Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama), ini terjadi bila
aliran darah di dalam pembuluh darah menimbulkan tekanan terlalu besar
terhadap dinding pembuluh darah. Hasil atau nilai pengukuran tekanan darah
terdiri dari 2 nilai: nilai yang lebih tinggi disebut sebagai tekanan darah sistolik
dan nilai yang lebih rendah disebut tekanan darah diastolik. Tekanan darah normal
yaitu 120 (sistolik) / 80 (diastolik) mmHg, tetapi nilai ini bervariasi untuk
masing-masing orang. Kasus hipertensi (90%) tidak diketahui penyebabnya, tetapi
ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan resiko seseorang untuk
mengalami hipertensi, antara lain: usia, keturunan, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, obesitas (kegemukan), stres, penyakit ginjal,
gangguan adrenal, penyakit jantung bawaan, obat-obat tertentu, konsumsi
makanan yang banyak mengandung garam, dan gaya hidup yang kurang aktif
(Anonim, 2013).
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, sebagian
besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis, hal ini terlihat dari hasil
pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas ditemukan prevalensi
hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%, dimana hanya 7,2% penduduk yang sudah
mengetahui memiliki hipertensi dan hanya 0,4% kasus yang minum obat
hipertensi (Kemenkes, 2012). Pengobatan atau penatalaksanaan hipertensi
membutuhkan waktu lama seumur hidup dan harus terus menerus, jika modifikasi
gaya hidup tidak menurunkan tekanan darah ke tingkat yang diinginkan, maka
harus diberikan obat (Kemenkes, 2012).
Pengobatan tradisional terus berkembang walaupun perlahan, hal ini
disebabkan obat-obat kimia memiliki beberapa kelemahan, misalnya sering
menimbulkan efek samping negatif baik secara langsung maupun secara
terakumulasi, sebaliknya tanaman yang berkhasiat obat atau jamu memiliki
kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh obat kimia, diantaranya: efek

samping tanaman obat sangat kecil, jika penggunaannya sesuai dengan petunjuk
disamping itu tingginya biaya pengobatan obat-obatan kimia juga mendorong
masyarakat untuk mencari alternatif pengobatan dengan pengobatan tradisional
(Febriani, 2013).
Tanaman obat yang telah digunakan secara empiris untuk menurunkan
tekanan darah atau hipertensi adalah tanaman daun kelor (Moringa oleifera Lmk).
Senyawa yang bersifat antihipertensi pada daun kelor, yaitu kalium yang berperan
untuk mengontrol tekanan darah, ritme dan fungsi jantung sehingga dapat
mencegah hipertensi. Senyawa aktif lain adalah arginine, leusin dan metionin.
Berdasarkan berat keringnya, mengandung protein sebanyak 27% dan kaya
dengan vitamin A, B, C dan kalsium, selain itu mengandung alkaloid moringin,
moringinan, dan pterigospermin. Pterigospermin bersifat sebagai perangsang
kulit sehingga sering digunakan sebagai garam untuk menghangatkan badan,
itulah sebabnya daun ini dapat dibuat sayur dan obat. Daun kelor mampu
mengatasi aneka penyakit karena mengandung senyawa aktif dan gizi lengkap
(Putri, 2011).
Khasiat daun kelor sebagai antihipertensi belum banyak diketahui dan
dimanfaatkan, oleh karena itu dilakukan penelitian tentang pengaruh pemberian
ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lmk.) dalam menurunkan tekanan
darah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian
ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lmk.) dalam menurunkan tekanan
darah pada tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.
1.3 Hipotesis
Ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera Lmk.) diduga dapat
menurunkan tekanan darah tikus putih jantan galur Sprague-Dawley.

Anda mungkin juga menyukai