Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

TUMOR OTAK

Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Alfi Ida Murni


Danil Rahman
Indra Adamsyah
Selfi Herdiana
Dhanar Sujatmiko
Ekhtiari Wilujeng

PROGAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDIKIA MEDIKA
JOMBANG
2010

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas nikmat
dan karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Setiap
konsep dalam makalah ini juga memerlukan bahasa dan rincian serta berbagai
penjelasan yang dapat memudahkan untuk mempelajari dan memahaminya.
Makalah yang berjudul ASUHAN KEPEAWATAN dengan GANGGUAN
TUMOR OTAK ini disusun untuk memenuhi tugas Sistem Neurobehaviour 1 dalam
memahami ilmu kesehatan yang ditinjau dari aspek religius.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada para pendukung
yang memberikan motivasi sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih juga kepada para pembaca terutama bagi mahasiswa Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang. Dan tidak lupa pula kepada
para dosen yang telah membimbing kami menjadi manusia yang berpotensi.
Kritik dan saran pembaca merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi kami
dalam menyempurnakan isi makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi panduan
bagi mahasiswa.

Jombang, Oktober 2010

Penyusun

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK


A. Definisi
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (price,
A. Sylvia, 2000)
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun
ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra
cranial). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor
primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu
sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain
(metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut
tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002)
Tumor cerebri / tumor otak adalah lesi intracranial setempat yang menempati
ruang didalam tulang tengkorak (Baughman, Piaree, 2000).
Tumor otak adalah sebuah lesi terletak pada intrakranial yang menempati ruang
di dalam tengkorak (Brunner & Suddarth, 2002).
B. Etiologi
Etiologi pasti terjadinya tumor otak belum diketahui, namun menurut
beberapa ahli dapat terjadi akibat proses primer dan sekunder.
Primer

1. Gangguan pada otak


2. Gangguan imunologi tubuh
3. Gangguan fungsi hipofisis
4. Virus
5. Toksin
Sekunder: Metastase tumor lain, biasanya tumor paru dan payudara

C. Faktor Resiko
Faktor resiko pada tumor otak yaitu:
1. Gen, tumor dan sejenisnya itu dibawa juga oleh gen.keturunan dari garis
keturunan wanita.Contoh: ibunya ada tumor berarti anaknya punya faktor
resiko. hanya faktor resiko , bukan pasti

akan kena tumor juga. Ada

kemungkinan.
2. Pernah menderita tumor. tumor itu jadi bisa menjalar.
3. Common. umum. seperti gaya hidup tak sehat, dll
.
D. Klasifikasi
Tumor otak ada bermacam-macam menurut Price, Sylvia Ardeson,2000, yaitu :

1. Glioma adalah tumor jaringan glia (jaringan penunjang dalam system saraf
pusat (misalnya euroligis), bertanggung jawab atas kira-kira 40 sampai 50 %
tumor otak.
2. Tumor meningen (meningioma) merupakan tumor asal meningen, sel-sel
mesofel dan sel-sel jaringan penyambung araknoid dan dura dari paling penting.
3. Tumor hipofisis berasal dari sel-sel kromofob, eosinofil atau basofil dari
hipofisis anterior
4. Tumor saraf pendengaran (neurilemoma) merupakan 3 sampai 10 % tumor
intrakranial. Tumor ini berasal dari sel schawan selubung saraf.
5. Tumor metastatis adalah lesi-lesi metastasis merupakan kira-kira 5-10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari sembarang tempat primer.
6. Tumor pembuluh darah antara lain :
a. Angioma adalah pembesaran massa pada pembuluh darah abnormal yang
didapat didalam atau diluar daerah otak. Tumor ini diderita sejak lahir yang
lambat laun membesar.
b. Hemangiomablastoma adalah neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur
vaskuler embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum
c. Sindrom non hippel-lindan adalah gabungan antara hemagioblastoma
serebelum, angiosmatosis retina dan kista ginjal serta pancreas.
Tumor congenital (gangguan perkembangan). Tumor kongenital yang jarang
antara lain kondoma, terdiri atas sel-sel yang berasal dari sisa-sisa horokoida
embrional dan dijumpai pada dasar tengkorak.

Berdasarkan jenis tumor dapat dibagi menjadi :


1. Jinak

Acoustic neuroma

Meningioma

Pituitary adenoma

Astrocytoma (grade I)

2. Malignant

Astrocytoma (grade 2,3,4)

Oligodendroglioma

Apendymoma

3. Berdasarkan lokasi

E. Patofisiologi
Tumor
intrakranial
Gangguan lokal

Peningkatan tekanan
intrakranial

Penekanan pada jaringan otak, infiltrasi


atau invasi langsung pada parenkin
otak dengan kerusakan jaringan neuron
Perubahan suplai darah akibat tekanan
yang ditimbulkan tumor yang
bertumbuh menyebabkan nekrosis
jaringan otak
Kehilangan fungsi secara akut sesuai
area yang terkena

Tumor lobus
frontalis
Gejala perubahan
mental, hemiparesis,
ataksia dan
gangguan bicara

Lobulus
parasentralis
Kelemahan
pada kaki dan
ekstermitas

Lobus
parietalis
Hilangnya fungsi
sensorik kortikalis,
gangguan lokalisasi
sesorik, diskriminasi
dua titik,
grafestesia, kesan
posisi dan

stereogonosis
Tumor
serebellum
Papiledema dini dan
sering menimbulkan
nyeri kepala nuchal,
gangguan pergerakan

Tekanan pada
daerah dan
lintasan motorik
di dekat tumor

Hemiparese

Ujung bawah
korteks prasentralis
Kelemahan pada
wajah, lidah dan ibu
jari

Lobus
oksipitalis
Serangan
kejang
Resiko tinggi
trauma

Tumor ventrikel
dan hipotalamus
Somnolensia, diabetes
insipidus, obesitas dan
gangguan pengaturan
suhu

Bertambah
massa
dalam
tengkorak

Terbentuknya
edema sekitar
tumor

Perubahan
sirkulasi
cairan
serebrospina
l

Obstruksi
sirkulasi
cairan
serebrospinal

Mekanisme
kompensasi dari
peningkatan
tekanan
intrakranial

Hidrosefalus

Herniasi unkus
atau serebellum

Herniasi
menekan
mesensefalon

Kompresi
medula
oblongata

Hilangnya
kesadaran dan
menekan saraf
otak

Henti
pernafasan,
nausea,
muntah
proyektil

Resiko tinggi
trauma
Defisit
perawatan diri

Pola nafas
tidak efektif
Nutrisi kurang
dari kebutuhan

Traksi dan pergeseran


struktur peka-nyeri dalam
rongga intrakranial

Nyeri kepala

Pembengkakan papila
saraf optikus

Papiledema

F. Anamnesis
Anamnesis

pada tumor intracranial meliputi keluhan utama, riwayat

penyakit sekarang , riayat penyakit dahulu , riwayat penyakit keluarga, dan


pengkajian psikososiospiritual.
I.

Identitas
a. Idenitas Klien
Initial
Umur
Agama
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Tanggal MRS
Diagnosa
Nomor Reg.
Tanggal Pengkajian

: Tn. S
: 25 tahun
: Islam
: Jalan Kamboja No.15, Mojosongo- Jombang.
: SMA
: Wirausaha
: 22 Oktober 2010
: Tumor Otak
: 2300.437.
: 22 Oktober 2010

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama
: Tn. T
Umur
: 39 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswata
Alamat
: Jalan Kamboja No.15, Mojosongo- Jombang.
Hubungan dengan Klien : Suami
II.

Keluhan Utama
Hal yang menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan
kesehatan biasanya berhubungan dengan peningkatan tekanan
intracranial dan adanya gangguan fokal , seperti nyeri kepala
hebat , muntah-muntah , kejang dan penurunan tingkat
kesadaran.

III.

Riwayat Penyakit Sekarang


Kaji adanya hubungan keluhan tumor intracranial pada generasi
terdahulu
Kaji adanya keluhan nyeri kepala , mual , muntah , kejang , dan
penurunan tingkat kesadaran dihubungkan dengan perubahan di dalam
intracranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum terjadi. Sesuai

perkembangan penyakit , dapat terjadi letargik, tidak responsive, dan


koma.
IV.

Riwayat Penyakit Dahulu


Kaji adanya riwayat nyeri kepala paa masa sebelumnya . pengkajian
riayat ini dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang
dan

merupakan

data

dasar

untuk

mengkaji

lebih

jauh

dan

memberikantindakan seanjutnya.
V.

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien mengatakan tidak ada keluarga yang mempunyai riwayat
penyakit seperti ini dan penyakit ganas lain maupun penyakit menular.

VI.

Riwayat Psikososial
Pengkajian psikologis klien tumor intracranial meliputi beberapa dimensi
yang memungkinkan perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas
mengenai status emosi, kognitif, dan perilaku klien . Pengkajian
mekanisme koping yang di gunakan klien juga penting untuk menilai
respons emosi klien terhadap penyakit yang di deritanya ,perubahan
peran klien , serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan sehariharinya, baik dalam keluarga maupun masyarakat. Apakah ada dampak
yang timbul pada klaien yaitu timbul seperti ketakutan akan kecacatan ,
rasa cemas , rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas secara
optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah ( gangguan citra
tubuh ).
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami
kesulitan untuk berkomunikasi akibat gangguan bicara. Pola persepsi dan
konsep diri didapatkan klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan ,
mudah marah, tidak kooperatif. Pola penanganan stress , klien biasanya
mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan
proses berpikir dan kesulitan untuk memecahkan masalah karena
gangguan proses bepikir dan kesulitan berkomunikasi. Pola tata nilai dan
kepercayaan , klain biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena
tingkah laku yang tidak setabil , dan kelemahan atau kelumpuhan pada
salah satu sisi tubuh.

VII.

Riwayat Spiritual
Dalam keadaan normal pasien pribadi yang religius, namun semenjak
sakit pasien sama sekali tidak dapat beribadah karena ketidakmampuan
beraktivitas secara oprimal.

VIII.

Pemeriksaan Fisik
a. B1 ( Breathing )
Inspeksi apakah klien batuk, produksi sputum, sesak napas,
penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi napas yang
sering didapatkan pada klien meningitis yang disertai adanya
gangguan pada sistem pernapasan. Palpasi thoraks hanya dilakukan
jika terdapat deformitas.
b. B2 ( Blood )
Pada keadaan lanjut yang disebabkan adanya kompresi pada
medulla oblongata didapatkan adadnya kegagalan sirkulasi. Pada
klien tanpa kompresi medulla oblongata pada pengkajian tidak ada
kelainan. Tekanan darah biasanya normal, dan tidak ada peningkatan
heart rate.

c. B3 ( Brain )
Tumor intracranial

sering

menyebabkan

berbagai

defisit

neurologis, bergantung pada gangguan fokal dan adanya peningkatan


intracranial. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksa focus dan
lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya. Trias
klasik tumor otak Adalah nyeri kepala, muntah, dan papiledema.
d. B4 ( Bladder )
Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis
luas.

e. B5 ( Bowel )
Didapat adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual muntah pada fase akut. Mual dan muntah terjadi sebagai akibat
rangsangan pusat muntah pada medulla oblongata. Muntah paling
sering terjadi pada anak-anak dan berhubungan dengan penigkatan
tekanan intracranial disertai pergeseran batang otak. Muntah dapat
terjadi tanpa didahului mual dan dapat berupa muntah proyektil.
f. B6 ( Bone )
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan
sensori, dan mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas
dan istirahat.
IX.

Pemeriksaan Diagnostik
Setiap kasus yang dicurigai menderita lesi intracranial harus
menjadi evaluasi medis lengkap dengan perhatian khusus pada
pemeriksaan neurologis.
Penyelidikan
diagnostic

spesivikasi

dilakukan

setelah

pemeriksaan neurologis dan dimulai dari tindakan yang menggunakan


teknik invansif dan yang lebih berbahaya.
Radigram tengkorak
Memberikan informasi yang sangat berharga mengenai strutur,
penebalan, dan klasifikasi; posisi kelenjar pineal yang mengapur; dan
posisi seta tursika.

Elektroensefalogram
Memberikan informasi mengenaiperubahan kepekaan neuron. Pergeseran
kandungan intraserebral dapatdilihat pada ekoensefalogram. Pencitraan
radioaktif memperlihatkan area akumulasi abnormaldari zat radioaktif.
Tumor otak mupun oklusio vascular,infeksi, dan trauma mengakibatkan
kerusakan barier darah otak yang menyebabkanakumulasi abnormal zat
radioaktif.

X.

Pemeriksaan Laboratorium
Di lakukan analisi cairan otak atau Lumbal Pungsi guna memeriksa
jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa. Kadar glukosa darah di
bandingkan dengan kadar glukosa cairan otak.

XI.

Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan, memberikan informasi spesifik yang menyangkut jumlah
ukuran dan kepadatan jejas tumor dan meluasnya tumor serebral
sekunder, selain itu alat ini juga member informasi tentang system
ventrikuler.
a. Head CT Scan menunjukkan 2 buah tumor yang masih tersisa.
b.Bercak putih menunjukkan tumor otak
2. MRI, digunakan untuk menghasilkan deteksi jejas yang kecil,
membantu dalam mendeteksi tumor didalam batang otak dan daerah
hipofisis.
3. Biopsi stereotaktik bantuan computer (3 dimensi) dapat digunakan
untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasaR dasar pengobatan dan informasi prognosis.
4. Angiografi serebral, memberikan gambaran pembuluh darah serebral
dan letak tumor serebral.
5. EEG, dapat mendekati gelombang otak abnormal pada daerah yang
ditempati tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus
temporal pada waktu kejang.
6. Penelitian sitologis pada CSF, untuk mendekati sel-sel ganas, karena
tumor-tumor pada system saraf pusat mampu menggusur sel-sel ke
dalam cairan serebrospinal.

7. Ventriculogram / Arteriografi, apabila diagnose yang diduga


sedemikian rumitnya sehingga pungsi spinal atau pungsi lumbal tidak
bias dilakukan karena kontra indikasi peningkatan TIK.

XII.

Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

1. Resiko tinggi peningkatan intracranial yang berhubungan dengan desak


ruang oleh massa tumor intracranial.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan kompresi pada pusat
pernapasan pada medulla oblongata, kelemahan otot-otot pernafasan,
dan kegagalan fungsi perpasan.
3. Nyeri kepala yang berhubungan dengan teraksi dan Pergeseran stuktur
peka-nyeri dalam rongga intracranial.
4. Resiko tinggi truma yang berhubungan dengan serangan kejang dan
penurunan tingkat kesadaran.
5.

Defisit perawatan diri yang berhubungan dengan penurunan kesadaran


dan kehilangan control koordinasi gerakan.

6. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan


dengan peningkatan pemakaian energi untuk metabolisme serta asupan
nutrisi yang kurang sekunder dari mual dan muntah.
7. Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan misinterprentasi
informasi,tidak mengenal sumber- sumber informasi, dengan ketegangan
akibat krisis situasional.
8.

Ansietas yang berhubungan dengan prognosis penyakit yang tidak jelas.

Intervensi keperawatan
NO
1

DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko penigkatan

TUJUAN DAN
INTERVENSI
KRITERIA
HASIL
Setelah dilakukan 1. Mengaji faktor

RASIONAL
1. Deteksi dini untuk

TIK b/d desak ruang

tindakan

penyebab dari

prioritaskan

oleh masa tumor

keperawatan

stuasi penyebab

intervensi,

intrakardial dan

selama 3 x 24

koma atau

mengkaji ststus

edema serabral

jam, masalah

penurunanan

neurologis / tanda-

DO :

perfusi jaringan

tanda kegagalan

GCS 4, 5, 6

pasien
teratasi dengan
kriteria hasil :

dan kemungkinan

untuk menentukan

terdapat

GCS 4, 5, 6 tidak

penyebab

perawatan

papiledema
TTV
TD= 130/90
RR=
N=
S=

terdapat

DS : Klien
mengatakan
gelisah, klien
mengeluh

papiledema, tidak
gelisah, klien
tidak mengeluh
nyeri kepala,
mual-mual dan
muntah

peningkatan TIK
2. Monitor tandatanda vital tiap 4
jam.
3. Evaluasi pupil
4. Monitor
temperature dan
pengaturan suhu
lingungan
5. Memberikan

kegawatan atau
tindakan
pembedahan
2. Suatu keadaan
normal bila
sirkulasi serebral
terpelihara
dengan baik atau
fluktuasi ditandai

nyeri kepala,

periode istirahat

dengan tekanan

mual-mual

antara tindakan

darah sistemik ,

dan muntah

perawatan dan

penurunan dari

batas lamanya

otoregular

prosedur.
6. Mengurangi
rangsangan ekstra
dan berikan rasa
nyaman sepeti
masase punggung,
lingkungan yang
tenang, sentuhan
yang ramah dan
suasana yang tidak
gaduh.
7. Hindarkan
tetjadinya valsave
maneuver
8. Membantu klien

kebanyakan
merupakan tanda
penurunan di vusi
local
vaskularisasi
darah serebral .
dengan
peningkatan
tekanan darah
(diastolic)maka
dibarengi dengan
peningkatan
tekanan darah
intracranial

jika batuk, muntah


9. Kolaborasi
pemberian O2
sesuai indikasi

.adanya
peningkatan
tekanan darah
,bradikardi,
disritmia,dispnea
merupakan tanda
terjadinya
peningkatan TIK.
3. Reaksi pupil dan
pergerakan
kembali dari bola
mata merupakan
dari gangguan
saraf jika batang
otak terkoyak.
Keseimbangan
saraf antara
simpatik dan
parasimpatik
merupakan
respon reflek
saraf cranial
4. Panas merupakan
reflek dari
hipotalamus.
Peningkatan
kebutuhan
metabolism dan
O2 akan
menunjang
peningkatan
TIK /ICP
(intracranial
pressure)
5. Tindakan yang

terus menerus
dapat
meningkatkan
TIK oleh efek
rangsangan
kumulatif
6. Memberikan
suasana yang
2.

tenang(colming
effect)dapat
mengurangi
respon psikologis
dan memberikan
Nyeri akut b/d traksi

istirahat untuk

dan geseran struktur

mempertahankan

peka-nyeri dalam

TIK yang rendah


7. Mengurangi

rongga intrakarnial

tekanan
1. Jelaskan dan bantu

intrathorakal dan

klien dengan

intraabdominal

tindakan pereda

sehingga

nyeri

menghindari

nonfarmakologi
dan invasif
2. Ajarkan relaksasi ;

peningkatan TIK
8. Aktivitas ini dapat
meningkatkan

teknik- teknik

intrathorakal/teka

untuk menurunkan

nan dalam thorak

ketegangan otot

dan tekanan

rangka , yang

dalam abdomen

dapat menurukan

dimana aktivitas

intenssitas nyeri

ini dapat

dan juga

meningkatkan

tingkatkan
relaksasi masase
3. Ajarkan metode

tekanan TIK
9. Mengurangi
hipoksemia

distraksi selama
nyeri akut
4. Berikan
kesemmpatan
waktu istirahat bila
terasa nyeri dan

dimana dapat
menigkatkan
vasodilatasi
serebral dan
volume darah dan
menaikan TIK

berikan posisi yang


nyaman misalnya
waktu tidur ,
belakangnya
Setelah dilakukan

tindakan
keperawatan

Ketidakefektifan
pola pernapasan
yang
berhubungan
dengan kompresi
pada
pusat
pernapasan
dii
medulla
oblongata,
kelemahan otototot pernapasan,
kegagalan fungsi
pernapasan.

dipasang bantal
kecil
5. Tingkatkan

selama 3 x 24

pengetahuan

jam, masalah

tentang penyebab

pasien
teratasi dengan

nyeri dan

kriteria hasil :

berapa lama nyeri

menghubungkan

nyeri berkurang

akan berlangsung
atau teratas dapat 6. Observasi tingkat
nyeri dan respon
megidentifikasi

menggunakan
relaksasi dan
nonfarmakologi
lainnya telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri
2. akan melancarkan
peredaan darah
sehingga
kebutuhan O2
oleh jaringan
akan terpenuhi

aktifitas yang

motorik klien, 30

dan dapat akan

meningkat atau

menit setelah

mengurangi

menurunkan nyeri

pemberian obat
analgesic untuk

klien tidak gelisah

mengkaji

skala nyeri I (0-4)

efektivitasnya. Sert
setiap 1-2 jam
setelah tindakan

1. pendekatan dengan

perawatan selama
1-2 hari

nyerinya
3. mengalihkan
perhatian
nyerinya ke halhal yang
menyenangkan
4. istirahat akan
merelaksasi
semua jaringan

7. Kalaborasi dengan

sehingga akan

dokter , pemberian

meningkatkan

analgesic

kenyamanan
5. pengetahuan yang

akan dirasakan
1.Berikan
posisi
yang
nyaman,
biasanya dengan
peninggian kepala
tempat tidur. Balik
ke sisi yang sakit.

Gangguan
nutrisi:
kurang
dari
kebutuhan
yang
berhubungan
dengan peningkatan
pemakaian energy
untuk metabolisme,
asupan nutrisi yang
kurang, mual dan
muntah.

2.Dukung
untuk
sebanyak
mungkin.

klien
duduk

3.Observasi
pernapasan,
frekuensi
pernapasan,
frekuensi
pernapasan,
dispnea
perubahan
tanda vital.

fungsi
catat

membantu
mengurangi
nyerinya. Dan
dapat membantu
mengembangkn
kepatuhanklien
terhadap rencana
terapiutik
6. pengkajian yang

catat

optimal akan
memberikan
perawat data
yang obyektif
untuk mencegah

atau
tanda-

kemungkinan
komplikasi dan
melakukan
intervensi yang
tepat
7. analgesic memblok
lintasan nyeri
sehingga nyeri
akan berkurang

Setelah dilakukan
tindakan

1.Meningkatkan
inspirasi
maksimal,
meningkatkan
ekspansi paru dan
ventilasi pada sisi
1.Jelaskan pada klien
yang tidak sakit.
bahwa
tindakan
tersebut dilakukan
2.Distress
untuk menjamin
pernapasan
dan
keamanan.
perubahan
pada
tanda vital dapat

keperawatan
selama 3 x 24
jam, masalah
pasien
Nyeri akut yang
berhubungan dengan
traksi dan pergeseran
struktur peka-nyeri
dalam
rongga
intracranial

Teratasi dengan
kriteria hasil :
frekuensi
pernafasan yang
efektif mengalami
perbaikan
pertukaran gas gas pada paru dan
peningkatan pola

2.Evaluasi
kemampuan
makan klien.
3.Observasi/timbang
berat badan jika
memungkinkan.

terjadi
sebagai
akibat
stress
fisiologi dan nyeri
atau
dapat
menunjukkan
terjadinya
syok
sehubungan
hipoksia.
3.Pengetahuan apa
yang diharapkan
dapat mengurangi
ansietas
dan
mengembangkan
kepatuhan
klien
terhadap rencana
terapeutik.

nafas kembali
efektif.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, masalah
pasien
teratasi dengan
kriteria hasil
kebutuhan nutrisi
klien terpebuhi

1.Klien
dengan
tracheostomy tube
mungkin
sulit
untuk
makan,
tetapi klien dengan
endotracheal tube
dapat
1.Monitor keadaan
menggumakan
otot yang menurun
mag slang atau
dan
kehilangan
member makanan
lemak subkutan.
parenteral.
2.Jelaskan dan
bantu klien dengan 2.Tanda kehilangan
berat badan (7tindakan
pereda
10%)
dan
nyeri
kekurangan intake
nonfarmakologi
nutrisi menunjang
dan no-invasif.
terjadinya masalah
3.Ajarkan relaksasi:
katabolisme,
kandungan
Teknik-teknik

klien mengerti
tentang nutrisi
bagi tubuh dan
memperliharkan
kenaikan berat
badan sesuai
dengan hasil
pemeriksaan
laboratorium.

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 3 x 24
jam, masalah
pasien
teratasi dengan
kriteria hasil nyeri
berkutang atau
hilang, dapat
mengidentifikasi
aktifitas yang
mengurunkan
nyeri klien tidak
gelisah skala
nyeri 1 (0 4)

untuk menurunkan
glikogen
dalam
ketegangan
otot
otot dan kepekaan
rangka, yang dapat
terhadap
menurunkan
pemasangan
intensitas
nyeri
ventilator.
dan juga tingkatan
3.Meninjukkan
relaksasi
indikasi
masase..Ajarkan
kekurangan energy
metode distraksi
otot
dan
selama nyeri akut.
mengurangi fungsi
otot-otot
pernapasan.

1.Pendekatan dengan
menggunakan
relaksasi
dan
nonfarmakologi
lainnya
telah
menunjukkan
keefektifan dalam
mengurangi nyeri.
2. Akan melancarkan
peredaran
darah
sehingga
kebutuhan o2 oleh
jaringan
akan
terpenuhi
dan
dapat
akan
mengurangi
nyerinya.
3.Mengalihkan
perhatiannyerinya
ke hal-hal yang
menyenangkan.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges Moorhouse Geissle, 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3 Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Mutaqim Arif .Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. jilid I Hal. 1 302. Salemba Medika. 2008.
Mutaqim Arif .Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. jilid I Hal. 1 560 Salemba Medika. 2008.

Anda mungkin juga menyukai