Analisis framing bisa dilakukan dengan bermacam-macam focus dan tujuan. Pendekatan
framing di bagi menjadi dua :
a) Pendekatan Kultural
Meliputi identifikasi dan kategorisasi terhadap penanggulangan, penempatan, asosiasi,
dan penajaman kata, kalimat dan proposisi tertentu dalan suatu wacana.
b) Pendekatan Individual
Frame dalam level individu menimbulkan konsekuensi bahwa untuk tujuan tertentu, studi
framing tidak bisa hanya dilakukan dengan analisis isi terhadap teks media. Menurut Sudibyo
( 1999:42 ) analisis framing terhadap skemata individu bisa dilakukan dengan polling atau
wawancara komprehensif.

3. MODEL FRAMING
Ada dua model framing yang sering digunakan:

A. Model Zhongdang Pan dan Gerald M. kosicki


Melalui tulisan a framing analysis: An approach to New Discourse mengopersionalisasikan empat dimensi structural teks berita sebagai perangkat teks framing: sintaksis,
skrip, tematik dan retoris yang membentuk semacam tema yang mempertautkan elemen-elemen
semantic berita dalan koherensi global. Model ini berasumsi bahwa setiap berita memiliki frame
berfungsi sebagai pusat organisasi berita. Dalam pendekatan ini framing di bagi menjadi 4
struktur besar :
1. Struktur Sintaksis
Bisa diamati dari bagan berita yang meliputi cara wartawan menyusun.
berita. Struktur sintaksis memiliki perangkat:
a.

Headline merupakan berita yang dijadikan topik utama oleh media.

b. Lead (teras berita) merupakan paragraf pembuka dari sebuah berita yang biasanya mengandung
kepentingan lebih tinggi. Struktur ini sangat tergantung pada ideologi penulis terhadap peristiwa.
c.

Latar informasi

d. Kutipan
e.

Sumber

f.

Pernyataan

g. Penutup
2. Struktur Skrip
Skrip adalah cara wartawan mengisahkan fakta. Melihat bagaimana strategi bertutur atau
bercerita yang digunakan wartawan dalam mengemas berita.
Struktur skrip memfokuskan perangkat framing pada kelengkapan berita :
a.

What (apa)

b. When (kapan)
c.

Who (siapa)

d. Where (di mana)


e.

Why (mengapa)

f.

How (bagaimana)

3. Struktur Tematik
Bagaimana seorang wartawan mengungkapkan suatu peristiwa dalam proposisi, kalimat
atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks secara keseluruhan.
a.

Struktur tematik mempunyai perangkat framing:

b. Detail
c.

Maksud dan hubungan kalimat

d. Nominalisasi antar kalimat


e.

Koherensi

f.

Bentuk kalimat

g. Kata ganti
4. Struktur Retoris
Bagaimana seorang waratawan menekankan arti tertentu atau dalam kata lain penggunaan
kata, idiom, gambar dan grafik yang digunakan untuk memberi penekanan arti tertentu. Struktur
retoris mempunyai perangkat framing :
a.

Leksikon/pilihan kata
Perangkat ini merupakan penekanan terhadap sesuatu yang penting.

b. Grafis
c.

Metafor

d. Pengandaian
B. Gamson dan Modigliani
Didasarkan pada pendekatan konstruksionis yang melihat representasi media, berita dan
artikel, terdiri atas Package Interaktif yang mengandung konstruksi makna tertentu. Dalam
Package Interaktif terdapat dua struktur :
a. Core Frame
Merupakan pusat organisasi elemen-elemen ide yang membantu komunikator
menunjukkan substansi isu yang dibicarakan.
b. Condensing Symbol

Memiliki dua struktur framing devices dan reasoning devices. Framing Devices
mencakup methapore, exemplar, cathcpharses, deceptions dan visual image yang menekankan
pada bagaimana melihat aspek suatu isu atau berita. Sedangkan Reasoning Devices
menekankan

aspek pembenaran terhadap cara melihat isu, yakni roots dan appeals to

principle.

4. Model Proses Framing


Proses analisis ini dibagi menjadi empat bagian :
A. Frame Bulding (Bangunan Bingkai/Frame)
Studi ini mencakup tentang dampak faktor-faktor pengendalian diri terhadap organisasi,
nila-nilai profesional dari wartawan, atau harapan terhadap audien terhadap bentuk dan isi berita.
Studi ini belum mampu menjawab bagaimanakah media dibentuk atau tipe pandangan/analisis
yang dibentuk dari proses ini. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses yang mampu
memberikan pengaruhnya terhadap kreasi atau perubahan analisa dan penulisan yang diterapkan
oleh wartawan.
Frame bulding meliputi kunci pertanyaan: faktor struktur dan organisasi seperti apa yang
mempengaruhi sistem media, atau karakteristik individu wartawan seperti apa yang mampu
mempengaruhi penulisan sebuah berita terhadap peristiwa.
Faktor kedua yang mempengaruhi penulisan berita adalah pemilihan pendekatan yang
digunakan wartwan dalam penulisan berita sebagai konsekuensi dari tipe dan orientasi politik,
atau yang disebut sebagai rutinitas organisasi. Faktor ketiga adalah pengaruh dari sumbersumber eksternal, misalnya aktor politik dan otoritas.
B. Frame setting (Pengkondisian Framing)
Proses kedua yang perlu diperhatikan dalam framing sebagai teori efek media adalah frame
setting. Para ahli berargumen bahwa frame setting didasarkan pada proses identivikasi yang
sangat penting. Frame setting termasuk salah satu aspek pengkondisian agenda (agenda setting).
Agenda setting lebih menitikberatkan pada isu-isu yang menonjol/penting, frame setting, agenda
setting tingkat kedua, yang menitikberatkan pada atribut isu-isu penting. Level pertama dari

agenda setting adalah tarnsmisi objek yang penting, sedangkan tingkat kedua adalah transmisi
atribut yang penting.
Namun, Nelson dalam Scheufele (1999:116) menyatakan bahwa analisa penulisan berita
mempengaruhi opini dengan penekanan nilai spesifik, fakta, dan pertimbangan lainnya,
kemudian diikuti dengan isu-isu yang lebih besar, nyata, dan relevan dari pada memunculkan
analisa baru.
C. Individual-Level Effect of Farming (Tingkat Efek Framing terhadap Individu)
Tingkat pengaruh individual terhadap seseorang akan membentuk beberapa variabel
perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya telah dilakukan dengan manggunakan model
kota hitam (black-box model). Dengan kata lain, studi ini terfokus pada input dan output, dan
dalam kebanyakan kasus, proses yang menghubungkan variabel-variabel kunci diabaikan.
Kebanyakan penelitian melakukan percobaan pada nilai keluaran framing tingkat individu.
Meskipun telah memberikan kontribusi yang penting dalam menjelaskan efek penulisan berita di
media dalam hubungannya dengan perilaku, kebiasaan, dan variabel kognitif lainnya, studi ini
tidak mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa dua variabel dihubungkan satu sama lain.
D. Journalist as Audience (Wartawan sebagai Pendengar)
Pengaruh dari tata mengulas berita pada isi yang sama dalam media lain adalah fungsi
beragam faktor. Wartawan akan lebih cenderung untuk melakukan pemilihan konteks. Di sini,
diharapkan wartawan dapat berperan sebagai orang yang mendengarkan analisa pembaca
sehingga ada timbal balik ide. Akibatnya, analisa wartawan tidak serta merta dianggap paling
benar dan tidak terdapat kelemahan.
Framing sebagai teori efek media membutuhkan konsep proses model dari pada terfokus
pada input dan output. Oleh karena itu, penilitian masa depan harus mengakomodasi empat kunci
di atas. Model proses diharapakan menjadi acuan kerja masa depan yang secara sistematis
mampu memberikan pemecahan terhadap isu-isu framing dan melakukan pendekatan detail
dalam teori yang koheren.

Anda mungkin juga menyukai