Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN KEUANGAN

INVESTASI

Oleh :
I.B. GEDE AGASTYA MAHARDIKA

(1515351172)

ABSEN 19

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016

1. Alternatif Investasi
Secara umum investasi jangka panjang menyangkut salah satu dari klasifikasi berikut:
1) Investasi penggantian aktiva tetap, seperti: gedung, mesin-mesin, kendaraan dan
sebagainya.
2) Investasi perluasan (ekspansi)
3) Investasi penambahan produk baru, dapat berupa perluasan atau diversifikasi produk
yang sudah ada.
4) Investasi jangka panjang lainnya yang tidak termasuk dalam salah satu dari klasifikasi
di atas. Misalnya, investasi pada peralatan pengendalian polusi, investasi untuk
keamanan, eksplorasi sumber alam dan sebagainya.
2. Menaksir Aliran Kas
Tugas yang paling penting dalam penganggaran modal adalah estimasi aliran kas.
Estimasi atau proyeksi aliran kas melibatkan berbagai variabel, individu, dan berbagai bagian
atau departemen dalam perusahaan. Misalnya, proyeksi penjualan dan harga diperoleh dari
bagian pemasaran, proyeksi aliran kas keluar yang berkaitan dengan produk baru disediakan
oleh bagian produksi, dan proyeksi biaya operasi diperoleh dari bagian akuntansi biaya,
produksi, pembelian dan bagian lain yang terkait. Peran manajer keuangan adalah
mengkoordinasikan informasi berbagai departemen dan mengendalikan proses estimasi untuk
meyakinkan bahwa bagian atau individu menggunakan metode secara konsisten dan asumsi
yang rasional.
Mengapa aliran kas yang sangat penting dalam analisis investasi, bukan laba yang
dilaporkan menurut catatan akuntansi ? Hal ini disebabkan karena:
1) Laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk bersih.
2) Para investor dan manajemen lebih tertarik mengetahui aliran kas bersih yang benarbenar akan diterima.
Di dalam menaksir atau memproyeksikan aliran kas, di samping akurasi, juga penting
diperhatikan masalah relevansi. Untuk estimasi aliran kas yang relevan, diperlukan perhatian
atas hal-hal penting berikut ini:
1) Estimasi aliran kas harus atas dasar setelah pajak, karena, yang menjadi hak dan dapat
dinikmati oleh pemilik perusahaan adalah aliran kas bersih setelah pajak.
2) Taksirlah aliran kas atas dasar incremental atau selisih. Misalnya, untuk rencana
peluncuran produk baru mungkin akan mengakibatkan pengurangan penjualan produk
lama. Dengan demikian perlu diperhatikan penurunan penjualan produk lama karena
peluncuran produk baru dalam menaksir aliran kas.

3) Pemisahan aliran kas karena keputusan investasi dan keputusan pendanaan


(pembelanjaan). Aliran kas karena keputusan pembelanjaan seperti, pembayaran
bunga, angsuran pokok pinjaman, dan pembayaran dividen tidak perlu diperhatikan.
Yang dianalisis dalam penilaian investasi adalah profitabilitas investasi.
Aliran kas dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu:
1) Aliran kas permulaan (initial cash flow)
2) Aliran kas operasional (operational cash flow)
3) Aliran kas pada akhir umur proyek /investasi (terminal cash flow)
2.1 Aliran Kas Permulaan (Initial Cash Flow)
Untuk dapat menentukan aliran kas permulaan (initial cash flow) atau juga
diistilahkan capital outlays, perlu diidentifikasi aliran kas yang berhubungan dengan
pengeluaran investasi. Ini berarti harus diketahui berapa besar pengeluaran untuk tanah,
pembuatan bangunan dengan perlengkapannya dan sebagainya. Ditambah juga dengan
pengeluaran-pengeluaran untuk biaya-biaya pendahuluan dan sebelum operasi, termasuk
penyediaan modal kerja. Karena itulah untuk proyek-proyek yang besar, aliran kas permulaan
ini tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapi bisa beberapa kali; pada tahun 1, tahun 2 dan
sebagainya.

2.2 Aliran Kas Operasional (Operational Cash Flow)


Aliran kas operasional (operational cash flow) juga diistilahkan dengan aliran kas
masuk bersih atau Proceeds. Estimasi tentang besarnya aliran kas operasional tahunan
merupakan titik permulaan untuk penilaian profitabilitas usulan investasi. Kebanyakan cara
yang dipergunakan untuk menaksir aliran kas operasional tahunan adalah dengan
menyesuaikan taksiran rugi laba yang disusun berdasarkan prinsip-perinsip akuntansi dan
menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (seperti: penyusutan
misalnya). Karena itu, dalam praktek cara yang sering dijumpai dalam menaksir aliran kas
operasional atau proceeds ini adalah menggunakan rumus :
Aliran Kas masuk bersih = laba setelah pajak + penyusutan
Meskipun cara tersebut sering tepat, tetapi ada persyaratan yang harus dipenuhi.
Penggunaan cara tersebut cukup tepat apabila pengakuan terhadap penghasilan dan biaya
menurut akuntansi tidak banyak berbeda dengan terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas.
Kalau antara pengakuan penghasilan dan biaya cukup berbeda, maka penggunaan cara itu

akan memberikan hasil yang tidak tepat. Kalaupun bisa menyesuaikan laporan akuntansi
menjadi pola aliran kas karena persyaratannya memenuhi, maka yang sering juga menjadi
persoalan adalah kalau proyek tersebut dibelanjai dengan (sebagian) pinjaman. Umumnya
kalau proyek tersebut dibelanjai dengan modal sendiri, penaksiran aliran kas operasionalnya
tidak menjadi masalah. Masalah sebenarnya timbul karena dicampurkannya keputusan
pembelanjaan dengan hasil investasi proyek tersebut.
Untuk keperluan penaksiran operationanal cash flow atau proceeds , cara semacam ini
membuat kesalahan dalam hal mencampur-adukkan cash flow karena keputusan
pembelanjaan (yaitu pembayaran bunga) dan cash flow karena keputusan investasi
(penghasilan, pengeluaran biaya tunai, pajak). Untuk itu cara menaksir aliran kas operasional
yang benar adalah:
Aliran kas operasional = laba setelah pajak + penyusutan + bunga ( 1 pajak)

2.3 Aliran Kas pada Akhir Umur Investasi (Terminal Cash Flow)
Terminal Cash Flow umumnya terdiri dari cash flow nilai sisa (residu) investasi
tersebut, dan pengembalian modal kerja. Beberapa proyek mungkin masih mempunyai nilai
meskipun aktiva-aktiva tetapnya sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi. Aliran kas dari
nilai sisa ini juga perlu dihubungkan dengan pajak yang mungkin dikenakan. Sebagai misal,
nilai buku dari suatu aktiva tetap adalah Rp 10 juta. Tetapi saat dijual, laku seharga Rp 12
juta. Berarti perusahaan memperoleh laba sebesar Rp 2 juta (laba ini sebenarnya merupakan
capital gain). Kalau misalkan perusahaan dikenakan pajak 20% atas capital gain tersebut,
maka aliran kas dari nilai sisa ini adalah Rp 12 juta (Rp 2 juta x 0,2) = Rp 11,60 juta.
Sebagaimana pada umur ekonomis, maka penaksiran nilai sisa dari suatu investasi
juga cukup sulit. Masalahnya tidak lain adalah lamanya dimensi waktu yang dihadapi dalam
penaksiran ini. Misalkan umur ekonomis ditaksir 5 tahun, maka untuk menaksir berapa nilai
sisa suatu aktiva tetap, berarti kita memproyeksikan pada 5 tahun mendatang. Ini jelas
merupakan pekerjaan yang cukup sulit.
Kalau proyek tersebut memerlukan modal kerja, dan umumnya proyek-proyek
memang membutuhkan, maka kalau proyek tersebut berakhir, modal kerjanya tidak lagi
diperlukan. Dengan demikian, modal kerja ini akan kembali sebagai aliran kas masuk pada
akhir umur proyek.

3. Metode Penilaian Profitabilitas Investasi


Setelah informasi yang relevan terkumpul, barulah dapat dilakukan evaluasi terhadap
layak (favourable) tidaknya suatu usulan investasi. Dalam keputusan investasi hanya ada dua
alternatif, menolak atau menerima usulan investasi. Ada beberapa metode dapat digunakan
untuk mengevaluasi keputusan investas, yaitu:
1)
2)
3)
4)

Payback method
Net Present Value (NPV)
Internal rate of return (IRR)
Profitability Index (PI)

3.1 Metode Payback Periode


Metode ini mencoba mengukur seberapa cepat suatu investasi bisa kembali. Karena
itu satuan hasilnya adalah waktu (tahun atau bulan). Kalau periode payback suatu usulan
investasi lebih pendek dari yang disyaratkan, maka usulan investasi (proyek) dinyatakatan
diterima, bila sebaliknya proyek ditolak. Problem utama dalam metode payback adalah
sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan sebagai pembanding.
Secara normatif memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan periode
payback maksimum. Dalam kenyataannya, yang umum digunakan adalah periode payback
dari investasi yang sejenis. Periode payback dapat dihitung dengan menjumlahkan aliran kas
tahunan hingga mencapai jumlah sama dengan nilai investasi awal. Jadi dalam jangka waktu
kapan investasi bisa kembali.
3.2 Metode Net Present Value (NPV)
Metode ini menghitung selisih present value (nilai sekarang) investasi dengan present
value kas masuk bersih (proceeds). Untuk menghitung present value tersebut perlu ditentukan
terlebih dahulu tingkat bunga yang relevan. Net Present Value (NPV) yang positip
menunjukkan bahwa PV proceeds lebih besar dari PV investasi (initial cash flow). Karena itu
NPV yang positip berarti investasi yang diharapkan akan meningkatkan kekayaan pemodal
atau pemilik. Karenanya investasi dinilai menguntungkan. Dengan demukian decision rule
nya adalah: terima suatu usulan investasi yang diharapkan memberikan NPV positip, dan
tolak kalau memberikan NPV negatip.
3.3 Metode Profitability Index (PI)
Profitability index menunjukkan perbandingan antara PV proceeds dengan PV
investasi. Kriteria yang digunakan: terima investasi yang diharapkan memberikan PI > 1
Rumus:

PI = PV proceeds
PV investasi
3.4 Internal Rate of Return (IRR)
IRR menunjukkan tingkat bunga yang menyamakan PV proceeds dan PV investasi.
Decision rule metode ini adalah: terima investasi yang diharapkan memberikan IRR > tingkat
bunga yang dipandang layak.
4. Perbandingan Metode-metode Penilaian Profitabilitas Investasi
Keputusan investasi menyangkut penilaian atas suatu usulan investasi atau pemilihan
satu atau beberapa dari alternatif-alternatif usulan yang tersedia. Beberapa metode penilaian
investasi telah diuraiakan sebelumnya, yaitu Metode Payback, Net Present Value NPV),
Profitability Index (PI) dan Internal Rate of Return IRR). Pertanyaan yang muncul, metode
mana yang lebih baik dan seharusnya digunakan?
Dari metode-metode tersebut, metode

payback

memiliki

kelemahan

yaitu

diabaikankannya nilai waktu uang (time value of money). Sebagaimana diketahui bahwa
investasi merupakan pengeluaran saat ini dengan pengembalian dalam jangka waktu panjang
(lebih dari satu tahun), sehingga nilai waktu uang menjadi sangat penting dalam
penilaiannyai. Kelemahan lainnya adalah diabaikannya aliran kas bersih (proceeds) setelah
periode payback. Di samping itu tidak ada dasar konsepsi untuk menentukan payback
maksimum yang diperkenankan sebagai pembanding untuk memutuskan apakah suatu usulan
diterima atau ditolak.
Dengan berbagai kelemahan metode payback, sekarang tinggal 3 pilihan yaitu NPV,
PI dan IRR. Yang jelas, ketiga metode ini memiliki kesamaan yaitu, diperhatikannya time
value of money dan menggunakan dasar aliran kas. Pertanyaannya sekarang adalah mana dari
ketiga metode tersebut memberikan arah keputusan yang konsisten baik dalam penilaian
suatu usulan investasi maupun pemilihan dari beberapa alternatif usulan yang ada.
4.1 Perbandingan NPV dan PI
Bila menilai suatu usulan investasi menggunakan metode NPV dan PI hasilnya akan
selalu konsisten. Artinya kalau NPV menyimpulkan suatu usulan investasi diterima
(menguntungkan), maka PI juga menyimpulkan diterima, demikian sebaliknya. Hal ini
nampak jelas dengan mengamati mekanisme kedua metode tersebut. Kalau PV penerimaanpenerimaan kas bersih di masa datang (PV proceeds) lebih besar dari PV investasi maka NPV
positip, berarti investasi diterima . Dengan demikian berarti perbandingan PV proceeds
dengan PV investasi (PI) akan lebih besar dari satu. PI lebih besar dari satu berarti investasi
diterima. Jadi bila menilai suatu usulan, NPV dan PI memberikan keputusan yang sama.

Tetapi bila dihadapkan pada pemilihan salah satu atau beberapa usulan investasi
dari berbagai alternatif, hasilnya bisa tidak konsisten.
4.2 Perbandingan NPV dan IRR
Kalau metode NPV dan IRR digunakan untuk menilai suatu usulan investasi yang
sama, maka hasilnya umumnya akan sama, dalam arti bila NPV menyatakan usulan diterima
maka IRR juga menyatakan diterima, demikian pula sebaliknya. Terkecuali, bila suatu usulan
memiliki pola aliran kas yang tidak normal, kedua metode tersebut bisa menghasilkan
keputusan yang tidak sama.
Ilustrasi Terjadinya Penghitungan Ganda
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa cara menaksir aliran kas bersih atau proceeds ada
2 cara yaitu:
1) Bila investasi seluruhnya didanai dengan modal sendiri Kas masuk bersih (proceeds)
= Laba setelah pajak + Penyusutan
2) Bila investasi sebagian didanai dengan hutang, Kas masuk bersih (Proceeds) = Laba
setelah pajak + penyusutan + Bunga ( 1- tingkat pajak).
Penghitungan ganda dapat terjadi kalau suatu investasi didanai dengan modal
pinjaman sementara cara menaksir aliran kas bersih hanya dihitung dengan formula : laba
setelah pajak ditambah penyusutan.

Referensi
Wiagustini, Ni Luh Putu.2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Udayana Press. Denpasar

Anda mungkin juga menyukai