Jenis kambing ini adalah salah satu ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan
di Indonesia. Kambing kacang merupakan kambing lokal Indonesia, kambing ini memiliki daya
adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang tinggi
pula. Kambing kacang jantan dan betina keduanya merupakan tipe kambing pedaging.
2. Kambing Ettawa (Kambing Jamnapari)
Kambing Ettawa atau dikenal juga dengan nama Kambing Jamnapari, merupakan jenis
kambing unggul yang dapat diternakkan sebagai kambing penghasil susu maupun sebagai
kambing penghasil daging. Kambing Ettawa ini didatangkan dari India.
3. Kambing Jawarandu
Kambing Jawarandu (Jawa Randu) memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan
Kacukan. Kambing ini merupakan hasil silangan dari kambing peranakan Ettawa dengan
kambing Kacang, namun sifat fisik kambing kacangnya yang lebih dominan. Untuk menghemat
biasanya peternak susu kambing memilih kambing ini untuk diternakkan dan diambil susunya.
Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari.
4. Kambing PE (Peranakan Etawa)
Kambing ini merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing
lokal/Kacang, dengan tujuan lebih mampu beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing ini
dikenal sebagai kambing PE (Peranakan Etawa), dan saat ini juga dianggap sebagai kambing
Lokal.Kambing PE berukuran hampir sama dengan Etawa namun lebih adaptif terhadap
lingkungan lokal Indonesia. Tanda-tanda tubuhnya berada diantara kambing Kacang dan
kambing Etawa. Jadi ada yang lebih ke arah kambing Etawa, dan sebagian ada yang lebih ke
arah kambing Kacang.
5. Kambing Boer
Habitat Kambing Boer aslinya berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang
ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata Boer artinya petani. Kambing Boer merupakan
kambing pedaging yang sesungguhnya karena pertumbuhannya sangat cepat.
6. Kambing Saanen
Kambing Saanen ini aslinya berasal dari lembah Saanen, Swiss (Switzerland) bagian
barat. Merupakan salah satu jenis kambing terbesar di Swiss dan penghasil susu kambing yang
terkenal. Sulit berkembang di wilayah tropis karena kepekaannya terhadap matahari. Oleh karena
itu di Indonesia jenis kambing ini disilangkan lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten
terhadap cuaca tropis dan tetap diberi nama kambing Saanen, antara lain dengan kambing
peranakan etawa.
7. Kambing Gembrong
Kambing Gembrong terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten
Karangasem. Melihat badannya memang mirip kambing, tetapi bila melihat bulunya yang lebat
mirip anjing. Dari badan hingga kepala, hewan ini juga hampir tertutup seluruhnya oleh bulu dan
kambing ini hampir punah.
8. Kambing Boerawa
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan
dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina serta mulai berkembang dan banyak jumlahnya
di Propinsi Lampung.
9. Kambing Marica
Kambing Marica adalah suatu variasi lokal dari Kambing Kacang yang terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan, dan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia yang
menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah (endargement).
10. Kambing Samosir (Kambing Putih, Kambing Batak)
Berdasarkan sejarahnya kambing Samosir ini dipelihara penduduk setempat secara turun
temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara.
B. Domba
1. Domba Garut (Domba Priangan)
Menurut para pakar domba seperti Prof. Didi Atmadilaga dan Prof. Asikin Natasasmita,
bahwa Domba Garut merupakan hasil persilangan segitiga antara domba lokal (asli Indonesia),
Domba Cape/Capstaad (Domba Ekor Gemuk atau Kibas) dari Afrika Selatan dan Domba Merino
dari Asia Kecil.
2. Domba Texel Wonosobo (Dombos)
Domba Texel atau juga dikenal dengan nama Dombos yang artinya Domba Texel Wonosobo.
Pada bulan Juli 2009, peternak di Lampung Timur mendatangkan 75 ekor betina dan 1 pejantan
domba Texel yang didatangkan dari daerah Dieng Wonosobo, dan ternyata dapat beradaptasi dan
berkembang biak dengan baik di daerah Lampung Timur yang bersuhu panas.
3. Domba Batur Banjarnegara (Domas)
Domba Batur (atau Domas) sebenarnya merupakan domba hasil persilangan dari domba
lokal yaitu domba Ekor Tipis (Gembel), domba Suffolk dan domba Texel. Pada 1984, kelompok
tani ternak di Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, berusaha menyilangkan
domba bantuan presiden dengan domba lokal. Persilangan domba asal Tapos dan domba lokal
menghasilkan keturunan yang oleh warga dinamai domba Batur atau Domas.
4. Domba Ekor Tipis (Domba Gembel)
Domba ekor tipis dikenal sebagai domba asli Indonesia dan sering disebut Domba
Gembel, dalam Bahasa Inggris disebut Javanesse Thin-Tailed sheep.
5. Domba Ekor Gemuk (Domba Kibas)
Domba Ekor Gemuk dikenal juga dengan nama Domba Kibas (di Jawa), juga dikenal
sebagai domba Donggala (di Sulawesi Selatan). Domba ini berasal dari Asia Barat atau India
yang dibawa oleh pedagang bangsa Arab pada abad ke-18. Pada sekitar tahun 1731 sampai 1779
pemerintah Hindia Belanda telah mengimpor domba Kirmani, yaitu domba ekor gemuk dari
Persia.
6. Domba Polwarth
Domba Portland berasal dari Inggris dan merupakan salah satu breed Dorset.
Bertubuh kecil dan dipenuhi oleh wool kecuali pada bagian wajah dan kaki bagian bawah yang
berwana kecoklatan. Domba yang baru lahir berwarna dan berwarna agak keputih-putihan atau
abu-abu selama beberapa awal bulan kehidupan. Tanduk muncul setelah dewasa dan berbentuk
spiral.
8. Domba Norwegia (Villsau)
Domba Norwegia merupakan domba primitif yang hidup di daerah Norwegia dan
Skandinavia.Memiliki muka yang kecil dengan kaki yang bagus dan bulu yang berwarna hampir
putih sampai keabu-abuan, cokelat gelap dan hitam. Berat jantan dewasa sekitar 43 kg dan
betinanya 32 kg.
Kulit yang lepas dari tubuh hewan hanya bisa bertahan maksimal 6-8 jam untuk tahan
terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Setelah itu, bila kulit tidak segera diawetkan maka kulit
tersebut akan menjadi rusak. Pengawetan kulit secara umum didefinisikan sebagai suatu Acara
atau proses untuk mencegah terjadinya lisis atau degradasi komponen-komponen dalam jaringan
kulit.
Prinsip pengawetan kulit adalah menciptakan kondisi yang tidak cocok bagi pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme perusak kulit. Hal tersebut dilakukan dengan menurunkan
kadar air sampai tingkat serendah mungkin dengan batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak
mampu untuk tumbuh (5-10%).
Kulit segar bersifat mudah rusak atau busuk karena merupakan media yang baik untuk
berkembangbiaknya mikroorganisme pembusuk.
memenuhi kebutuhan usaha bahan baku kulit pada industri-industri kulit perlu dilakukan usaha
pengawetan yang efisien yaitu dengan cara diawetkan dengan penggaraman.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah defek-defek ini adalah :
a. Dapat sortasi dan grading kulit domba/kambing garaman
b. Dapat menentukan cacat kulit karena garam
c. Dapat menentukan cacat kulit karena bakteri
d. Dapa menentukan cacat kulit karena bahan kimia
e. Dapat menentukan cacat kulit karena mekanis
1.4 Manfaat Penulisan
a. Dapat diperoleh berbagai analisa mengenai kerusakan kulit pada kulit kambing/sapi garaman
sebelum proses pengawetan atau proses pengolahan kulit selanjutnya, serta mendapatkan hasil
yang sesungguhnya mengenai penyebab kerusakan pada kulit kambing/domba garaman dan
penanganan untuk kerusakan tersebut, agar tidak mengganggu atau merugikan pada proses
pengolahan kulit selanjutnya.
b. Dapat menentukan kualitas dan jenis kulit kambing/sapi segar
BABII
LANDASAN TEORI
Stanley (1993,48) menyatakan bahwa penggaraman merupakan metoda pengawetan yang
paling mudah dan efektif. Reaksi osmosis dari garam mendesak air keluar dari kulit hingga
tingkat kondisi yang tidak memungkinkan pertumbuhan bakteri. Kulit menth segar bersifat
mudah busuk karena merupakan media yang baik untuk tumbuh dan berkembangbiaknya
mikroorganisme. Pada kulit kambing dan domba sering sekali diawetkan dengan cara garam
tabor. Pada saat proses garam tabut, sebelum garam ditaburkan harus diperhatikan posisi kulit
yang diawetkan dan kondisi kulit tersebut.
Pengaweta garam tabur hanya membutuhkan disinfektan 0,5% dan garam untuk
menaburkan diatasnya dan dibawahnya setelah diberi disinfektan. Bagian daging ditaburi kirakira 30% dari berat kulit basah. Dalam hal pengawetan sangat tidak menutup kemungkinan
untuk terjadi kerusakan kulit baik sebelum maupun sesudah mengawetkan kulit dengan garam
tabur. Oleh karena itu harus diperhatikan betul bagaimana cara pengawetan yang baik karena
kerusaka pada kulit bisa terjadi saat kulit masih hidup, saat pengulitan dan saat pengawetan.
A. Defek-defek kulit dibedakan menjadi 2 faktor
B. , yakni:
1. Ante-mortem (sebelum / kerusakan pada ternak hidup)
Merupakan kerusakan kulit mentah yang terjadi pada saat hewan masih hidup, kerusakan
kulit ini dapat disebabkan oleh parasit, penyakit, umur tua, dan sebab mekanis
2. Post-mortem(setelah / kerusakan pada saat atau setelah proses pengulitan)
Merupakan kerusakan kulit yang terjadi pada saat pengolahan kulit. Misalnya : pada proses
pengulitan (terdapat snei), pada proses pengawetan, pada saat penyimpanan dan pengangkutan.
B. Penyebab-Penyebab Kerusakan Kulit
1. Kerusakan saat hewan masih hidup
A. Oleh ternak :
1. Gerakan, perasaan gatal, gesekan duri, kawat, batu, dll
2.
Lecet
B. Oleh manusia :
1. Pukulan
2. Cap atau tanda pada badan ternak
C. Oleh penyakit :
1. Bengkak, gudik, caplak, kutu, lalat
2. Parasit (larva hypoderma bovis )
2. Kerusakan pada saat menguliti (skinning)
A. Pekerja kurang pengalaman
B. Pisau yang tidak sesuai
C. Cara penggunaan pisau
3. Kerusakan pada waktu transportasi
A. Perjalanan yang lama, karena keadaan kulit yang basah dan lembab mengakibatkan kulit tersebut
busuk dan adanya jamur ( kulit berlubang dan kulit rusak )
BAB III
PEMBAHASAN
Kutu menyerang kulit pada saat ternak masih hidup atau kerusakan ante-mortem. Kutu
tersebut menyerang bagian-bagian luar kulit dulu dan akan terus berkembang mengambil protein
pada kulit. Kerusakan ini akan membekas pada kulit terutama saat dipickle.
c.
d. Rose
Ini disebut juga sebagai luka sembuh. Rose merupakan akibat dari gerakan-gerakan
kambing/domba yang merasa gatal pada tubuhnya lalu menggarukkan pada tempat yang bisa
merusak kulit domba tersebut.
e. Kerusakan kulit pada kulit garaman biri-biri
Kerusakan kulit diatas diakibatkan karena penguulitan yang kurang sempurna dan kurang
sempurnanya si penjagalnya, dan terdapat dinangari pada permukaan nerfnya, serta bulu yang
begitu tebal mengakibatkan kulit masuk pada kualitas reject.
3.4 Kualitas Kulit kambing/domba garaman
a.
Kulaitas Bagus
b. Kualitas Reject
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kerusakan pada kulit terdapat berbagai macam penyebabnya, yakni kulit rusak pada saat
hewan ternak masih hidup dan kulit rusak pada saat setelah atau pada saat proses pengolahan
kulit, kulit yang masih hidup rentan terhadap berbagai macam gangguan, diantaranya :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
DAFTAR PUSTAKA