Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hak Asasi Manusia merupakan unsur normatif yang melekat pada diri
setiap manusia sejak manusia masih dalam kandungan sampai akhir
kematiannya sebagai anugrah Tuhan. Di dalamnya tidak jarang menimbulkan
gesekan-gesekan antar individu dalam upaya pemenuhan HAM pada dirinya
sendiri. Hal inilah yang kemudian bisa memunculkan pelanggaran HAM
seorang individu terhadap individu lain, kelompok terhadap individu, ataupun
sebaliknya.
Memperbincangkan marutnya dinamika hak asasi manusia, khususnya
perburuhan selama dekade terakhir nampaknya cukup mengingatkan pada
nama ini: Marsinah. Terdapat alasan pasti untuk menghadirkan kembali
ingatan tentang orang tersebut: misteri kematiannya yang tidak pernah
terungkap hingga sekarang. Tidak pernah diketahui secara pasti oleh siapa ia
dianiaya dan dibunuh, kapan dan di mana ia mati pun tak dapat diketahui
dengan jelas, apakah pada Rabu malam 5 Mei 1993 atau beberapa hari
sesudahnya. Liputan pers, pencarian fakta, penyidikan polisi, pengadilan
sekalipun nyatanya belum mampu mengungkap kasusnya secara tuntas dan
memuaskan. Kendati hakim telah memvonis siapa yang bersalah dan
dihukum, orang tak percaya begitu saja; sementara kunci kematiannya tetap
gelap sampai kini, lebih dari satu dasawarsa berselang.
Barangkali memang bukan fakta-fakta pembunuhan itu yang menjadi
penting di sini, melainkan jalinan citra yang lantas tersaji melalui
serangkaian representasi media yang rumit. Para pembunuh mengesankan
Marsinah diperkosa. Segenap aktivis menyanjungnya sebagai teladan kaum
pejuang buruh. Para aparat pusat dibantu aparat setempat konon
merekayasa penyidikan sekaligus membuat skenario pengadilan, termasuk
dilibatkannya tersangka palsu dalam rangkaian pengungkapan kasus
1

tersebut. Tak ketinggalan, para aktivis hak asasi manusia menganugerahi


Yap Thiam Hien Award bagi kegigihannya. Termasuk para seniman yang
mengabadikannya dalam monumen, patung, lukisan, panggaung teater dan
seni rupa instalasi; para feminis mengagungkannya sebagai korban
kekerasan terhadap perempuan dan khalayak awam yang prihatin dan
simpati memberi sumbangan bagi keluarganya.
Pada aras citra inilah tulisan ini kemudian mengambil pijakan. Mungkin
orang tak akan banyak tahu siapa Marsinah seandainya ia tidak dibunuh dan
kasusnya tidak gencar diberitakan oleh media massa. Ia tidak hanya
dianggap mewakili nasib malang jutaan buruh perempuan yang
menggantungkan masa depannya pada pabrik-pabrik padat berupah rendah,
berkondisi kerja buruk sekaligus tak terlindungi hukum. Lebih dari itu,
mediasi dan artikulasi pembunuhannya menyediakan arena diskursif bagi
pertarungan berbagai kepentingan dan hubungan kuasa: buruh-buruh,
pengusaha, serikat buruh, lembaga swadaya masyarakat, birokrasi militer,
kepolisian dan sistem peradilan.
Setelah reformasi tahun 1998, Indonesia mulai mengalami kemajuan
dalam bidang penegakan HAM bagi seluruh warganya. Instrumen-instrumen
HAM pun didirikan sebagai upaya menunjang komitmen penegakan HAM
yang lebih optimal. Namun seiring dengan kemajuan ini, pelanggaran HAM
kemudian juga sering terjadi di sekitar kita karena semakin egoisnya
manusia dalam pemenuhan hak masing-masing. Untuk itulah kami
menyusun makalah yang berjudul Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia Di
Indonesia Marsinah, untuk memberikan informasi mengenai apa itu
pelanggaran HAM diikuti seluk beluk kasus Marsinah.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat


dirumuskan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian pelanggaran HAM ?


Bagaimana proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia ?
Apa saja sanksi yang diberikan atas pelanggaran HAM di Indonesia ?
Bagaimana proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional ?
Apa saja sanksi yang diberikan atas pelanggaran HAM Internasional ?
Bagaimana upaya yang mendukung penegakan HAM di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari mengangkat materi ini tentang upaya penyelesaian kasus
pelanggaran hak asasi manusia yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
D.

Untuk mengetahui pengertian pelanggaran HAM.


Untuk mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia.
Untuk mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia.
Untuk mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional.
Untuk mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM Internasional.
Manfaat Penulisan

Hasil pembelajaran ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis dan
pembaca.
1. Mengetahui pengertian pelanggaran HAM.
2. Mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia.
3. Mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia.
4. Mengetahui proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional.
5. Mengetahui sanksi atas pelanggaran HAM Internasional

E. Sistematika Penulisan
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
E. Sistematika Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pelanggaran HAM
B. Proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia
C. Sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia
D. Proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional
E. Sanksi atas pelanggaran HAM Internasional
F. Perilaku yang mendukung upaya penegakan HAM di Indonesia
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian pelanggaran HAM
Pelanggaran terhadap HAM diartikan secara berbeda oleh berbagai
penulis. Di dalam wacana tradisional, pelanggaran HAM dilihat sebagai
tanggung jawab Negara di dalam konteks kewajibannya terhadap warga
negara. Konferensi Dunia tentang Hak Asasi Manusia di Wina pada tahun
1993 mengembangkan satu perspektif yang lebih luas atas HAM dan juga
pada pelanggaran HAM. Pengakuan atas HAM yang terdiri dari hak-hak sipil,
budaya, ekonomi, politik, dan sosial ditujukan sebagai tanggung jawab dari
berbagai pihak, bukan hanya negara.
4

Pasal 1 butir 6 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi


Manusia memberikan definisi pelanggaran HAM sebagai berikut.
Pelanggaran hak asasi manusia adalah perbuatan seseorang atau
kelompok orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak
sengaja

atau

kelalaian

yang

secara

melawan

hukum

mengurangi,

menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang


atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini, dan tidak
mendapatkan, atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian
hukum yang adil dan benar berdasarkan mekanisme hokum yang berlaku
Dengan demikian, pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran
kemanusiaan, baik dilakukan oleh individu maupun institusi negara atau
institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain. Tindakan tersebut dilakukan
tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi
pijakannya.
Menurut Arahan Mastricht (Mastrich Guidelines), pelanggaran HAM
terjadi lewat:
1. Acts of commission (tindakan untuk melakukan) oleh pihak negara atau
pihak lain yang
tidak diatur secara memadai oleh negara.
2.
Acts of ommission (tindakan untuk tidak melakukan tindakan apa pun)
oleh negara.
Satuan-satuan bukan negara dapat juga terlibat sebagai pelaku
kejahatan pelanggaan hak asasi. Contoh dari pelanggaran HAM yang
dilakukan oleh satuan bukan negara adalah:
1. Pembunuhan penduduk sipil tentara pemberontak,
2. Pengusiran komunitas yang dilakukan oleh perusahaan transnasional,
3. Serangan bersenjata oleh salah satu pihak melawan pihak yang lain,
4. Serangan fisikal mendadak dari pegawai pribadi melawan para
pemprotes.
Pelanggaran

HAM

dikelompokkan

menjadi

dua

bentuk,

yaitu

pelanggaran HAM berat dan pelanggaran HAM ringan. Pelanggaran HAM


berat meliputi kejahatan genosida dan kejahatan kemanusiaan (pasal 7
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia). Bentuk pelanggaran HAM ringan adalah selain dari kedua bentuk
5

pelanggaran HAM berat itu. Pelanggaran HAM ringan seringkali dimasukkan


dalam

kategori

kejahatan

biasa

(ordinary

crime).

Pelanggaran

HAM

dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extraordinary crimes).


Dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 26 tahun 2000 tentang
Pengadilan Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa:
pelanggaran hak asasi manusia yang berat merupakan extraordinary
crimes dan berdampak secara luas baik pada tingkat nasional maupun
internasional dan bukan tindak pidana yang diatur dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana serta menimbulkan kerugian baik materiil maupun
immateriil

yang

merupakan

perasaan

tidak

aman

baik

terhadap

perseorangan maupun masyarakat, sehingga perlu segera dipulihkan dalam


mewujudkan supremasi hukum untuk mencapai kedamaian, ketertiban,
ketentraman,

keadilan

dan

kesejahteraan

bagi

seluruh

masyarakat

Indonesia
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud
untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok
bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara:
a. Membunuh anggota kelompok,
b. Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap
anggota-anggota kelompok,
c. Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagainya,
d. Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di
dalam kelompok,
e. Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke
kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang
dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik.
Serangan tersebut ditunjukkan secara langsung kepada penduduk sipil dan
dapat berupa:
a. Pembunuhan,
b. Pemusnahan,
c. Perbudakan,
d. Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa,
6

e. Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain seccara


sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan hukum pokok
internasional,
f. Penyiksaan,
g. Pemerkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan
kehamilan, pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk
kekerasan seksual lain yang setara,
h. Penganiayaan tterhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama,
jenis kelamin, atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal
yang dilarang secaa hukum internasional,
i. Penghilangan orang secara paksa,
j. Kejahatan apartheid.
Pelanggaran HAM dilakukan negara terhadap warganya juga terjadi di
Indonesia. Kasus-kasus penyiksaan dalam proses penyidikan merupakan
salah satu contoh pelanggaran HAM yang dilakukan aparat negara terhadap
warga negara. Di era Orde Baru, ketika militer mempunyai kekuasaan yang
nyaris tak terbatas, Indonesia banyak diwarnai oleh kasus kekerasan yang
dilakukan oleh militer.
B.

Proses peradilan atas pelanggaran HAM di Indonesia


Hukum acara yang digunakan dalam Pengadilan HAM adalah Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) sepanjang tidak diatur secara


khusus oleh UU No.26 Tahun 2000 (lex specialis derogat lex generalis).
Adapun proses penyelesaian pelanggaran berat HAM menurut UU No.26
Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
a. Penyelidikan
Penyelidikan dilakukan oleh Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ( Komnas
HAM). Hal ini bertujuan adanya objektifitas hasil penyelidikan, apabila
dilakukan oleh lembaga independen. Dalam penyelidikan, penyelidik
berwenang:
Melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap peristiwa yang timbul
dalam masyarakat yang berdasarkan sifat atau lingkupnya patut diduga
terdapat pelanggaran berat HAM

Menerima laporan atau pengaduan dari seseorang atau kelompok orang


tentang terjadinya pelanggaran berat HAM serta mencari keterangan dan
barang bukti
Memanggil pihak pengadu, korban atau pihak yang diadukan untuk diminta
dan didengar keterangannya
Memanggil saksi untuk dimintai kesaksiannya
Meninjau dan mengumpulkan keterangan di tempat kejadian dan tempat
lainnya jika dianggap perlu
Memanggil pihak terkait untuk melakukan keterangan secara tertulis atau
menyerahkan dokumen yang diperlukan sesuai dengan aslinya
Atas perintah penyidik dapat melakukan tindakan berupa pemeriksaan
surat, penggeledahan dan penyitaan, pemeriksaan setempat, mendatangkan
ahli dalam hubungan dengan penyelidikan
b. Penyidikan
Penyidikan pelanggaran berat HAM dilakukan oleh Jaksa Agung. Dalam
pelaksanaan tugasnya Jaksa Agung dapat mengangkat penyidik ad hoc yang
terdiri atas unsur pemerintah dan masyarakat. Sebelum melaksanakan
tugasnya, penyidik ad hoc mengucapkan sumpah atau janji menurut
agamanya masing-masing. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai
penyidik ad hoc, yaitu :
Warga Negara Indonesia
Berumur sekurang-kurangnya 40 tahun dan paling tinggi 65 tahun
Berpendidikan Sarjana Hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian
dibidang hukum
Sehat jasmani dan rohani
Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik
Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang hak asasi manusia
Penyidikan diselesaikan paling lambat 90 hari terhitung sejak tanggal hasil
penyelidikan diterima dan dinyatakan lengkap oleh penyidik. Penyidikan
dapat diperpanjang 90 hari oleh Ketua Pengadilan HAM sesuai daerah
hukumnya dan dapat diperpanjang lagi 60 hari. Jika dalam waktu tersebut,
penyidikan tidak juga terselesaikan, maka dikeluarkan surat perintah
penghentian penyidikan oleh Jaksa Agung.
c. Penuntutan

Penuntutan dilakukan oleh Jaksa Agung. Jaksa Agung dapat mengangkat


penuntut umum ad hoc yang terdiri dari unsur pemerintah dan masyarakat.
Syarat untuk diangkat menjadi penuntut umum sama halnya dengan syarat
diangkat menjadi penyidik ad hoc. Penuntutan dilakukan paling lama 70 hari
sejak tanggal hasil penyidikan diterima.
d. Pemeriksaan di Pengadilan
Pemeriksaan perkara pelanggaran berat HAM dilakukan oleh majelis hakim
Pengadilan HAM berjumlah 5 orang, terdiri atas 2 orang hakim pada
Pengadilan HAM dan 3 orang hakim ad hoc.
Syarat-syarat menjadi Hakim Ad Hoc :
Warga Negara Indonesia
Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Berumur sekurang-kurangnya 45 tahun dan paling tinggi 65 tahun
Berpendidikan sarjana hukum atau sarjana lain yang mempunyai keahlian
dibidang hukum
Sehat jasmani dan rohani
Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan baik
Setia kepada Pancasila dan UUD 1945
Memiliki pengetahuan dan kepedulian dibidang Hak asasi manusia
Perkara paling lama 180 hari diperiksa dan diputus sejak perkara
dilimpahkan ke Pengadilan HAM. Banding pada Pengadilan Tinggi dilakukan
paling lama 90 hari terhitung sejak perkara dilimpahkan ke Pengadilan
Tinggi. Kasasi paling lama 90 hari sejak perkara dilimpahkan ke Mahkamah
Agung.
C. Sanksi atas pelanggaran HAM di Indonesia
Di dalam penjelasan umum UU HAM hanya menyebutkan bahwa
pelanggaran baik langsung maupun tidak langsung atas HAM dikenakan
sanksi pidana, perdata, dan atau administratif sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Memang ada pelanggaran HAM yang dapat
diproses secara hukum melalui Pengadilan HAM. Akan tetapi, perlu diketahui
bahwa Pengadilan HAM hanya dapat mengadili pelanggaran HAM yang berat
sebagaimana diatur Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 26 Tahun 2000
tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (UU Pengadilan HAM) dan Pasal 104
ayat (1) UU HAM. Menurut Pasal 7 UU Pengadilan HAM, yang termasuk

sebagai pelanggaran HAM berat adalah kejahatan genosida dan kejahatan


terhadap kemanusiaan.
Berdasarkan hukum pidana, Anda dapat menggunakan Pasal 335 ayat (1) ke1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana:

(1) Diancam dengan pidana penjara

paling lama satu tahun atau denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah: 1.

barang siapa secara melawan hukum memaksa orang lain

supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu, dengan


memakai kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak
menyenangkan,

atau

dengan

memakai

ancaman

kekerasan,

sesuatu

perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan, baik terhadap


orang itu sendiri maupun orang lain; 2.

barang siapa memaksa orang lain

supaya melakukan, tidak melakukan atau membiarkan sesuatu dengan


ancaman pencemaran atau pencemaran tertulis. (2) Dalam hal sebagaimana
dirumuskan dalam butir 2, kejahatan hanya dituntut atas pengaduan orang
yang terkena.
Dalam hal ini, Anda dan pedagang yang lainnya harus dapat membuktikan
bahwa ada paksaan untuk tidak melakukan sesuatu (membuat perkumpulan)
dengan menggunakan kekerasan, sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan
yang tak menyenangkan, atau dengan memakai ancaman kekerasan,
sesuatu perbuatan lain maupun perlakuan yang tak menyenangkan.
D. Proses peradilan atas pelanggaran HAM Internasional
Bila Terjadi pelanggaran Hak Asasi Manusia berskala Internasional,
proses peradilannya adalah Sebagai Berikut :
1. Jika suatu negara sedang melakukan penyelidikan, penyidikan, atau
penuntutan

atas

kejahatan

yang

terjadi,

maka

Pengadilan

Pidana

Internasional berada dalam posisi inadmissible (tidak diizinkan) untuk


menangani perkara kejahatan tersebut. Akan tetapi, posisi inadmissible
berubah menjadi admissible, apabila negara yang bersangkutan enggan atau
tidak mampu melaksanakan tugas investigasi dan penuntutan.
2. Perkara yang telah diinvestigasi oleh suatu negara, kemudian negara
yang bersangkutan telah memutuskan untuk tidak melakukan penuntutan
lebih lanjut. Namun dalam hal ini, posisi inadmissible berubah menjadi

10

admissible bila keputusan berdasarkan keengganan dan ketidakmampuan


negara untuk melakukan penuntutan.
3. Pelaku kejahatan telah diadili dan memperoleh kekuatan hukum yang
tetap, maka terhadap pelaku kejahatan tersebut sudah mendekat asas nebis
in idem. Artinya, seseorang tidak dapat dituntun untuk kedua kalinya dalam
perkara yang sama terlebih dahulu diputuskan perkaranya oleh putusan
pengadilan yang tetap.
4. Perkara tidak mempunya cukup dasar hukum untuk di tindaklanjuti
Peradilan

Internasional

mengandung

pengertian

upaya

penyelesaian

masalah dengan menerapkan ketentuan-ketentuan hukum internasional


yang dilakukan oleh peradilan internasional yang dibentuk secara teratur.
Peradilan internasional ini dilakukan oleh Mahkamah Internasional dan
badan-badan peradilan lainnya

E.

Sanksi atas pelanggaran HAM Internasional


Strake berpendapat bahwa rumusan peraturan

dalam

hukum

internasional untuk melindungi hak-hak asasi tidak berjalan dengan efektif.


Di Eropa telah didirikan suatu badan administratif internasional dan suatu
pengadilan internasional yang bertujuan untuk melindungi hak-hak asasi,
yaitu Komisi Eropa untuk Hak-Hak Asasi dan Pengadilan Eropa untuk Hak-Hak
Asasi. Akan tetapi, kedua organisasi ini beroperasi di bawah pembatasanpembatasan yurisdiksional dan prosedural. Organisasi ini hanya berkenaan
dengan sejumlah kecil negara-negara yang telah menerima kompetensi
organisasi tersebut.
Dalam perkembangannya telah lahir instrumen hukum yang dapat
menjamin terlaksanya HAM secara internasional. Berikut ini adalah beberapa
instrumen-instrumen utama yang telah disahkan untuk menyatakan atau
menjamin norma hak-hak asasi:
1. The Universal Declaration of Human Right (1948)
2. International Bill of Human Right (1966)
11

3. International Covenant on Economic, Social and Culture Rights atau


kovenan internasional tentang hak ekonomi, sosial, dan budaya.
4. International Covenant on Civil and Political Rigths atau kovenan
internasional tentang hak sipil dan politik.
5. Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights
atau protokol mengenai kovenan internasional tentang hak sipil dan hak
politik.
Deklarasi

Wina

menegakkan

1993

HAM.

menyebutkan

Deklarasi

Wina

adalah

kewajiban

menganjurkan

negara

untuk

pemerintah

untuk

memasukkan standar-standar yang terdapat dalam instrumen-instrumen hak


asasi internasional ke dalam hukum nasional. Proses mengadopsi dan
menetapkan pemberlakuan suatu instrumen HAM menjadi hukum nasional
ini yang disebut sebagai ratifikasi. HAM bersumber pada nilai kemanusiaan
yang universal. Deklarasi, konvensi, dan perjanjian internasional hanya
merumuskan kembali apa yang telah menjadi nilai kemanusiaan selama ini.
Berbagai instrumen hukum internasional yang telah dijabarkan di atas
merupakan ketentuan-ketentuan yang tidak mengikat negara. Akan tetapi,
instrumen hukum internasional di atas merupakan rumusan standar tentang
hak

asasi

internasional

yang

dianjurkan

untuk

dimasukkan

kedalam

peraturan perundang-undangan secara nasional agar dapat berlaku secara


efektif. Meskipun di Eropa dan Amerika perangkat tersebut telah dilengkapi
dengan adanya pengadilan HAM, namun yurisdiksi pengadilan tersebut
sangat terbatas pada negara-negara yangmengakui yurisdiksi pengadilan
internasional tersebut. Dengan demikian, pengenaan sanksi terhadap
pelanggaran HAM diutamakan kepada hukum nasional negara masingmasing. Apabila dari pengadilan nasional tidak diperoleh keputusan yang
dianggap adil, negara atau subyek hukum internasional lainnya yang
mengaku yurisdiksi pengadilan internasional dapat mengajukannya ke
pengadilan

internasional.

Sanksi

terhadap

pelanggaran

HAM

ringan

diserahkan kepada hukum nasional negara masing-masing. Sedangkan untuk


perkara

individu

yang

berkaitan

dengan

pelanggaran

HAM

berat,

12

penyelesaian dilakukan melalui International Criminal Court (ICC) atau


Mahkamah Pidana Internasional.
Jika Dalam Proses peradilan terbukti adanya pelanggaran HAM
internasional maka yang bersangkutan akan memperoleh sanksi
internasional berupa :
1. Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.
2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
3. Pemutusan hubungan diplomatik.
4. Pengurangan tingkat kerja sama.
5. Pengurangan bantuan ekonomi.
6. Pemboikotan produk ekspor.
7. Embargo ekonomi.
F.

PERILAKU

YANG

MENDUKUNG

UPAYA

PENEGAKAN

HAM

DI

INDONESIA
Berikut ini beberapa contoh perilaku yang mendukung upaya penegakan
HAM di indonesia baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, bangsa
dan negara.
1)

Upaya penegakan HAM di lingkungan keluarga

2)
-

Menghormati dan menyayangi adik dan kakak


Saling menghargai pendapat antar anggota keluarga
Setiap permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah
Orang tua tidak pilih kasih kepada anak
Upaya penegakan HAM di lingkungan sekolah
Tidak memaksakan kehendak kepada teman atau guru
Tidak membeda-bedakan antara teman
Mentaati semua tata tertib di sekolah
Tidak mengejek, menghina dan menganiaya teman

3)

Upaya penegakan HAM di lingkungan masyarakat

Tidak menghardik pengemis dan kaum duafa


Mengutamakan musyawarah untuk mufakat
Menjauhkan sifat kekerasan dan main hakim sendiri
Mengembangkan sikap tengang rasa

4)

Upaya penegakan HAM di lingkungan bangsa dan negara


13

Memahami dan mentaati setap instrumen HAM yang berlaku


Bersedia menjadi saksi jika mengetahui terjadinya pelanggaran HAM
Tidak membuat kerusuhan dan provokasi yang dapat memecah belah

kerukunan umat beragama di indonesia


Melaporkan pada pihak yang berwajib jika melihat dan mengetahui telah
adanya pelangaran HAM.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelanggaran HAM merupakan tindakan pelanggaran kemanusiaan,
baik dilakukan oleh individu maupun institusi negara atau institusi lainnya
terhadap hak asasi individu lain. Adapun proses penyelesaian pelanggaran
berat HAM menurut UU No.26 Tahun 2000 adalah sebagai berikut :
a. Penyelidikan
b. Penyidikan
c. Penuntutan
d. Pemeriksaan di Pengadilan
Penjelasan umum UU HAM hanya menyebutkan bahwa pelanggaran
baik langsung maupun tidak langsung atas HAM dikenakan sanksi pidana,
perdata, dan atau administratif sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Cara kerja komisi PBB untuk Hak Asasi Manusia untuk
sampai pada proses peradilan HAM internasional, adalah sebagai berikut :
a.
Melakukan pengkajian (studies) terhadap pelanggaran-pelanggaran
yang dilakukan, baik dalam suatu negara tertentu maupun secara global.
Terhadap kasus-kasus pelanggaran yang

terjadi, kegiatan komisi terbatas

pada himbauanm serta persuasi. Kekuatan himbauan dan persuasi terletak

14

pada

tekanan

opimi

dunia

internasional

terhadap

pemerintah

yang

bersangkutan.
b. Seluruh temuan Komisi ini dibuat dalam Yearbook of Human Rights yang
disampaikan kepada sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa.
c.
Setiap warga negara dan atau negara anggota PBB berhak mengadu
kepada komisi ini. Untuk warga negara perseorangan dipersyaratkan agar
terlebih dahulu ditempuh secara musyawarah di negara asalnya, sebelum
pengaduan di bahas.
d.
Mahkamah Internasional sesuai dengan tugasnya, segera menindak
lanjuti baik pengaduan oleh anggota maupun warga negara anggota PBB,
serta hasil pengkajian dan temuan komisi Hak Asasi Manusia PBB untuk
diadakan pendidikan, penahan, dan proses peradilan.
Jika Dalam Proses peradilan terbukti adanya pelanggaran HAM internasional
maka yang bersangkutan akan memperoleh sanksi internasional berupa :
1. Diberlakukannya travel warning terhadap warga negaranya.
2. Pengalihan investasi atau penanaman modal asing.
3. Pemutusan hubungan diplomatik.
4. Pengurangan tingkat kerja sama.
5. Pengurangan bantuan ekonomi.
6. Pemboikotan produk ekspor.
7. Embargo ekonomi.
B.

Saran

Sebagai

makhluk

sosial

kita

harus

mampu

mempertahankan

dan

memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjakinjak oleh orang lain.
Daftar Pustaka
http://fatmasusanti-civiceducation.blogspot.com/2012/09/pemajuanpenghormatan-dan-perlindungan.html
15

http://sriargarini.blogspot.com/2012/05/hak-asasi-manusia.html
http://visiuniversal.blogspot.com/2015/05/sanksi-internasional-ataspelanggaran.html
http://spynhara.mywapblog.com/proses-peradilan-ham-internasionalbeser.xhtml

Lampiran
A. Tugas-tugas
Tugas Kelompok 1.4
1.

Selain melalui lembaga peradilan, pemerintah juga mengeluarkan

berbagai kebijakan untuk mencegah terjadinya pelanggaran HAM di


Indonesia. Coba kalian identifikasi dan analisis keberhasilan pelaksanaan
kebijakan tersebut. Bacalah sumber belajar lainnya, baik media cetak
maupun media online untuk membantu kalian dalam mengerjakan tugas ini.
Tuliskan hasil identifikasi kalian dalam tabel di bawah ini.
No.
1.

Jenis kebijakan pencegahan


terjadinya pelanggaran HAM
Kewenangan memeriksan dan

Analisis Keberhasilan
Cukup berhasil dan

memutus perkara pelanggaran terlaksana dengan baik


hak asasi manusia yang berat
tersebut di atas oleh
Pengadilan HAM tidak berlaku
bagi pelaku yang berumur di
bawah 18 tahun pada saat
16

2.

kejahatan dilakukan
Terhadap pelanggaran hak

Belum dilaksanakan dengan

asasi manusia yang berat

baik

yang terjadi sebelum


diundangkan UURI No.26
Tahun 2000, diperiksa dan
diputus oleh Pengadilan HAM
adhoc. Pembentukan
Pengadilan HAM ad hoc
diusulkan oleh DPR
berdasarkan pada dugaan
telah terjadinya pelanggaran
hak asasi manusia yang berat
yang dibatasi pada tempat
dan waktu perbuatan tertentu
(locus dan tempos delicti )
yang terjadi sebelum
diundangkannya UURI No. 26
3.

Tahun 2000.
Agar pelaksanaan Pengadilan

Cukup berhasil dan

HAM bersifat jujur, maka

terlaksana dengan baik

pemeriksaan perkaranya
dilakukan majelis hakim
Pengadilan HAM yang
berjumlah 5 orang. Lima orang
tersebut, terdiri atas 2 orang
hakim dari Pengadilan HAM
yang bersangkutan dan 3
orang hakim ad hoc (diangkat
di luar hakim karir). Sedang
penegakan HAM melalui KKR
17

penyelesaian pelanggaran
HAM dengan cara para pelaku
mengungkapkan pengakuan
atas kebenaran bahwa ia telah
melakukan pelanggaran HAM
terhadap korban atau
keluarganya, kemudian
dilakukan perdamaian. Jadi
KKR berfungsi sebagai
mediator antara pelaku
pelanggaran dan korban atau
keluarganya untuk melakukan
penyelesaian lewat
perdamaian bukan lewat jalur
Pengadilan HAM.

No

Jenis Kebijakan Pencegahan terjadinya

Pelanggaran HAM

Analisis
Keberhasila
n

1. Indonesia menyambut baik kerja sama internasional Cukup


dalam

upaya

menegakkan

HAM

di

seluruh

dunia. berhasil

dan

Indonesia sangat merespons pada pelanggaran HAM terlaksana


internasional hal ini dapat dibuktikan dengan kecaman dengan baik
Presiden atas beberapa agresi militer di beberapa
daerah akhir-akhir ini contoh; Irak, Afghanistan, dan
baru-baru ini Indonesia juga

memaksa PBB untuk

bertindak tegas kepada Israel yang telah menginvasi


Palestina dan menimbulkan banyak korban sipil, wanita
dan anak-anak
18

2. Komitmen Pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Sudah


penegakan HAM, antara lain telah ditunjukkan dalam dilaksanakan
prioritas

pembangunan

Nasional

tahun

2000-2004 dengan baik

(Propenas) dengan pembentukan kelembagaan yang


berkaitan dengan HAM. Dalam hal kelembagaan telah
dibentuk Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dengan
kepres nomor 50 tahun 1993, serta pembentukan Komisi
Anti Kekerasan pada perempuan
3. Pengeluaran Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 Cukup
mengenai hak asasi manusia , Undang-undang nomor 26 berhasil

dan

tahun 2000 mengenai pengadilan HAM, serta masih terlaksana


banyak UU yang lain yang belum itukan menyangkut dengan baik
penegakan hak asasi manusia.

4.

Identifikasikan sanksi bagi para pelanggar HAM di Indonesia

sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM. Tuliskan hasil
identifikasi kalian dalam tabel di bawah ini.
No.
1.

Jenis pelanggaran HAM


Kejahatan Genosida

Sanksi
Penahanan, Hukuman sesuai

2.

Kejahatan Terhadap

kejahatan
Penahanan

3.
4.
5.

Kemanusiaan
Melukai Anggota Kelompok
Pembunuhan
Pemerkosaan

Penangkapan dan Penahanan


Penangkapan dan Penahanan
Penangkapan, Hukum Pidana

19

No
.

Jenis Pelanggaran HAM

Sanksi

1. Kasus terbunuhnya aktivis HAM Pollycarpus Budihari Priyanto. Polly


Munir Said Thalib.

mendapat vonis hukuman 14 tahun


penjara

karena

terbukti

berperan

sebagai pelaku yang meracuni Munir


dalam

penerbangan

menuju

Amsterdam
2. Kasus terbunuhnya Salim Kancil

Kepala

Desa

Selok

Awar

awar,

Hariono ditahan dan disidangkan dan


terancam hukuman mati
3. Peristiwa Trisakti dan Semanggi Pengadilan
(1998)

Trisakti

Militer

yang

menjatuhkan
orang

untuk

digelar
putusan

perwira

kasus

pada

1998

kepada

pertama

Polri.

Sementara pada 2002 pengadilan


militer
kepada

menjatuhkan
9

Gegana/Resimen

orang

hukuman
anggota

II

Korps

Brimob

Marpaung

yang

terbukti

Polri.
4. Peristiwa 27 Juli 1996

Jonathan

mengerahkan massa dan melempar


batu ke Kantor PDI. Ia dihukum dua
bulan sepuluh hari, sementara dua
perwira militer yang diadili, Kol CZI
Budi Purnama (mantan Komandan
Detasemen Intel Kodam Jaya) dan
Letnan Satu (Inf) Suharto (mantan
Komandan Kompi C Detasemen Intel
Kodam Jaya) divonis bebas.
20

Tugas Mandiri 1.5


Buatlah sebuah artikel singkat sebanyak empat paragraf yang berisi proses
peradilan HAM di Mahkamah Internasional.
Jawab :
Proses peradilan HAM di Mahkamah Internasional
Proses peradilan Internasional mengacu pada Internasional Criminal Crime
(ICC), atau pada yuridiksi Mahkamah Pidana Internasional. Peradilan HAM
internasional berdasar dari 2 teori yaitu Pengakuan dan Akuntabilitas.
Peradilan HAM dengan tujuan menindak tegas pelaku pelanggaran HAM dan
mengembalikan martabat korban pelanggaran HAM. Proses Peradilan HAM di
Mahkamah Internasional ada 3 tahapan yang terdiri dari :
1.

Pemeriksaan

Pertama, pemeriksaan kepada laporan adanya pelanggaran HAM oleh salah


satu Negara yang dilakukan oleh Penuntut Umum yang mempunyai tugas
mengevaluasi laporan suatu perkara. Dalam pelaksanaan pemeriksaan
Penuntut Umum mempunyai wewenang diantaranya mengumpulkan dan
memeriksa bukti, Bertanya pada pelapor, korban dan saksi, membuat
kerjasama dengan Negara tersebut dll, untuk menyimpulkan bahwa ada
alasan untuk menindak lanjuti laporan yang telah dilaporkan.
2.

Pemeriksaan Perkara di Peradilan Internasional

Pada tahap ini penuntut umum yang telah memeriksa laporan harus
mendukung pelapor dan korban dengan bukti yang cukup, dan juga dalam
sidang tersebut tersangka juga mendapatkan hak untuk menyangkal
pendapat penuntut umum, inilah pentingnya bahan bukti cukup untuk
menjerat tersangka. Dalam hal ini majelis mempunyai wewenang untuk
mengatur mengenai penerimaan bahan bukti dan menjaga ketertiban saat
proses peradilan berjalan. Jika dalam peradilan terdapat fakta-fakta
tambahan penting untuk peradilan majelis umum, menuntut penuntut umum
untuk mengajukan bahan bukti tambahan dan memerintahkan agar
21

pemeriksaan dilanjutkan. Setelah itu, majelis memutuskan proses peradilan


pemeriksaan perkara berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
3.

Setelah melakukan proses pemeriksaan di peradilan HAM indonesia,

mahkamah internasional berhak untuk memberikan keputusan tentang


sanksi yang harus diberikan kepada pelaku pelanggaran HAM sesuai dengan
aturan yang berlaku
UJI KOMPETENSI BAB 1
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini secara jelas dan akurat.
1. Bedakanlah makna hak asasi manusia dengan hak warga negara?
Jawab :
Hak asasi manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap pribadi manusia
(bersifat universal).
Hak warga negara adalah merupakan seperangkat hal yang melekat pada
diri manusia dalam kedudukannya sebagai anggota dari sebuah negara.
2. Mengapa terjadi pelanggaran HAM?
Jawab :
Penyebab pelanggaran ham secara umum adalah sebagai berikut :
a. Rendahnya kesadaran manusia
penjelasan : kesadaran manusia dapat diwujudkan dalam bentuk
menghargai hak-hak dasar yang telah melekat seperti hak hidup,hak
berusaha maupun hak untuk dihargai. Jika keadaran manusia ini rendah
maka seseorang akan dengan mudah melanggar hak orang lain. Misalnya
mencela,membunuh,menghancurkan tempat usaha orang lain.
b. Rendahnya kesadaran hukum
Penjelasan : kesadaran hukum berkaitan erat dengan kemauan untuk
mematuhi segenap peraturan yang ada.rendahnya kesadaran hukum akan
berakibat buruk terhadap perlindungan HAM.
Jika hal ini terjadi pada aparat pemerintah dapat mengakibatkan terjadinya
penyalah gunaan wewenag dan memungkinkan lahirnya kebijakan publik
yang potensial menyebabkan terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia.begitu juga jika terjadi pada masyarakat pada umumnya,akan
berakibat pada berbagai kekerasan di tengah masyarakat.
22

c. Tingkat pengetahuan tentang HAM yang rendah


Seringkali kita menjumpai berbagai pelanggaran HAM terjadi karena seorang
pelanggar HAM memang tidak banyak mengetahui kalau perbuatanya dapat
dikategorikan sebagai pelanggaran HAM.Misalnya tindakan main hakim
sendiri hingga menyebabkan kematian.
Selain faktor secara umum juga ada faktor internal dan eksternal sebagai
berikut :
Faktor internal :
1. Tidak toleransi pada orang lain
2. Adanya dendam
3. Keadaan psikologis para pelaku yang kurang baik
4. Sifat egois
5. Tidak memiliki rasa empati dan rasa kemanusiaan
6. Adanya diskriminasi dari orang yang ada dalam kesehariannya
Faktor Eksternal :
1. Perangkat hukum yang tidak tegas dan tidak jelas
2. Kurang berfungsinya lembaga-lembaga penegak hukum
3.Belum meratanya pemahaman tentang HAM
4.Kesenjangan sosial memberikan dampak negatif, terlebih memberikan
dorongan untuk melakukan pelanggaran HAM
3.

Uraikan jaminan terhadap hak asasi manusia yang terdapat dalam

Pancasila.
Jawab :
Pancasila menjamin hak asasi manusia melalui nilai-nilai yang terkandung di
dalamnya. Nilai-nilai Pancasila dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu nilai
ideal, nilai intrumental, dan nilai praksis. Ketiga kategori nilai Pancasila
tersebut mengandung jaminan atas hak asasi manusia, sebagaimana
dipaparkan berikut ini.

23

a.

Nilai ideal disebut juga nilai dasar berkaitan dengan hakikat kelima sila

Pancasila, yaitu : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan
beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut bersifat universal
sehingga di dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik
dan benar.
b.

Nilai instrumental merupakan penjabaran dari nilai-nilai dasar Pancasila.

Nilai insstrumental sifatnya lebih khusus dibandingkan dengan nilai dasar.


Dengan kata lain, nilai instrumental merupakan pedoman pelaksanaan
kelima sila Pancasila. Perwujudan nilai instrumental pada umumnya
berbentuk ketentuan-ketentuan konstitusional mulai dari Undang-Undang
Dasar sampai dengan peraturan daerah.
c.

Nilai praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental suatu

pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Nilai praksis Pancasila senantiasa


berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat. Hal tersebut
dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang terbuka.
4.

Apa yang akan terjadi apabila dalam proses penegakan hak asasi

manusia, Pancasila tidak dijadikan dasar atau landasan ?


Jawab :
Di Indonesia, dalam proses penegakan hak asasi manusia dilakukan dengan
berlandaskan kepada ideologi negara yaitu Pancasila. Ideologi, kebudayaan
dan nilai-nilai khas yang dimiliki suatu negara akan mempengaruhi pola
penegakan hak asasi manusia di suatu negara. Apabila dalam proses
penegakan hak asasi manusia, Pancasila tidak dijadikan dasar maka yang
terjadi adalah pola penegakan hak asasi manusia di Indonesia tidak akan
berjalan dengan baik serta tidak ada yang menghormati hak asasi setiap
warga negara maupun bukan warga negara Indonesia.
5. Mengapa liberalisme dan sosialisme tidak patut dijadikan landasan
dalam proses penengakkan hak asasi manusia di Indonesia?
Jawab :
24

Karna kedua landasan tersebut masih ada aspek yang diabaikan, oleh karna
itu liberalisme dan sosialisme tidak cocok untuk dijadikan landasan
penegakkan HAM di Indonesia karena tidak sesual dengan sosial dan budaya
yang di Indonesia
6. Sekarang ini begitu sering terjadi peristiwa pelanggaran HAM di
masyarakat, seperti pembunuhan, penculikan, penyiksaan dan sebagainya.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Siapa yang paling bertanggung jawab
untuk mengatasi persoalan tersebut? Apa peran kalian untuk menyelesaikan
persoalan tersebut?
Jawab :
Masalah tersebut terjadi karena kurangnya rasa saling menghormati hak
asasi dari orang lain dan kurang pengetahuan tentang penegakkan HAM
sesuai dengan pancasila. Dalam hal ini yang bertanggung jawab adalah kita
semua sebagai warga negara dan pemenrintah karna seharusnya bisa
memberikan bantuan dan penyuluhan tentang pendidikan HAM yang
berlandaskan Pancasila dan menghormati hak asasi orang lain. Peran kita
sebahai siswa adalah menyebarluaskan dan memberikan arahan/pengertian
tentang makna HAM dalam perspektif pancasila.

B. Laporan Pelaksanaan Diskusi

25

Anda mungkin juga menyukai