ulang (Riedel, 1999). Penggunaan serat alam (limbah pertanian) sangat dimungkinkan sebagai
penguat pada material papan komposit seperti serat nenas, pisang, enceng gondok, ampas
tebu, dan lain sebagainya.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain : non-abrasive, densitas rendah, harga
lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun serta mendapatkan perhatian luas dari para
peneliti untuk terus dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk
mengatasi kerusakan alam yang semakin tidak terkendali. Permasalahan ini yang perlu
ditanggapi dan dicari solusinya oleh para ahli ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara
mengatasinya yaitu dengan memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna diantaranya
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat papan komposit (papan komposit serat).
Menurut Brouwer (2000), Pemanfaatan serat alam dan material papan komposit berpenguat
serat alam yang merupakan material papan komposit yang ramah lingkungan. Papan komposit
dengan menggunakan serat alam (natural fiber) sangat baik kualitasnya sebab memiliki sifat
mekanis yang baik antara lain kekakuan dan kekuatan tinggi, berat yang ringan, densitas
rendah, dan sebagainya.
Beberapa alasan menggunakan serat alam sebagai penguat komposit, menurut Mallick
(2007), sebagai berikut:
a. Lebih Ramah Lingkungan dan biodegradable, dibandingkan serat sintetis.
b. Berat jnis serat alam lebih kecil.
c. Pada beberapa jenis serat alam mempunyai rasio berat-modulus lebih baik serat E-glass.
d. Komposit serat alam mempunyai daya redam akustik lebih tinggi dibanding komposit serat
glass dan serat karbon.
e. Serat alam lebih ekonomis dibanding serat glass dan serat karbon.
Salah satu contoh serat yang dapat digunakan sebagai penguat pada papan komposit
adalah ampas tebu. Di Indonesia banyak tersedia ampas tebu yang berasal dari pabrik gula
yang sebahagiannya belum termanfaatkan. Dalam industri pengolahan tebu menjadi gula,
ampas tebu yang dihasilkan jumlahnya dapat mencapai 90% dari setiap tebu yang diolah,
sedangkan kandungan gula yang termanfaatkan hanya sebesar 5% (Anonim, 2000). Dengan
dasar inilah ketermanfaatan serat ampas tebu tersebut dilakukan pengembangan proses
teknologi sehingga terjadi diversifikasi pemanfaatan limbah pertanian menjadi penguat pada
papan komposit.
Sifat mekanik dari papan komposit serat tergantung pada sifat-sifat penyusunnya. Jenis
serat dan matrik yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dari sifat akhir papan
komposit yang diinginkan. Papan komposit banyak digunakan sebagai kompone-komponen
pada kenderaan. Sudah tentu komponen ini memiliki kemampuan dan kekuatan yang baik
ketika digunakan. Komponen ini nantinya ketika digunakan pasti akan mengalami berbagai
beban, diantaranya adalah beban lentur.
Sebagaimana kekuatan, kekakuan merupakan faktor desain yang penting, khususnya
dengan adanya kompresif atau gaya tekuk. Rasio modulus elastisitas terhadap densitas atau
E merupakan alat ukur untuk memperbandingkan material dalam desain rekayasa (Van
Vlack, 2004). Serat secara dominan akan menentukan kekuatan dan kekakuan papan
komposit. Semakin kecil ukuran serat, maka akan memberikan perekatan dan kekuatan yang
semakin baik, karena rasio antara permukaan dan volume serat semakin besar (Riedel, 1999).
Permasalahan sekarang ini adalah bagaimana mendapatkan papan komposit serat yang
ISBN: 978-602-72004-0-1
436
memiliki kemampuan dalam mengatasi beban lentur (bending) ketika digunakan sebagai bahan
baku pembuatan komponen.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan
teknologi merupakan usaha untuk lebih meningkatkan nilai guna baik dari segi pemanfaatannya
maupun ekonominya. Dalam mewujudkan pemanfaatan serat tebu sebagai penguat pada
papan komposit yang memiliki karakteristik yang baik bila digunakan sebagai bahan baku
pembuatan komponen. Dengan demikian diperlukan suatu kajian analisis mengenai kekuatan
bending papan komposit berpenguat serat ampas. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui nilai
kekuatan bending papan komposit serat dan mengetahui pemanfaatan limbah ampas tebu
dalam penggunaannya sebagai papan komposit serat.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa bahan untuk dijadikan material papan komposit.
Sebagai matriksnya dipilih polyester resin dan serat ampas tebu sebagai penguat. Serat ampas
tebu yang digunakan diperoleh dari limbah sisa penggilingan air tebu.
Papan komposit berpenguat serat ampas tebu yang pada pembuatannya dilakukan
dengan proses metode hand lay-up. Dalam pembuatannya dilakukan perbandingan persentase
fraksi volum antara matriks (resin) dan penguat (serat). Fraksi volume serat (volume fraction
fiber) yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 40% pada kondisi optimum. Perbandingan
prosentase resin dan serat yang digunakan adalah 60% : 40% dan dicetak berbentuk plat
persegi lembaran. Dalam pencetakan papan komposit dilakukan pada cetakan kaca yang rata.
Perbandingan prosentase ini diperoleh dari fraksi berat antara resin dan serat. Proses
pencetakan plat ini membutuhkan waktu penahan sampai terjadi penggabungan yang
homogen. Selanjutnya di bentuk menjadi spesimen uji bengkok (bending test) sesuai standard
ASTM D-790. Bentuk Spesimen uji bengkok (bending) berupa plat persegi panjang dengan
dimensi dan geometri seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Pada Gambar 2 merupakan
spesimen uji bengkok (bending) bahan papan komposit serat yang dibuat dan disesuaikan
dengan standar ASTM D-790.
4 mm
15 mm
150 mm
Gambar 1. Geometri dan Dimensi Spesimen Uji Bending ASTM D-790
Spesimen Uji
Bentuk Plat
Serat
(Vf)
Tegangan
Spesimen
Beban
Defleksi
(F)
()
(N)
(mm)
Bending
( b )
(MPa)
(%)
ISBN: 978-602-72004-0-1
438
Momen
Bending
(Mb)
(N.mm)
Modulus
Elastisitas
Bending
(Eb)
(GPa)
60
40
61,76
10,76
57,90
430,48
5,04
II
65,78
12,21
61,67
404,05
4,74
III
63,71
11,21
59,73
426,25
4,99
11,39
59,77
420,26
4,92
Rata-Rata
Dari pengujian bending yang dilakukan menunjukkan nilai tegangan bending (lentur) rata-rata
dari spesimen uji. Beberapa spesimen uji yang diberi beban lentur hanya diambil tiga sampel uji
yang memiliki nilai yang mendekati. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan perhitungan
sehingga diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Dari tabel 1 dihasilkan nilai
tegangan bending rata-rata sebesar 59,77 MPa dan momen bending yang terjadi rata-rata
sebesar 420,26 N.mm. Tetapi defleksi akibat beban yang diberikan dapat mencapai nilai ratarata
sebesar 11,39 mm. Dari kondisi ini terlihat bahwa kemampuan lentur dari komposit serat cukup
besar dimana komposit serat memiliki sifat getas (britlle) yang tergambar dari grafik ujinya yaitu
tifikal linier (Gambar 4, dan 5). Kekuatan bending komposit yang diperkuat serat alam lebih
rendah dari kekuatan bending komposit yang diperkuat serat sintetis. Dari penelitian yang
dilakukan jika dibandingkan dengan hasil pengujian bending terhadap komposit serat gelas 3
layer (serat sintetis) dalam bentuk chopped strand mat dengan berat yang dilakukan oleh
Diharjo K (2006), diperoleh kekuatan bending 175,25 MPa.
Spesime
n1
Defleksi () (mm)
ISBN: 978-602-72004-0-1
439
b)
Beban (N)
61.76
65.78
63.71
Spesimen
1
Hubungan antara kekuatan bending dan momen bending (Gambar 6) yaitu kekuatan
bending komposit merupakan kekuatan dalam menahan momen bending maksimum. Semakin
besar momen bendingnya, semakin besar pula kekuatan bendingnya. Pada kondisi kegagalan
ini, matrik dan serat sebenarnya masih mampu menahan beban dan meregang yang lebih
besar, tetapi karena ikatan antara serat dan matrik gagal, maka komposit pun mengalami
kegagalan lebih awal. Besarnya regangan dan tegangan ketika gagal juga menjadi lebih
rendah.
Peningkatan kekuatan bending menunjukkan perubahan pada interface antara serat dan
matrik, karena kekuatan komposit adalah gabungan antara kekuatan serat dan matrik, sehingga
akan tergantung dari interface tersebut, semakin baik ikatan serat- matrik maka beban tarik dan
beban bending yang diberikan pada komposit akan terdistribusi pada serat dengan lebih baik.
Orientasi arah sudut peletakan serat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan
bending.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1.
2.
3.
Dapat dibuktikan penggunaan serat ampas tebu yang merupakan limbah dari penggilingan
tebu dapat dimanfaatkan sebagai penguat pada komposit dengan penguraian secara
sederhana. Selain itu, dapat mengetahui proses pembuatan dan pelaksanaan komposit
serat yang diperkuat serat ampas tebu dengan proses pembuatan menggunakan metode
manual (hand lay up). Proses pembuatan komposit secara manual mudah dilakukan tetapi
bila dilakukan tanpa persiapan dan prosedur yang benar dapat mengakibatkan kegagalan
pada hasil akhirnya.
Kekuatan bending dari komposit serat yang dilakukan dalam pengujian dengan parameter
tegangan bending diperoleh nilai rata-rata 59,77 MPa dan modulus elastisitas bending ratarata 4,92 GPa pada prosentase komposisi 60% : 40%. Momen bending komposit serat
rata-rata 420,26 MPa.
Dengan melakukan pembuatan komposit serat yang memanfaatkan limbah serat ampas
tebu sebagai penguatnya menjadi bahan pengganti material. Sangat dimungkinkan
komposit serat dijadikan sebagai pengganti material kompensional yang menggunakan
matriks polyester resin sebagai pengikat komposit serat tersebut.
REFERENSI
Anonim. (2000). Paradigma Baru Bagi Limbah, Harian Kompas 12 Juli.
ASTM. (2002). Annual Book of ASTM Standard. West Conshohocken
Brouwer, W. D. 2000. Natural fibre composites in structural components, alternative for sisal,
On the Occasion of the Joint FAO/CFC Seminar, Rome, Italy.
Holbery, J. dan Houston, D., (2006). Natural-Fiber-Reinforced Polymer Composites in
Automotive Applications, Low-Cost Composites in Vehicle Manufacture, JOM,
November 2006.
Kuncoro Diharjo (2006). Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Sifat Tarik Bahan Komposit Serat
Rami-Polyester. JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No. 1, April 2006: 8 13 Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri: Universitas Kristen Petra.
Van Vlack Lawrence H., (2004). Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material, Edisi 6,
Erlangga, Jakarta.
ISBN: 978-602-72004-0-1
441
Mallick, P.K., (2007). Fiber-reinforced composites : materials, manufacturing, and design 3rd ed.
CRC Press Taylor & Francis Group.
Riedel, U., (1999). Natural fibre reinforced biopolymers as construction materials - new
discoveries, 2nd Int Wood and Natural Fibre Composites Symposium, Kassel, Germany.
ISBN: 978-602-72004-0-1
442