Disusun Oleh:
Ahmad Iman Setyono
(4113010001)
Rahayu Werdiningsih
(4113010013)
Sisilya Parameswary
(4113010014)
(4113010012)
Kelas:
3 Perancangan Jalan & Jembatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyusun Laporan Kerja Teknik Lalu Lintas.
Pada Laporan Tugas Besar ini, kami menganalisa perilaku lalu lintas pada simpangan
bersinyal Jalan Arief Rahman Hakim, Depok dan mencoba untuk membuat solusi pada kondisi
lalu lintas yang ada di persimpangan tersebut. Tugas ini pun merupakan pertanggungjawaban dari
pembelajaran yang telah kami laksanakan selama di semester 5, sekaligus sebagai salah satu
syarat untuk menambah nilai mata kuliah Teknik Lalu Lintas.
Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
tersusunnya laporan ini. Terutama kepada Dosen Mata Kuliah Teknik Lalu Lintas Program Studi
Perancangan Jalan dan Jembatan, Dr. H. Zainal Nur Arifin, Dipl.-Ing. HTL, MT.
Dengan tersusunnya tugas ini, kami berharap dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, khususnya bagi kami selaku penyusun. Oleh karena itu, kami mohon saran dan kritik
dari pihak pembaca yang bersifat membangun jika tugas kami jauh dari kesempurnaan.
Depok,
November 2015
Penulis
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Persimpangan jalan adalah simpul pada jaringan jalan dimana ruas jalan bertemu dan
lintasan arus kendaraan berpotongan. Lalu lintas pada masing-masing kaki persimpangan
menggunakan ruang jalan pada persimpangan secara bersama-sama dengan lalu lintas lainnya.
Olehnya itu persimpangan merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan kapasitas
dan waktu perjalanan pada suatu jaringan jalan khususnya di daerah - daerah perkotaan.
Persimpangan merupakan tempat sumber konflik lalu lintas yang rawan terhadap
kecelakaan karena terjadi konflik antara kendaraan dengan kendaraan lainnya ataupun antara
kendaraan dengan pejalan kaki. Oleh karena itu merupakan aspek penting didalam pengendalian
lalu lintas. Masalah utama yang saling kait mengkait pada persimpangan adalah :
a. Volume dan kapasitas, yang secara lansung mempengaruhi hambatan.
b. Desain geometrik dan kebebasan pandang
c. Kecelakaan dan keselamatan jalan, kecepatan, lampu jalan
d. Parkir, akses dan pembangunan umum
e. Pejalan kaki
f. Jarak antar simpang
Secara garis besarnya persimpangan terbagi dalam 2 bagian :
1. Persimpangan sebidang.
2. Persimpangan tak sebidang
Persimpangan sebidang adalah persimpangan dimana berbagai jalan atau ujung jalan
masuk persimpangan mengarahkan lalu lintas masuk kejalan yang dapat belawanan dengan lalu
lintas lainnya.
Pada persimpangan sebidang menurut jenis fasilitas pengatur lalu lintasnya dipisahkan
menjadi 2 (dua) bagian :
1. Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan jalan yang pergerakan atau
arus lalu lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk melewati
persimpangan secara bergilir.
2. Simpang tak bersinyal (unsignalised intersection) adalah pertemuan jalan yang tidak
menggunakan sinyal pada pengaturannya.
1.2.
Tujuan Penulisan
a.
b.
Sebagai latihan dalam hal surveying dan menganalisa data lalu lintas hasil survey.
c.
1.3.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penulisan makalah ini adalah semua aspek yang memperngaruhi
perilaku atau kondisi lalu lintas persimpangan.
1.4.
Sumber Data
Data diperoleh dari survey langsung pada persimpangan jalan sebagai objek nya
1.5.
Metode
Metode yang diterapkan dalam penulisan makalah ini adalah dengan metode surveying
dan menganalisa langsung dari data yang didapatkan.
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Simpangan Bersinyal
Simpang bersinyal (signalised intersection) adalah persimpangan jalan yang pergerakan
atau arus lalu lintas dari setiap pendekatnya diatur oleh lampu sinyal untuk melewati
persimpangan secara bergilir.
Lampu lalu lintas adalah peralatan yang dioperasikan secara mekanis, atau electrik untuk
memerintahkan kendaraan-kendaraan agar berhenti atau berjalan. Peralatan standar ini terdiri dari
sebuah tiang, dan kepala lampu dengan tiga lampu yang warnanya beda (merah, kuning, hijau)
Tujuan dari pemasangan lampu lalu lintas MKJI (1997) adalah :
a. Menghindari kemacetan simpang akibat adanya konflik arus lalu lintas yang berlawnan,
sehingga kapasitas persimpangan dapat dipertahankan selama keadaan lalu lintas puncak.
b. Menurunkan tingkat frekwensi kecelakaan
c. Mempermudah menyeberangi jalan utama bagi kendaraan dan/ atau pejalan kaki dari jalan
minor.
Fungsi yang pertama dipenuhi oleh waktu kuning, sedangkan yang kedua dipenuhi oleh
waktu merah semua yang berguna sebagai waktu pengosongan antar dua fase.
Waktu merah semua dan waktu kuning pada umumnya ditetapkan sebelumnya dan tidak berubah
selama periode operasi. Jika waktu hijau dan waktu siklus juga ditetapkan sebelumnya, maka
dikatakan sinyal tersebut dioperasikan dengan cara kendali waktu tetap.
Dalam sistem yang lama, pola waktu yang sama digunakan sepanjang hari/minggu. Pada
sistem yang lebih modern, rencana waktu sinyal yang berbeda yang ditetapkan sebelumnya, dan
digunakan untuk kondisi yang berbeda pula. Sebagai contoh kondisi lalu lintas puncak pagi,
puncak sore, dan lewat puncak. Jika pertimbangan keselamatan lalu lintas atau pembatasanpembatasan kapasitas memerlukan pemisahan satu atau lebih gerakan belok kanan, maka
banyaknya fase harus ditambah. Penggunaan lebih dari dua fase biasanya akan menambah waktu
siklus dan rasio waktu yang disediakan untuk pergantian antar fase (kecuali untuk tipe tertentu
dari sinyal aktuasi kendaraan yang terkendali). Meskipun hal ini memberikan suatu keuntungan
3
dari sisi keselamatan lalu lintas, pada umumnya berarti bahwa kapasitas keseluruhan dari
simpang tersebut akan berkurang.
Berangkatnya arus lalu lintas selama waktu hijau sangat dipengaruhi oleh rencana fase
yang memperhatikan gerakan belok kanan. Jika arus belok kanan dari suatu pendekat yang
ditinjau dan / atau dari arah berlawanan terjadi dalam fase yang sama dengan arus berangkat lurus
dan belok kiri dari pendekat tersebut, maka arus berangkat tersebut dianggap sebagai terlawan.
Jika tidak ada arus belok kanan dari pendekat-pendekat tersebut, atau jika arus belok kanan
diberangkatkan ketika lalu lintas lurus dari arah berlawanan sedang menghadapi merah, arus
berangkat tersebut dianggap sebagai terlindung.
apabila
dibandingkan
dengan
sebuah
Type 0
pendekat
dengan lampu hijau pada fase yang sama.
Type P
LT
Belok kiri
LTOR
ST
Lurus
RT
Belok kanan
Pembelokan
PRT
Q0
Arus melawan
QRT0
Arus jenuh
S0
DS
Derajat kejenuhan
FR
Rasio arus
IFR
semua
fase sinyal yang berurutan dalam suatu siklus
(IFR = (Q/S)CRIT).
PR
Rasio fase
Kapasitas
Arus
lalu
lintas
maksimum
yang
dapat
dipertahankan.
(sebagai contoh untuk bagian pendekat j :
Cj = Sj x gj/c ; kend/jam , smp/jam)
F
Faktor penyesuaian
Tundaan
DG
dan
adalah
disebabkan
oleh
percepatan
kendaraan
yang
Panjang antrian
NQ
Antrian
NS
Angka henti
Psv
WA
Lebar pendekat
WMASUK
Lebar masuk
WKELUAR
Lebar keluar
We
Lebar efektif
Jarak
GRAD
Landai jalan
Komersial
RES
Permukiman
RA
Akses terbatas
Jalan
Ukuran kota
SF
Hambatan samping
Fase
Waktu siklus
Waktu hijau
gmax
gmin
GR
Rasio hijau
All red
AMBER
Waktu kuning
IG
Antarhijau
LTI
Waktu hilang
Prosedur yang diperuntukkan untuk perhitungan waktu sinyal, kapasitas dan ukuran
kinerja diuraikan dibawah, langkah demi langkah dalam urutan berikut :
LANGKAH A: DATA MASUKAN
A-1: Geometrik, pengaturan lalu-lintas dan kondisi lingkungan.
A-2: Kondisi arus lalu-lintas
LANGKAH B: PENGGUNAAN SINYAL
B-1: Fase sinyal
B-2: Waktu antar hijau dan waktu hilang
LANGKAH C: PENENTUAN WAKTU SINYAL
C-1: Tipe pendekat
C-2: Lebar pendekat efektif
C-3: Arus jenuh dasar
C-4: Faktor-faktor penyesuaian
C-5: Rasio arus/arus-jenuh
C-6: Waktu siklus dan waktu hijau
LANGKAH D: KAPASITAS
D-1: Kapasitas
D-2: Keperluan untuk perubahan
LANGKAH E: PERILAKU LALU-LINTAS
E-1: Persiapan
E-2: Panjang antrian
E-3: Kendarain terhenti
E-4: Tundaan
10
BAB III
DATA SURVEY
11
3.1.
Hari / Tanggal
: 10 Oktober 2015
Waktu
Tempat
Kecepatan Rencana
: 10 m/detik
Ketua Kelompok
Anggota Kelompok
: - Rahayu Werdiningsih
- Sisilya Parameswary
- Yudha Hadie Irawan
Data Survey
Data Lebar
BAB IV
13
ANALISA PERSIMPANGAN
Analisa simpang bersinyal kali ini mengacu pada peraturan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) tahun 1997 yang terdiri dari FORM SIG-1 sampai dengan FORM SIG-5.
jumlah kendaraan jenis LV, HV, MC, dan UM setiap 15 menit di wilayah
persimpangan
Gabungkan data survey masing-masing arah setiap satu jam pertama mulai dari pukul
16.30 sampai pukul 19.00
Ambil nilai maksimum dari data tiap jam baik LV, HV, MC, atau UM
Isilah tanggal, Dikerjakan oleh, Kota, Simpang, Hal (mis.Alt.1) dan Waktu (mis. Puncak
pagi 1996) pada judul formulir.
Gunakan kotak-kotak Formulir SIG-1 untuk menggambar diagram diagram fase yang ada.
Masukkan waktu hijau (g) dan waktu antar hijau (IG) yang ada pada setiap kotak, dan
masukkan waktu siklus dan waktu hilang total (LTI=IG) untuk kasus yang ditinjau (jika
ada).
Gambarkan denah situasi survey yang akan dianalisa.
Pilih tipe lingkungan
COM (Komersial)
kantor)
dengan jalan masuk langsung bagi pejalan kaki dan kendaraan.
14
RES
(Permukiman) : Tata guna lahan tempat tinggal dengan jalan masuk langsung bagi
Masukkan jika belok kiri langsung (LTOR) diijinkan (Ya/Tidak) pada pendekat tsb
(tambahan untuk menunjukkan hal ini dalam diagram fase sebagaimana digunakan di
atas).
Masukkan jarak normal antara garis-henti dan kendaraan pertama yang diparkir disebelah
hulu pendekat, untuk kondisi yang dipelajari (jika tidak ada tulis nol)
Lebar pendekat (kolom 8-11)
Masukkan, dari sketsa, lebar (ketelitian sampai sepersepuluh meter terdekat) bagian yang
diperkeras dari masing masing pendekat (hulu dari titik belok untuk LTOR), Belok-Kiri
Langsung, Tempat masuk (pada garis henti, lihat juga Gambar C-2:1) dan Tempat
Keluar (bagian tersempit setelah melewati jalan melintang).
15
Hitung rasio kendaraan tak bermotor dengan membagi arus kendaraan tak bermotor QUM
kend./jam pada Kolom (17) dengan arus kendaraan hermotor QMV kend./jam pada
Kolom (12):
Fsf
Nilai Fsf diinterpolasi dari table dibawah ini,
Rasio arah utara = 0,004
Fsf = 0,9492
Fsf = 0,9482
Fsf = 0,9480
17
Fg
Fp
dimana:
Lp = Jarak antara garis henti dan kendaraan yang diparkir pertama (m) (atau panjang dari
lajur pendek).
WA = Lebar pendekat (m).
g = Waktu hijau pada pendekat (nilai normal 26 det).
18
Flt
sebagai fungsi dari rasio belok kiri PLT seperti tercatat pada kolom 5 pada Formulir SIGIV, dan hasilnya dimasukkan ke dalam kolom 16.
\
Hanya untuk pendekat tipe P tanpa LTOR, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk:
Nilai arus jenuh yang disesuaikan (S) = So x Fcs x Fsf x Fg x Fp x Frt x Flt
Nilai arus lalu lintas (Q) didapat dari kolom pada SIG-II
Rasio arus yaitu perbandingan nilai Q dan S
Beri tanda rasio arus kritis (FRcrit) (=tertinggi) pada masing-masing fase dengan
melingkarinya pada Kolom 19.
Hitung Rasio Fase(PR) masing-masing fase sebagai rasio antara FRcrit dan IFR, dan
masukkan hasilnya pada Kolom 20.
PR = FRcrit / IFR
Waktu siklus sebelum penyesuaian
C = g + LTI
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa simpang bersinyal diatas didapatkan nilai sebagai berikut sesuai
dengan form yang terlampir,
Waktu antar hijau
: 12 detik
Waktu sinyal
Fase 1
= 26 detik
Fase 2
= 54 detik
Fase 3
= 65 detik
Waktu siklus
: 98 detik
Kapasitas
U-RT 1
= 1176 smp/jam
U-ST 1
= 1576,9 smp/jam
20
= 2208,4 smp/jam
= 1729,6 smp/jam
Derajat kejenuhan
U-RT 1
= 0,89
U-ST 1
= 1,27
= 0,89
= 0,89
: 196,036 detik/smp
Panjang antrian
fase 1 =
U-RT 1
= 177,1429 m
U-ST 1
= 72,3810 m
fase 2 =
= 118,0952 m
fase 3 =
= 118,0952 m
5.2.
Saran
Berdasarkan survey lalu lintas yang telah dilakukan dan juga studi dari berbagai
sumber, kami memiliki beberapa saran sebagai masukan dalam rangka mengurangi
degree of saturation pada persimpangan ini :
1. Pembenahan di sistem rambu dan marka jalan yang sudah ada sebelumnya.
Rambu dan marka yang ada perlu dilakukan peremajaan, sesuai dengan standar rambu
dan marka jalan yang ada di Indonesia. Dengan tujuan seluruh pengguna jalan dapat
mengetahui dengan jelas dimana mereka boleh belok, memutar, dimana mereka harus
berhenti dan larangan pengguna jalan untuk melakukan sesuatu. Seperti larangan
belok atau memutar dan larangan menaikkan atau menurunkan penumpang untuk
kendaraan umum.
2. Rekonstruksi fase-fase jalan pada persimpangan tersebut.
Misal pada ruas jalan yang paling padat yakni dari arah Jalan Nusantara dan ruas jalan
yang paling sedikit arus kendaraannya yakni arus dari arah sawangan. Fase hijau
untuk ruas jalan yang paling padat bisa diberi tambahan waktu agar kendaraan dari
arah tersebut lebih banyak bisa lewat. Waktu tambahan tersebut dapat diambil dari
21
arus kendaraan yang paling sepi. Sehingga kita tidak perlu merubah fase-fase lain
yang sudah bagus.
3. Larangan belok kiri untuk kendaraan dari arah Jalan Nusantara.
Untuk kendaraan yang datang dari arah Jalan Nusantara diberlakukan larangan untuk
belok ke kiri. Mengingat ruas jalan menuju Jalan Margonda Raya hanya 2 lajur dan
kendaraan belok kiri yang datang dari arah Nusantara akan sangat mengganggu
kendaraan yang datang dari arah lain. Dan juga ruas jalan Nusantara hanya 1 lajur,
dan itu berarti akan memberikan keterbatasan ruang kendaraan untuk belok kiri.
4. Pada saat jam ramai, persimpangan tersebut perlu diatur oleh petugas yang berlaku.
Petugas tersebut dapat dari pihak kepolisian maupun dari pihak Dinas Perhubungan.
5. Dilakukan pelebaran jalan untuk ruas-ruas jalan yang padat kendaraan.
Dimana dari langkah ini, dapat dibuat lajur yang baru dengan ukuran disesuaikan
dengan kondisi di lapangan. Sehingga dari pilihan solusi ini dapat mengurangi derajat
kejenuhan pada lajur jalan yang telah ada sebelumnya.
BAB VI
LAMPIRAN
22
emp LV
emp HV
emp MC
1
1,3
0,2
23
24
25
26
27
28
29
30