PENDAHULUAN
Hernia inguinalis adalah salah satu masalah yang paling sering
di jumpai oleh ahli bedah umum. Sebagian besar hernia timbul dalam regio
inguinalis dengan sekitar 50 persen dari ini merupakan hernia inguinalis
indirek
direk
dan
25
persen
sebagai
hernia
inguinalis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Regio inguinalis untuk beberapa struktur merupakan tempat peralihan dari
daerah perut ke organ organ kelamin luar dan ke tungkai bagian atas. Garis
pemisah anatomisantara kedua daerah tersebut di bentuk oleh ligamentum
inguinale (poupart) yang terletak diantara tuberculum ossis pubikum, pada sisi
medialnya dan spina illiaka anterior superior, pada sisi lateralnya. Sebenarnya
ligamentum inguinale ini merupakan tempat pertemuan fascia yang menutupi
permukaan perut dan fascia yang menutupi permukaan tungkai (fascia lata).2
Di atas ligamentum inguinale, funikulus spermatikus meninggalkan rongga
perut melalui anulus inguinalis profundus yang terletak di sebelah lateral.
Funikulus spermatikusini menembus dinding perut melalui kanalis inguinalis yang
terletak sejajar dengan ligamentum inguinale dan berada di bawah kulit dalam
annulus inguinalis superfisialis yang terletak di sebelah medial. Lubang yang di
sebutkan belakangan ini dengan mudah dapat diraba di bawah kulit pada dinding
perut, kalau skrotum didorong ke dalam, sertameraba di atas lipatan inguinale.
Kanalis inguinalis dibatasi di kranio lateral oleh annulus inguinalis internus yang
merupakan bagian terbuka dari facia transversalis dan aponeurosis m. Transversus
abdominis. 2
Di medial bawah, diatas tuberkulum pubikum, kanal ini dibatasi oleh
anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis m. obliqus eksternus.
Atapnya ialah m. obliqus internus dan m. transverses abdominis, dan didasarnya
terdapat ligamentum inguinale, bagian depan dibatasi oleh aponeorosis m. obliqus
abdominis eksternus, belakang m. obliqus abdominis internus. Kanal berisi tali
sperma pada pria, dan ligamentum rotundum pada wanita.4
Fascia Transversalis
Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan
dibentuk oleh ramus pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang
penting dalam metode perbaikan laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay.5
Preperitoneal space
preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah
dan saraf.Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah
nervus cutaneous femorallateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous
femoral lateral berasal dari serabut L2 danL3 dan kadang cabang dari nervus
femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot iliaca dan
dibawah
fascia
iliaca
dan
dibawah
atau
melelui
perlekatan
sebelah
Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagianlemah dari dinding rongga bersangkutan
(fascia dan muskuloaponeurotik) yang menberi jalankeluar pada alat
tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut.5
2.2.1.2 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau
karena sebab yang didapat.Lebih banyak pada pria dibandingkan pada
wanita. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu
masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula
faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah
terbuka cukup lebar tersebut. Pada orang sehat ada tiga mekanisme
yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur muskulus oblliqus
internus abdominis yang menutupi annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fascia transversa yang kuat menutupi
trigonum hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan
pada mekanisme ini dapat menyebabkan hernia. Faktor yang
dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan
otot dinding perut karena usia.5
Adapun faktor faktor predisposisi yang berpengaruh terhadap
insidensi hernia inguinalisadalah sebagai berikut :
1.
Hereditas
Jenis kelamin
Hernia inguinalis jauh lebih banyak dijumpai pada laki laki
dibanding pada wanita (9:1) (Watson, 1948). Hernia pada laki laki
95% adalah jenis inguinalis, sedangkan pada wanita 45-50%.
Perbedaan prevalensi ini disebabkan karena ukuran ligamentum
rotundum, dan prosentase obliterasi dari processus vaginalis testis
lebih kecil dibanding obliterasi kanalis nuck.
3.
Umur
Banyak terjadi pada umur di bawah 1 tahun, oleh macready (Cit.
Watson,1948) disebutkan 17,5% anak laki laki dan 9,16% anak
perempuan mempunyai hernia. Tendensi hernia meningkat sesuai
dengan meningkatnya aktifitas, sekitar umur 26 50 tahun
insidensi menurun dan setelah umur diatas 50 tahun insidensi
meningkat lagi oleh karena menurunnya kondisi fisik.
Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua
hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis.
2.
Isi hernia
Pintu hernia
1. Obturatorius
Yakni hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini
berlangsung 4 tahap.Tahap pertama mula mula tonjolan
lemak retroperitoneal masuk kedalamkanalis obturatoria.
Tahap kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal.Tahap
ketiga, kantong hernianya mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan
tahap keempat mengalami inkarserasi parsial, sering secara
Ritcher atau total.
10
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba yang merupakan
hernia yang keluar melalui defek dilinea alba antara umbilicus
dan processus xifoideus.Penderita sering mengeluh kurang
enak pada perut dan mual, mirip keluhankelainan kandung
empedu, tukak peptic atau hernia hiatus esophagus.
3. Ventralis
Adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagianantero lateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks
merupakan penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi
yang baru maupun yang lama. Factor predisposisinya ialah
infeksi luka operasi, dehisensi luka,teknik penutupan luka
operasi yang kurang baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian
tekanan intra abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan Krista illiaca, ada dua buah
trigonum yaitu trigonum kostolumbalis superior (Grijnfelt)
berbentuk segitiga terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior
atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga.
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan dipinggang
tepi bawah tulang rusuk XII (Grijnfelt) atau ditepi cranial
dipanggul dorsal.
5. Littre, hernia yang sangat jarang dijumpai, merupakan hernia
yang mengandung divertikulum.
6. Meckel Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya
melalui fascia Spieghel.
7. Perienalis, merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui
defek
dasar panggul
yang
dapat
secara
primer
pada
11
tekanan
intra
abdomen.Hernia
umbilikalis
1. Hernia reponibel
Disebut begitu jika isi Hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiriatau mengejan dan masuk lagi jika berbaring atau
didorong masuk, tidak adakeluhan nyeri.
12
2. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat dikembalikan ke dalam rongga.
Hernia ini disebut juga hernia akreta dan tidak ada keluhan
rasa nyeri atau tanda sumbatan usus.Hernia inkarserata atau
hernia strangulate. Hernia inkarserata berarti isi kantong
terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau
vaskularisasi.
Hernia
strangulata
terjadi
gangguan
f.
1.
Hernia unilateral
2.
Hernia duplek
13
.2.5
Patofisiologi9
1. Hernia Inguinalis
Kanalis inguinalis dalam kanal yang normal pada fetus. Pada
bulan ke 8 dari kehamilan, terjadinya desensus vestikulorum
melalui kanal tersebut. Penurunan testis itu akan menarik
peritoneum ke daerah scrotum sehingga terjadi tonjolan peritoneum
yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonea. Bila bayi lahir
umumnya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi
dalam beberapa hal sering belum menutup, karena testis yang kiri
turun terlebih dahulu dari yang kanan, maka kanalis inguinalis yang
kanan lebih sering terbuka. Dalam keadaan normal, kanal yang
terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel.
Bila kanal terbuka terus, karena prosesus tidak berobliterasi maka
akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Biasanya hernia
pada orang dewasa ini terjadi kerana usia lanjut, karena pada umur
tua otot dinding rongga perut melemah. Sejalan dengan
bertambahnya umur, organ dan jaringan tubuh mengalami proses
degenerasi. Pada orang tua kanalis tersebut telah menutup. Namun
karena daerah ini merupakan locus minoris resistance, maka pada
14
batuk batuk
kronik,
bersin
yang
kuat
dan
(lubangnya)
usus
yang
akhirnya
dapat
15
Hernia
inguinalis
indirekta
congenital.Terjadi
bila
16
c.
Hernia Pantalon
Merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan
medialis pada satu sisi. Ke dua kantung hernia dipisah oleh
vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti celana.
Keadaan ini ditemukan kira-kira 15% dari kasus hernia
inguinalis. Diagnosis umumnya sukar untuk ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis, dan biasanya baru ditemukan
sewaktu operasi.2
.2.6
Diagnosis
17
Anamnesis
Anamnesis
yang
terarah
sangat
membantu
dalam
bagaimana
sifat
keluhan,
dimana
lokasi
dan
18
hernia
inguinalis
lateralis.
Kalau
tidak
untuk
menentukan
macam
hernianya.
Untuk
19
20
Perkusi
Bila isinya gas pada usus akan terdengar bunyi timpani. Bila
didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
Auskultasi
Terdengar
suara
usus,
bila
auskultasi
negatif
maka
21
Herniografi
Ultrasonografi
Teknik ini dipakai pada perbedaan gumpalan dalam segitiga
femoral
Tomografi komputer
Dengan teknik ini mungkin sedikit kasus hernia dapat didetek
.2.8
Diagnosis Banding5
Diagnosis banding hernia inguinalis antara lain:
22
.2.9
Penatalaksanaan 6
Penanganan DI IGD
Kompres
dengan
kantung
dingin
untuk
mengurangi
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi
unilateral (seperti kaki kodok)
23
dilakukan penanganan
terlebih
dahulu
terhadap
24
Konservatif
Pengobatan konservatif bukan merupakan tindakan definitif
sehingga dapat kambuh lagi.
Reposisi
Suatu
usaha
atau
tindakan
untuk
memasukkan
atau
memasukkan
isi
hernianya.
Jika
gagal
Suntikan
25
Sabuk hernia
Sabuk ini diberikan pada pasien dengan pintu hernia yang
rnasih kecil dan menolak dilakukan operasi . Pemakaian
bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang
telah di reposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga
harus dipakai seumur hidup.
Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yangrasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis
ditegakkan (Syamsuhidayat dan Wim deJong 2012).
Indikasi diadakan operasi:
26
cranial
dansejajar
ligamentum
inguinale
mulai
dari
sirurgik
dan
diangkat,
kemudian
dibuka
dengan
karena
locus
perludilakukan hernioplasty .
minoris
resistantiae
masih
ada,
27
Ferguson
Bassini
Muskulus obliqus internus dan muskulus transversus abdominis
dijahitkan pada ligamentum inguinale. Funikulus spermaticus
diletakkan ventral dari muskulus tadi tetapi dorsal dari
aponeurosis muskulus obliqus eksternus sehingga kanalis
inguinalis kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang
dari kanalis inguinalis, sehingga locus minoris resistantiae
hilang.
Halstedt
Di lakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus
minonis resistentiae. Ketiga muskulus, muskulus obliqus
eksternus abdominis, muskulus obliqusinternus abdominis,
muskulus obliqus transversus abdominis, funikulus spermatikus
diletakkan di sub kutis.
Shouldice
Membuka
lantai
inguinalis
dan
mengimbrikasi
fascia
28
.2.10
Komplikasi5
Komplikasi hernia tergantung pada keadaan yang dialami
oleh isi hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada
hernia irreponibel, ini dapat terjadi kalau isi hernia terlalu besar
atau terdiri dan omenturn, organ ekstra peritoneal (hernia geser atau
herniaakreta). Disini tidak timbul gejala klinik kecuali berupa
benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia
sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala
obstruksi usus yang sederhana.
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia
richter. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi
jaringan isi hernia. Pada pemulaan terjadi bendungan vena
sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan
transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan
jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis
dan kantong hernia akan berisi transudat berupa serosanguinus.
Kalau isi hernis terdiri dariusus, dapat terjadi perforasi yang dapat
menimbulkan abses lokal, fistel atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut (Syamsuhidayat dan Wim de Jong
2012).
Pada pasien dewasa. tingkat komplikasi dari herniorafi
inguinal yang terbuka berbedaantara 1% sampai 26% dengan
29
.2.11
Pro
gnosis5
Tergantung dari umur penderita, ukuran hernia serta kondisi dari isi
kantong hernia .Prognosis baik jika infeksi luka, obstruksi usus
segera ditangani. Penyulit pasca bedah seperti nyeri pasca
herniorafi, atrofi testis, dan rekurensi hernia umumnya dapat diatasi
.
30
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
Identitas Pasien
Nama
: Tn. R
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 29 tahun
Kebangsaan
: Indonesia
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Buruh
NO RM
MRS
: 52.76.65
: 13/10/2016
Anamnesis
Keluhan Utama
Nyeri pada benjolan dilipat paha kanan sejak 3 minggu SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
23 tahun yang lalu os mengaku timbul benjolan di perut sebelah kiri,
benjolan sebesar kelereng. Benjolan hilang timbul, timbul saat os berdiri, dan
hilang saat os berbaring. Keluhan tidak ada
31
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan Darah
: 130/90 mmHg
Pernafasan
: 24 x/menit
Nadi
Suhu
: 36,5C
Status Generalis
cahaya
Kepala
: Normocephali
Mata
32
Thoraks
- Paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis:
Regio Inguinalis Dextra :
Inspeksi
Palpasi
tidak kemerahan.
rongga abdomen.
Regio Scrotum Sinistra:
Inspeksi
warna
Sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
Palpasi
Tes Khusus
tidak jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri (-) dan
dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen.
: Transluminasi (-).
33
Pemeriksaa
Hasil
Nilai normal
n
Hemoglobin
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
14,4 g/dl
8.200 /L
208.000/L
42 %
0
0
0
76
20
4
14 16 g/dl
5000 10000 /L
150.000 400.000 /L
L 40-48%
0-1%
1-3%
2-5%
50-70%
20-40%
2-8%
: Dubia ad Bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad Bonam
34
2.9 Follow up
Tanggal
15 Oktober 2016
Follow Up
S/ Nyeri luka operasi
O/ - TD
: 160/90 mmHg
- Nadi
: 84 x/menit
- RR
: 26 x/menit
-T
: 36,5C
O/ - TD : 130/80 mmHg
- Nadi : 92 x/menit
- RR : 24 x/menit
-T
: 36,5C
A/ Post Hernioraphy
P/ - IVFD RL gtt XX/menit
- Injeksi Cefotaxime 2x1gr
- injeksi keterolac 3x1 ampul
- Ranitidin 2x1 ampul
18 Oktober 2015
: 36,3C
A/ Post Hernioraphy
35
36
BAB IV
PEMBAHASAN
Telah dilaporkan sebuah kasus dari seorang pasien usia 29 tahun yang
masuk melalui IGD RSUD BARI pada tanggal 13 Oktober 2016 pukul 10.20
WIB, pasien masuk dengan nyeri di benjolan lipat paha kanan sejak 3 minggu
SMRS.
Pasien ini di diagnosa hernia ingunalis dextra inkarserata dan Hernia
inguinalias sinistra irreponible dari anamnesis 23 tahun yang lalu os mengaku
timbul benjolan di perut sebelah kiri, benjolan sebesar kelereng. Benjolan hilang
timbul, timbul saat os berdiri, dan hilang saat os berbaring. 13 tahun yang lalu,
benjolan di kemaluan sebelah kiri semakin membesar, benjolan sebesar telor ayam
kampung, benjolan hilang timbul, timbul saat berdiri, mengedan, dan batuk,
hilang saat os berbaring, Untuk mengurangi keluhan saat bekerja os mengikat
perut os sehingga benjolan tidak keluar. Keluhan nyeri, mual dan perut kembung
tidak ada.
3 minggu yang lalu os mengaku timbul benjolan sebelah kanan, benjolan tidak
dapat dimasukkan ke rongga abdomen, nyeri ada skala nyeri 8, nyeri bertambah
apabila os tekan, keluhan mual dan kembung ada, muntah tidak ada, BAB tidak
ada gangguan, os masih bisa kentut. Pada benjolan sebelah kiri, benjolan tidak
dapat menghilang lagi, nyeri ada.
Pada pemeriksaan fisik Regio Inguinalis Dextra, Inspeksi terdapat benjolan di
lipat paha sebelah kiri, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan pada palpasi
benjolan berukuran 2x1 cm, tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak jelas,
suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri (+), skala nyeri 6 dan tidak dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen. Hal ini memprediksikan bahwa pasien ini
sedang mengalami hernia inguinalis dextra inkarserata
Pada pemeriksaan fisik Regio Scrotum Sinistra, pada Inspeksi terdapat benjolan di
kantung kemaluan sebelah kiri, warna sesuai warna kulit, tidak kemerahan.
37
Palpasi Benjolan berukuran 8x4 cm, tidak teraba hangat, kenyal, batas atas tidak
jelas, suhu sama dengan daerah sekitar, nyeri (-) dan tidak dapat dimasukkan
kedalam rongga abdomen ,Tes Khusus
transluminasi
(-).
Hal
ini
38
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang
pasien Tn. R Umur 29 tahun dapat ditegakan diagnosis Hernia Inguinalis Dextra
Inkarserata dan Hernia Inguinalis Sinistra Irreponibel.
Terapi yang diberikan pada kasus ini sudah tepat, karena pada pasien
hernia irreponible dan Hernia Inkarserata penatalaksanaan dilakukan secara
operatif yaitu dengan hernioraffi untuk pembebasan kantong hernia dan
memperkecil anulus inguinalis.
39
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of
Surgery. Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
2. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25.
3. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC,
Jakarta,
4. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery.17th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217
5. Syamsuhidayat, R, and Wim de Jong, (2012), Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi
revisi, 706-710, EGC, Jakarta.
6. Inguinal Hernia: Anatomy and Managemen
thttp://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
7. Dunphy, J.E, M.D, F.A.C.S. dan Botsford, M.D, F.A.C.S, Pemeriksaan Fisik
Bedah,edisi ke-4, 145-146, Yayasan Essentia Medika, Yogyakarta.
8. Dudley and Waxmann, Scott; An Aid to Clinical Surgery, 4nd ed, 247,
Longman Singapore Publisher Ltd, Singapore.
9. Darmokusumo, K, Buku Pegangan Kuliah Ilmu Bedah, Fakultas
Kedokteran,Universitas Muhamadiyah Yogyakarta.
10. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, EGC, Jakarta,
1995. Hal :228, 243.