Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu ciri negara sedang berkembang adalah mayoritas masyarakatnya
tinggal di pedesaan dengan mata pencarian bertani. Mereka mengolah lahan yang ada
untuk menunjang kehidupan, dengan tingkat penghasilan yang rendah. Fakta
menunjukan lebih dari dua per tiga penduduk termiskin di dunia menetap di wilayah
yang sumber penghidupan pokoknya berasal dari pola pertanian subsisten. Bagi
masyarakat ini cara mempertahankan hidup sehari-hari saja sudah merupakan
masalah pokok yang dihadapi. Melihat kenyataan ini miris sekali jika pembangunan
di pedesaan tidak dilaksanakan dengan baik dan cepat. Secara tradisional peran
pertanian dalam pembangunan ekonomi masih dipandang pasif dan hanya sebagai
unsur penunjang saja. Berdasarkan pengalaman historis dari negara negara barat,
pembangunan ekonomi yang dimaksud yaitu perubahan struktural terhadap
perekonomian misalnya dengan mengubah pertanian dengan sektor industri. Dengan
demikian pertanian hanya dianggap sebagai sumber pangan untuk sector industeri dan
sumber tenaga kerja. namun, akhir akhir ini para pakar ilmu ekonomi pembangunan
menilai bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan pertanian pada khususnya
ternyata tidak bersifat pasif. Akan tetapi jauh lebih penting dari hanya sekedar
penunjang saja. Keduanya harus ditempatkan pada unsure unggulan yang sangat
penting atau bahkan sangat menentukan dalam strategi strategi pembangunan secara
keseluruhan terutama pada Negara sedang berkembang yang berpendapatan rendah.
Disinilah dibutuhkan adanya perubahan system pertanian atau dikenal dengan
transformasi pertanian agar pembangunan pedesaan dapat terlaksana dengan cepat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana sektor pertanian di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana ciri pertanian di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana tranformasi sektor pertanian di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Agar kita mengetahui bagaimana sector pertanian di Indonesia
1.3.2 Agar kita mengetahui bagaimana ciri pertanian di Indonesia.
1.3.3 Agar kita mengetahui bagaimana tranformasi sektor pertanian di Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 CIRI PERTANIAN DI INDONESIA
1. Pertanian tropika
Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat katulistiwa yang berarti
merupakan daerah tropika dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan, dan
hutan sangat dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu ada
pengaruh lain yang menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara
berkepulauan dan topografinya yang bergunung-gunung.
Letaknya yang di antara Benua Asia dan Australia serta antara Lautan Hindia dan
Pasifik, memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya
perbedaan iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian Indonesia
merupakan kelengkapan ciri-ciri pertanian yang lain.
2. Pertanian dataran tinggi dan rendah
Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga
memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah.
Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim
subtropis.
3. Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia
timur).
Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa, sebagian Sulawesi)
mempunyai iklim basah : banyak hujan, sedangkan bagian Indonesia lain terutama
Indonesia

bagian

timur

(NTB,

NTT,

4. Adanya hutan tropika dan padang rumput.


2

Maluku)

iklimnya

kering.

Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan
terbentuk hutan tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput.
5. Perikanan darat dan laut.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga
daerahnya terdiri dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya
perikanan darat dan laut.
6. Pertanian di Jawa dan Luar Jawa.
Daerah

Jawa

dan

luar

Jawa

mempunyai

spesifikasi

yang

berbeda,

Jawa umumnya : tanah subur, penduduk padat


luar Jawa umumnya : tanah kurang subur, penduduk jarang mempengaruhi corak
pertanian. pertanian di Jawa umumnya merupakan tanaman bahan pangan, berskala
kecil, sedangkan pertanian di luar Jawa umumnya perupakan perkebunan, kehutanan,
berskala lebih luas
7. Pertanian rawa, pertanian darat/kering, pertanian beririgasi/basah
Daratan Indonesia terbagi menjadi :

tanah rawa yaitu lahan yang tergenang sepanjang masa,


lahan kering yaitu lahan yang tidak mendapat air irigasi, dan
pertanian basah yaitu lahan yang beririgasi.

8. Pertanian / tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut.

Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi. Sawah yang

beririgasi bersumberkan bendung sungai, dam/waduk, mata air, dll.


Berdasarkan fasilitas teknisnya dibagi menjadi irigasi teknis, setengah teknis, dan

sederhana.
Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi
sumber airnya berasal dari air hujan.
3

Sawah lebak mendapat air terus menerus sepanjang masa.


Sawah pasang surut mendapat air dari air sungai yang pasang karena air laut
yang sedang pasang, sering juga terdapat saluran irigasi.

2.2 SEKTOR PERTANIAN DI INDONESIA


Pertanian merupakan suatu proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak,
serta produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya alam yaitu
sumber daya tumbuhan dan sumber daya hewan. Pemanfaatan kedua sumber daya ini
sebaiknya dilakukan secara baik dan efisien, sehingga nantinya sektor pertanian dapat
menghasilkan output yang berkualitas baik dan jumlah dari output tersebut bisa untuk
mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri. Namun demikian, sampai saat ini masih
juga ditemukan kasus-kasus yang sangat merugikan bagi perkembangan sektor
pertanian yaitu kasus seperti penangkapan ikan dengan menggunakan pukat harimau
dan bahan peledak yang nantinya dapat merusak ekosistem di dasar laut, perburuan
hewan di hutan dan penebangan hutan secara ilegal serta munculnya proyek-proyek
perumahan yang dalam pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengambil luas lahan
sawah dan hutan yang ada.
Sebenarnya salah satu sektor penting dalam perekonomian Indonesia adalah
sektor pertanian yang merupakan penerapan akal dan karya manusia melalui
pengendalian proses produksi biologis tumbuh-tumbuhan dan hewan, sehingga lebih
bermanfaat bagi manusia. Tanaman dapat diibaratkan sebagai pabrik primer karena
dengan memakai bahan dasar langsung dari alam dapat menghasilkan bahan organik
yang bermanfaat bagi manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Usaha pertanian memiliki dua ciri penting yaitu :
1. Selalu melibatkan barang dalam volume besar
2. Proses produksi yang memiliki resiko yang relatif tinggi
Dua ciri khas ini muncul karena pertanian melibatkan makhluk hidup dalam satu atau
beberapa tahapnya dan memerlukan ruang untuk kegiatan itu serta jangka waktu
tertentu dalam proses produksi. Beberapa bentuk pertanian modern (misalnya
budidaya alga dan hidroponika) telah dapat mengurangkan ciri-ciri ini tetapi sebagian

besar usaha pertanian dunia masih menggunakan bentuk dan cara pertanian yang
lama.
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling
miskin, upaya yang dilakukan harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk
yang bersangkutan. Karena pada umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di
sektor pertanian, maka kunci pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan
sektor pertanian secara sungguh-sungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam
meningkatkan jumlah kawasan garapan dan menaikkan output. Sayangnya , manfaat
yang dihsilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain atau mendukung pelestarian
lingkungan yang berkelanjutan.
Organisasi Pangan Dunia (FAO), berulang kali telah memperingatkan akan
adanya bencana kekurangan pangan yang gawat. FAO baru-baru ini juga
memperkirakan bahwa karena penyediaan pangan yang jauh dari memadai itu, lebih
dari 270 juta diantara 750 juta jiwa total penduduk afrika menderita kekurangan gizi.
Penyebab utama memburuknya kinerja pertanian di negara-negara dunia ketiga
terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas
pembangunan oleh pemerintah itu sendiri. Diperparah lagi dengan gagalnya
pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama
disebabkan oleh kesalahan dalam memlih strategi industrialisasi subtitusi impor dan
penetapan nilai kurs yang telalu tenggi.
2.3 TRANSFORMASI SEKTOR PERTANIAN
2.3.1 Pertumbuhan dan Stagnasi Pertanian: Masa Lalu dan Masa Kini
Kita telah menetahui bahwa selama beberapa dasawarsa yang lalu banyak
negara berkembang berhasil mencapai peningkatan pertumbuhan GNP secara
mengesankan. Sumbangan terbesar bagi tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini
berasal dari sektor manufaktur dan perdagangan yang tingkat pertumbuhan output
pertahunnya seringkali lebih dari 10%. Sebaliknya, pada masa yang sama
pertumbuhan output petanian sebagian besar kawasan negara-negara berkembang
yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu justru mengalami

stagnasi, sehingga andil output pertanian dalam GNP secara keseluruhan terus
menurun.tabel berikut mengungkapkan bahwa meskipun output dari sektor pertanian
dihasilkan oleh hampir seluruh tenaga kerja negara-negara sedang berkembang, tetapi
peranannya masih jauh lebih rendah.
Tingkat output dan penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian dinegaranegara dunia ketiga, 1995
%
kawasan
Asia Selatan
Asia Timur
Amerika

Pekerja

di

sektor % Output di sektor pertanian dalam

pertanian
64
70

GDP
30
18

Latin
25
20
Afrika
68
20
Sumber dari world development report, 1997 the state in changing world, copyright
1997 oleh the international bank for reconstruction and development/the world
bank (New York: oxford University Press, 1997), annex 4 dan table 12. dicetak ulang
dengan izin dari Oxford University Press, Inc.
Bertolak dari tahun yang mengecewakan tersebut, serta mulai muncul kesadaran
baru dikalangan Negara-negara dunia ketiga bahwa sektor pertanian sangat
menentukan masa depan mereka, maka sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu tepatnya
akhir tahun 1997-an dan kemudian terus berlangsung hingga tahun 1990-an,
terjadilah suatu perubahan drastis dalam kegiatan pemikiran serta perumusan
kebijakan menyangkut soal pembangunan. Semakin lama semakin semakin banyak
Negara-negara berkembang yang tidak lagi terlampau berambisi menjadi Negara
industri maju dalam tempo singkat. Mereka kemudian mengambil sikap yang realistis
dengan

mencurahkan

perhatiannya

pada

pembinaan

sektor

pertanian

dan

pembangunan daerah-daerah pedesaan pada umumnya sebagai titik berat atas


perumusan rencana serta pelaksanaan pembangunan nasionalnya.

2.3.2 Transformasi Sektor Pertanian


A. Transformasi Dari Pola Pertanian Subsisten ke Pola Pertanian Komersial yang
Terspesialisasi
Ada tiga tahapan pokok dalam evolusi pertanian, antara lain :
1. usaha tani subsisten murni yang berskala kecil (petani hanya bertani) dengan
tahap produktivitas yang sangat rendah.
2. pola pertanian keluarga campuran atau yang telah terdiversifikasi. Sebagian
hasil telah digunakan untuk konsumsi pribadi, dan sebagian lagi untuk dijual
ke pasar.
3. .usaha perdagangan dengan tingkat produktifitas yang tinggi telah
terspesialisasi
Modernisasi pertanian dalam sistem perekonomian campuran diberbagai negaranegara berkembang juga dapat dijelaskan sebagai suatu proses transisi yang
berlangsung secara bertahap, tetapi berkesinambungan, yakni dari pola produksi
subsisten menjadi sistem pertanian yang terdiversifikasi dan terspesialisasi.
B. Transformasi Menuju Pertanian Campuran Dan Terdiversifikasi
Pola pertanian terdiversifikasi (diversified farming) atau pertanian campuran
(mixed farming) merupakan tahap prantara yang harus dilalui dalam proses transisi
dari pola produksi pertanian subsisten menjadi pertanian yang spesialisasi.
Keberhasialan atau kegagalan usaha-usaha transpormasi pola perrtanian tradisional
ini tidak hanya ditentukan oleh kemampuan dan keterampilan para petani dalam
meningkatkan produktifitasnya saja. Tetapi yang lebih penting lagi, semua itu
tergantung pada kondidi sosial, komersial, dan kondisi kelembagaan yang merupakan
faktor-faktor pertanian yang harus dihadapi oleh para petani.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kondisi yang terjadi di Indonesia , saat ini yaitu :
Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif

telah dan sedang menurun dengan sangat besar.


Pada waktu ini Indonesia berada dalam keadaan "Rawan Pangan" bukan karena
tidak adanya pangan, tetapi karena pangan untuk rakyat Indonesia sudah

tergantung dari Supply Luar Negeri, dan ketergantungannya semakin besar.


Pasar pangan amat besar yang kita miliki diincar oleh produsen pangan luar negri
yang tidak menginginkan Indonesia memiliki kemandirian di bidang pangan.

3.2 SARAN
Saran untuk meningkatkan Sektor Pertanian di Indonesia, diantaranya :

Negara perlu merumuskan politik dan kebijakan pertanian yang jelas.


Meminimalisir dan menghentikan praktek konversi lahan pertanian produktif dan

dilakukan reforma agraria.


Meningkatkan luas lahan pertanian oleh petani.
Mengoptimalkan lahan tidur yang di kuasai oleh negara untuk kegiatan pertanian

produktif.
Meningkatkan nilai tukar petani
Membangun Agro-Industri berbasis masyarakat di tingkat perdesaan.
Membuat regulasi mengenai upah buruh tani.
Peningkatkan teknologi pertanian tepat guna.

Anda mungkin juga menyukai