Anda di halaman 1dari 15

STUDI PERENCANAAN EMBUNG KAHABILANGGA

KECAMATAN PAHUGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR

JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh :
TAUFIQ AZHAR
NIM. 0910640072-64

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
MALANG
2013

LEMBAR PERSETUJUAN
STUDI PERENCANAAN EMBUNG KAHABILANGGA
KECAMATAN PAHUGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR

JURNAL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Disusun Oleh :

TAUFIQ AZHAR
NIM. 0910640072-64

Menyetujui :
Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Pitojo Tri Juwono, MT.


NIP. 19700721 200012 1 001

Dr. Runi Asmaranto, ST., MT.


NIP. 19710830 200012 1 001

STUDI PERENCANAAN EMBUNG KAHABILANGGA


KECAMATAN PAHUGA LODU KABUPATEN SUMBA TIMUR
Taufiq Azhar1, Pitojo Tri Juwono2, Runi Asmaranto2
Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia
E-mail: taufiq_azhar@rocketmail.com
ABSTRAK
Kecamatan Pahuga Lodu Kabupaten Sumba Timur Propinsi Nusa Tenggara Timur
adalah salah satu daerah semi kering di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah dan
seringkali mengalami kekeringan. Musim hujan umumnya berlangsung selama 3 sampai 5
bulan, sedangkan musim kemarau berlangsung selama 7 sampai 9 bulan. Sehingga
bangunan penyimpan air cadangan untuk musim kemarau sangat diperlukan di daerah ini.
Terlebih daerah ini belum memiliki kemajuan teknologi yang maju seperti di Pulau Jawa.
Oleh karena itu embung sebagai bangunan penampung air yang relatif kecil sangat cocok
dengan keadaan alam setempat. Bangunan semacam ini dapat dibangun secara masal
dengan cepat dan menyebar mendekati pemukiman penduduk.
Tahap awal studi perencanaan embung adalah analisis hidrologi yakni perhitungan
debit rancangan Q50 dan penetuan volume air yang tersedia mengisi embung (inflow).
Selanjutnya menganalisis terjadinya erosi dan sedimentasi yang mengendap pada waduk
untuk menentukan volume ruang sedimen, analisis daya tampung oleh topografi dan
membandingkan dengan volume air yang tersedia untuk menentukan tampungan efektif
waduk, simulasi operasi waduk untuk analisis neraca air dan kemungkinan perubahan
tampungan efektif, dan analisis lebar pelimpah untuk menentukan muka air banjir. Dengan
mengetahui tampungan waduk tersebut, maka dapat dicari dimensi tubuh embung yang
meliputi, tinggi embung, lebar puncak embung, kemiringan lereng tubuh embung, dan juga
dimensi saluran pelimpah. Setelah itu embung di analisis keamanannya terhadap rembesan
dan kelongsoran.
Dari analisis yang telah dilakukan, didapatkan besarnya debit rancangan Q50 adalah
sebesar 12,283 m3/dt. Volume ruang sedimen sebesar 1.125,71 m3 yang terletak pada
elevasi +41,40, tampungan efektif sebesar 59.130,02 m3 yang terletak pada elevasi +45,50,
dan muka air banjir setinggi 0,557 m dari pelimpah atau pada elevasi +46,057. Hasil
perencanaan mengenai dimensi tubuh embung didapatkan: tinggi embung 8,2 m; elevasi
puncak embung +47,00; lebar puncak embung 3 m; kemiringan hulu 1 : 3; kemiringan hilir
1 : 2,25; lebar dasar saluran pelimpah 11 m; kemiringan dinding saluran 1 : 1; elevasi
puncak pelimpah +45,50. Untuk analisis stabilitas lereng embung, dilakukan dengan
metode Bishop baik perhitungan manual maupun perhitungan menggunakan Software
Geostudio. Dari analisis yang telah dilakukan didapatkan angka keamanan yang memenuhi
persyaratan untuk keamanan terhadap kelongsoran.

Kata Kunci : Embung, Pelimpah, Dimensi Embung, Stabilitas Lereng, Bishop.

ABSTRACT
Pahuga Lodu is Sub-district of Sumba Timur District Nusa Tenggara Timur
Province, it is one of half-dry area in Indonesia that have low rainfall and its often run
to drought. Usually the rainy season occur for 3 until 5 month, while the summertime
occur for 7 until 9 month. So the water depositor building for summertime is very needed
in this area. Whats more is this area dont have great technology such as Java Island.
Because of that embung as small water depositor building is very suitable with the
condition of local nature. This kind of buildings can build in massive quantity fastly and
spread near the resident settlement.
First stage of this embung study design is hidrology analyses, it is calculation of
flood design Q50 and determination of available water volume that fill the embung
reservoir (inflow). Futhermore is analyses the erotion and sedimentation that settle in the
reservoir for determination the room for sediment, analyses the volume capacity by
topography and compare it with available water volume for determine the effective
capacity, simulation of reservoir operation to analyse the water balance and possibilities
of changing the effective capacity, and analyses the width of spillway to determine the
flood water level. After knowing that reservoir capacity, the dimention of embung main
body can determined, such as height of embung, width of the embung crest, slope of
embung main body, and dimention of spillway channel. After that embung analysed its
slope stability and its seepage stability.
From the analyses that has been done, obtain the flood design Q50 is 12,283 m3/dt.
The room for sediment is 1.125,71 m3 at elevation +41,40, the effective capacity is
59.130,02 m3 at elevation +45,50, and the height of flood water level is 0,557 m from
spillway crest or at elevation +46,057. The result design abaut dimention of embung main
dam obtain: height of embung is 8,2 m; embung crest at elevation +47,00; width of the
embung crest is 3 m; upstream slope is 1 : 3; downstream slope is 1 : 2,25; widht of
spillway channel is 11 m; slope of wall of spillway channel is1 : 1; and the crest of
spillway at elevation +45,50. For the slope stability of embung, calculated with Bishop
method both for manual calculation and calculation with Geostudio software. From the
analyses that has been done, the safety factor of slope stability fulfill all the criteria.

Keywords: Embung, spillway, embung dimention, slope stabilty, Bishop.

1.

PENDAHULUAN

Bagian selatan Indonesia bagian


timur meliputi Propinsi Bali, Nusa
Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
dan bagian Selatan Propinsi Maluku
merupakan daerah dengan iklim kering.
Ketersediaan air di musim kering
merupakan masalah besar bagi penduduk
karena keterbatasan curah hujan dan
sumber air lain. Musim hujan umumnya
berlangsung selama 3 sampai 5 bulan,
sedangkan musim kemarau berlangsung
selama 7 sampai 9 bulan. Mata air yang
merupakan sumber aliran dasar suatu
sungai jarang sekali dijumpai di musim
kemarau.
Bangunan penyimpan air cadangan
untuk musim kemarau sangat diperlukan
di daerah ini. Daerah ini merupakan
deretan pulau yang relatif kecil, keadaan
topografinya berbukit dengan dataran
rendah yang sempit. Oleh karena itu
embung sebagai bangunan penampung
air yang relatif kecil sangat cocok
dengan
keadaan
alam
setempat.
Bangunan semacam ini dapat dibangun
secara masal dengan cepat dan menyebar
mendekati pemukiman penduduk.
Sesuai analisis kebutuhan dan
neraca air, di Provinsi Nusa Tenggara
Timur membutuhkan 3.000 buah
embung kecil untuk dapat menangkap
aliran permukaan akibat hujan sebesar
15,6 milyar m3. Saat ini baru teralisasi
embung kecil sebesar 500 buah (+16,7
%) dan masih jauh dari yang dibutuhkan.
Setiap pembangunan embung kecil
diperlukan adanya perencaanaan lengkap
untuk untuk mendapatkan lokasi yang
cocok dan biaya yang dibutuhkan.
Dalam perencanaan suatu embung
diperlukan analisis dan perhitungan yang
tepat guna menentukan dimensi dan
desain embung yang sesuai. Hasil desain
ini harus aman terhadap stabilitasnya
masing-masing. Nantinya keberadaan
Embung Kahabilangga ini diharapkan
akan dapat memenuhi kebutuhan air
penduduk di sekitar embung.

2.

BAHAN DAN METODE


Pada studi ini dibutuhkan datadata diantaranya data topografi, data
klimatologi data curah hujan, serta data
geologi.
Data
yang
digunakan
merupakan data sekunder yang didapat
dari laporan konsultan. Selain itu
diperlukan data-data penunjang lain
seperti data penduduk, peta zonasi
gempa, dan peta geologi.
Dalam penyelesaian studi ini
disusun suatu metode teknis secara
menyeluruh mengenalisa berbagai data
tersebut untuk keperluan perencanaan
embung. Analisis tersebut diantaranya
analisa data topografi, analisa erosi dan
sedimentasi,
analisa
penetuan
tampungan efektif, analisa penentuan
tampungan banjir, analisis neraca air,
perencanaan bangunan pelimpah, dan
analisa stabilitas tubuh embung.
3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Hidrologi
Perhitungan analisis hidrologi
dalam studi ini digunakan untuk
menentukan besarnya debit banjir
rancangan kala ulang 50 tahun (Q50) di
daerah studi. Data curah hujan yang
digunakan untuk keperluan studi adalah
data curah hujandari pos hujan terdekat
yakni pos hujan melolo.
Perhitungan hidrologi
untuk
daerah
studi
didasarkan
hanya
menggunakan satu pos hujan. Hal ini
karena keberadaan pos hujan di daerah
studi memang masih jarang. Namun
variasi topografi yang kecil dan luas
daerah tangkapan air yang kecil, lebih
kecil dari 250 ha. Penggunaan satu pos
hujan masih memenuhi standard yang
dipersyaratkan.
Data curah hujan maksimum
tahunan di daerah studi ditunjukkan
pada Tabel 1. Selanjutnya dilakukan
perhitungan parameter statistik dari data
tersebut untuk menentukan analisis
distribusi yang sesuai. Hasil penilaian
pemilihan dstribusi yang sesuai
ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 1. Curah Hujan Maksimum


Tahunan
Tinggi Curah
No Tahun
Hujan (mm)
1
1996
2
1997
3
1998
4
1999
5
2000
6
2001
7
2002
8
2003
9
2004
10
2005
11
2006
Sumber : data

123
66,5
114
71
87
75
91
47
24,5
87
87

LogX LogX K .s

No

Distribusi

Persyaratan

Hasil
Perhitungan

Penilaian

Gumbel

Cs = 1,14
Ck = 5,4

Cs = -0,4228
Ck = 4,3029

Tidak
Sesuai

Normal

Cs 0
Ck 3

Cs = -0,4228
Ck = 4,3029

Kurang
Sesuai

Cs = Cv3 + 3Cv

-0,4288=1,09

Log Normal

Ck = Cv8 + 6Cv6 +
4
2
15Cv + 16Cv + 3

4,3029=5,1964

Log Pearson
III

Selain dari nilai


diatas

Cs = -0,4228
Ck = 4,3029

(1)

dengan:
Log x = Log. curah hujan rancangan.

Tabel 2. Penilaian Pemilihan


Distribusi

sebaran empiris. Simpangan horisontal


ini dinyatakan dengan maks < cr
(didapat dari tabel) untuk derajat nyata
tertentu, maka disimpulkan hipotesa
distribusi
dapat
diterima.
Dari
perhitungan didapatkan maks = 0,133,
dengan jumlah data (n) = 11, dan =
5%, maka, cr = 0,396. maks < cr,
maka hipotesa distribusi dapat diterima.
Persamaan umum distribusi Log
Pearson III untuk menghitung curah
hujan rancangan adalah:

Tidak
Sesuai

Sesuai

Sumber : perhitungan
Dari hasil penilaian pemilihan
distribusi, dipilih yang paling sesuai
yakni distribusi Log Pearson III.
Selanjutnya dilakukan uji kesesuaian
distribusi yakni uji chi-kuadrat dan uji
smirnov-kolmogorov.
Uji Chi-Square dimaksudkan
untuk menentukan apakah persamaan
distribusi peluang yang telah dipilih
dapat mewakili dari distribusi statistik
sampel data yang dianalisis.Dalam uji
chi-kuadrat, harga Xh2dibandingkan
dengan harga X2Cr. Apabila Xh2 <
X2Cr maka hipotesa distribusi diterima.
Hasil perhitungan menghasilkan Xh2 =
2,1818 lebih kecil dari X2Cr = 5,991,
maka hipotesa distribusi dapat diterima.
Uji smirnov-kolmogorov perlu
dilakukan untuk mengetahui simpangan
horisontal tersebar sebaran teoritis dan

Logx = Logaritma rerata curah hujan.


K
=Variabel standar untuk X yang
besarnya tergantung koefisien
kemencengan G
s
= Simpangan baku
Sehingga,
Log X50 = 1,8668 + 1,166 . 0,1946
Log X50 = 2,0937
X50
= 124,07 mm
Selanjutnya menghitung debit
banjir rancangan yang dalam studi ini
dihitung dengan metode rasional, hal ini
karena luas daerah pengaliran di lokasi
studi hanya seluas 0,485 km2. Menurut
goldman (1986) dalam Suripin (2004),
motode rasional dapat digunakan untuk
daerah pengaliran < 300 ha. Menurut
Ponce (1989) dalam Bambang T.
(2008),
metode
rasional
dapat
digunakan untuk daerah pengaliran <
2,5 km2. Dalam departemen PU, SK
SNI M-18-1989-F (1989), dijelaskan
bahwa metode rasional dapat digunakan
untuk ukuran daerah pengaliran < 5000
ha.
Persamaan umum metode rasional
adalah:
Q50 = 0,278 . C . I . A
dimana,
Q = debit limpasan (m3/detik)

(2)

C
I

= koefisien pengaliran
= intensitas hujan selama waktu
tiba banjir (mm/jam)
A = luas daerah (km2)
Untuk
menghitung
besarnya
intensitas hujan terlebih dahulu dihitung
besarnya waktu konsentrasi (tc) dengan
persamaan:

hujan yang jatuh di sepanjang daerah


pengaliran sampai genangan waduk.
Akhirnya analisis ini bertujuan untuk
menentukan besarnya ruang sedimen
dan dasar perencanaan umur embung.
Pendugaan besarnya erosi aktual
(Ea) diduga dengan menggunakan
rumus USLE secara lengkap yaitu:
Ea = R . K . LS . CP

0.77

0,0195 L
tc
60 S
L = panjang saluran (m)
S = kemiringan rata-rata saluran,
Sehingga,

(3)

0.77

0,0195
554
tc

60 0,019856
tc = 0,19 jam
Selanjutnya menghitung intensitas
hujan rancangan dengan persamaan:

124,07 24
I=

24 0,19

(2-12)
dimana,
R = indeks erosivitas limpasan
permukaan
K = indeks erodibilitas tanah
LS = faktor panjang dan kemiringan
lereng
CP = faktor tanaman dan pengolahan
tanaman
Besarnya indeks erosivitas hujan
dihitung dengan persamaan:
R

2/3

R 24
I = 24
24 t c
(4)
dimana :
I
= intensitas hujan selama waktu
konsentrasi (mm/jam)
R24 = curah hujan maksimum harian
dalam 24 jam (mm/jam)
tc
= waktu konsentrasi (jam)
sehingga,
2/3

I = 130,145 mm/jam
Dengan nilai C berdasarkan kondisi
daerah studi sebesar 0,7. Besarnya debit
banjir rancangan dapat dihitung dengan
Persamaan (2).
Q50 = 0,278 . C . I . A
= 0,278 . 0,7 . 130,145. 0,485
= 12,283 m3/det
Analisis Erosi dan Sedimentasi
Analisis erosi dan sedimentasi
dalam perencanaan sebuah embung
adalah untuk mengetahui besarnya
lereng tanah yang terdegradasi akibat

(5)

= 159,56 + 0,27 P

(6)

dimana :
R =indeks erosivitas(ton.m/ha/cm hujan)
P = rata-rata jumlah hujan tahunan (cm)
Besarnya rata-rata jumlah hujan
bulanan selama 11 tahun terakhir di
daerah studi ditunjukkan tabel berikut:
Tabel 3. Rata-rata Curah Hujan
Bulanan
Curah Hujan Curah Hujan
Bulan
(mm)
(cm)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

Sumber: data

213,77
153,14
185,15
117,52
31,80
7,67
8,40
14,62
4,79
2,27
62,92
149,91
951,96

21,38
15,31
18,52
11,75
3,18
0,77
0,84
1,46
0,48
0,23
6,29
14,99
95,20

sehingga dengan Persamaan (6)


R = 159,56 + 0,27 . (95,20)
R = 185,26 ton.m/ha/cm hujan
Nilai erodibilitas (K) dapat di duga
berdasarkan berbagai penelitian bahwa
nilai K di Indonesia tidak lebih dari 0,4.
Di duga nilai K sebesar 0,15.
Selanjutnya menghitung nilai
faktor panjang dan kemiringan lereng
(LS). Dengan panjang sungai utama
0,554 km, luas daerah tadah hujan
0,485 km2, serta kemiringan lereng
lahan 8,2%. Nilai LS dihitung dengan
Persamaan (7):

Analisis sedimentasi potensial digunakan


untuk menduga besarnya sedimen yang
mengendap pada waduk tiap tahunnya.
Untuk itu, harus diketahui terlebih
dahulu nilai Sediment Deliver Ratio
(SDR) berdasarkan Persamaan (8):
SDR

= 8,2 . (1 0,8683 . 48,5

Spot

= Ea x SDR
= 150,835 . 0,3014
= 45,461 ton / tahun
Tidak
ada
standard
untuk
menentukan lama usia guna dalam
perencanaan embung. Hal ini karena
biasanya embung selalu diharapkan
dapat berfungsi selama mungkin.
Sehingga dipilih usia guna 25 tahun.
Berat sedimen selama 25 tahun,

0,485
= 0,8754 km,
0,554

= 1,35 d + 0,26 . S + 2,80


= 1,35 . 0,8754+ 0,26. 0,082 + 2,80
= 1,182 + 0,021 + 2,8
= 4,003 km

1
2D

1
2 . 4,003
= 0,12491 km
= 124,91 m
Sehingga Persamaan (7) dapat dihitung,
=

LS

Berdasarkan kondisi dan keadaan


tata guna lahan pada daerah studi,
diduga nilai faktor tanaman dan
pengolahan lahan CP sebesar 0,01.
Besarnya nilai erosi aktual (Ea)
dihitung dengan Persamaan (5),
Ea = R . K . LS . CP . A
= 185,26 . 0,15 . 11,1909 . 0,01 . 48,5
= 150,835 ton/tahun

se dim en

. T = 45,461 . 25
= 1.136,525 ton

Dengan berat jenis sedimen di daerah


studi sebesar 1,13 ton/m3. Volume
sedimen selama 25 tahun adalah
sebesar:

124,91 (0,0138 0,00965.0,082 0,00138.0,082 )

= 11,1763 + 0,0146
= 11,1909 m

0,08683 . 48,5 0, 2018

4,947
0,0397
18,9
= 0,3014
Besarnya sedimentasi potensial (Spot),

Langkah perhitungannya adalah sebagai


berikut,

Lo =

0,08683 A 0, 2018

0, 2018

2 (8,2 50 . 0,025)

LS L (0,0138 0,00965S 0,00138S ) (7)

d=

S (1 0,8683 A 0, 2018)
2 ( S 50 n)

Berat Se dim en
1.136,525
=
W25
1,13
= 1.005,774 m3
Analisis Kapasitas Tampungan Efektif
Dalam
menentukan
kapasitas
tampungan efektif suatu embung di
daerah semi kering, harus diperhatikan
besarnya kapasitas tampung desain dari
embung tersebut dan besarnya ruang
sedimen yang disediakan. Besarnya
kapasitas tampungan efektif merupakan
besarnya kapasitas tampung desain

1. Daya tampung oleh topografi (Vp)


Penentuan volume berdasarkan peta
topografi dilakukan dengan membuat
kurva lengkung kapasitas waduk.
Besarnya daya tampung oleh topografi
harus memperhatikan beberapa aspek
terkait dalam penentuan tinggi tubuh
embung, hal ini sesuai dengan kriteria
desain yakni kebutuhan tinggi untuk
penurunan sebesar 0,25 m, tinggi muka
air 0,5 m, dan tinggi jagaan 0,75 m.

dikurangi besarnya volume ruang


sedimen.
Sedangkan untuk menentukan
kapasitas tampung desain suatu embung
(Vd), harus membandingkan kedua hal,
yaitu daya tampung oleh topografi (Vp)
dan volume air yang tersedia (Vh)
Dari kedua besaran tersebut, dipilih
yang terkecil sebagai kapasitas tampung
desain embung (Vd). Perhitungan
kapasitas tampungan efektif adalah
sebagai berikut:

Tabel 4. Luas Genangan dan Volume Tampungan Embung


Elevasi

Luas
Genangan
(m2)

Luas
Genangan
(ha)

Luas Rata
Antar Kontur
(m2)

(m3)

Volume
Total
(m3)

Volume

40

41

617,53

0,0618

308,77

308,77

308,77

42

3.467,19

0,3467

2.042,36

2.042,36

2.351,13

43

8.863,04

0,8863

6.165,12

6.165,12

8.516,25

44

16.829,41

1,6829

12.846,23

12.846,23

21.362,48

45

26.763,13

2,6763

21.796,27

21.796,27

43.158,75

46

41.624,79

4,1625

34.193,96

34.193,96

77.352,71

47

53.400,02

5,3400

47.512,41

47.512,41

124.865,11

Sumber: perhitungan

Gambar 1. Kurva lengkung kapasitas


Elevasi crest pelimpah embung
berdasar topografi yang ditentukan
sebagai berikut:
Elevasi tertinggi menurut kontur adalah
+47 sekaligus sebagai puncak tertinggi
embung, penurunan dari puncak
embung sebesar 1,5 m untuk kebutuhan

tinggi muka air banjir, jagaan, dan


penurunan.
Elevasi crest pelimpah = +47 1,5 m
= +45,5
Volume
= 60,255,73 m3

2.

Volume air yang tersedia (Vh)


Volume
air
yang
tersedia
merupakan jumlah air maksimum yang
dapat mengisi kolam embung selama
musim hujan. Terdiri dari dua
kelompok, yakni air permukaan dari
seluruh daerah tadah hujan dan air
hujan efektif yang langsung jatuh di
atas pemukaan kolam.
Sejak tahun 1992 Pusat Litbang
Pengairan telah mengadakan penelitian
dalam upaya mencari cara sederhana
untuk menghitung aliran bulanan yang
masuk ke embung. Hasil penelitian
berupa koefisien pengaliran (C) dalam
rumus rasional. Dengan demikian aliran
bulanan
dapat
dihitung
secara
sederhana dari hujan bulanan sebagai
berikut:
Vj = 10 . Cj . Rj. A
(9)
dimana:
Vj = aliran bulanan seluruh daerah
tadah hujan bulan J (m3/bulan)
Cj = koefisien pengaliran bulan J.
Rj =curah hujan bulanan bulan J
(mm/bulan)
A = luas daerah tadah hujan (ha)
Tabel 5. Volume Aliran Tiap Bulan
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

Curah
Hujan
(mm)
213,77
153,14
185,15
117,52
31,8
7,67
8,4
14,62
4,79
2,27
62,92
149,91

Koeffisien Luas Tadah


Volume
Pengaliran Hujan Efektif
Aliran (m3)
(C)
(ha)
0,1
43,16
9.226,31
0,1
43,16
6.609,52
0,3
43,16
23.973,22
0,12
43,16
6.086,60
0
43,16
0
0
43,16
0
0
43,16
0
0
43,16
0
0
43,16
0
0
43,16
0
0
43,16
0
0,04
43,16
2.588,05
48.483,70

Sumber: Perhitungan

Huan efektif merupakan air hujan yang


langsung jatuh di atas permukaan kolam
embung. Karena luas daerah tadah
hujan yang tidak terlalu luas dan

volume tampungan yang relatif kecil.


Volume air yang berasal dari hujan
efektif ini harus diperhitungkan karena
nilainya cukup besar untuk mengisi
kolam embung.
Tabel 6. Volume Hujan Efektif
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

Curah
Hujan
(mm)
213,77
153,14
185,15
117,52
31,80
7,67
8,40
14,62
4,79
2,27
62,92
149,91

Luas
Genangan Volume Hujan
(ha)
Efektif (m3)
5,34
11.415,32
5,34
8.177,68
5,34
9.887,01
5,34
6.275,57
5,34
5,34
5,34
5,34
5,34
5,34
5,34
3.359,93
5,34
8.005,20

47.120,71

Sumber: Perhitungan

Besarnya volume air yang tersedia


merupakan jumlah debit aliran bulanan
dan volume hujan efektif.
Tabel 7. Volume Total yang Mengisi
Embung
Volume
Volume
Volume Total
Aliran
Hujan
/ Inflow (m3)
(m3)
Efektif (m3)
Januari
9.226,31 11.415,32
20.641,64
Februari
6.609,52
8.177,68
14.787,20
Maret
23.973,22 9.887,01
33.860,23
April
6.086,60
6.275,57
12.362,17
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
3.359,93
3.359,93
Desember 2.588,05
8.005,20
10.593,24
48.483,70 47.120,71
95.604,41
Sumber: Perhitungan
Bulan

Jadi besarnya volume air yang


mengisi embung adalah 95.604,41 m3.
Jadi kapasitas tampung desain
ditentukan oleh daya tampung topografi,
nilainya
sebesar
60,255,73
m 3.
Direncanakan ruang sedimen setinggi
+41,4 atau 1,4 meter dari dasar.
Menghasilkan volume ruang sedimen

sebesar 1.125,71 m3. Sehingga kapasitas


tampungan efektif sebesar, 60.255,73
1.125,71 = 59.130,02 m3

Analisis neraca air dalam perencanaan


embung kali ini di hitung dengan
menggunakan metode simulasi waduk
Inflow yang mengisi embung
merupakan volume total yang mengisi
embung Tabel 7, sedangkan outflownya adalah kebutuhan air, jumlah
penguapan, dan jumlah resapan.
Tabel analisi neraca air dengan simulasi
waduk adalah sebagai berikut:

Analisis Neraca Air


Perhitungan neraca air dilakukan
untuk memeriksa apakah air yang
tersedia
cukup
memadai
untuk
memenuhi kebutuhan di daerah yang
bersangkutan. Serta digunakan untuk
merencanakan
besarnya
kapasitas
tampungan efektif dari embung.
Tabel 8. Analisis Neraca Air
Kebutuhan Air Penduduk
Volume Masuk /
Inflow
Jumlah KK Kebutuhan

Evaporasi
Evaporasi
Kehilangan
Panci A
(mm/bulan)
(m3)
9
10

S awal

S total

Elevasi

Luas
Genangan

(m3)
3

(m)

(ha)

(m3)
2

Mei

31

59,130.02

60,255.73

45.50

3.42

160.00

3,968.00

182.60

4,371

1,231.88

9,570.55

49,559.47

49,559.47

Juni

30

49,559.47

50,685.18

45.22

3.00

160.00

3,840.00

198.10

4,165

1,231.88

9,236.74

40,322.73

40,322.73

Juli

31

40,322.73

41,448.45

44.92

2.60

160.00

3,968.00

179.80

3,270

1,231.88

8,470.18

31,852.56

31,852.56

Agustus

31

31,852.56

32,978.27

44.53

2.21

160.00

3,968.00

186.10

2,882

1,231.88

8,081.88

23,770.67

23,770.67

September

30

23,770.67

24,896.38

44.16

1.84

160.00

3,840.00

213.90

2,761

1,231.88

7,832.90

15,937.78

15,937.78

Oktober

31

15,937.78

17,063.49

43.67

1.42

160.00

3,968.00

225.10

2,232

1,231.88

7,431.61

8,506.16

8,506.16

Nopember

30

8,506.16

9,631.87

43.09

0.96

3,359.93

182.00

1,217

1,231.88

2,449.17

9,416.92

9,416.92

187.70

1,330

1,231.88

2,561.50

17,448.67

17,448.67

1,231.88

Bulan

Jumlah
Hari

(m3)
6

(m3)
8

Infiltrasi

Volume Keluar /
Outflow

S awal + I - O

S akhir

Limpasan

(m3)
11

(m3)
12

(m3)
13

(m3)
14

(m3)
15

59,130.02

Desember

31

9,416.92

10,542.64

43.16

1.01

10,593.24

Januari

31

17,448.67

18,574.38

43.78

1.51

20,641.64

151.90

1,606

2,837.50

35,252.80

35,252.80

Februari

29

35,252.80

36,378.51

44.69

2.37

14,787.20

108.50

1,798

1,231.88

3,029.84

47,010.16

47,010.16

Maret

31

47,010.16

48,135.87

45.15

2.89

33,860.23

139.10

2,817

1,231.88

4,048.43

76,821.96

59,130.02

April

30

59,130.02

60,255.73

45.50

3.42

12,362.17

159.20

3,811

1,231.88

5,042.45

66,449.73

59,130.02

95,604.41

70,592.75

17,691.95
7,319.72
25,011.66

sumber: perhitungan

Perencanaan Bangunan Pelimpah


Pelimpah yang digunakan dalam
perencanaan embung ini adalah
pelimpah tipe saluran terbuka yang
digali pada satuan tanah atau satuan
batu di bukit tumpu. Pelimpah tipe ini
umum sekali digunakan berdasarkan
pertimbangan ekonomiknya
Saluran pelimpah dibagi menjadi
pias dengan kemiringan landai dan pias
dengan kemiringan curam. Dimensi
untuk saluran pelimpah ditentukan
secara hidraulik dengan menggunakan
rumus Manning dan analisa hidrolika
pada umumnya.
Untuk pias landai direncanakan:
Elevasi pelimpah
= +45,5
Q50
= 12,283 m3/dt
B
= 11
m (direncanakan)
So
= 0,002
(direncanakan)
n
= 0,015
(direncanakan)
m
=1
yn
= 0,557 m
yc
= 0,495 m
Elevasi akhir saluarn = +45,45
Panjang saluran = 25 m

Untuk pias curam direncanakan:


Elevasi awal saluran = +45,45
B
= 11 m
So
= 0,1
n
= 0,015
m
=1
Elevasi akhir saluran = +39,00
Panjang saluran = 64,5 m
Tinggi air di awal saluran = 0,495
Tinggi air di akhir saluran = 0,495
Dari kondisi aliran pada pias
curam, maka dibutuhkan kolam loncat
air sepanjang 8 m dengan tinggi endsill
direncanakan setinggi 0,25 m.
Perencanaan Teknis Tubuh Embung
Bahan timbunan untuk tubuh
embung didapat dari sekitar lokasi
embung yakni di Desa Palanggai.
Bahan timbunan ini tersedia dalam
jumlah cukup banyak. Menurut
klasifikasi USCS (Unified Soils
Classification System) bahan timbunan
tersebut masuk dalam klasifikasi CH
(clayhigh, lempung inorganik dengan
plastisitas tinggi, lempung gemuk).

Dengan memperhatikan kondisi diatas,


tipe tubuh embung direncanakan
dengan tipe urugan homogen.
Tinggi tubuh embung ditentukan
dengan persamaan:
Hd = Hk + Hb + Hf + 0,25

(10)

dimana:
Hd = tinggi tubuh embung desain (m)
Hk = tinggi muka air kolam pada
kondisi penuh (= +45,5)
Hb = tinggi tampungan banjir.
(m)
Hf = tinggi jagaan (m)
Angka 0,25 merupakan untuk antisipasi
terhadap penurunan tubuh embung.
Dengan tinggi jagaan sebesar 0,5 m.
Hd = 45,5 + 0,557 + 0,5 + 0,25
= 46,81 ~ 47
Pondasi tubuh embung digali
sedalam 1,2 meter dari permukaan
tanah.
H

= (elevasi puncak tubuh embung


elevasi dasar) + 1,2
= (47 40) + 1,2
= 8,2 m.

Lebar mercu embung direncanakan


selebar 3 m. Kemiringan lereng hulu
adalah 1 : 3, sedangkan kemiringan
lereng hilir adalah 1 : 2,25. Selanjutnya
stabilitasnya akan dicek kembali
dengan analisis stabilitas lereng metode
Bishop.
Analisis Stabilitas Tubuh Embung
Tubuh bendungan dan pondasinya
harus mampu mempertahankan diri
terhadap gaya-gaya yang mengalir
melalui celah-celah antara butiran tanah
pembentuk tubuh bendungan dan
pondasinya.
Kapasitas aliran filtrasi dihitung
sebagai berikut:
Nd = 10
Nf = 2,5
H = 5,5 m

L
k

= 196,6 m
= 1 . 10-8 m/det
Nf
.k .H .L
Qf =
Nd
2,5
=
x 1.10-8x 5,5 x 196,6
10
= 2,7 . 10-6 m3 /det
= 0,234 m3/hari
Adanya rembesan air yang melalui
tubuh bendungan dapat mengakibatkan
terjadinya gejala piping yang pada
akhirnya akan membahayakan stabilitas
bendungan.
Perhitungan
stabilitas
terhadap piping adalah sebagai berikut:
Gs = 2,6595
l
= 0,690 m
e = 1,06
h = 0,550
0,550
h
Maka, i =
=
= 0,797
0,690
l
2,6595 1
G 1
ic = s
=
= 0,81
1 1,06
1 e
Oleh karena i < ic, maka tubuh embung
aman terhadap bahaya piping.
Selain dengan analisis di atas, perlu
juga adanya kontrol besarnya kecepatan
aliran rembesan yang melalui tubuh
embung,
v = k.i
= 1 . 10-8 . 0,797
= 7,97 . 10-9 m / dt
Kecepatan kritis dapat dihitung dengan
persamaan,
1
w1 = (Gs 1) . . . d 2
6
1
= (2,6595 1) . . 3,14 . 0,00012
6
-9
= 8,68 . 10 gr
1
F = . . d2
4
1
= . 3,14 . 0,00012
4
= 7,85 . 10-9 cm2
w1 . g
vc = F .
w

(8,68.10 9 ) . 9,81
=
(7,85.10 9 ) . 1000
= 0,0104 m / dt
Oleh karena v < vc,maka bendungan
aman terhadap bahaya piping.
Dalam studi ini stabilitas lereng
dianalisis menggunakan metode Bishop.
Metode bishop dipilih sesuai dengan
pedoman kriteria desain embung kecil
untuk daerah semi kering di Indonesia.
Selain itu cara ini telah terbukti
menghasilkan nilai faktor aman yang
mendekati hasil hitungan dengan cara
lain yang lebih teliti.
Perhitungannya dilakukan secara
manual dan dengan bantuan Software
Geostudio / Slope.

Tabel 9. Perhitungan Stabilitas Lereng


Secara Manual
HULU
Tanpa Dengan
Gempa Gempa

Kondisi

HILIR
Tanpa Dengan
Gempa Gempa

Sesaat setelah dibangun (kosong)

1.93

1.28

1.86

1.24

Muka air normal (penuh)

2.19

1.57

1.84

1.22

Muka Air Turun Tiba - tiba


Sumber: perhitungan

1.69

1.21

Tabel 10. Perhitungan Stabilitas Lereng


dengan Geostudio/Slope
Kondisi
Sesaat setelah dibangun (kosong)
Muka air normal (penuh)
Muka Air Turun Tiba - tiba
Sumber: perhitungan

HULU
Tanpa Dengan
Gempa Gempa
2.05
1.48
3.36
1.93
1.82
1.29

HILIR
Tanpa Dengan
Gempa Gempa
1.85
1.36
1.84
1.35
-

Lereng dalam kondisi aman. Karena


memenuhi persyaratan nilai angka
keamanan lebih besar dari 1,5 saat
kondisi tanpa gempa, dan lebih besar
dari 1,2 saat kondisi dengan gempa.
A

+39,00

+39,25

+39,00

+45,00

+45,50

+45,45

DENAH SALURAN PELIMPAH


1 : 625
B

Gambar 2. Denah saluran pelimpah


+47,00

+45,50

+39,00

+39,25

Gambar 3. Potongan Melintang saluran


pelimpah dan detail kolam olak

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis yang
telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Besarnya debit banjir rancangan kala
ulang 50 tahun adalah 12,283
m3/detik
2. Volume tampungan efektif Embung
Kahabilangga
adalah
sebesar
59.130,02 m3 yang terletak pada
elevasi + 45,50.
3. Besarnya laju sedimentasi yang
masuk ke waduk setiap tahunnya
adalah sebesar 45,461 ton/tahun =
40,29 m3/tahun. (0,042% dari Qinflow)
4. Desain bangunan pelimpah dipilih
berdasarkan pertimbangan ekonomi,
kondisi
daerah
studi,
serta
ketersediaan data. Sehingga terpilih
pelimpah tipe saluran terbuka dengan
dimensi sebagai berikut:
Pias landai,
Elevasi awal saluran : +45,5
Elevasi akhir saluran : +45,45
Panjang saluran
: 25 m
Kemiringan saluran : 0,002
Lebar dasar saluran : 11
m
:1
Pias curam,
Elevasi awal saluran : +45,45
Elevasi akhir saluran : +39,00
Panjang saluran
: 64,5 m
Kemiringan saluran : 0,1
Lebar dasar saluran : 11 m
m
:1
Pias peredam energi,
Elevasi saluran
: +39,00
Panjang kolam loncatan : 8 m
Tinggi endsill
: 0,25 m
Lebar dasar saluran : 11 m
5. Data teknis mengenai dimensi tubuh
embung adalah sebagai berikut:
Tinggi embung
: 8,2 m
Elevasi dasar sungai : +40,00
Elevasi pondasi terdalam: +38,80
Elevasi puncak embung: +47,00
Lebar puncak embung : 3 m
Kemiringan hulu
:1:3

Kemiringan hilir
: 1 : 2,25
Panjang embung
: 196,6 m
Elevasi intake
: +41,40
Elevasi pelimpah
: +45,50
6. Hasil analisis stabilitas tubuh embung
menghasilkan nilai sebagai berikut :
a) Keamanan terhadap rembesan dan
piping
Kapasitas aliran filtrasi: 0,234 m3/hari
Kecepatan rembesan (v) : 9,62.10-9
m/detik
Kecepatan kritis (vc)
: 0,0104
(v < vc aman)
b) Keamanan terhadap kelongsoran
Perhitungan manual angka keamanan
metode Bishop
Tabel Perhitungan Stabilitas Lereng
Secara Manual
Kondisi

HULU
Tanpa Dengan
Gempa Gempa

HILIR
Tanpa Dengan
Gempa Gempa

Sesaat setelah dibangun (kosong)

1.93

1.28

1.86

1.24

Muka air normal (penuh)

2.19

1.57

1.84

1.22

Muka Air Turun Tiba - tiba


Sumber: perhitungan

1.69

1.21

Perhitungan angka keamanan dengan


Geostudio Slope
Tabel Perhitungan Stabilitas
Lereng dengan Geostudio/Slope
Kondisi
Sesaat setelah dibangun (kosong)
Muka air normal (penuh)
Muka Air Turun Tiba - tiba
Sumber: perhitungan

HULU
Tanpa Dengan
Gempa Gempa
2.05
1.48
3.36
1.93
1.82
1.29

HILIR
Tanpa Dengan
Gempa Gempa
1.85
1.36
1.84
1.35
-

Dalam perencanaan suatu embung,


diperlukan suatu pengukuran yang detail
terutama
terkait
dengan
kondisi
topografi dan geologi di lokasi studi.
Sehingga akan didapatkan data data
penunjang yang lengkap dan berkualitas
yang
akan
memudahkan
dalam
perencanaannya.
Selain itu untuk embung yang di
bangun di daerah semi kering yang
memiliki curah hujan rendah, sebaiknya
lebih diperhatikan masalah pemilihan
tipe bangunan pelimpah. Hal ini selain
terkait masalah ekonomi, juga terkait
debit banjir rancangan yang relatif kecil
pada daerah daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Christady, Hari. 2010. Mekanika Tanah
I. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Christady, Hari. 2010. Mekanika Tanah
II. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press
Chow, Ven Te. 1985. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta: Erlangga.
Das, BM. 1994 . Mekanika Tanah .
Jakarta: Erlangga.
Departemen Pekerjaan Umum. 1994.
Pedoman
Kriteria
Desain
Embung Kecil Untuk Daerah
Semi Kering di Indonesia.
Bandung:Departemen Pekerjaan
Umum
Departemen Pekerjaan Umum. 2004.
Analisis Stabilitas Bendungan
Tipe Urugan Akibat Beban
Gempa. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum. 2005.
Peta Zona Gempa Indonesia
Sebagai
Acuan
Dasar
Perencanaan dan Perancangan
Bangunan. Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Departemen Pekerjaan Umum. 2010.
Kriteria Perencanaan Irigasi
(KP-04). Jakarta: Departemen
Pekerjaan Umum.
Garg, Santosh K. 2001. Irrigation
Engineering and Hydraulic
Structures. New Delhi: Khanna
Publisher.
Harto, Sri. 1993. Analisa Hidrologi.
Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

Ilhamsyah,
Isda.
2009.
Studi
Perencanaan Konstruksi Tubuh
Bendungan Tipe Urugan pada
Waduk
Lolak
Kabupaten
Bolaang Mongondow Propinsi
Sulawesi
Utara.
Skripsi.
Malang: Universitas Brawijaya
Kamiana, I Made. 2011. Teknik
Perhitungan Debit Rencana
Bangunan Air. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Limantara, Lily M. 2010. Hidrologi
Praktis.Bandung: Lubuk Agung
Sosrodarsono, S., Takeda, K., 1993.
Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta: Pradnya Paramita.
Sosrodarsono, Suyono & Takeda,
Kensaku. 1989. Bendungan
Type Urugan. Jakarta: Pradnya
Paramita.
Sosrodarsono, Suyono & Masateru
Tominaga, 1994. Perbaikan dan
Pengaturan Sungai. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Soemarto, CD. 1987. Hidrologi Teknik.
Surabaya: Usaha Nasional.
Soewarno. 1995. Hidrologi, Aplikasi
Metode Statistik Untuk Analisa
Data. Bandung: Nova.
Soedibyo . 1993 . Teknik Bendungan .
Pradnya Paramita . Jakarta.
Subarkah, Imam. 1980. Hidrologi untuk
Perencanaan Bangunan Air
Utomo, Wani Hadi. 1994. Erosi dan
Konservasi Tanah. Malang :
IKIP Malang.

Anda mungkin juga menyukai