Oleh :
Heidi Dewi Mutia
G1A012061
Abstract
Epilepsy is one of the most common brain disorders, characterized by seizures over two times
that are not provoked. Prevalence of epilepsy is 0.5-4% of populations in Indonesia. Quality
of life is a critical component to understanding the impact of epilepsy in many research.
Objectives of study was to discover age at onset and its related to quality of life in epilepsy
patients in RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. This study was an observational analytic with
cross sectional study design. Subjects were 56 epilepsy patients who fulfilled inclussion and
exclussion criteria. Variable independent were sex, age at onset, frequency of seizure,
duration of disease, and variable dependent was quality of life in epilepsy were assessed
using Quality of Life in Epilepsy Patient Inventory-31 (QOLIE-31). Bivariable analysis uses
Chi Square Test and multivariable analysis used Logistic Regression with significant level of
p<0,05. There were no significant differences between age at onset of epilepsy with the
quality of life in epilepsy patients (p = 0.056). Multivariate analysis showed that frequency of
seizures and age at onset of epilepsy explained the poor quality of life by 21.8% in epilepsy
patient (Nagelkarke R square = 0.218).
Keywords: quality of life in epilepsy, age at onset, frequency of seizures
Abstrak
Epilepsi adalah salah satu kelainan tersering pada otak di dunia, ditandai dengan kejang lebih
dua kali yang tidak terprovokas. Prevalensi penderita epilepsi sebesar 0,5-4% dari seluruh
penduduk Indonesia. Kualitas hidup adalah komponen yang penting dan sering digunakan
oleh beberapa peneliti dalam memahami dampak dari epilepsi. Tujuan dari penelitian ini
adalah mengetahui hubungan umur pertama terjadinya epilepsi dengan kualitas hidup pasien
epilepsi di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo. Penelitian ini menggunakan desain penelitian
analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Besar sampel penelitian adalah 56
pasien berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi penelitian. Variabel bebas pada penelitian ini
adalah jenis kelamin, umur pertama terjadinya epilepsi, frekuensi kejang, dan lama
menderita, sedangkan variabel bebas adalah kualitas hidup yang diukur dengan kuisioner
Quality of Life in Epilepsy Inventory-31 (QOLIE-31). Analisis bivariabel dilakukan dengan
uji Chi Square dan analisis multivariabel dilakukan dengan analisis regresi logistik. Nilai
p<0,05 dikategorikan signifikan. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara umur pertama
terjadinya epilepsi dengan kualitas hidup pasien epilepsi (p=0,056). Pada analisis
multivariabel didapatkan hasil bahwa frekuensi kejang dan umur pertama terjadinya epilepsi
dapat menjelaskan kualitas hidup yang buruk sebesar 21,8% (Nagelkarke R square = 0,218)
pada pasien epilepsi.
Kata Kunci: kualitas hidup epilepsi, onset epilepsi, frekuensi kejang
PENDAHULUAN
Epilepsi adalah salah satu kelainan
tersering pada otak di dunia, ditandai
dengan kejang lebih dua kali yang tidak
terprovokasi
menjangkit
1%
dari
penduduk di dunia. Manifestasi epilepsi,
yaitu gangguan fungsi otak dengan satu
gejala yang paling khas, yaitu bangkitan
berulang. Kejang terjadi akibat aktivasi
neuron berlebihan dan terjadi secara
paroksismal1,2. Sebanyak 50 juta orang di
dunia mengalami epilepsi, 80-90% tidak
mendapatkan pengobatan sama sekali.
Prevalensi epilepsi di negara berkembang
adalah 8,93 kejadian per 1000 penduduk
dan khususnya 5-10 per 1000 penduduk di
Asia dengan angka mortalitas 1 per
100.000 populasi pada sebagian besar
negara di dunia3,4. Kejadian epilepsi di
Asia Tenggara mencapai 9,97 per 1000
penduduk (Suwarba, 2010). Di Indonesia,
prevalensi penderita epilepsi sebesar 0,54% dengan rata-rata prevalensi 8,2 kasus
per 1000 orang dan bertambah 70.000
kasus per tahun.
Allen dan Biscop (2003) menyebutkan
bahwa kualitas hidup adalah komponen
yang penting dan sering digunakan oleh
beberapa peneliti dalam memahami
dampak dari epilepsi. Berdasarkan onset
terjadi epilepsi pada beberapa penelitian,
yaitu Sabaz (2001), Hermann (1996),
Aikia, (1999), Miller (2003) dalam
Szaflarski (2006) menunjukkan bahwa
pasien dengan onset umur yang lebih muda
memiliki skor kualitas hidup yang rendah
dibandingkan pasien dengan onset umur
yang lebih tua5,6,7,8,9. Penelitian Sillanp et
al. menunjukkan bahwa pasien dengan
onset epilepsi pada masa kecil memiliki
kualitas hidup yang rendah, mereka
cenderung tidak memiliki pekerjaan, kartu
tanda mengemudi, menikah, dan infertil
dibandingkan pasien dengan onset epilepsi
pada umur yang lebih tua10.
METODE
Desain penelitian yang digunakan adalah
penelitian analitik observasional dengan
pendekatan cross sectional. Teknik
pengambilan data menggunakan teknik
consecutive sampling. Sampel merupakan
pasien rawat jalan yang datang dan
didiagnosis
menderita
epilepsi
di
Poliklinik Saraf RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo Purwokerto dan memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi, sehingga
didapatkan
56
orang
responden.
HASIL
Responden penelitian adalah pasien yang
terdiagnosis Epilepsi di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo yang berusi 18-60
tahun.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna
antara umur pertama terjadinya epilepsi
dengan skor kualitas hidup. hal ini tidak
sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Loring et al. (2004) dan Szaflarski et
DAFTAR PUSTAKA
1) Robert S, Walter E, Warren B, et al.
2005. Epileptic Seizures and Epilepsy:
Definition Proposed by the
International League Against Epilepsy
(ILAE) and the International Bureau
for Epilepsy (IBE). Epilepsia 46(4):
4702) Stiaja, Andrian. 2014. Pengaruh
Penyuluhan Tentang Penyakit Epilepsi
Anak
Terhadap
Pengetahuan
Masyarakat Umum Laporan Hasil
Karya Ilmiah Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegeoro, Purwokerto.
15 hal. (Dipublikasikan)
3) Duggan. 2010. Epilepsy in rural
Ugandan children: seizure pattern, age
of onset and associated findings.
African health sciences 10(3).
4) World Health Organization. 2005.
Atlas epilepsy Cara in the World.
WHO Press: Geneva
5) Bishop, Malachy, Chase Allen. 2003.
The impact of epilepsy on quality of