Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PETROLOGI BATUAN BEKU


Salah satu cabang dari petrologi adalah petrologi batuan beku. Batuan beku
atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis artinya api) adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baikdibawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di
atas permukaan sebagaibatuan ekstrusif (vulkanik). Magma tersebut dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun
kerak bumi. Berikut ini penjelasan tentang batuan beku.
II.1 Pengertian dan Klasifikasi
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk langsung dari pembekuan
magma. Proses pembekuan tersebut merupakan proses perubahan fase dari cair
menjadi padat. Pembekuan magma akan menghasilkan kristal-kristal mineral
primer ataupun gelas. Proses pembekuan magma akan sangat berpengaruh
terhadap tekstur dan struktur primer batuan sedangkan komposisi batuan sangat
dipengaruhi oleh sifat magma sel.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke
padat. Apabila pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan
terbentuk kristal-kristal mineral berukuran besar sedangkan bila energi
pembentukan rendah akan terbentuk kristal yang berukuran halus. Bila
pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak terbentuk dan cairan
magma membeku menjadi gelas.
Pada batuan beku, mineral yang sering dijumpai dapat dibedakan menjadi
dua kelompok yaitu :
1. Mineral asam/felsic minerals. Mineral-mineral ini umumnya berwarna cerah
karena tersusun atas silika dan alumni, seperti : kuarsa, ortoklas, plagioklas,
muskovit.
4

2. Mineral basa/mafic minerals. Mineral-mineral ini umumnya berwarna gelap


karena tersusun atas unsur-unsur besi, magnesium, kalsium, seperti : olivin,
piroksen, hornblend, biotit. Mineral-mineral ini berada pada jalur kiri dari Seri
Bowen.

II.1.1 Kasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika


Pengklasifikasian Berdasarkan Komposisi Kimia. Dasar pembagian ini
biasanya adalah kandungan oksida tertentu dalam batuan seperti kandungan silika
dan kandungan mineral mafik. Terlihat pada tabel 1.
Tabel 1. Penamaan batuan berdasarkan kandungan silika
(Sumber : http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku)

N
o

Jenis batuan beku

Kandungan silika

Asam (acid)

Intermediate

52 66 %

Andesit

Diorit

Basa (basic)

45 52 %

Basalt

Gabro

Ultrabasa

<45 %

Peridotit

Dunit

>66 %

Contoh batuan beku


Ekstrusi
Intrusi
Riolit
Granit

II.1.2 Berdasarkan kandungan kuarsa, alkali feldspar dan feldspatoid :


1. Batuan felsik, dominan felsik mineral, biasanya berwarna cerah.
2. Batuan mafik, dominan mineral mafik, biasanya berwarna gelap. Terlihat
pada gambar 1.
3. Batuan ultramafik, 90% terdiri dari mineral mafik.

Gambar 1. Macam-macam Batuan Beku


(Sumber: http://geologiminyak.blogspot.com/2012/10/definisi-batuan-beku.html)

II.1.3 Klasifikasi batuan beku berdasarkan tempat terbentuknya


Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku terbagi menjadi 3 macam yaitu,
batuan beku plutonik, batuan beku hipabisal, batuan beku volkanik.
1. Batuan beku Plutonik (intrusif)
Batuan beku yang terbentuk jauh di dalam permukaan bumi.
2. Batuan beku Hipabisal
Batuan beku yang terbentuk dekat dengan permukaan bumi.
3. Batuan beku Vulkanik (ekstrusif)
Batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi.
A. Batuan Beku Ultrabasa
Batuan beku ultrabasa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung
kurang dari 45% SiO2 dari komposisinya. Kandungan mineralnya didominasi oleh
mineral-mineral berat dengan kandungan unsur-unsur seperti Fe (besi/iron) dan
Mg (magnesium) yang disebut juga mineral ultramafik. Batuan beku ultrabasa
hanya dapat terbentuk secara plutonik, dikarenakan materi magma asalnya yang
merupakan magma indukyang berasal dari asthenosfer. Kehadiran mineralnya
seperti olivin, piroksin, hornblend, biotit dan sedikit plagioklas. Pada batuan beku
ultrabasa hampir tidak ditemukan mineral kuarsa. Batuan beku ultrabasa ini juga
hanya bertekstur afanitik karena sifat tempat terbentuknya yang plutonik.
Perbedaan mendasar batuan yang bersifat basa dan ultrabasa adalah jika batuan
beku basa mengandung mineral plagioklas lebih dari 10% sedangkan batuan beku
ultra basa kurang dari 10%. Makin tinggi kandungan piroksen dan olivin, makin
rendah kandungan plagioklasnya dan makin ultra basa.

Beberapa batuan yang termasuk ultrabasa adalah:


1. Dunit
Dunit adalah batuan, batuan beku plutonik, komposisi ultramafik, dengan
tekstur kasar atau phaneritik. Pengelompokan mineral olivin lebih besar dari 90%,
dengan sejumlah kecil mineral lain seperti piroksen, kromit dan pyrope. Terlihat
pada gambar 2.

Gambar 2. Dunit
(sumber: anonim, 2015)

Warna

: Hijau Kehitaman

Genesa batuan

: Intrusif

Komposisi batuan

: Olivin Dan Amhibole

Ukuran butir

: Fanerik

Jenis batuan

: Beku Ultrabasa

2. Peridotit
Peridotit adalah kelompok betuan ultrabasa. Pada umumnya berwarna gelap,
berat jenisnya 33,3. Komposisi dan persentase secara umum dari mineral
pembentuk batuannya adalah: mineral mafic (olivin, piroksen, hornblenda) 8595%, mineral bijih (magnetit, ilmenit, kromit dll) 10-3%, plagioklas kalsium 5%.
Terlihat pada gambar 3.
Warna

: Gelap kehijauan (Ultramafic)

Struktur

: Massif

Tekstur

: Derajat Kristalisasi (Holokristalin), Ukuran Kristal (Fanerik sedang

1-5mm), Bentuk Butir (Subhedral), Hubungan antar butir (Hipidiomorphic


Granular)

Komposisi : Olivin (60%), Plagioklas (15%), Piroksen (25%),


Genesa

: Ekstrusif

Gambar 3. Peridotit
(sumber : anonim, 2015)

B. Batuan Beku Basa


Batuan beku basa adalah batuan beku yang secara kimia mengandung 45%52% SiO2 dalam komposisinya. Kandungan mineral penyusunnya di dominasi
oleh mineral-mineral gelap (mafic). Batuan beku basa dapat terbentuk secara
plutonik maupun vulkanik. Yang terbentuk secara plutonik umumnya adalah
batuan dari kerak samudra yang terbentuk dari jalur tektonik divergen, sedangkan
yang terbentuk secara vulkanik adalah dari gunung api atau intrusian yang
ketebalan kerak buminya tidak terlalu tebal. Kehadiran mineral-mineralnya seperti
olivin, piroksin, hornblend, biotit, plagiolas dan sedikit Kuarsa. Warna pada
batuan beku basa ini umumnya gelap karena kandungan mineralnya yang
dominan gelap. Berikut contoh batuan beku basa yaitu gabbro dan basal:
1. Gabro
Gabro mempunyai kandungan silica yang lebih rendah dan tidak mengandung
mineral kuarsa, alkali feldspar dan hanya mengandung mineral plagioklas yang
sering dijumpai berwarna gelap dengan kandungan kalsium yang tinggi. Mineral
mineral gelap lainnya yang sering terdapat pada batuan ini adalah amphibole,
piroksin dan kadang kadang juga biotit, olivin, magnetit, ilmenit dan apatit.
Terlihat pada gambar 4.

Gambar 4. Gabbro
(sumber: anonim, 2015)

Karakteristik :
Genesa

: merupakan batuan beku yang terbentuk dengan sangat lambat

sehingga menghasilkan warna gelap.


Warna

: hitam

Kristalinitas

: hipokristalin

Granularitas

: afanitik

Relasi

: inequigranular

Struktur

: masive

Fabric

: subhedral

komposisi mineral : biotit, piroksin, kuarsa, olivin, glass


kegunaan
2.

: bahan dasar bangunan beton, perbaikan jalan.

Basal
Batuan basal berwarna gelap, berat, kaya akan besi dan sedikit akan

kandungan mineral silika batuan vulkanik, yang biasanya membentuk lempeng


samudera di dunia. Terlihat pada gambar 5.

10

Gambar 5. Basalt
(sumber: anonim, 2015)

Karakteristik :
a. Batuan Beku vulkanik
b. Ukuran Kristal halus
c. Indeks warna 40-70
d. Mineral Mafik utama: augit, hipersten, olivin
e. Mineral utama felsik: Ca plagioklas
C. Batuan Beku Intermediet
Batuan beku Intermediet adalah batuan beku yang mengandung
SiO2sebesar 52-65%. Terbentuk dari pembekuan magma dimana pembekuan
berada di daerah pipa gunung api. Memiliki komposisi mineral: plagioklas,
piroksin, meineral mafik, biotite. Ciri-ciri umum batuan beku intermediat: berbutir
kasar, warna agak gelap, Indeks warna <40%. Berikut contoh batuan beku
intermediet: andesit dan diorit.

1. Andesit
Bagian-bagian kecil yang berwarna hitam disebut mineral biotit dan yang
berwarna putih disebut potassium feldspar. Kristal terbesar dinamakan phenocryst,
terbentuk jauh sebelum lava terletuskan dan membeku, dan kristal-kristal tersebut

11

dari bentuknya dapat menceritakan sejarah dari proses perjalanan magma. Terlihat
pada gambar 6.

Gambar 6. Andesit
(sumber: anonim, 2015)

2. Diorit
Diorit adalah batuan beku plutonik, yaitu batuan antara granit dan gabro.
Batuan ini mengandung sedikit plagioklas feldspar, mineral berwarna terang, dan
hornblend berwarna hitam. Tidak seperti granit, batuan diorit tidak mengandung
mineral kuarsa atau sangat sedikit, dan juga tidak seperti gabro, diorite
mempunyai warna yang lebih terang dan mengandung soda, tidak mengandung
kalsit plagioklas. Apabila batuan diorit ini dihasilkan dari letusan gunung api
maka akan terjadi pendinginan menjadi lava andesit. Terlihat pada gambar 7.

Gambar 7. Diorit
(sumber: anonim, 2015)

Karakteristik :

12

a. Genesa: batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat
cepat
b. Warna: abu-abu
c. Kristalinitas: Hipokristalin
d. Granularitas: Fanerik
e. Relasi: Inequigranular
f. Struktur: masiv
g. Komposisi minera: plagioklas,biotit,sanidin,gelas.
h. Kegunaan: Sebagai batu ornamen dinding maupun lantai bangunan gedung
atau untuk batu belah untuk pondasi bangunan/jalan raya
D. Batuan Beku Asam
Batuan beku Asam adalah batuan beku yang bersifat asam, memiliki
kandungan SiO2 > 60%, memiliki indeks warna < 20%. Terbentuk langsung dari
pembekuan magma yang merupakan proses perubahan fase dari cair menjadi
padat di daerah vulkanik dengan temperatur tinggi. Pada umumnya batuan beku
asam memiliki warna terang, karena terletak pada golongan felsik. Berasal dari
magma asam kaya kuarsa, sedangkan kandungan oksida magnesiumnya rendah.
Memiliki komposisi mineral utama: hornblende, muskovite, feldspar, kuarsa dan
mineral tambahan seperti: apatit, rulit, zirkon, bijih, sphare. Berikut contoh batuan
beku asam yaitu riolit dan granit.
1. Riolit
Riolit adalah bersifat asid dan bes. Namun sebenarnya sifat asid batuan ini
bergantung kepada kandungan silika di dalamnya. Riolit di anggap berasid apabila
kandungan silikanya melebihi 66%. Riolit sering ditemukan berupa lava. Terlihat
pada gambar 8.

13

Gambar 8. Riolit
(sumber: anonim, 2015)

Karakteristik :
a. Genesa: batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat
cepat
b. Warna: cokelat
c. Kristalinitas: hipokristalin
d. Granularitas: afanitik
e. Relasi: equigranular
f. Struktur: masif
g. Komposisi mineral: plagioklas, mikroklin, biotit, orthoklas, glass
h. Kegunaan: untuk bahan campuran semen
2. Granit
Granit adalah jenis batuan intrusif, felsik, igneus yang umum dan banyak
ditemukan. Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, dan oleh karena itu banyak
digunakan sebagai batuan untuk konstruksi. Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75
gr/cm dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa
Latin granum. Terlihat pada gambar 9.

14

Gambar 9. Granit
(sumber: anonim, 2015)

Karakteristik :
a. Genesa: batuan ini terbentuk karena proses pembekuan magma yang bersifat
cepat
b. Warna: cokelat
c. Kristalinitas: hipokristalin
d. Granularitas: Fanerik
e. Relasi: Inequigranular
f. Struktur: masiv
g. Komposisi mineral: plagioklas, hornblend, anorthoklas, orthoklas, glass.
h. Kegunaan: sebagai keramik
II.2 Cara Pemerian
Dalam Pemerian batuan beku, sangat perlu sekali mengetahui karakteristik
batuan beku yang meliputi sifat fisik dan komposisi mineral batuan beku. Dalam
membicarakan masalah sifat fisik batuan beku tidak akan lepas dari beberapa
berikut ini.
A. Jenis Batuan
Langkah pertama yang dilakukan saat pemerian batuan secara megaskopis
adalah menentukan jenis batuannya terlebih dahulu, setelah itu baru dilanjutkan
pada hal lainnya.
B. Warna

15

1. Warna segar batuan beku bervariasi dari hitam, abu-abu dan putih cerah. Warna
ini sangat dipengaruhi oleh komposisi mineral penyusun batuan beku itu
sendiri.
2. Warna lapuk batuan beku bisaanya terlihat agak kegelapan. Itu dipengaruhi
oleh proses eksternal pada batuan tersebut.
C. Struktur
Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan
lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar
hanya dapat dilihat dilapangan saja. Terlihat pada gambar 10.
1. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen
lain yang tertanam dalam tubuh batuan beku.
2. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh
keluarnya gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut
menunjukkan arah yang teratur.
3. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubanglubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.
4. Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh
mineral-mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.
5. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan
lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

Gambar 10. Struktur Batuan Beku


(sumber: penyusun, 2015)

D. Tekstur

16

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar


mineral-mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan
massa gelas yang membentuk massa dasar dari batuan. Tekstur pada batuan beku
umumnya ditentukan oleh empat hal yang penting, yaitu:
1. Derajat Kristalisasi
Derajat Kristalisasi adalah derajat mengkristalnya suatu batuan beku pada
waktu terbentuknya batuan tersebut. Drajat Kristalisasi dalam fungsinya
digunakan untuk menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang
tidak berbentuk kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan
magma. Apabila magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka
kristalnya kasar. Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka
kristalnya akan halus, akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat
sekali maka kristalnya berbentuk amorf. Terlihat pada gambar 11.
Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:
a. Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal.
Tekstur holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin
yang telah membeku di dekat permukaan.
b. Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan
sebagian lagi terdiri dari massa kristal.
c. Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas.
Tekstur holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau
sebagai fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

Gambar 11. Derajat Kristalisasi


(Sumber : anonim 2015)

17

2. Granularitas
Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku.
Pada umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu: ( Tabel 2 )
Tabel. 2 Granularitas
(Sumber: Anonim 2014)

< 1 mm
1-5 mm
6-30 mm
30 mm

Fine
Medium
Coarse
Very Coarse

a. Fanerik: Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan satu sama lain
secara megaskopis dengan mata biasa.
b. Afanitik: Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan
mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop.
c. Porphyritic: Merupakan tekstur khusus, dimana terdapat campuran butiran
kasar dengan butiran yang halus. Terlihat pada gambar 12.

Gambar 12. Granularitas


(sumber: anonim, 2015)

3. Bentuk Kristal
Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat
batuan secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga
bentuk kristal, yaitu:
a. Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.
b. Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.
c. Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli. Terlihat
pada gambar 13.

18

Gambar 13. Bentuk Kristal


(Sumber : Anonim 2015)

4. Hubungan Antar Kristal


Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai
hubungan antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan.
Secara garis besar, relasi dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Equigranular: Apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk batuan
berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:
1) Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang euhedral.
2) Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri
dari mineral-mineral yang subhedral.
3) Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya
terdiri dari mineral-mineral yang anhedral.
b. Inequigranular: Yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan
1)
2)
3)
4)

tidak sama besar.


Parfiritik: Fenokris daam massa dasar/matrik kristal-kristal kecil.
Vitroferik: Fenokris (mineral sulung) dalam massa dasar/matrik gelas.
Poilikitik: Fenokris diinklusi oleh mineral yang lebih kecil.
Glomeroporphyritic: Fenokris mengumpal. Terlihat pada gambar 14.

19

Gambar 14. Hubungan Kristal (inequigranular)


(Sumber : Anonim 2015)

E. Komposisi Mineral
Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan
mempergunakan indeks warna dari batuan kristal dan tempat terbentuknya.
1. Berdasarkan

warna

mineral

sebagai

penyusun,

batuan

beku

dapat

dikelompokkan menjadi dua, yaitu:


a. Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari
mineral kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.
b. Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.
2. Berdasarkan terbentuknya terdiri dari :
a. Mineral utama (Essential mineral): mineral penentu penamaan batuan.
Contoh: Kuarsa, feldspar, mika, amphibol, piroksin, dan olivin.
b. Mineral sekunder (Secondary mineral): mineral yang terbentuk dari mineral
primer yang mengalami proses pelapukan, hidrotermal atau metamorfisme.
Contoh: Kalsit, serpentin, klorit, serosit dan koalin.
c. Mineral tambahan (Accessorys mineral): mineral yang terbentuk oleh
kristalisasi magma (kehadiran mineral ini 5%).
Contoh: hematit, magmatit, kromit, apatit, zikron, rutil, dan ilmenit . Terlihat
pada tabel 3.

20

F. Petrogenesa
Menjelaskan seluruh aspek terbentuknya betuan mulai dari asal usul atau
sumber, proses primer terbentuknya batuan hingga perubahan-perubahan (proses
sekunder) pada betuan tersebut.
G. Nama Batuan
Setelah melakukan pemerian batuan tersebut, diakhir kita dapat menetukan
nama batuannya, dilihat dari tekstur, struktur dan komposisi minerlahnya.

Tabel 3. Pengenalan mineral dan sifatnya


(sumber: penyusun, 2015)
Nama
Mineral

Warna

Bentuk dan
Perawakan Kristal

Belahan

Keterangan

Olivin

Hijau

Tidak teratur,
membutir dan massif

Tidak
sempurna

Kilap kaca

Piroksen

Hijau tua - Hitam

Prismatik pendek,
massif, membutir

2 arah saling
tegak lurus

Kilap kaca dan


permukaannya
halus

Amfibol

Hitam - coklat

Prismatik panjang,
menyerat dan
membutir

2 arah
membentuk
sudut lancip

Kilap arang

Biotit

Hitam - coklat

Tabular, berlembar
(memika)

2 arah

Kilap kaca

Feldspar
Alkali

Merah
jambu/putih/hijau

2 arah

Kilap kaca/lemak

Plagioklas

Putih susu, abu-abu

3 arah

Kilap kaca/lemak

Muskovit

Putih transparan

Tabular, berlembar
(memika)

1 arah

Kilap kaca/mutiara

Kuarsa

Tidak berwarna

Tidak teratur,
membutir dan massif

3 arah

Kilap kaca/lemak

Kalsit

Tidak berwarna, putih

Rombohedral,
massif, membutir

Sempurna

Kilap kaca, berbuih


dengan HCl

Prismatik, tabular
panjang, massif,
membutir
Prismatik/tabular
panjang. Massif,
membutir

Klorit

Hijau

Berlembar, memika

Sempurna

Umumnya pada
batuan metamorfik
dan lapukan batuan
beku basa

Serisit

Tidak berwarna, putih

Tabular, berlembar

Sempurna

Kilap kaca
berukuran halus

21

Asbes

Putih, abu-abu
kehijauan

Menyerat, masa fiber


asbestos

Garnet

Coklat merah-hitam

Poligonal, membutir

Tidak ada

Kilap kaca/mutiara

Halit

Tidak berwarna, putih


kekuningan, merah

Kubus, masif,
membutir

Sempurna

Sebagai garam
evaporate

Gypsum

Tidak berwarna, putih

Memapan, membutir,
menyerat

Sempurna

Lembar-lembar
tipis terjadi karena
evaporasi

Anhidrit

Putih, abu-abu, biru


pucat

Massif, membutir

Sempurna

Karena evaporasi

Kilap lemak

Anda mungkin juga menyukai