Pengelolahan
Limbah Tahu
Disusun oleh :
1. R. Ahmad Fauzan
2. Rachmad Eko Pribadi
(18)
3. Restu Wahyuni
4. Rizki Yuningtyas
(17)
(23)
(27)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah Pengelolahan Limbah Industri Tahu ini dapat
terselesaikan.
Makalah ini disusun sebagai referensi bagi pembaca agar dapat lebih mengerti tentang
pemanfaatan dan pengelolahan limbah dari industry tahu yang ada di Dusun Krapyak,
Margoagung, Seyegan, Sleman. Kita semua tahu bahwa tahu bukanlah hal yang langka bagi
masyarakat di Indonesia, tahu dibuat dari kedelai yang diolah secara direbus, dan diambil
sarinya. Pembuatan tahu ini tentulah menghasilkan limbah baik berupa limbah padat maupun
limbah cair, dalam makalah ini akan dibahas bagaimana cara melakukan pengolahan limbah
cair yang dilakukan masyarakat di Dusun Krapyak, Margoagung, Seyegan, Sleman. Selain itu
makalah ini dibuat sebagai tugas wajib yang diberikan kepada kelas XII semester II dalam
bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Peyusun menyadari bahwa sehingga Makalah Pengelolahan Limbah Industri Tahu ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
guna perbaikan di masa depan.
Akhirnya penyusun berharap mudah-mudahan laporan ini dapat bermanfaat sesuai
apa yang penulis diharapkan.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
A.
Latar Belakang.................................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.............................................................................................. 2
C.
Tujuan............................................................................................................ 2
BAB II..................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN........................................................................................................ 3
A.
AMDAL......................................................................................................... 3
B.
Pengertian Pencemaran....................................................................................... 3
C.
D.
E.
F.
Hasil Wawancara............................................................................................... 8
BAB III................................................................................................................. 11
PENUTUP............................................................................................................. 11
A.
Kesimpulan.................................................................................................... 11
B.
Saran............................................................................................................ 12
LAMPIRAN........................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Limbah cair industri pangan mengandung bahan organik yang tinggi, bila dibuang
ke lingkungan tanpa diolah terlebih dahulu akan menimbulkan dampak negatif berupa
penurunan kualitas badan air penerima. Kandungan bahan organik dalam limbah industri
pangan memiliki bahan organik yang tinggi dan dapat bertindak sebagai sumber makanan
untuk pertumbuhan mikroba. Dengan pasokan makanan yang berlimpah, mikroorganisme
akan berkembang biak dengan cepat dan mereduksi oksigen terlarut yang terdapat dalam
air.
Tahu merupakan salah satu jenis makanan sumber protein dengan bahan dasar
kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Sebagian besar produk
tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala kecil yang kebanyakan terdapat di Pulau
Jawa. Pada kali ini penulias melakukan survey ke sentra industry tahu di Dusun Krapak,
Seyegan, Sleman, Yogyakarta. Industri tersebut berkembang sejalan dengan peningkatan
jumlah penduduk karena bahan baku yang masih mudah di temukan di daerah Indonesia
serta proses pembuatan tahu pun dirasa cukup mudah. Masyarakat juga gemar memakan
tahu atau makanan lain dari kedelai karena harga yang sangat terjangkau dan kandungan
protein yang ada pada tahu tinggi. Namun, di sisi lain industri ini menghasilakan limbah
cair yang berpotensi mencemari lingkungan. Industri tahu membutuhkan air untuk
pemrosesannya, yaitu untuk proses sortasi, peredaman, pengupasan kulit, pencucian,
penggilingan, perebusan dan penyaringan.
Dalam indutri tahu tentu saja tak hanya tahu saja yang dihasilkan, akan tetapi air
buangan dari proses pembuatan tahu ini juga menghasilkan limbah cair yang menjadi
sumber pencemaran bagi manusia dan lingkungan. Limbah tersebut, bila dibuang ke
perairan atau tanah tanpa pengolahan terlebih dahulu dapat mengakibatkan kematian
makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan penting
dalam mengatur keseimbangan biologis air, oleh karena itu penanganan limbah cair secara
dini mutlak perlu dilakukan.
MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH TAHU
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. AMDAL
AMDAL adalah kajian mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan
keputusan suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang
diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau
kegiatan (Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup; dibuat pada
tahap perencanaan
Agar pelaksanaan AMDAL berjalan efektif dan dapat mencapai sasaran yang
diharapkan, pengawasannya dikaitkan dengan mekanisme perijinan. Peraturan pemerintah
tentang AMDAL secara jelas menegaskan bahwa AMDAL adalah salah satu syarat
perijinan, dimana para pengambil keputusan wajib mempertimbangkan hasil studi
AMDAL sebelum memberikan ijin usaha/kegiatan. AMDAL digunakan untuk mengambil
keputusan tentang penyelenggaraan/pemberian ijin usaha dan/atau kegiatan.
B. Pengertian Pencemaran
Pencemaran lingkungan kadang-kadang tampak jelas pada kita seperti timbunan
sampah di pasar-pasar, pendangkalan sungai yang penuh kotoran, ataupun sesaknya napas
karena asap knalpot ataupun cerobong asap pabrik. Tetapi ada juga yang kurang nampak
misalnya terlepasnya gas hidrogen sulfida dari sumber minyak tua. Begitu pula musik
yang memekakkan telinga yang keluar dari peralatan elektronik modern. Ion fosfat dalam
limbah pabrik merupakan pencemar, tetapi merupakan rabuk yang baik bagi pepohonan.
Jadi yang dimaksud dengan pencemar ialah bila berpengaruh jelek terhadap
lingkungan. Lingkungan mempunyai penyimpangan akibat pencemar itu. Yang mengotori
atau mengubah susunan lingkungan kita tidak dimasukan pencemar, kecuali kalau
mempunyai pengaruh jelek terhadap lingkungan. Setiap pencemar berasal dari suatu
sumber tertentu. Sumber ini penting, karena merupakan pilihan pertama untuk
melenyapkan pencemar itu. Setelah pencemar ini dibebaskan oleh sumber kemudian
sampai kepada penerima. Penerima inilah yang dipengaruhi oleh pencemar.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup
No. 02/MENKLH/I/1998 yang dimaksud dengan pencemaran adalah masuk atau
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air,
udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi) oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan industri, maka semakin meningkat
pula tingkat pencemaran pada perairan yang disebabkan oleh hasil buangan industri
tersebut. Untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh
perkembangan industri, perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran lingkungan
dengan menetapkan baku mutu lingkungan, termasuk baku mutu air pada sumber air dan
baku mutu limbah cair. Baku mutu air pada sumber air adalah batas kadar yang
diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di dalam air tetapi air tersebut tetap
dapat digunakan sesuai dengan kriterianya, sedangkan baku mutu limbah cair merupakan
kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber
pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya
baku mutu air.
Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, tetapi bukan
berarti semua air sudah terpolusi. Sebagai contoh, meskipun di daerah pegunungan atau
hutan yang terpencil dengan udara yang bersih dan bebas dari polusi, air hujan selalu
mengandung bahan-bahan terlarut seperti CO2 O2 dan NO2 serta bahan-bahan tersuspensi
seperti debu dan partikel-partikel lainnya. Air yang tidak terpolusi tidak selalu merupakan
air murni, tetapi adalah air yang tidak mengandung bahan-bahan asing tertentu dalam
jumlah melebihi batas yang ditetapkan sehingga air tersebut dapat digunakan secara
normal untuk keperluan tertentu, misalnya air minum (air leding, air sumur),
berenang/rekreasi (kolam renang, air laut di pantai), mandi (air leding, air sumur),
kehidupan hewan air (air sungai,danau), pengairan dan keperluan industri.
proses
koagulasi-flokulasi,
partikel-partikel
koloid
hidrofobik
cenderung menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat
adsorpsi koloid tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid
bermuatan negatif ini menarik ion-ion bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan
kokoh (lapisan stern) mengelilingi partikel inti. Selanjutnya lapisan kokoh stern yang
bermuatan positif menarik ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan membentuk
lapisan kedua (lapisan difus). Kedua lapisan tersebut bersama-sama menyelimuti
partikel-partikel koloid dan membuatnya menjadi stabil. Partikel-partikel koloid
dalam keadaan stabil cenderung tidak mau bergabung satu sama lainnya membentuk
flok-flok berukuran lebih besar, sehingga tidak dapat dihilangkan degan proses
sedimentasi ataupun filtrasi.
Kogulan yang bisa digunakan antara lain polielektrolit, alumunium, kapur dan
garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi adalah
banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan, sehingga menimbulkan penanganan
yang lebih lanjut.
Selain kedua metode tersebut diatas, metode gabunan fisika-kimia mencakup
flokulasi yang dikombinasikan dengan sedimentasi juga telah dicoba degunakan
dalam skala laboratorium. Namun, penerapan metode fisika, kimia atau gabunan
keduanya dalam skala riil hasilnya kurang memuaskan khususnya di Indonesia. Hal
ini dikarenakan beberapa faktor antara lain: metode pengolahan fisika-kimia terlalu
MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH TAHU
kompleks, kebutuhan bahan kimia cukup tinggi, serta lumpur berupa endapan sebagai
hasil dari sedimentasi menjadi masalah penanganan lebih lanjut.
3. Cara Biologi
Cara biologi ini dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan
memanfaatkan mikroorganisme atau penumbuh air. Pada dasarnya cara biologi adalah
pemusatan molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Proses ini sangat peka
terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor terutama zat-zat
beracun. Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan limbah adalah bakteri,
alga atau protozoa. Sedangakan tumbuhan air yang dapat digunakan termasuk gulma
air (aquatic weeds).
Metode biologis lainnya yang juga telah dicoba diterapkan dalam penanganan
limbah cair industri tahu yaitu menggunakan proses lumpur aktif (activated sludge)
untuk mendegradasi kandungan organik dalam bahan limbah cair tahu dan susu
kedelai. Hasil yang dicapai dilaporkan secara teknis cukup memuaskan, dimana
diperoleh penurunan BOD terlarut, nitrogen dan fosfor berturut-turut sebersar 95%,
67% dan 57%. Akan tetapi melihat tingkat pengetahuan para pengrajin tahu
khususnya di Indonesia yang relatif minim dalam hal penanganan limbah dan faktorfaktor teknis lainnya, seperti biaya investasi dan operasi cukup tinggi, luas lahan yang
diperlukan cukup besar, serta pengendalian proses yang relatif kompleks. Sehingga,
penerapan metode ini khususnya di Indonesia kurang berdaya guna. Hal ini dapat
dilihat bahwa banyak diantara pengrajin tahu membuang limbahnya ke perairan tanpa
melalui pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, perlu dicari metode pengolahan
limbah cair yang lebih sederhana, efektif dan murah serta mudah dioperasikan,
sehingga dapat diterima dan diterapkan di Indonesia.
F. Hasil Wawancara
Kami telah melakukan wawancara dengan beberapa orang pengusaha industry
tahu pada
Hari, tanggal
Waktu
: 13.00-15.00 WIB
MAKALAH PENGELOLAAN LIMBAH TAHU
10
Tempat
11
tetapi juga dari industri tahu di sekitarnya. Dari biogas ini dapat digunakan untuk
membantu dalam proses pemasakan kedelai dan digunakan untuk memasak seharihari.Selain itu limbah cair dari tahu dapat juga digunakan untuk minum ternak,
sehingga tidak terbuang percuma dan bermanfaat bagi orang lain, serta tidak
mencemari lingkungan.
Dari adanya industri tahu yang ada di Dusun Krapyak, Margoagung, Seyegan
ini dapat diambil dampak positif dan negatifnya yaitu sebagai berikut :
Dampak Positif :
Dampak Negatif :
-
Selain manfaat di atas masih banyak lagi dampak positif yang dihasilkan dari
industri tahu, diantaranya membuat hasil panen gabah menjadi lebih unggul sebab
kandungan pada limbah cair tahu dapat menambah berat padi dan menambah panjang
akar padi, serta dapat pula menyubrkan tanah, sebab limbah cair padi mengandung
nitrogen.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
AMDAL merupakan singkatan dari Analisi Mengenai Dampak Lingkungan Hidup
yang memiliki pengertian kajian dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup;
dibuat pada tahap perencanaan.
Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No.
02/MENKLH/I/1998
yang
dimaksud
dengan
pencemaran
adalah
masuk
atau
dimasukannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air,
udara/tanah dan atau berubahnya tatanannya (komposisi) oleh kegiatan manusia atau
oleh proses alam, sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air, udara/tanah menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya.
Limbah yang dihasilkan pabrik tahu berupa kulit kedelai, ampas dan air tahu masih
dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk yang bermanfaat. Pemanfaatan limbah cair
tahu menjadi nata de soya dan abon merupakan salah satu bentuk diversifikasi makanan
berbahan baku ampas tahu. Selain itu, limbah cair tapioka juga dapat diolah menjadi nata
de cassava dan limbah air kelapa dapat diolah menjadi nata de coco. Limbah berupa sayursayuran dan sisa bahan yang tidak termasak, bisa diolah menjadi pelet. Beberapa di
antaranya bisa diolah menjadi kompos dengan proses fermentasi dan pencampuran pupuk
organik.
Kenyataan yang ada di lapangan, sebagian besar industri tahu yang kami kunjungi
masih membuang limbah sisa usahanya langsung ke lingkungan. Hal tersebut membuat
lingkungan berbau tidak enak. Namun ada juga industri tahu yang sudah memanfaatkan
limbah tahu baik cair maupun padat menjadi lebih bermanfaat, seperti untuk pakan ternak,
oncom tahu, dan biogas. Hal ini memberi keuntungan untuk masyarakat sekitar dan
lingkungan.
B. Saran
13
LAMPIRAN
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Firdauz, Srikandi. 1992. Polusi Air & Udara. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius)
Jenie, Betty Sri Laksmi dan Rahayu, Winalti Pudji. 1993. Penanganan Limbah Industri
Pangan. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius).
Sastrawijaya, A. Tresna. 1991. Pencemaran Lingkungan.(Jakarta: PT Rineka Cipta)
http://nurdianara3.wordpress.com/2011/09/09/contoh-laporan-pencemaran-lingkungan-di
sekitar-pabrik-tahu/
http://kakisewu.wordpress.com/2008/03/28/dampak-limbah-industri/
http://www.artikelkimia.info/jenis-jenis-limbah-industri-47150524082011
http://sinta.ukdw.ac.id/sinta/resources/sintasrv/nim/31880083
http://christyandorinaldiblog.wordpress.com/2013/06/11/laporan-praktikum-toksik-pengaruhlimbah-tahu-terhadap-diversitas-mikroorganisme-tanah/
16