Pep Kel 6
Pep Kel 6
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah satu ciri negara sedang berkembang adalah mayoritas masyarakatnya
tinggal di pedesaan dengan mata pencarian bertani. Mereka mengolah lahan yang ada
untuk menunjang kehidupan, dengan tingkat penghasilan yang rendah. Fakta
menunjukan lebih dari dua per tiga penduduk termiskin di dunia menetap di wilayah
yang sumber penghidupan pokoknya berasal dari pola pertanian subsisten. Bagi
masyarakat ini cara mempertahankan hidup sehari-hari saja sudah merupakan
masalah pokok yang dihadapi. Melihat kenyataan ini miris sekali jika pembangunan
di pedesaan tidak dilaksanakan dengan baik dan cepat. Secara tradisional peran
pertanian dalam pembangunan ekonomi masih dipandang pasif dan hanya sebagai
unsur penunjang saja. Berdasarkan pengalaman historis dari negara negara barat,
pembangunan ekonomi yang dimaksud yaitu perubahan struktural terhadap
perekonomian misalnya dengan mengubah pertanian dengan sektor industri. Dengan
demikian pertanian hanya dianggap sebagai sumber pangan untuk sector industeri dan
sumber tenaga kerja. namun, akhir akhir ini para pakar ilmu ekonomi pembangunan
menilai bahwa daerah pedesaan pada umumnya dan pertanian pada khususnya
ternyata tidak bersifat pasif. Akan tetapi jauh lebih penting dari hanya sekedar
penunjang saja. Keduanya harus ditempatkan pada unsure unggulan yang sangat
penting atau bahkan sangat menentukan dalam strategi strategi pembangunan secara
keseluruhan terutama pada Negara sedang berkembang yang berpendapatan rendah.
Disinilah dibutuhkan adanya perubahan system pertanian atau dikenal dengan
transformasi pertanian agar pembangunan pedesaan dapat terlaksana dengan cepat.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Bagaimana sektor pertanian di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana ciri pertanian di Indonesia?
1.2.2 Bagaimana tranformasi sektor pertanian di Indonesia?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Agar kita mengetahui bagaimana sector pertanian di Indonesia
1.3.2 Agar kita mengetahui bagaimana ciri pertanian di Indonesia.
1.3.3 Agar kita mengetahui bagaimana tranformasi sektor pertanian di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 CIRI PERTANIAN DI INDONESIA
1. Pertanian tropika
Sebagian besar daerah di Indonesia berada di dekat katulistiwa yang berarti
merupakan daerah tropika dengan demikian jenis tanaman, hewan, perikanan, dan
hutan sangat dipengaruhi oleh iklim tropis (pertanian tropika). Di samping itu ada
pengaruh lain yang menentukan corak pertanian kita yaitu bentuk negara
berkepulauan dan topografinya yang bergunung-gunung.
Letaknya yang di antara Benua Asia dan Australia serta antara Lautan Hindia dan
Pasifik, memberikan pengaruh pada suhu udara, arah angin yang berakibat adanya
perbedaan iklim di Indonesia, sehingga menimbulkan ciri pertanian Indonesia
merupakan kelengkapan ciri-ciri pertanian yang lain.
2. Pertanian dataran tinggi dan rendah
Indonesia merupakan daerah volkano (memiliki banyak gunung), sehingga
memungkinkan mempunyai daerah yang mempunyai ketinggian dan dataran rendah.
Dataran tinggi mempunyai iklim dingin, sehingga bisa ditanami tanaman beriklim
subtropis.
3. Pertanian iklim basah (Indonesia barat) dan pertanian iklim kering (Indonesia
timur).
Indonesia bagian barat yang (Sumatra, Kalimantan, Jawa, sebagian Sulawesi)
mempunyai iklim basah : banyak hujan, sedangkan bagian Indonesia lain terutama
Indonesia
bagian
timur
(NTB,
NTT,
Maluku)
iklimnya
kering.
Karena iklimnya basah dan berada di daerah tropika maka banyak hujan
terbentuk hutan tropika, sedangkan di daerah kering tumbuh padang rumput.
5. Perikanan darat dan laut.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau, sehingga
daerahnya terdiri dari darat dan perairan. Keadaan ini memungkinkan terdapatnya
perikanan darat dan laut.
6. Pertanian di Jawa dan Luar Jawa.
Daerah
Jawa
dan
luar
Jawa
mempunyai
spesifikasi
yang
berbeda,
8. Pertanian / tanah sawah beririgasi, tadah hujan, sawah lebak, sawah pasang surut.
Penggolongan ini adalah penggolongan lahan yang ditanami padi. Sawah yang
sederhana.
Lahan/sawah tadah hujan sebenarnya juga mempunyai saluran irigasi tetapi
sumber airnya berasal dari air hujan.
3
besar usaha pertanian dunia masih menggunakan bentuk dan cara pertanian yang
lama.
Dalam rangka meningkatkan taraf hidup kelompok masyarakat yang paling
miskin, upaya yang dilakukan harus langsung diarahkan kepada kelompok penduduk
yang bersangkutan. Karena pada umumnya mereka tinggal di pedesaan dan bekerja di
sektor pertanian, maka kunci pengentasan kemiskinan terletak pada pembangunan
sektor pertanian secara sungguh-sungguh. Revolusi hijau sangat berperan dalam
meningkatkan jumlah kawasan garapan dan menaikkan output. Sayangnya , manfaat
yang dihsilkan tidak selalu menyebar ke wilayah lain atau mendukung pelestarian
lingkungan yang berkelanjutan.
Organisasi Pangan Dunia (FAO), berulang kali telah memperingatkan akan
adanya bencana kekurangan pangan yang gawat. FAO baru-baru ini juga
memperkirakan bahwa karena penyediaan pangan yang jauh dari memadai itu, lebih
dari 270 juta diantara 750 juta jiwa total penduduk afrika menderita kekurangan gizi.
Penyebab utama memburuknya kinerja pertanian di negara-negara dunia ketiga
terabaikannya sektor yang sangat penting ini dalam perumusan prioritas
pembangunan oleh pemerintah itu sendiri. Diperparah lagi dengan gagalnya
pelaksanaan investasi dalam perekonomian industri perkotaan, yang terutama
disebabkan oleh kesalahan dalam memlih strategi industrialisasi subtitusi impor dan
penetapan nilai kurs yang telalu tenggi.
2.3 TRANSFORMASI SEKTOR PERTANIAN
2.3.1 Pertumbuhan dan Stagnasi Pertanian: Masa Lalu dan Masa Kini
Kita telah menetahui bahwa selama beberapa dasawarsa yang lalu banyak
negara berkembang berhasil mencapai peningkatan pertumbuhan GNP secara
mengesankan. Sumbangan terbesar bagi tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini
berasal dari sektor manufaktur dan perdagangan yang tingkat pertumbuhan output
pertahunnya seringkali lebih dari 10%. Sebaliknya, pada masa yang sama
pertumbuhan output petanian sebagian besar kawasan negara-negara berkembang
yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi itu justru mengalami
stagnasi, sehingga andil output pertanian dalam GNP secara keseluruhan terus
menurun.tabel berikut mengungkapkan bahwa meskipun output dari sektor pertanian
dihasilkan oleh hampir seluruh tenaga kerja negara-negara sedang berkembang, tetapi
peranannya masih jauh lebih rendah.
Tingkat output dan penyerapan tenaga kerja oleh sektor pertanian dinegaranegara dunia ketiga, 1995
%
kawasan
Asia Selatan
Asia Timur
Amerika
Pekerja
di
pertanian
64
70
GDP
30
18
Latin
25
20
Afrika
68
20
Sumber dari world development report, 1997 the state in changing world, copyright
1997 oleh the international bank for reconstruction and development/the world
bank (New York: oxford University Press, 1997), annex 4 dan table 12. dicetak ulang
dengan izin dari Oxford University Press, Inc.
Bertolak dari tahun yang mengecewakan tersebut, serta mulai muncul kesadaran
baru dikalangan Negara-negara dunia ketiga bahwa sektor pertanian sangat
menentukan masa depan mereka, maka sejak beberapa tahun yang lalu, yaitu tepatnya
akhir tahun 1997-an dan kemudian terus berlangsung hingga tahun 1990-an,
terjadilah suatu perubahan drastis dalam kegiatan pemikiran serta perumusan
kebijakan menyangkut soal pembangunan. Semakin lama semakin semakin banyak
Negara-negara berkembang yang tidak lagi terlampau berambisi menjadi Negara
industri maju dalam tempo singkat. Mereka kemudian mengambil sikap yang realistis
dengan
mencurahkan
perhatiannya
pada
pembinaan
sektor
pertanian
dan
3.1 KESIMPULAN
Kondisi yang terjadi di Indonesia , saat ini yaitu :
Kemampuan pertanian untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri, relatif
3.2 SARAN
Saran untuk meningkatkan Sektor Pertanian di Indonesia, diantaranya :
produktif.
Meningkatkan nilai tukar petani
Membangun Agro-Industri berbasis masyarakat di tingkat perdesaan.
Membuat regulasi mengenai upah buruh tani.
Peningkatkan teknologi pertanian tepat guna.