Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembentukan kualitas sumber daya manusia sejak masa sekolah akan mempengaruhi
kualitas saat mereka mencapai usia produktif (BPOM, 2011). Anak usia sekolah adalah
golongan yang memerlukan perhatian dalam konsumsi makanan dan zat gizi. Tumbuh dan
berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi dengan kualitas
dan kuantitas yang baik serta benar ( Restuastuti dkk, 2012).
Salah satu aspek yang memegang peranan yang cukup penting dalam memberikan asupan
energi dan gizi serta pemeliharaan ketahanan belajar bagi anak ketika berada di sekolah
adalah pangan jajanan. Selama 6-8 jam per hari waktu anak dihabiskan di sekolah dan 90
persen anak sekolah membeli jajan di sekolah (BPOM, 2011). Pangan jajanan mempunyai
cita rasa yang enak di lidah, mudah didapat, penampilan yang menarik dan harganya
terjangkau sehingga banyak anak SD yang gemar membeli pangan jajanan tersebut. Namun,
hal tersebut berbanding terbalik dengan kualitas jajanan, baik dari segi keamanan
komposisinya maupun kebersihannya yang dapat membahayakan kesehatan anak.
Berdasarkan data pengawasan PJAS yang dilakukan Direktorat Inspeksi dan Sertifikasi
Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) di seluruh Indonesia pada tahun
2008-2010 menunjukkan bahwa 40-44% PJAS tidak memenuhi syarat karena makanan yang
dijual mengandung bahan kimia berbahaya, BTP melebihi batas aman dan mengandung
cemaran biologis. Data Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan yang dihimpun oleh
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan BPOM RI dari Balai POM di

seluruh Indonesia pada tahun 2008-2010 menunjukkan bahwa 17,26-25,15 kasus terjadi di
lingkungan sekolah dengan kelompok tertinggi siswa sekolah dasar (SD). (BPOM, 2011).
Rendahnya perlindungan anak sekolah terhadap keamanan pangan jajanan disebabkan
karena kurangnya pengetahuan anak sekolah mengenai pemilihan pangan jajanan yang sehat,
aman dan bermutu. Untuk mengurangi paparan
anak sekolah terhadap makanan jajanan yang
1
tidak sehat dan tidak aman diperlukan kepedulian terhadap keamanan pangan jajanan dari
bebagai pihak seperti guru, orang tua, dan pemerintah. Disinilah pentingnya upaya promosi
kesehatan dalam hal pemilihan makanan jajanan khususnya pada anak sekolah yang
merupakan golongan usia pertumbuhan yang seharusnya mengonsumsi makanan sehat
(Judarwanto, 2012).
Menurut Lucie (2005) Promosi kesehatan di lingkungan sekolah sangat efektif karena
anak sekolah merupakan sasaran yang mudah dijangkau sebab terorganisasi dengan baik
serta merupakan kelompok umur yang peka dan mudah menerima perubahan. Anak sekolah
juga berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan sehingga mudah untuk dibimbing,
diarahkan, dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan baik (Notoatmodjo, 2005).

Anda mungkin juga menyukai