Anda di halaman 1dari 1

Activity Update

Para Pemangku Kepentingan Mempertimbangkan


Proyeksi Dampak Kebijakan Open Sky ASEAN
Kebijakan Open Sky ASEAN yang akan berlaku mulai tahun 2015
dibuat untuk merangsang persaingan dan pertumbuhan
ekonomi bagi negara-negara ASEAN dengan menghapuskan
kendala-kendala yang ada di sektor angkutan udara. Bagi
Indonesia hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang.
Infrastruktur dan kerangka peraturannya harus diselaraskan
dengan praktik internasional terbaik, dan sektor angkutan udara
harus mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di
kawasan regional yang lebih ketat. Pada saat yang bersamaan,
sebagai negara terbesar di ASEAN dengan pasar domestik yang
luas dan sektor maskapai penerbangan lokal yang bertumbuh
pesat dan sangat kompetitif, Indonesia dapat memperoleh
manfaat besar dari Kebijakan Open Sky regional ini.
Dengan bantuan Prakarsa Infrastruktur Indonesia (IndII),
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud)
melakukan kajian awal terhadap masalah operasional dan
kepatuhan yang perlu ditanggulangi oleh Indonesia; proyeksi
dampak pada maskapai penerbangan, bandara, dan ruang
angkasa; dan proyeksi dampak sosial ekonomi. Pada bulan Mei
2011 Ditjen Hubud menyelenggarakan rapat di Kementerian
Perhubungan. Dalam rapat tersebut, para konsultan IndII
memaparkan rancangan temuan mereka. Kajian ini
memperkirakan bahwa dampak langsung dan tidak langsung
dari Open Sky dapat meningkatkan PDB hingga Rp 7 triliun dan
menciptakan 32.000 lapangan kerja baru untuk perekonomian
Indonesia pada tahun 2025. Keterbatasan kapasitas di bandara
Jakarta perlu diatasi, dan manfaat terbesar dapat diraup oleh
maskapai penerbangan Indonesia yang sudah siap
mengeksploitasi peluang yang timbul akibat liberalisasi pasar.
Herry Bhakti, Direktur Jenderal Perhubungan Udara membuka
rapat tersebut, sedangkan diskusi dipimpin oleh Edward Silooy,
Direktur Angkutan Udara. Rapat tersebut dihadiri 56 peserta,
antara lain dari Ditjen Hubud, otoritas bandara Indonesia PT
Angkasa Pura I dan II, maskapai penerbangan seperti Garuda
dan Lion Air serta pemangku kepentingan lain. Para wakil ini
memberikan masukan dan hasil pengamatan mereka yang akan
disertakan dalam versi terakhir laporan yang diperkirakan akan
rampung sekitar akhir bulan Juni 2011.

Kajian ini sangat penting bagi industri


penerbangan Indonesia seiring dengan
persiapan kami menyambut Kebijakan Open
Sky ASEAN. Saya gembira saran kami
dahulu menjadi pertimbangan dalam kajian
baru ini, dan menyambut baik proyek
semacam ini di masa depan.
Tri S. Sunoko
Direktur Utama
PT Angkasa Pura II

Para pemangku kepentingan sektor


angkutan
udara
mempertimbangkan
proyeksi dampak dari Kebijakan Open Sky
ASEAN.

Prakarsa Infrastruktur Indonesia


adalah proyek yang didanai Pemerintah
Australia dengan tujuan untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi di Indonesia melalui
peningkatan relevansi, kualitas, dan jumlah
investasi di bidang infrastruktur

Activity Update #XXX XXX 2009

AU 041

Anda mungkin juga menyukai