Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dengan
salah satu komplikasinya yaitu makrovaskuler yang meliputi Penyakit jantung
koroner, kerusakan pembuluh darah otak atau stroke dan penyakit pembuluh
darah perifer (Long, B.C. 1996).
Diabetes mellitus ini disebabkan kurangnya produksi hormon insulin
oleh organ pancreas (tipe 1), kurangnya respon tubuh terhadap insulin
sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif (tipe 2), dan
karena tubuh tidak bisa merespon hormone insulin yang disebabkan adanya
hormone penghambat respon yang dihasilkan oleh plasenta selama proses
kehamilan (gestasional) (Sjaifoellah, N. 1996).
Manifestasi klinis dari diabetes mellitus ini diantaranya sering kencing
di malam hari, sering merasa haus dan lapar, kehilangan berat badan,
kesemutan, cepat lelah dan lemah, kulit terasa gatal, dan mengalami
gangguan penglihatan (Smeltzer, S. 2002).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
a. Mengetahui secara menyeluruh mengenai Diabetes Mellitus dengan
komplikasi makrovaskuler.
2. Tujuan khusus
a. Memahami definisi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.
b. Mengetahui etiologi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.
c. Memahami patofisiologi dari beberapa komplikasi makrovaskuler.
d. Mengetahui

manifestasi

klinis

dari

beberapa

komplikasi

makrovaskuler.
e. Mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
beberapa komplikasi makrovaskuler.

f. Mengetahui

penatalaksanaan

dari

beberapa

komplikasi

makrovaskuler.
g. Menguasai konsep asuhan keperawatan dari beberapa komplikasi
makrovaskuler

BAB II
PEMBAHASAN
A. Komplikasi Makrovaskuler dari Diabetes Mellitus
Komplikasi
pembuluh

makrovaskuler adalah

darah

arteri

komplikasi

yang

lebih

yang
besar,

mengenai
sehingga

menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul


penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki (7). 3
jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita
diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease=CAD),
penyakit

pembuluh

perifer (peripheral

darah

vascular

otak,
disease

dan
=

penyakit
PVD).

pembuluh

Walaupun

darah

komplikasi

makrovaskular dapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering
merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang
umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi
dari penyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai
nama,antara

lain Syndrome

X,

Cardiac

Dysmetabolic

Syndrome,

Hyperinsulinemic Syndrome, atau Insulin Resistance Syndrome (Long, B.C.


1996).
1. Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya keseluruh
tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi. Lemak yang
menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri
(arteriosclerosis), dengan resiko penderita penyakit jantung koroner atau
stroke (Long, B.C. 1996).
a) Pengertian PJK
Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit
jantung artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan
arterosclerosis

pada

arteri

koroner.

Plaque

terbentuk

pada

percabangan arteri yang ke arah aterion kiri, arteri koronaria kanan

dan agak jarang pada arteri sirromflex. (Pusat Pendidikan Tenaga


Kesehatan, 2001).
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit dimana
tersumbatnya aliran pembuluh darah koroner jantung akibat
penimbunan zat lemak (arteriosclerosis) karena tidak cukupnya
suplai darah yang mengandung oksigen untuk menghidupkan
jantung, maka terjadi ancaman otot jantung yang bisa menimbulkan
kematian mendadak (Kaplan, Norman M., 1991).
PJK (Penyakit Jantung Koroner) adalah ketidakseimbangan
antara kebutuhan O2miokardium dengan suplai O2 yang disebabkan
oleh proses arterosklerosis yang merupakan kelainan digeneratif
(Smeltzer, S. 2002).
b) Etiologi
Penyakit
seimbangan

jantung
antara

koroner

kebutuhan

disebabkan
O2sel

otot

karena

ketidak

jantung

dengan

masukannya. Masukan O2 untuk sel otot jantung tergantung dari


O2dalam darah dan pembuluh darah arteri koroner. Penyaluran
O2 yang kurang dari arteri koroner akan menyebabkan kerusakan sel
otot jantung. Hal ini disebabkan karena pembentukan plak
arteriosklerosis. Sebab lain dapat berupa spasme pembuluh darah
atau kelainan kongenital (Lynda Juall, Carpenito. 2001).
Iskemia

(kerusakan)

yang

berat

dan

mendadak

akan

menimbulkan kematian sel otot jantung yaitu disebut infark jantung


akut yang irreversibel (tidak dapat sembuh kembali). Hal ini juga
dapat menyebabkan gangguan fungsi jantung dengan manifestasinya
adalah nyeri (Mardiono Masetio. 2001).
c) Faktor resiko
Faktor resiko yang berkaitan dengan penyakit jantung koroner
dapat di golongkan secara logis sebagai berikut:
1. Sifat pribadi Aterogenik.
Sifat aterogenik mencakup lipid darah, tekanan darah dan
diabetes melitus. Faktor ini bersama-sama berperan besar dalam

menentuak kecepatan artero- genensis (Kaplan, Norman M.,


1991).
2. Kebiasaan hidup atau faktor lingkungan yang tak di tentukan
semaunya.
Gaya hidup yang mempredisposisi individu ke penyakit
jantung koroner adalah diet yang terlalu kaya dengan kalori,
lemak jenuh, kolesterol, garam serta oleh kelambanan fisik,
penambahan berat badan yang tak terkendalikan, merokok
sigaret dan penyalah gunaan alkohol (Kaplan, Norman M.,
1991).
3. Faktor resiko kecil dan lainnya.
Karena faktor resiko yang di tetapkan akhir-akhir ini tidak
tampak menjelaskan keseluruhan perbedaan dalam kematian
karena penyakit jantung koroner, maka ada kecurigaan ada
faktor resiko utama yang tak diketahui benar-benar ada.
Berbagai faktor resiko yang ada antara lain kontrasepsi oral,
kerentanan hospes, umur dan jenis kelamin (Kaplan, Norman
M., 1991).
d) Manifestasi klinik (Brunner and Suddarth. 2002).
1. Nyeri dada yang khas (seperti ditekan benda berat dan menjalar
keleher, lengan kanan dan punggung) dapat disebabkan oleh
angina pectoris stabil (APS), angina pectoris tak stabil atau IMA
2. Sesak nafas
3. Perasaan melayang dan pingsan
4. Ditemukan bising jantung dan pembesaran jantung
e) Pemeriksaan Penunjang (Prince A Sylvia. 1995).
1. EKG : gelombang T terbalik, elevasi segmen ST
2. Pemeriksaan radiologi : pembesaran ventrikel ST
3. Echocardiografi
4. Pemeriksaan Lab : kolesterol, trigliserida meningkat
f) Penatalaksanaan

Tindakan yang dilakukan (Prince A Sylvia. 1995, Carpenito, L.J.


2001) :
1. Mengatasi iskemia
1) Medikamentosa
Obat-obat yang diberikan : nitrat (N) propandol, pindalol,
antagonis calsium (Ca A)
2) Revaskularisasi
Hal ini dilaksanakan dengan cara :
a. Pemakaian trombolitik, biasanya pada PJK akut seperti
IJA
b. Prosedur invasif (PI) non operatif
c. Operasi (coronary artery surgeny CAS)
2. Melakukan pencegahan secara sekunder
1) Obat-obat pencegahan yang sering dipakai adalah aspirin
(A) dengan dosis 375 mg, 160 mg sampai 80 mg. Dosis
lebih rendah juga bisa efektif.
2) Dahulu dipakai antikoagulan oral (OAK) tapi sekarang
sudah ditinggalkan karena terbukti tak bermanfaat.
2. Pembuluh darah Perifer
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari
celahcelah kulit yang mengalami hipertropi, pada selsel kuku yang
tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan kalus,
demikian juga pada daerahdaerah yang tekena trauma (Long, B.C.
1996).
a) Definisi
Penyakit arteri perifer / Peripheral Arterial Disease (PAD)
adalah keadaan di mana sirkulasi arteri menyempit mengurangi
aliran darah ke kaki anda.Ketika anda mengalami penyakit arteri
perifer, ekstremitas - biasanya kaki - tidak menerima aliran darah

yang cukup. Hal ini menyebabkan gejala, terutama nyeri kaki ketika
berjalan (klaudikasio intermiten) (Barbara, C. Long, 1996).
Penyakit arteri perifer juga mungkin menjadi tanda akumulasi
lebih luas dari deposit lemak di arteri (aterosklerosis). Kondisi ini
dapat mengurangi aliran darah ke jantung dan otak, serta kaki anda.
Sering kali, Anda dapat mengobati penyakit arteri perifer
dengan berhenti merokok, berolahraga dan makan makanan yang
sehat (Brunner and Suddarth. 2002).
b) Etiologi
Penyakit arteri perifer sering disebabkan oleh arteroslerosis
(penyempitan pembuluh darah). Pada aterosklerosis, timbunan lemak
(plak) menumpuk di dinding arteri dan mengurangi aliran darah.
Meskipun jantung biasanya yang menjadi fokus pembahasan
aterosklerosis, penyakit ini dapat dan biasanya mempengaruhi arteri
di seluruh tubuh anda. Ketika itu terjadi pada arteri yang memasok
darah ke anggota badan anda, hal itu menyebabkan penyakit arteri
perifer. Penyebab yang kurang umum seperti peradangan pembuluh
darah, cedera pada anggota badan, anatomi yang tidak biasa dari
ligamen atau otot, atau paparan radiasi (Smeltzer, S. 2002).
c) Gejala penyakit arteri perifer meliputi (Smeltzer, S. 2002).
1. Nyeri kram pada otot pinggul, paha atau betis setelah aktivitas,
seperti berjalan atau naik tangga (klaudikasio intermiten).
2. Kaki mati rasa atau terasa lemah.
3. Dingin di kaki bawah atau kaki, terutama bila dibandingkan
dengan kaki yang lain
4. Luka pada jari-jari kaki kaki atau kaki yang tidak kunjung
sembuh
5. Perubahan warna kaki Anda
6. Bulu rontok atau lebih lambat pertumbuhannya rambut pada
kaki dan tungkai bawah.
7. Pertumbuhan kuku lambat
8. Kulit pada daerah kaki berwarna pucat.

9. Tidak ada denyut atau denyut yang lemah di kaki atau tungkai.
10. Disfungsi ereksi pada pria
d) Faktor Risiko
Faktor-faktor yang meningkatkan risiko anda terkena penyakit
arteri perifer meliputi (Smeltzer, S. 2002) :
1. Merokok
2. Diabetes
3. Obesitas (indeks massa tubuh lebih dari 30)
4. Tekanan darah tinggi (140/90 mmHg atau lebih tinggi)
5. Kolesterol tinggi (darah kolesterol total lebih dari 240 miligram
per desiliter, atau 6,2 milimol per liter)
6. Bertambahnya usia, terutama setelah mencapai usia 50 tahun
7. Riwayat keluarga penyakit arteri perifer, penyakit jantung atau
stroke
8. Kelebihan

kadar

homosistein,

komponen

protein

yang

membantu membangun dan mempertahankan jaringan


Orang yang merokok atau menderita diabetes memiliki risiko
terbesar terkena penyakit arteri perifer akibat aliran darah yang
berkurang (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001).
3. Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah ke otak menurun (Long, B.C. 1996).
1) Definisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut
fokal maupun global akibat terhambatnya peredaran darah ke otak.
Gangguan peredaran darah otak berupa tersumbatnya pembuluh
darah otak atau pecahnya pembuluh darah di otak. Otak yang
seharusnya mendapat pasokan oksigen dan zat makanan menjadi
terganggu. Kekurangan pasokan oksigen ke otak akan memunculkan
kematian sel saraf (neuron). Gangguan fungsi otak ini akan

memunculkan gejala stroke (Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,


2001).
Stroke atau cedera serebrovaskuler (CVA) adalah kehilangan
fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian
otak (Smeltzer & Bare, 2002). Stroke adalah cedera otak yang
berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Stroke dapat terjadi
karena pembentukan trombus disuatu arteri serebrum, akibat emboli
yang mengalir ke otak dari tempat lain di tubuh, atau akibat
perdarahan otak (Mardiono Masetio. 2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa stroke adalah gangguan peredaran otak yang dapat
mengakibatkan fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi
cukup besar akan mengakibatkan kematian sebagian sel saraf
(Mardiono Masetio. 2001).
2) Klasifikasi stroke
Stroke dapat dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu, stroke
iskemik dan stroke hemorrhagic. Kedua kategori ini merupakan
suatu kondisi yang berbeda, pada stroke hemorhagic terdapat
timbunan darah di subarahchnoid atau intraserebral, sedangkan
stroke iskemik terjadi karena kurangnya suplai darah ke otak
sehingga kebutuhan oksigen dan nutrisi kurang mencukupi.
Klasifikasi stroke menurut Wardhana (2011), antara lain sebagai
berikut (Wardhana, W.A. 2011):
a) Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada otak yang mengalami
gangguan pasokan darah yang disebabkan karena penyumbatan
pada pembuluh darah otak. penyumbatnya adalah plak atau
timbunan lemak yang mengandung kolesterol yang ada dalam
darah. Penyumbatan bisa terjadi pada pembuluh darah besar
(arteri karotis), atau pembuluh darah sedang (arteri serebri) atau
pembuluh darah kecil.

Penyumbatan pembuluh darah bisa terjadi karena dinding


bagian dalam pembuluh darah (arteri) menebal dan kasar,
sehingga aliran darah tidak lancar dan tertahan. Oleh karena
darah berupa cairan kental, maka ada kemungkinan akan terjadi
gumpalan darah (trombosis), sehingga aliran darah makin
lambat dan lama-lama menjadi sumbatan pembuluh darah.
Akibatnya, otak mengalami kekurangan pasokan darah yang
membawah nutrisi dan oksigen yang diperlukan oleh darah.
Sekitar 85 % kasus stroke disebabkan oleh stroke iskemik atau
infark, stroke infark pada dasarnya terjadi akibat kurangnya
aliran darah ke otak. Penurunan aliran darah yang semakin parah
dapat menyebabkan kematian jaringan otak. Penggolongan
stroke

iskemik

atau

infark

menurut

Junaidi

(2011)

dikelompokkan sebagai berikut (Junaidi, I. 2011) :


1) Transient Ischemic Attack (TIA) Suatu gangguan akut dari
fungsi lokal serebral yang gejalanya berlangsung kurang
dari 24 jam atau serangan sementara dan disebabkan oleh
thrombus atau emboli. Satu sampai dua jam biasanya TIA
dapat ditangani, namun apabila sampai tiga jam juga belum
bisa teratasi sekitar 50 % pasien sudah terkena infark.
2) Reversible Ischemic Nerurological Defisit (RIND) Gejala
neurologis dari RIND akan menghilang kurang lebih 24
jam, biasanya RIND akan membaik dalam waktu 2448
jam.
3) Stroke In Evolution (SIE) Pada keadaan ini gejala atau
tanda neurologis fokal terus berkembang dimana terlihat
semakin berat dan memburuk setelah 48 jam. Defisit
neurologis yang timbul berlangsung bertahap dari ringan
sampai menjadi berat.
4) Complete Stroke Non Hemorrhagic Kelainan neurologis
yang sudah lengkap menetap atau permanen tidak

10

berkembang lagi bergantung daerah bagian otak mana yang


mengalami infark.
b) Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi pada otak yang mengalami
kebocoran atau pecahnya pembuluh darah di dalam otak,
sehingga darah menggenangi atau menutupi ruang-ruang
jaringan sel otak. Adanya darah yang mengenangi atau menutupi
ruang-ruang jaringan sel otak akan menyebabkan kerusakan
jaringan sel otak dan menyebabkan kerusakan fungsi kontrol
otak. Genangan darah bisa terjadi pada otak sekitar pembuluh
darah yang pecah (intracerebral hemorage) atau dapat juga
genangan

darah

masuk

kedalam

ruang

sekitar

otak

(subarachnoid hemorage) bila ini terjadi stroke bisa sangat luas


dan fatal bahkan sampai pada kematian.
Stroke hemoragik pada umumnya terjadi pada lanjut usia,
karena penyumbatan terjadi pada dinding pembuluh darah yang
sudah rapuh (aneurisma). Pembuluh darah yang sudah rapuh ini,
disebabkan karena faktor usia (degeneratif), akan tetapi bisa
juga disebabkan karena faktor keturunan (genetik). Keadaan
yang sering terjadi adalah kerapuhan karena mengerasnya
dinding

pembuluh

darah

akibat

tertimbun

plak

atau

arteriosklerosis akan lebih parah lagi apabila disertai dengan


gejala tekanan darah tinggi. Beberapa jenis stroke hemoragik
menurut Feigin (2007), yaitu:
1) Hemoragi

ekstradural

(hemoragi

epidural)

adalah

kedaruratan bedah neuro yang memerlukan perawatan


segera. Stroke ini biasanya diikuti dengan fraktur tengkorak
dengan robekan arteri tengah atau arteri meningens lainnya.
Pasien harus diatasi beberapa jam setelah mengalami cedera
untuk dapat mempertahankan hidup.
2) Hemoragi

subdural

(termasuk

subdural

akut)

yaitu

hematoma subdural yang robek adalah bagian vena

11

sehingga pembentukan hematomanya lebih lama dan


menyebabkan tekanan pada otak.
3) Hemoragi subaraknoid (hemoragi yang terjadi di ruang
subaraknoid) dapat terjadi sebagai akibat dari trauma atau
hipertensi tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisma.
4) Hemoragi interaserebral, yaitu hemoragi atau perdarahan di
substansi dalam otak yang paling umum terjadi pada pasien
dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral karena
perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah.
3) Manifestasi Klinis
Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik, bergantung
pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area
yang perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral
(sekunder atau aksesori). Fungsi otak yang rusak tidak dapat
membaik sepenuhnya. Manifestasi klinis stroke menurut Smeltzer &
Bare (2002), antara lain: defisit lapang pandang, defisit motorik,
defisit sensorik, defisit verbal, defisit kognitif dan defisit emosional
(Smeltzer, S. 2002).
a) Defisit Lapang Pandangan
1. Tidak menyadari orang atau objek di tempat kehilangan
penglihatan
2. Kesulitan menilai jarak
3. Diplopia
b) Defisit Motorik
1. Hemiparesis (kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi
yang sama).
2. Hemiplegi (Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang
sama).
3. Ataksia

(Berjalan

menyatukan kaki.

12

tidak

mantap,

dan

tidak

mampu

4. Disartria (Kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara


yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot
yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
5. Disfagia (Kesulitan dalam menelan)
c) Defisit Sensorik : kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
d) Defisit Verbal
1. Afasia ekspresif (Tidak mampu membentuk kata yang dapat
dipahami)
2. Afasia reseptif (Tidak mampu memahami kata yang
dibicarakan)
3. Afasia global (kombinal baik afasia reseptif dan ekspresif)
e) Defisit Kognitif
1. Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
2. Penurunan lapang perhatian
3. Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
4. Perubahan penilaian
f) Defisit Emosional
1. Kehilangan kontrol diri
2. Labilitas emosional
3. Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
4. Depresi
5. Menarik diri
6. Rasa takut, bermusuhan dan marah
7. Perasaan isolasi

13

Pathway
Diabetes Melitus
Komplikasi
Makrovaskuler

Gangguan
Pembuluh
Darah Perifer

Penyakit
Jantung
Koroner
Arteri koroner
tersumbat
Jantung dan paru-paru
bekerja lebih keras
Pembesaran
jantung
kebutuhan
suplay oksigen
tubuh

suplay oksigen
ke daerah
perifer

terdapat sumbatan
pada pembuluh
darah di otak

kulit tampak
biru kering
bersisik, teraba
dingin, terdapat
ulkus diabet,

suplay oksigen

dx
ketidakefektifa
n perfusi
jaringan
perifer

dx penurunan
curah jantung

Gangguan
Pembuluh
Darah di

dx nyeri
akut

14

ke daerah otak
hipertensi,
sesak nafas,
takikardi,
pusing, merasa
lelah saat
dx intoleransi
aktivitas

B. Asuhan

Keperawatan

Diabetes

Mellitus

dengan

komplikasi

Makrovaskuler
1. Pengkajian
a. Identitas pasien.
b. Keluhan Utama.
Pasien merasakan nyeri akibat luka ulkus kaki (luka gangren).
c. Riwayat Kesehatan.
Pasien

di

diagnose

diabetes

mellitus

dan

kolesterol

(hiperlipidemia).
d. Pemeriksaan Fisik.
Inspeksi

: pasien tampak kesakitan, sesak, takipnea, pada

ekstremitas tampak kebiruan, lesi (luka gangren), bulu di sekitar


kaki tampak rontok, pasien tampak tidak dapat berkonsentrasi,
tampak lemah, lesu, ada bendungan pada vena jugularis.
Palpasi

: pada ekstremitas teraba dingin, terdapat bendungan

pada vena jugularis, takikardi


Perkusi

: terdapat pembesaran jantung.

Auskultasi : hipertensi, terdapat suara bising jantung pada pasien


e. Pola Fungsional Kesehatan (GORDON)
1) Persepsi kesehatan
Kaji pandangan klien/keluarga jika ada anggota keluarga
yang sakit, apa yang akan dilakukan dan pengobatan apa yang
akan diberikan.
2) Pola nutrisi metabolik
Tanyakan tentang pola makan klien sebelum dan selama
sakit, kaji status nutrisi klien dengan mengkaji input cairan
klien selama 24 jam, dan kaji turgor kulit.
3) Pola eliminasi
Kaji pola BAB dan BAK klien sebelum dan selama sakit.
4) Pola aktivitas
Kaji TTV, tekanan darah, dan adanya tanda-tanda
kelelahan.

15

5) Pola kebutuhan istirahat tidur


Kaji pola tidur klien sebelum dan selama sakit.
6) Pola persepsi kognitif
Kaji kemampuan panca indera klien, kaji pengetahuan
klien tentang penyakit yang diderita.
7) Pola persepsi diri
Kaji persepsi diri klien meliputi : body image, harga diri,
peran diri, ideal diri, konsep diri.
8) Pola hubungan social
Kaji pola komunikasi klien terhadap keluarga dan
perawat
9) Pola seksualitas
Kaji kebutuhan seksual klien.
10) Pola mekanisme koping
Kaji bagaimana respon diri klien terhadap penyakit yang
diderita.
11) Pola spiritual
Kaji persepsi klien dilihat dari segi agama.
2. Diagnosis
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, dengan tanda
gejala kram pada daerah kaki dan nyeri dada yang khas.
2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara
suplay dan kebutuhan oksigen atau imobilisasi, dengan tanda gejala
hipertensi, sesak napas, takipnea, pasien merasa lelah dan lemah saat
beraktivitas.
3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
penyakit diabetes mellitus, dengan tanda gejala kram pada otot
pinggul/ paha atau betis setelah aktivitas, pertumbuhan kuku lambat,
kulit pada daerah kaki berwarna pucat
4) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan preload,
dengan tanda gejala ditemukan bising jantung dan pembesaran
jantung, perasaan melayang dan pingsan.

16

5) Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan


3. NOC dan NIC

17

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut

NOC

NIC

Setelah dilakukan

Analgesic administration

tindakan keperawatan

1. Kolaborasikan dengan

selama 3 x 60 menit,

dokter tentang obat,

diharapkan klien sesuai

dosis, rute dan indikasi

dengan kriteria hasil :


Pain Control

2. Cek alergi klien terhadap

obat

1= Never demonstrated

3. Pilih analgesik dari tipe

5= consistently

yang terendah untuk

demonstrated

mengurangi nyeri

Pain Level

4. Cek reaksi obat terhadap

1= Severe

klien

5= None

5. Monitor TTV

Pain Management
1. Observasi secara

komprehensif letak
nyeri, karakteristik,
durasi, frekuensi,
kualitas, dan keparahan
nyeri serta faktor
prespitasi
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan

Activity Therapi

tindakan keperawatan

1. Instruksikan klien untuk

selama 6 x 24 jam,

berpartisipasi terhadap

diharapkan klien sesuai

aktivitas yang

dengan kriteria hasil :

direncanakan

1. Activity Tolerence
2. Cardiac pump

2. Kolaborasi dengan ahli

terapi untuk

effectivenes

perencanaan,

3. Cardiopulmonary

status

monitoring, dan program


aktivitas
3. Kaji kemampuan klien

untuk beraktivitas
Self care assistance
1. Kaji riwayat atau

kebudayaan pasien saat


18

mempromosikan
aktivitas
2. Ajarkan perawatan diri

19

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit kronik yang kompleks yang
melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dengan
salah satu komplikasinya yaitu makrovaskuler yang meliputi Penyakit jantung
koroner, kerusakan pembuluh darah otak atau stroke dan penyakit pembuluh
darah perifer.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
komplikasi makrovaskuler dari diabetes mellitus serta diharapkan mahasiswa
dapat menerapkan dan mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari saat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien di Rumah Sakit.

20

Anda mungkin juga menyukai