Anda di halaman 1dari 4

Bagus Yudoprakoso

MM 67 C | 391766

Weekly Resume MCS #11

Bab 11 Pengukuran Kinerja


Pengukuran berbasis keuangan memiliki keterbatasan. Misalnya,
karena berdasar data historis,performa keuangan mencerminkan performa
di masa lalu namun tidak dapat menggambarkan performa saat ini
ataupun masa depan. Pengukuran kinerja keuangan juga cenderung akan
kesulitan menilai hal-hal yang bersifat intangible. Rigidnya penilaian
berdasarkan kinerja keuangan juga kemudian cenderung mendorong
manajer untuk mengejar target jangka pendek namun terkadang tidak
sinkron

dengan

jangka

panjang

perusahaan.

Belum

lagi,

kinerja

berdasarkan angka-angka finansial kerap kali memunculkan motivasi


untuk

melakukan

manipulasi

data.

Masalah-masalah

tersebut

juga

kemudian terkadang menimbulkan masalah komunikasi antara atasan dan


bawahan dalam penilaian kinerja.
Balance Score Card adalah alat penilaian kinerja yang berupaya
melengkapi penilaian finasial. Balance score card tidak hanya berisikan
informasi

kinerja

keuangan,

namun

juga

menghadirkan

informasi

mengenai kinerja terhadap strategi, operasi, dan juga pelayanan. Alat


evaluasi ini juga dapat digunakan untuk memberi insentif bagi karyawan
supaya

mau

belajar,

twrmotivasi,

dan

terdorong

untuk

mencapai

pencapaian yang baik.


Balance score card terbagi atas 2 dimensi; leading & lagging.
Dimensi leading berisikan aktivitas-aktivitas pemicu kinerja yang baik.
Kinerja

yang

baik

dimulai

dengan

adanya

proses

pembelajaran/pengembangan diri dalam pekerjaan. Pembelajaran dan


pengetahuan akan memberi dampak yang pada perbaikan/efisiensi proses
bisnis, yang kemudian memunculkan nilai yang lebih baik untuk
memuaskan pelanggan. Bila ketiganya tercapai dengan baik, maka
barulah kinerja finansial (dimensi lagging) akan menjadi sangat baik. Jika
dirangkum maka urutannya adalah:

Bagus Yudoprakoso
MM 67 C | 391766
Organizatio
nal learning

Weekly Resume MCS #11

business
process

training
sharing
knowled
ge
skill
mastery
em ploy
ee
turnove
r

custom
er
customer
value
added
value
pelayan
an
kepuasa
n
pelangg
an

efisiensi
improvem
ent
reengineeri
ng

financial
perform
anc
performanc
e
profit
cost
ROI
EVA

Organizational learning terkaot dengan pengembangan kemampuan


karyawan terkait pekerjaannya, seperti; training, penugasan, penelusuran
ide-ide baru, dsb. Business process melihat seberapa jauh dapat dilakukan
pembenahan atau perubahan apa yang dilakukan untuk meningkatkan
efisiensi proses bisnis. Sementara customer value mencakup nilai-nilai
lebih apa yang dapat digunakan untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Barulah kemudian financial performance membahas profit, ROI, ROK,
budget, dan lain-lain.
Untuk membuat balance score card yang baik. Perlu diketahui
strategi perusahaan dengan baik. Langkah selanjutnya adalah berupaya
menentukan

ukuran-ukuran

yang

akan

digunakan

terkait

dengan

pewujudan strategi tersebut. Kemudian, ukuran-ukuran tersebut perlu


diintegrasikan dengan sistem kontrol perusahaan. Terakhir, evaluasi perlu
dilakukan secara berkala.
Penggunaan balance score card memiliki banyak kegunaan. Selain
sebagai alat evaluasi kinerja yang berimbang, balance score card
memberikan gambaran kinerja strategis terhadap target pencapaian
strategis

ke

depannya.

Balance

score

card

juga

merupakan

alat

komunikasi untuk menyampaikan arahan strategis perusahaan dan


mendukung goal congruence. Lebih jauh, balance score card memberikan
insentif bagi karyawan untuk menunjukkan performa yang lebih baik
secara luas.

Bagus Yudoprakoso
MM 67 C | 391766

Weekly Resume MCS #11

Namun demikian, penerapan balance score card memiliki biayabiaya yang perlu ditanggung. Dalam prosesnya, balance score card perlu
menetapkan apa saja kunci-kunci kinerja yang akan diukur dan berfokus
padanya. Kemudian perlu diadakan pelatihan difalitasinya pembelajaran
dalam organisasi. Tetapi juga kadang terjadi dalam balance score card
juga berisikan terlalu banyak poin performa yang harus dinilai sehingga
terkadang

membingungkan

atau

memberi

tekanan

berlebih

pada

karyawan.
Balance score card yang baik diharapkan dapat membantu kinerja
perusahaan secara keseluruhan menjadi lebih baik. Balance score card
yang baik harus dapat: memberikan gambaran strategi perusahaan,
mengkomunikasikan ukuran-ukuran kinerja yang jelas, membatasi ukuranukuran yang diunakan, dan dapat memotivasi manajer untuk lebih
berpresasi/berkontribusi bagi tercapainya kinerja perusahaan yang baik.
Namun demikian, perlu kehati-hatian dalam pembuatan balance
score card. Balance score card dapat menjadikurang bermanfaat bila
dalam pembuatannya manajer mengasumsikan semua hubungan sebab
akibat adalah pasti, padahal dalam kenyataannya terdapat variabelvariabel

lain

yang

mungkin

juga

mempengaruhi

kinerja.

Dalam

penggunaan balance score card juga tidak disarankan untuk menuntut


semua unsur penilaian mengalami peningkatan, terutama dalam kondisi
yang di luar kendali karyawan/manajer yang dinilai.
Dalam kasus tertentu, terkadang penilaian subjektif juga diperlukan
selama logis. Demikian pula manajer diperlukan untuk berimbang dalam
menilai cost & benefit. Terkadang cost yang besar bukan berarti buruk jika
diikuti oleh benefit yang lebih besar dari seharusnya. Dan seperti yang
dijelaskan di awal, balance score card tidak sebaiknya hanya menekankan
pada kinerja finansial saja, namun juga faktor-faktor perkembangan nonfinansial yang mencerminkan pertumbuhan/perkembangan perusahaan
melalui

kinerja

karyawan.

Terakhir,

terkadang

manajer

lupa

dan

memasukkan terlalu banyak indikator pengukuran kinerja yang pada

Bagus Yudoprakoso
MM 67 C | 391766

Weekly Resume MCS #11

akhirnya malah menimbulkan kebingungan dan kurangnya prioritas. Maka


sebaiknya indikator-indikator evaluasinya dibatasi pada beberapa yang
diprioritaskan.

Anda mungkin juga menyukai