Anda di halaman 1dari 26

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1

Fakultas Keperawatan - Unand - 2015


LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELITUS
Nama Mahasiswa

: YAUMIL FAJRI, S.Kep

NO.BP

: 1441312005

Tempat Praktek

: IRNA Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil, Padang

Tanggal

: 25-31Mei 2015 (Minggu ke I)

A. Landasan Teoritis Penyakit


1. Defenisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti mengalirkan atau
mengalihkan (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna
manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang
mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.
Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan
ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel
terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.
(Brunner & Suddarth, 2002 ).
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai
berbagai

kelainan

metabolik

akibat

gangguan

hormonal

yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan


pembuluh darah (Mansjoer dkk,1999).
Sedangkan menurut Francis dan John (2000), Diabetes Mellitus
klinis

adalah

suatu

sindroma

gangguan

metabolisme

dengan

hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi


sekresi insulin atau berkurangnya efektifitas biologis dari insulin atau
keduanya.
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang terjadi ketika
pankreas tidak cukup dalam memproduksi insulin atau ketika tubuh tidak
efisien menggunakan insulin itu sendiri. Insulin adalah hormon yang
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
mengatur kadar gula darah. Hiperglikemia atau kenaikan kadar gula
darah, adalah efek yang tidak terkontrol dari diabetes dan dalam waktu
panjang dapat terjadi kerusakan yang serius pada beberapa sistem tubuh,
khususnya pada pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
mata (dapat terjadi kebutaan), ginjal (dapat terjadi gagal ginjal), syaraf
(dapat terjadi stroke) (WHO, 2011)
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2005,
diabetus merupakan suatu kelompok panyakit metabolik dengan
karakterristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya.
2. Anatomi Fisiologi

Pankreas merupakan sekumpulan kelenjar yang panjangnya kira


kira 15 cm, lebar 5 cm, mulai dari duodenum sampai ke limpa dan
beratnya rata rata 60 90 gram. Terbentang pada vertebrata lumbalis 1
dan 2 di belakang lambung.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin terbesar yang terdapat di
dalam tubuh baik hewan maupun manusia. Bagian depan ( kepala )
kelenjar pankreas terletak pada lekukan yang dibentuk oleh duodenum
dan bagian pilorus dari lambung. Bagian badan yang merupakan bagian
utama dari organ ini merentang ke arah limpa dengan bagian ekornya
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
menyentuh atau terletak pada alat ini. Dari segi perkembangan
embriologis, kelenjar pankreas terbentuk dari epitel yang berasal dari
lapisan epitel yang membentuk usus.
Pankreas terdiri dari dua jaringan utama, yaitu :
Asini sekresi getah pencernaan ke dalam duodenum.
Pulau Langerhans yang tidak tidak mengeluarkan sekretnya keluar, tetapi
menyekresi insulin dan glukagon langsung ke darah.
Pulau pulau Langerhans yang menjadi sistem endokrinologis dari
pankreas tersebar di seluruh pankreas dengan berat hanya 1 3 % dari
berat total pankreas. Pulau langerhans berbentuk ovoid dengan besar
masing-masing pulau berbeda. Besar pulau langerhans yang terkecil
adalah 50 m, sedangkan yang terbesar 300 m, terbanyak adalah yang
besarnya 100 225 m. Jumlah semua pulau langerhans di pankreas
diperkirakan antara 1 2 juta.
Pulau langerhans manusia, mengandung tiga jenis sel utama, yaitu :

Sel sel A ( alpha ), jumlahnya sekitar 20 40 % ; memproduksi


glikagon yang menjadi faktor hiperglikemik, suatu hormon yang

mempunyai anti insulin like activity .


Sel sel B ( betha ), jumlahnya sekitar 60 80 % , membuat insulin.
Sel sel D ( delta ), jumlahnya sekitar 5 15 %, membuat
somatostatin.
Masing masing sel tersebut, dapat dibedakan berdasarkan struktur

dan sifat pewarnaan. Di bawah mikroskop pulau-pulau langerhans ini


nampak berwarna pucat dan banyak mengandung pembuluh darah
kapiler. Pada penderita DM, sel beta sering ada tetapi berbeda dengan sel
beta yang normal dimana sel beta tidak menunjukkan reaksi pewarnaan
untuk insulin sehingga dianggap tidak berfungsi.
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 untuk
insulin manusia. Molekul insulin terdiri dari dua rantai polipeptida yang
tidak sama, yaitu rantai A dan B. Kedua rantai ini dihubungkan oleh dua
jembatan ( perangkai ), yang terdiri dari disulfida. Rantai A terdiri dari 21
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin dapat larut
pada pH 4 7 dengan titik isoelektrik pada 5,3. Sebelum insulin dapat
berfungsi, ia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar di dalam
membrana sel.
Insulin di sintesis sel beta pankreas dari proinsulin dan di simpan
dalam butiran berselaput yang berasal dari kompleks Golgi. Pengaturan
sekresi insulin dipengaruhi efek umpan balik kadar glukosa darah pada
pankreas. Bila kadar glukosa darah meningkat diatas 100 mg/100ml
darah, sekresi insulin meningkat cepat. Bila kadar glukosa normal atau
rendah, produksi insulin akan menurun.
Selain kadar glukosa darah, faktor lain seperti asam amino, asam
lemak, dan hormon gastrointestina merangsang sekresi insulin dalam
derajat berbeda-beda. Fungsi metabolisme utama insulin untuk
meningkatkan kecepatan transport glukosa melalui membran sel ke
jaringan terutama sel sel otot, fibroblas dan sel lemak. ( Brunner and
Suddarth, 2002 )
3. Klasifikasi Diabetes Melitus
Berdasarkan Perkeni (2006) diabetes, diklasifikasikan menjadi:
a. Diabetes Mellitus Tipe-1
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut,
yangdisebabkan oleh: autoimun dan idiopatik
b. Diabetes Mellitus Tipe-2
Penderita diabetes mellitus tipe-2 memiliki satu atau lebih
keabnormalan di bawah ini, antara lain:
Defisiensi insulin relatif: insulinyang disekresi oleh sel-
pankreas untuk memetabolisme tidak mencukupi (Kumar et al,
2005).
Resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif (Perkeni,
2006).

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
c. Diabetes Mellitus Tipe Lain
Diabetes tipe ini dapat disebabkan karena beberapa hal, antara lain :
defek genetic fungsi sel beta, defek genetic kerja insulin penyakit
eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,
sebab imunologi yang jarang dan sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan diabetes
Diabetes Mellitus Kehamilan
Diabetes mellitus kehamilan atau sering disebut dengan istilah
Diabetes Mellitus Gestasional (DMG) adalah suatu gangguan
toleransi karbohidrat yang terjadi atau diketahui pertama kali pada
saat kehamilan sedang berlangsung. Faktor risiko diabetes tipe ini
antara lain obesitas, adanya riwayat DMG, gukosuria, adanya
riwayat keluarga dengan diabetes, abortus berulang, adanya
riwayat melahirkan bayi dengan berat > 4 kg, dan adanya riwayat
preeklamsia. Penilaian adanya risiko diabetes melitus gestasional
perlu dilakukan sejak kunjungan pertama untuk pemeriksaan
kehamilannya.
4. Etiologi
Diabetes

adalah

suatu

penyakit

yang

disebabkan

karena

peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan


hormon insulin absolut ataupun relatif. Namun dari beberapa kasus juga
ditemukan beberapa penyebab terjadinya diabetes antara lain :
a. Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubela, mumps, dan

human

coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel


beta, virus ini mengakibatkan destruksi atau perusakan sel. Bisa
juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus
akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli
kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM.
b. Bahan Toksik atau Beracun

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung
adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk
dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari
singkong.
c. Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan
ditularkan. Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki
kemungkinan lebih besar terserang penyakit ini dibandingkan
dengan anggota keluarga yang tidak menderita DM. Para ahli
kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi
penderita sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak
yang membawa gen untuk diwariskan kepada anak-anaknya.
(Soegondo S, dkk. 2007)
Penyebab lainnya dikategorikan berdasarkan tipe Diabeter yaitu :
a. Diabetes Tipe I :
1) Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri;
tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan
genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan
genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.
2) Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan
cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
3) Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
b. Diabetes Tipe II :
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
1) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di
atas 65 th)
2) Obesitas
3) Riwayat keluarga
5. Manifestasi Klinis
Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan sering
kencing terutama malam hari, banyak makan serta berat badan yang
turun dengan cepat. Di samping itu kadang-kadang ada keluhan lemah,
kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan
jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi di atas 4 kg.Kadang-kadang ada pasien yang
sama sekali tidak merasakan adanya keluhan, mereka mengetahui
adanya diabetes karena pada saat periksa kesehatan diemukan kadar
glukosa darahnya tinggi.
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a. Poliuri (banyak kencing)
Hal ini disebabkan oleh karena kadar glukosa darah meningkat
sampai melampaui daya serap ginjal terhadap glukosa sehingga
terjadi osmotic diuresis yang mana gula banyak menarik cairan dan
elektrolit sehingga klien mengeluh banyak kencing.
b. Polidipsi (banyak minum)
Hal ini disebabkan pembakaran terlalu banyak dan kehilangan cairan
banyak karena poliuri, sehingga untuk mengimbangi klien lebih
banyak minum.
c. Polipagi (banyak makan)
Hal ini disebabkan karena glukosa tidak sampai ke sel-sel mengalami
starvasi (lapar). Sehingga untuk memenuhinya klien akan terus
makan. Tetapi walaupun klien banyak makan, tetap saja makanan
tersebut hanya akan berada sampai pada pembuluh darah.
d. Berat badan menurun, lemas, lekas lelah, tenaga kurang.
Hal ini disebabkan kehabisan glikogen yang telah dilebur jadi
glukosa, maka tubuh berusama mendapat peleburan zat dari bahagian
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
tubuh yang lain yaitu lemak dan protein, karena tubuh terus
merasakan lapar, maka tubuh selanjutnya akan memecah cadangan
makanan yang ada di tubuh termasuk yang berada di jaringan otot
dan lemak sehingga klien dengan DM walaupun banyak makan akan
tetap kurus
e. Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol
fruktasi) yang disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat
penimbunan sarbitol dari lensa, sehingga menyebabkan pembentukan
katarak.
6. Patofisiologi
Pada diabetes melitus tipe1, dikenal 2 bentuk dengan patofisiologi
yang berbeda, yaitu :
a. Tipe 1A, diduga pengruh genetik dan lingkungan memegang peran
utama untuk terjadinya kerusakan pancreas. HLA-DR4 ditemukan
mempunyai hubungan yang sangat erat.
b. Tipe 1B berhubungan dengan keadaan autoimun primer pada
sekelompok penderita yang juga sering menunjukan manifestasi
autoimun lainnya, seperti Hasbimoto disease, pernisious anemia, dan
myasthenia gravis. keadaan ini berhubungan dengan antigen HLADR3 dan muncul pada usia sekitar 30-50 tahun. Pada diabetes tipe 1
cenderung terjadi ketoasidosis diabetic.
Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin, yaitu: resistesni insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan
sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi
suatu rangkain reaksi dalam metabolisme glukosa dalam sel. Resistensi
insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan penurunan reaksi intrasel ini.
Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi
pengambilan glukosa oleh jaringan (Smeltzer & Bare, 2002 ). Untuk
mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam
darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada
penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika selsel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,
maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe 2 (Smeltzer
& Bare, 2002 ).
WOC ( terlampir )
7. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
1) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM
bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan
suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
2) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau
sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
3) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah
bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2 cmH2.
4) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
5)
6)
7)
8)

pernafasan cepat dan dalam.


Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa

kesemutan
9) Pemeriksaan Ekstremitas
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa nyeri,
bisa terasa baal
10) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15
Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
1) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok. Osmolaritas
serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt Gas darah arteri pH
rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) Alkalosis
respiratorik Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi),
leukositosis, hemokonsentrasi, menunjukkan respon terhadap
stress/infeksi. Ureum/kreatinin : mungkin meningkat/normal
lochidrasi/penurunan fungsi ginjal. Amilase darah : mungkin
meningkat > pankacatitis akut. Insulin darah : mungkin menurun
sampai tidak ada (pada tipe I), normal sampai meningkat pada
tipe II yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
2) Pemeriksaan fungsi tiroid
peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa

dalam

urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil


dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
8. Penatalaksanaan
a. Terapi farmakologi
1) Insulin tergolong hormon polipeptida yang awalnya diekstraksi
dari pankreas babi maupun sapi, tetapi kini telah dapat disintesis
dengan teknologi rekombinan DNA menggunakan E. Coli.
Hormon ini dimetabolisme terutama di hati, ginjal, dan otot
(DEPKES RI, 2000).
2) Obat hipoglikemia oral (OHO) Secara umum DM dapat diatasi
dengan obat-obat antidiabetes yang secara medis disebut obat
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
hipoglikemia oral (OHO). Obat ini tidak boleh sembarangan
dikonsumsi

karena

dikhawatirkan

penderita

menjadi

hipoglikemia. Pasien yang mungkin berespon terhadap obat


hipoglikemik oral adalah mereka yang diabetesnya berkembang
kurang dari 5 tahun. Pasien yang sudah lama menderita diabetes
mungkin memerlukan suatu kombinasi obat hipoglikemik dan
insulin

untuk

mengontrol

hiperglikemiknya.

hipoglikemik oral dibagi atas 5 golongan:


Golongan sulfonilurea
Sulfonilurea menstimulasi sel-sel

beta

Obat-obat

dari

pulau

Langerhans, sehingga sekresi insulin ditingkatkan. Di


samping itu kepekaan selsel beta bagi kadar glukosa darah
juga diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transpor
glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita diabetes
mellitus tipe II yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya
masih bekerja cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini
juga memperbaiki kepekaan organ tujuan bagi insulin dan
menurunkan absorbsi insulin oleh hati
Golongan Biguanide
Metformin adalah satu-satunya golongan biguanid yang
tersedia,

bekerja

menghambat

glukoneogenesis

dan

meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini


hanya efektif bila terdapat insulin endogen. Kelebihan dari
golongan biguanid adalah tidak menaikkan berat badan,
dapat menurunkan kadar insulin plasma, dan tidak
menimbulkan masalah hipoglikemia (DEPKES RI, 2000).
Golongan penghambat alfa glukosida
Obat ini merupakan obat oral yang biasanya diberikan
dengan dosis 150-600 mg/ hari yang menghambat alfaglukosidase, suatu enzim pada lapisan sel usus, yang
mempengaruhi digesti sukrosedan karbohidrat kompleks.
Obat ini efektif pada pasien dengan diet tinggi karbohidrat
dan kadar glukosa plasma puasa kurang dari 180 mg/dl.
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Akarbose bekerja menghambat alfa-glukosidase sehingga
memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat
(DEPKES RI, 2000).
Thiazolidindion
Thiazolidindion merupakan

obat

baru

yang

efek

farmakologinya dan berupa penurunan kadar glukosa darah


dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan insulin
dari otot, jaringan lemak, dan hati. Zat ini tidak mendorong
pankreas untuk meningkatkan pelepasan insulin seperti
pada sulfonilurea
Meglitinida
Kelompok obat terbaru ini bekerja menurunkan suatu
mekanisme khusus, yaitu mencetuskan pelepasan insulin
dari pankreas segera sesudah makan. Meglitinida harus
diminum cepat sebelum makan, dan karena reabsorpsinya
cepat maka mencapai kadar puncak dalam satu jam. Insulin
yang dilepaskan menurunkan glukosa darah secukupnya.
Ekskresinya juga cepat, dalam 1 jamsudah dikeluarkan
tubuh
b. Terapi Non-Farmakologi
1) Pencegahan komplikasi
2) Berhenti merokok
3) Mengoptimalkan kadar kolesterol
4) Menjaga berat tubuh yang stabil
5) Mengontrol tekanan darah tinggi
6) Olahraga teratur dapat bermanfaat :
Mengendalikan kadar glukosa darah
Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
Membantu mengurangi stres
Memperkuat otot dan jantung
Meningkatkan kadar kolesterol baik (HDL)
Membantu menurunkan tekanan darah
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes (Brunner and
Suddarth, 2002) :
1) Diet
Prinsip penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:
Jumlah kalori sesuai kebutuhan
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Cara menentukan kebutuhan kalori:
Kurus
: BBx 40-60 kal/ hari
Normal : BBx 30 kal/ hari
Gemuk : BBx 20 kal/ hari
Obesitas : BBx 10-15 kal/ hari
Jadwal makan (6 kali) makan pagi- selingan pagi- makan
siang- selingan sore- makan malam- menjelang tidur.
Jenis makanan, karbohidrat 60- 70% kebutuhan kalori,
protein 10- 15%, lemak 20- 25%, dan unsure kelumit
2)
3)
4)
5)

atau vitamin sesuai kebutuhan.


Latihan
Pemantauan
Terapi (jika diperlukan)
Pendidikan
Tujuannya untuk mendidik pengidap/ keluarganya mengenai
pengetahuan dan ketrampilan praktis diabetes mellitus sehingga
ketaatan dan peran sertanya meningkat, dan memiliki gaya
hidup yang baik

9. Komplikasi
Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan
pengobatan yang terkontrol. Tanpa didukung oleh pengelolaan yang
tepat, diabetes dapat menyebabkan beberapa komplikasi (IDF, 2007).
Komplikasi yang disebabkandapat berupa:
a. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemi
Hipoglikemi ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari
gejala adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa
lapar) dan gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran
menurun sampai koma) (PERKENI, 2006).
2) Ketoasidosis diabetik
Keadaan ini berhubungan dengan defisiensi insulin, jumlah
insulin yangterbatas dalam tubuh menyebabkan glukosa tidak
dapat

digunakan

sebagaisumber

energi,

sehingga

tubuh

melakukan penyeimbangan dengan;. memetabolisme lemak.

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Hasil dari metabolisme ini adalah asam lemak bebasdan
senyawa keton. Akumulasi keton dalam tubuh inilah yang
menyebabkanterjadinya

asidosis

atau

ketoasidosis

(Gale,

2004).Gejala klinisnya dapat berupa kesadaran menurun, nafas


cepat dan dalam(kussmaul) serta tanda-tanda dehidrasi. Selain
itu, sesorang dikatakanmengalami ketoasidosis diabetik jika
hasil pemeriksaan laboratoriumnya:
Hiperglikemia (glukosa darah >250 mg/dL)
Na serum <140 meq/L
Asidosis metabolik (pH <7,3; bikarbonat <15 meq/L)
Ketosis (ketonemia dan atau ketonuria
3) Hiperosmolar non ketotik
Riwayat penyakitnya sama dengan ketoasidosis diabetik,
biasanya berusia > 40 tahun. Terdapat hiperglikemia disertai
osmolaritas darah yang tinggi >320.
b. Komplikasi Kronis (Menahun)
1) Makroangiopati: pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi,
pembuluh darah otak
2) Mikroangiopati: pembuluh darah kapiler retina mata (retinopati
diabetik) dan Pembuluh darah kapiler ginjal (nefropati diabetik)
3) Neuropatid : suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di
mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera
atau penyakit
4) Komplikasi dengan mekanisme gabungan: rentan infeksi,
contohnya tuberkolusis paru, infeksi saluran kemih,infeksi kulit
dan infeksi kaki. dan disfungsi ereksi.
B. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan
1. Identitas
Jenis Kelamin : dapat terjadi pada semua jenis kelamin
Umur
: banyak terjdi pada umur > 45 tahun, diabetes tipe satu
dapat terjadi pada umur muda atau anak-anak.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan nyeri, kesemutan pada
ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh, kulit kering, merah, dan
bola mata cekung, Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah,
kesemutan, lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
b. Riwayat kesehatan lalu
Biasanya klien DM mempunyai Riwayat hipertensi, penyakit jantung
seperti Infart miokard
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya Ada riwayat anggota keluarga yang menderita DM
3. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Vital Sign
Yang terdiri dari tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu.
Tekanan darah dan pernafasan pada pasien dengan pasien DM
bisa tinggi atau normal, Nadi dalam batas normal, sedangkan
suhu akan mengalami perubahan jika terjadi infeksi.
b) Pemeriksaan Kulit
Kulit akan tampak pucat karena Hb kurang dari normal dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit akan tidak elastis. kalau
sudah terjadi komplikasi kulit terasa gatal.
c) Pemeriksaan Leher
Biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar
getah bening, dan JVP (Jugularis Venous Pressure) normal 5-2
cmH2.
d) Pemeriksaan Dada (Thorak)
Pada pasien dengan penurunan kesadaran acidosis metabolic
pernafasan cepat dan dalam.
e) Pemeriksaan Jantung (Cardiovaskuler)
Pada keadaan lanjut bisa terjadi adanya kegagalan sirkulasi.
f) Pemeriksaan Abdomen
Dalam batas normal
g) Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus
Sering BAK
h) Pemeriksaan Muskuloskeletal
Sering merasa lelah dalam melakukan aktifitas, sering merasa
kesemutan
i) Pemeriksaan Ekstremitas
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Kadang terdapat luka pada ekstermitas bawah bisa terasa
nyeri, bisa terasa baal
j) Pemeriksaan Neurologi
GCS :15
Kesadaran Compos mentis Cooperative(CMC)
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a) Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah
puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
Aseton plasma (aseton) : positif secara mencolok. Osmolaritas
serum : meningkat tapi < 330 m osm/lt Gas darah arteri pH
rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik) Alkalosis
respiratorik

Trombosit

(dehidrasi),

leukositosis,

darah

mungkin

hemokonsentrasi,

meningkat

menunjukkan

respon terhadap stress/infeksi. Ureum/kreatinin : mungkin


meningkat/normal

lochidrasi/penurunan

fungsi

ginjal.

Amilase darah : mungkin meningkat > pankacatitis akut.


Insulin darah : mungkin menurun sampai tidak ada (pada tipe
I),

normal

sampai

meningkat

pada

tipe

II

yang

mengindikasikan insufisiensi insulin.


b) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan
glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
c) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa

dalam

urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil


dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ),
kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
d) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
4. Fungsional Gordon
a. Pola persepsi

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Pada pasien gangren kaki diabetik terjadi perubahan persepsi dan
tata laksana hidup sehat karena kurangnya pengetahuan tentang
dampak gangren kaki diabetuk sehingga menimbulkan persepsi yang
negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi
prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, lebih dari 6 juta dari
penderita DM tidak menyadari akan terjadinya resiko Kaki diabetik
bahkan mereka takut akan terjadinya amputasi
b. Pola nutrisi metabolik
Akibat produksi insulin tidak adekuat atau adanya defisiensi insulin
maka kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga
menimbulkan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak
minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan tersebut
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme
yang dapat mempengaruhi status kesehatan penderita. Nausea,
vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek, mual/muntah.
c. Pola eliminasi
Adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis osmotik
yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan pengeluaran
glukosa pada urine ( glukosuria ). Pada eliminasi alvi relatif tidak
ada gangguan.
d. Pola aktivitas dan latihan
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan istirahat
dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan aktivitas dan
bahkan sampai terjadi koma. Adanya luka gangren dan kelemahan
otot otot pada tungkai bawah menyebabkan penderita tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, penderita
mudah mengalami kelelahan.
e. Pola tidur dan istirahat
Istirahat tidak efektif Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka ,
sehingga klien mengalami kesulitan tidur.
f. Kognitif persepsi
Pasien dengan gangren cenderung mengalami neuropati / mati rasa
pada luka sehingga tidak peka terhadap adanya nyeri. Pengecapan
mengalami penurunan, gangguan penglihatan .
g. Persepsi dan konsep diri
Yaumil Fajri, S.Kep
C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
h. Peran hubungan
Luka gangren yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan
penderita malu dan menarik diri dari pergaulan.
i. Seksualitas
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ
reproduksi sehingga menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan
kualitas maupun ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi
serta orgasme. Adanya peradangan pada daerah vagina, serta
orgasme menurun dan terjadi impoten pada pria. risiko lebih tinggi
terkena kanker prostat berhubungan dengan nefropati.(Chin-Hsiao
Tseng on journal, Maret 2011)
j. Koping toleransi
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik,
perasaan tidak berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi
psikologis

yang

negatif

berupa

marah,

kecemasan,

mudah

tersinggung dan lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak


mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
k. Nilai keprercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta

luka

pada

kaki

tidak

menghambat

penderita

dalam

melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita

Yaumil Fajri, S.Kep


C

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
(NANDA)
Ketidakseimbanga
n Nutrisi : Kurang
Dari Kebutuhan
Tubuh
berhubungan
dengan
Ketidakmampuan
Untuk
Mengabsorbsi
Nutrisi
Definisi : intake
nutrisi
tidak
mencukupi untuk
memenuhi
kebutuhan proses
metabolik.
Batasan
Karakteristik :
Nafsu
makan
menurun
Berat
badan
menurun (20%
atau
lebih
dibawah ideal)
Kelemahan/
kerapuhan
pembuluh
kapiler
Penurunan berat
badan dengan
intake makanan
yang cukup
Kurangnya
informasi
Konjungtiva
dan membran
mukosa pucat
Tonus
otot
buruk
Melaporkan
intake makanan

Kriteria Hasil
(NOC)

Intervensi Keperawatan
(NIC)

1) Status nutrisi
Defenisi : sejauh mana
tingkat nutrisi yang
tersedia untuk dapat
memenuhi kebutuhan
proses metabolik.

1)

Manajemen Nutrisi
Aktivitas :
Mengkaji adanya pasien alergi
terhadap makanan
Berkolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis gizi yang
Indikator :
dibutuhkan untuk memenuhi
Intake
nutrisi
kebutuhan gizi pasien
adekuat
Mengatur pola makan dan
Intake
makanan
gaya hidup pasien
adekuat
Mengajarkan
pasien
Intake cairan dalam
bagaimana pola makan seharibatas normal
hari yang sesuai dengan
Energi cukup
kebutuhan
Indeks masa tubuh
Memantau
dan
mencatat
dalam batas normal
masukan kalori dan nutrisi
2) Status nutrisi : asupan
Timbang berat badan pasien
makanan dan cairan
dengan interval yang sesuai
Definisi
:
jumlah
Memberikan informasi yang
makanan dan cairan
tepat tentang kebutuhan nutrisi
dalam tubuh selama
dan
bagaimana
cara
waktu 24 jam.
memenuhinya
Membantu
pasien
untuk
Indikator :
menerima
program
gizi
yang
Intake
makanan
dibutuhkan
melalui oral adekuat
2)
Therapy
nutrisi
Intake cairan melalui
Aktivitas :
oral adekuat

Memantau
makanan
dan

Intake
cairan
minuman yang dimakan dan
melalaui intravena
hitung intake kalori sehari yang
dalam batas normal
sesuai
3) Status nutrisi : intake
Memantau ketepatan anjuran
nutrisi
diet
untuk
memenuhi
Definisi : intake nutrisi
kebutuhan
nutrisi
sehariyang dibutuhkan untuk
hariyang
sesuai
memenuhi
proses
Berkolaborasi dengan ahli gizi
metabolic
untuk menentukan jumlah
Indikator :
kalori dan jenis gizi yang
Intake kalori dalam
dibutuhkan untuk memenuhi
batas normal
kebutuhan gizi pasien

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
yang
kurang
dari kebutuhan
makanan yang
tersedia

Intake
protein
dalam batas normal
Intake lemak dalam
batas normal
Intake karbohidrat
dalam batas normal
Intake serat dalam
batas normal
Intake
mineral
dalam batas normal

Memberikan makanan sesuai


dengan diet yang dianjurkan
Memantau
hasil
labor
Memberikan
Mengajari
kepada keluarga
dan pasien secara tertulis
contoh diet yang dianjurkan
3) Monitor Gizi
Aktivitas :
Memantau berat badan pasien
Memantau turgor kulit
Memantau mual dan muntah
Memantau
albumin,
total
protein, Hb, hematokrit, dan
elektrolit
Memantau tingkat energi,
lemah, letih, rasa tidak enak
Memantau apakah konjungtiva
pucat, kemerahan, atau kering
Memantau intake nutrisi dan
kalori

Kekurangan
a) Keseimbangan cairan
1) Manajemen Cairan
Volume
Cairan
Defenisi : keseimbangan
Aktivitas :
berhubungan
cairan di intraselluler dan
Mempertahankan keakuratan
dengan
ekstraselluler di dalam
catatan intake dan output
Kehilangan
tubuh
Memonitor
status
hidrasi
Volume
Cairan
(kelembaban
membran
Indikator :
Secara Aktif
mukosa, nadi, tekanan darah
Tekanan darah dalam
Definisi
:
ortostatik ), jika diperlukan
batas normal
penurunan cairan
Memonitor vital sign
Keseimbangan intake
Intravaskuler,
Memonitor hasil labor yang
dan output selama 24
Interstisial,
dan
sesuai dengan retensi cairan
jam
atau
Intrasel.
(BUN, Ht, osmolalitas urin)
Diagnosis
ini
Turgor kulit baik
Memonitor masukan makanan/
mengacu
pada
Membran
mukosa
cairan dan hitung intake kalori
dehidrasi
yang
lembab
harian
merupakan
Hematokrit
dalam
Berkolaborasi untuk pemberian
kehilangan cairan
batas normal
cairan IV
saja
tanpa
2) Monitor Cairan
perubahan dalam b) Hidrasi
Aktivitas :
natrium.
Definisi : kecukupan
Batasan
cairan di intraselluler dan
Menentukan faktor resiko dari
Karakteristik :
ekstraselluler di dalam
ketidakseimbangan
cairan
Perubahan
tubuh
(polyuria, muntah, hipertermi)
status mental
Indikator :
Memonitor intake dan output
Penurunan
Turgor kulit baik
Memonitor serum dan jumlah

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015

tekanan darah
Penurunan
volume/
tekanan nadi
Penurunan
turgor
kulit/
lidah
Pengisian vena
menurun
Membran
mukosa/ kulit
kering
Peningkatan
hematokrit
meninggi
Peningkatan
denyut nadi
Konsentrasi
urine
meningkat
Kehilangan
berat
badan
seketika
Kehausan
Kelemahan

Membran
mukosa
lembab
Intake cairan dalam
batas normal
Pengeluaran
Urin
dalam batas normal

elektrolit dalam urin


Memonitor serum albumin dan
jumlah protein total
Memonitor
serum
dan
osmolaritas urin
Mempertahankan keakuratan
catatan intake dan output
Memonitor warna, jumlah dan
berat jenis urin.
3) Terapi Intravena
Aktivitas
:
Periksa tipe, jumlah, expire
date, karakter dari cairan dan
kerusakan botol
Tentukan
dan
persiapkan
pompa infuse IV
Hubungkan
botol dengan
selang yang tepat
Atur cairan IV sesuai suhu
ruangan
Kenali apakah pasien sedang
penjalani pengobatan lain yang
bertentangan
dengan
pengobatan ini
Atur pemberian IV, sesuai
resep, dan pantau hasilnya
Pantau jumlah tetes IV dan
tempat infus intravena
Pantau terjadinya kelebihan
cairan dan reaksi yang timbul
Pantau kepatenan IV sebelum
pemberian medikasi intravena
Ganti kanula IV, apparatus,
dan infusate setiap 48 jam,
tergantung pada protocol
Perhatikan adanya kemacetan
aliran
Periksa IV secara teratur
Pantau tanda-tanda vital
Batas kalium intravena adalah
20 meq per jam atau 200 meq
per 24 jam
Catat intake dan output
Pantau tanda dan gejala yang
berhubungan dengan infusion
phlebitis dan infeksi lokal

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Kerusakan
a) Integritas Jaringan : kulit a) Managemen Tekanan
Integritas
dan membran mukosa
Aktifitas ;
Jaringan
Defenisi : keutuhan
Memakaikan pasien pakaian
berhubungan
struktur
dan
fungsi
yang tidak membatasi gerak
dengan
fisiologis normal dari
Menahan diri untuk melakukan
Perubahan
kulit dan membrane
tekanan pada bagian tubuh
Sirkulasi, Kurang
mukosa
yang sakit
Pengetahuan,
Meninggikan ektremitas yang
Indikator :
Faktor Mekanik
terluka
Temperature
kulit
(tekanan,

Memutar posisi pasien setiap


dalam batas normal
benturan,
dua jam sekali, berdasarkan
Susunan dalam batas
gesekan)
jadwal khusus
normal
Definisi
:
Memantau area kulit yang
kerusakan
pada
Perfusi jaringan baik
kemerahan atau rusak
selaput
lendir,
Integritas kulit baik
Memantau pergerakan dan
kornea, kulit dan
aktifitas pasien
jaringan subkutan b) Penyembuhan luka :
Memantau status nutrisi pasien
tahapan kedua
Batasan
Memantau sumber tekanan dan
Definisi
:
tingkat
Karakteristik :
geseran
regenerasi dari sel dan
Kerusakan
jaringan
setelah b) Perawatan Luka (3660)
jaringan
Aktifitas :
dilakukan penutupan
(kornea,
Mengganti balutan plester dan
Indikator :
membrane
debris
Granulasi
dalam
mukosa,

Mencukur rambut sekeliling


keadaan baik
kulit,
dan
daerah yang terluka, jika perlu
Bekas luka dalam
subkutan)
Mencatat karakteristik luka
keadaan baik
Kehilangan
termasuk warna, bau dan
Penurunan ukuran luka
jaringan
ukuran
Membersihkan dengan larutan
saline atau nontoksik yang
sesuai
Memberikan
pemeliharaan
kulit luka bernanah sesuai
kebutuhan
Mengurut sekitar luka untuk
merangsang sirkulasi
Menggunakan
unit TENS
(Transcutaneous
Elektrikal
Nerve
Stimulation)
untuk
peningkatan penyembuhan luka
yang sesuai
Menggunakan
salep
yang
cocok pada kulit/ lesi, yang
sesuai
Membalut dengan perban yang

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
cocok
Mempertahankan
teknik
pensterilan
perban
ketika
merawat luka
Memeriksa
luka
setiap
mengganti perban
Membandingkan dan mencatat
secara
teratur
perubahanperubahan pada luka
Menjauhkan tekanan pada luka
Mengajarkan
pasien
dan
anggota keluarga prosedur
perawatan luka
c) Posisi
Aktivitas :

Menyediakan tempat tidur


yang terapeutik
Memelihara kenyamanan
tempat tidur
Menempatkan
dalam
posisi yang terapeutik
Posisi
dalam
mempersiapkan
kesajajaran
tubuh
Kelumpuhan/menyokong
bagian tubuh
Memperbaiki bagian tubuh
Menghindari
terjadinya
amputasi dalam posisi fleksi
Memposisikan
untuk
mengurangi dyspnea (mis.
posisi semi melayang), jika
diperlukan
Memfasilitasi pertukaran
udara
yang bagus untuk
bernafas
Menyarankan
untuk
peningkatan rentang latihan
Menyediakan pelayanan
penyokong untuk leher
Memasang
footboard
untuk tidur
Gunakan teknik log roll
untuk berputar
Meningkatkan
eliminasi

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
urin, jika diperlukan
Menghindari tempat yang
akan melukai

Menopang
dengan
backrest, jika diperlukan

Memperbaiki kaki 20
derajat diatas jantung, jika
diperlukan

Menginstruksikan kepada
pasien
bagaimana
menggunakan posisi yang
bagus dan gerak tubuh yang
bagus dalam beraktifitas

Mengontrol
sistem
pelayanan untuk mengatur
persiapan

Memelihara posisi akan


integritas dari sistem

Memperbaiki kepala waktu


tidur, jika diperlukan

Mengatur indikasi kondisi


kulit

Membantu
imobilisasi
setiap 2 jam, sesuai jadwal

Gunakan
alat
bantu
layanan untuk mendukung kaki
(mis. Hand roll dan trochanter
roll)

Menggunakan
alat-alat
yang
digunakan
berulang
ditempat
yang
mudah
dijangkau

Menempatkan
posisi
tempat tidur yang nyaman agar
mudah dalam perpindahan
posisi

Menempatkan
lampu
ditempat
yang
mudah
dijangkau
1) Tingkat glukosa darah
a) Managemen Hiperglikemia
Defenisi : keadaan
Aktifitas ;
dimana tingkat glukosa
Memantau peningkatan gula
di plasma dan urin
darah
dalam rentang normal
Memantau
gejala
hiperglikemia,
poliuria,
Indikator :
polidipsi,
poliphagi,
dan
Glukosa darah dalam
kelelahan.

Resiko
Ketidakstabilan
Kadar
Glukosa
Darah
berhubungan
dengan
Asupan
Makanan,
Ketidakadekuatan

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015
Monitor Glukosa
Darah, Kurangan
Ketaatan Dalam
Manajemen
Diabetes
Definisi : resiko
variasi dari glukosa
darah atau tingkat
gula dari rentang
normal

batas normal
Memantau urin keton
Glukosa urin dalam
Memberikan insulin yang
batas normal
sesuai
Urin keton
Memantau status cairan
2) Manajemen Diabetes
Antisipasi
situasi
dalam
secara mandiri
persyaratan pemberian insulin
Definisi : melakukan
Membatasi gerakan ketika gula
manajemen
Diabetes
darah diatas 250 mg/dl,
secara
mandiri,
terutama apabila terdapat urin
pengobatan
dan
keton
pencegahan
tehadap
Mendorong
pasien
untuk
perjalanan penyakit
memantau gula darah
Indikator :
b) Manajemen hipoglikemia (2130)
Memantau
glukosa
Aktivitas :
darah dalam batas
Mengenali
pasien
dengan
normal
resiko hipoglikemia
Mengobati gejala dari
Memantau gula darah
hiperglikemia
Memantau gejala hipoglikemia
Mengobati gejala dari
seperti:tremor,
berkeringat,
hipoglikemia
gugup, tacikardi, palpitasi,
3) Kurangnya pengetahuan
mengigil, perubahan perilaku,
tentang
manajemen
coma.
diabetes
Memberikan
karbohidrat
4) Ketidakadekuatan
sederhana yang sesuai
dalam memantau gula

Memberikan glukosa yang


darah
sesuai
5) Pengetahuan
tentang
Melaporkan segera pada dokter
diet
Memberikan glukosa melalui
IV
Memperhatikan jalan nafas
Mempertahankan akses IV
Lindungi jangan sampai cedera
Meninjau peristiwa terjadinya
hipoglikemia
dan
faktor
penyebabnya
Memberikan umpan balik
mengenai
manajemen
hipoglikemia
Mengajarkan
pasien dan
keluarga mengenai gejala,
faktor resiko, pencegahan
hipoglikemia
Menganjurkan
pasien
memakan karbohidrat yang
simple setiap waktu

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Praktek Profesi Keperawatan Medikal Bedah 1


Fakultas Keperawatan - Unand - 2015

Referensi:
Bukchech, Gloria, et al (2012). Nursing Intervention Classification (NIC). Lowa :
Mosbysp
Jhonson, Marion. (2012). Outcome project Nursing Clasification (NOC). St Louis
Missouri : Mosby
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002 .Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC:Jakarta.
Sudoyo, Aru W.( 2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna
Publishing.
Wiley, NANDA International. (2012).

Nursing Diagnostig : Defenition and

Clasification 2012-2014. Jakarta :ECG

Cici Andayeni, S.Kep


No.BP : 1541312004

Anda mungkin juga menyukai