Pengaruh Freeport Terhadap Lingkungan Di Sekitar Papua
Pengaruh Freeport Terhadap Lingkungan Di Sekitar Papua
MAKALAH
PENGARUH FREEPORT TERHADAP LINGKUNGAN DI SEKITAR PAPUA
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar)
Oleh:
KELOMPOK 4
(111903102021)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami. Sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah dengan judul PENGARUH FREEPORT TERHADAP
LINGKUNGAN DI SEKITAR PAPUA dengan baik sebagai salah satu persyaratan
atau tugas dalam menempuh mata kuliah Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Maksud
disusunnya Makalah ini adalah sebagai acuan dalam kegiatan perkuliahan.
Shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
semoga kelak kita mendapatkan syafaatnya, Amien.
Keberhasilan penulisan Makalah ini tidak lepas dari bimbingan, pengarahan, dan
bantuan dari berbagai pihak baik pikiran, motivasi, tenaga maupun doa. Oleh
karena itu kami menyampaikan terima kasih kepada :
1.
selaku Dosen Pembina Mata Kuliah Umum Ilmu Sosial dan Budaya Dasar.
2.
Dan semua teman-teman yang tidak mungkin kami sebutkan namanya
satu per satu.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan Makalah ini masih banyak kesalahan.
Oleh sebab itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
untuk perbaikan Makalah berikutnya dan mudah-mudahan makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Amien.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
3
3
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada tahun 1995 Freeport baru secara resmi mengakui menambang emas
di Papua. Sebelumnya sejak tahun 1973 hingga tahun 1994, Freeport
mengaku hanya sebagai penambang tembaga. Jumlah volume emas yang
ditambang selama 21 tahun tersebut tidak pernah diketahui publik, bahkan
oleh orang Papua sendiri. Panitia Kerja Freeport dan beberapa anggota DPR RI
Komisi VII pun mencurigai telah terjadi manipulasi dana atas potensi produksi
emas Freeport. Mereka mencurigai jumlahnya lebih dari yang diperkirakan
sebesar 2,16 hingga 2,5 miliar ton emas. DPR juga tidak percaya atas data
kandungan konsentrat yang diinformasikan sepihak oleh Freeport. Anggota DPR
berkesimpulan bahwa negara telah dirugikan selama lebih dari 30 tahun
akibat tidak adanya pengawasan yang serius. Bahkan Departemen Keuangan
melalui Dirjen Pajak dan Bea Cukai mengaku tidak tahu pasti berapa
produksi Freeport berikut penerimaannya. Di sisi lain, pemiskinan juga
berlangsung di wilayah Timika, yang penghasilannya hanya sekitar
$132/tahun, pada tahun 2005. Kesejahteraan penduduk Papua tak secara
otomatis terkerek naik dengan kehadiran Freeport yang ada di wilayah mereka
tinggal. Di wilayah operasi Freeport, sebagian besar penduduk asli berada
di bawah garis kemiskinan dan terpaksa hidup mengais emas yang tersisa dari
limbah Freeport. Selain permasalahan kesenjangan ekonomi, aktivitas
pertambangan Freeport juga merusak lingkungan secara masif serta
menimbulkan pelanggaran HAM. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk
keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia.
Para petinggi Freeport terus mendapatkan fasilitas, tunjangan dan
keuntungan yang besarnya mencapai 1 juta kali lipat pendapatan tahunan
penduduk Timika, Papua. Keuntungan Freeport tak serta merta melahirkan
kesejahteraan bagi warga sekitar. Kondisi wilayah Timika bagai api dalam
sekam, tidak ada kondisi stabil yang menjamin masa depan penduduk Papua.
BAB II
PEMBAHASAN
emas mencapai nilai tertinggi dalam 25 tahun terakhir, yaitu 540 dolar per
ons, Freeport diperkirakan akan mengisi kas pemerintah sebesar 1 miliar
dolar. Mining International, sebuah majalah perdagangan, menyebut tambang
emas Freeport sebagai yang terbesar di dunia.
2.2 Kehidupan Masyarakat di sekitar tambang emas Freeport
Kegiatan penambangan dan ekonomi Freeport telah mencetak keuntungan
finansial bagi perusahaan tersebut namun tidak bagi masyarakat lokal di
sekitar wilayah pertambangan. Dari tahun ke tahun Freeport terus mereguk
keuntungan dari tambang emas, perak, dan tembaga terbesar di dunia.
Pendapatan utama Freeport adalah dari operasi tambangnya di Indonesia
(sekitar 60%, Investor Daily, 10 Agustus 2009). Setiap hari hampir 700 ribu
ton material dibongkar untuk menghasilkan 225 ribu ton bijih emas. Jumlah
ini bisa disamakan dengan 70 ribu truk kapasitas angkut 10 ton berjejer
sepanjang Jakarta hingga Surabaya (sepanjang 700 km). Para petinggi Freeport
mendapatkan fasilitas, tunjangan dan keuntungan yang besarnya mencapai 1
juta kali lipat pendapatan tahunan penduduk Timika, Papua. Keuntungan
Freeport tak serta merta melahirkan kesejahteraan bagi warga sekitar.
Keberadaan Freeport tidak banyak berkontribusi bagi masyarakat Papua,
bahkan pembangunan di Papua dinilai gagal. Kegagalan pembangunan di
Papua dapat dilihat dari buruknya angka kesejahteraan manusia di
Kabupaten Mimika.
Penduduk Kabupaten Mimika, lokasi di mana Freeport berada, terdiri dari
35% penduduk asli dan 65% pendatang. Pada tahun 2002, BPS mencatat
sekitar 41 persen penduduk Papua dalam kondisi miskin, dengan komposisi
60% penduduk asli dan sisanya pendatang. Pada tahun 2005, Kemiskinan rakyat
di Provinsi Papua, yang mencapai 80,07% atau 1,5 juta penduduk. Hampir
seluruh penduduk miskin Papua adalah warga asli Papua. Jadi penduduk asli
Papua yang miskin adalah lebih dari 66% dan umumnya tinggal di pegunungan
tengah, wilayah Kontrak Karya Frepoort. Kepala Biro Pusat Statistik propinsi
Papua JA Djarot Soesanto, merelease data kemiskinan tahun 2006, bahwa
setengah penduduk Papua miskin (47,99 %). Di sisi lain, pendapatan
pemerintah daerah Papua demikian bergantung pada sektor pertambangan.
Sejak tahun 1975-2002 sebanyak 50% lebih PDRB Papua berasal dari
pembayaran pajak, royalti dan bagi hasil sumberdaya alam tidak terbarukan,
termasuk perusahaan migas. Artinya ketergantungan pendapatan daerah
dari sektor ekstraktif akan menciptakan ketergantungan dan kerapuhan yang
kronik bagi wilayah Papua. Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Papua Barat
memang menempati peringkat ke 3 dari 30 propinsi di Indonesi pada tahun
2005. Namun Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Papua, yang diekspresikan
dengan tingginya angka kematian ibu hamil dan balita karena masalahmasalah kekurangan gizi berada di urutan ke-29. Lebih parah lagi, kantongkantong kemiskinan tersebut berada di kawasan konsesi pertambangan
Freeport.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Freeport dari segi finansial memang memberikan pemasukan yang besar
bagi Indonesia, tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan pemasukan
yang diterima oleh pihak Freeport yang merupakan perusahaan milik asing dan
berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh freeport. Berbagai konflik
dan pelanggaran HAM juga mewarnai perjalanan Freeport yang semua itu
terkesan kurang mendapat perhatian dari pemerintah, karena semua kasus
pelanggaran HAM yang terjadi tidak pernah terselesaikan dengan baik.
Apabila dihubungkan dengan pancasila, maka Freeport telah melanggar sila
kedua pancasila karena pihak Freeport telah banyak mengabaikan apa yang
menjadi hak warga sekitar.
3.2 Saran
Freeport merupakan salah satu perusahaan tambang yang dikelola oleh
pihak asing. Sebagian besar keuntungan yang didapat dari hasil tambang
pasti akan masuk ke devisa milik asing dan bukan ke Indonesia. Indonesia
kaya akan hasil tambang, seharusnya kita lebih meningkatkan kualitas sumber
daya manusia yang kita miliki supaya berbagai tambang yang kita miliki dapat
kita kelola sendiri dan keuntungan yang didapat akan mengalir ke cadangan
devisa negara. Pemerintah juga sudah seharusnya lebih serius dalam
menyelesaikan masalah yang terkait dengan Freeport supaya tidak ada lagi
kasus pelanggaran HAM yang terjadi dan kasusnya tidak pernah terselesaikan.
DAFTAR PUSTAKA