Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7

FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Analisis Kekuatan Bending pada Papan Komposit Serat


Hendri Nurdin
Dosen Prodi Teknik Mesin FT-UNP
hens2tm@yahoo.com
Abstrak
Perkembangan bahan papan komposit merupakan hasil suatu rekayasa perpaduan antara unsur
material menjadi bahan sesuai kebutuhan. Papan komposit tidak hanya dari papan komposit
serat sintetis tetapi juga mengarah ke papan komposit serat natural (alam). Hal ini dikarenakan
keistimewaan sifatnya yang renewable atau terbarukan, sehingga mengurangi gangguan
lingkungan hidup. Penerapan teknologi papan komposit yang menggunakan serat alam
digunakan sebagai aplikasi pada manufaktur sebagai material baru. Sifat mekanik dari papan
komposit tergantung pada sifat-sifat penyusunnya. Jenis serat dan matrik yang digunakan akan
mempengaruhi karakteristik dari sifat akhir papan komposit yang diinginkan. Dalam perancangan
sangat diperhatikan pemilihan bahan dan kekuatan yang sesuai kebutuhan. Penggunaan papan
komposit dalam berbagai pembuatan produk jadi dibutuhkan kekuatan. Dalam penelitian ini
dilakukan kajian kekuatan bending papan komposit serat yang merupakan perpaduan polyester
resin dan serat ampas tebu. Pembuatan papan komposit serat dilakukan dengan metode manual
hand lay up. Perbandingan persentase komposisi dalam pembuatan papan komposit
menggunakan resin 60% dan serat 40%. Pengukuran kekuatan bending papan komposit serat
dilakukan dengan pengujian bending (lentur). Dari penelitian ini diperoleh kekuatan bending dari
papan komposit serat dengan parameter tegangan bending diperoleh nilai rata-rata 59,77 MPa
dan momen bending sebesar 420,26 N.mm, serta modulus elastisitas bending rata-rata 4,92
GPa. Defleksi akibat beban yang diberikan mencapai nilai rata-rata sebesar 11,39 mm. Dengan
melakukan pembuatan papan komposit serat yang memanfaatkan limbah serat ampas tebu
sebagai penguatnya dapat dijadikan bahan pengganti material.
Kata kunci: papan komposit serat, serat ampas tebu, tegangan bending, defleksi
PENDAHULUAN
Penerapan teknologi papan komposit banyak digunakan sebagai aplikasi pada proses
manufaktur sebagai material baru. Material papan komposit mampu menggeser dominasi logam
dalam aplikasi dan struktural. Pemanfaatan papan komposit sudah semakin luas seperti pada
peralatan olah raga, transportasi, peralatan rumah tangga serta equipment dalam teknologi
aerospace. Di Asia khususnya Jepang, pada tahun 2005 sekitar 88% komponen otomotif telah
di daur ulang, sedangkan pada tahun 2015 ditargetkan komponen yang dapat didaur ulang
meningkat menjadi sekitar 95% (Holbery dan Houston, 2006). Keuntungan penggunaan
material papan komposit ini antara lain; rasio antara kekuatan dan densitasnya cukup tinggi
(ringan), murah, dan proses pembuatannya mudah.
Papan komposit yang merupakan suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri dari
dua atau lebih bahan, dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik itu
sifat kimia maupun fisiknya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut (bahan papan
komposit). Papan komposit terdiri dari gabungan antara matrik dan penguat. Penguat yang
berupa serat sangat dominan dalam penggunaan pada material papan komposit. Pertimbangan
pemilihan serat untuk papan komposit sangat dipengaruhi oleh beberapa parameter
diantaranya adalah nilai kekuatan dan kekakuan papan komposit yang diinginkan,
perpanjangan ketika patah, stabilitas termal, ikatan antara serat dan matrik, perilaku dinamik,
perilaku jangka panjang, massa jenis, harga, biaya proses, ketersediaan, dan kemudahan daur
ISBN: 978-602-72004-0-1
435

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

ulang (Riedel, 1999). Penggunaan serat alam (limbah pertanian) sangat dimungkinkan sebagai
penguat pada material papan komposit seperti serat nenas, pisang, enceng gondok, ampas
tebu, dan lain sebagainya.
Serat alam yang memiliki keunggulan, antara lain : non-abrasive, densitas rendah, harga
lebih murah, ramah lingkungan, dan tidak beracun serta mendapatkan perhatian luas dari para
peneliti untuk terus dikembangkan. Konsep kembali ke alam yang mulai dicanangkan untuk
mengatasi kerusakan alam yang semakin tidak terkendali. Permasalahan ini yang perlu
ditanggapi dan dicari solusinya oleh para ahli ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu cara
mengatasinya yaitu dengan memanfaatkannya untuk sesuatu yang berguna diantaranya
pemanfaatan serat alam sebagai bahan penguat papan komposit (papan komposit serat).
Menurut Brouwer (2000), Pemanfaatan serat alam dan material papan komposit berpenguat
serat alam yang merupakan material papan komposit yang ramah lingkungan. Papan komposit
dengan menggunakan serat alam (natural fiber) sangat baik kualitasnya sebab memiliki sifat
mekanis yang baik antara lain kekakuan dan kekuatan tinggi, berat yang ringan, densitas
rendah, dan sebagainya.
Beberapa alasan menggunakan serat alam sebagai penguat komposit, menurut Mallick
(2007), sebagai berikut:
a. Lebih Ramah Lingkungan dan biodegradable, dibandingkan serat sintetis.
b. Berat jnis serat alam lebih kecil.
c. Pada beberapa jenis serat alam mempunyai rasio berat-modulus lebih baik serat E-glass.
d. Komposit serat alam mempunyai daya redam akustik lebih tinggi dibanding komposit serat
glass dan serat karbon.
e. Serat alam lebih ekonomis dibanding serat glass dan serat karbon.
Salah satu contoh serat yang dapat digunakan sebagai penguat pada papan komposit
adalah ampas tebu. Di Indonesia banyak tersedia ampas tebu yang berasal dari pabrik gula
yang sebahagiannya belum termanfaatkan. Dalam industri pengolahan tebu menjadi gula,
ampas tebu yang dihasilkan jumlahnya dapat mencapai 90% dari setiap tebu yang diolah,
sedangkan kandungan gula yang termanfaatkan hanya sebesar 5% (Anonim, 2000). Dengan
dasar inilah ketermanfaatan serat ampas tebu tersebut dilakukan pengembangan proses
teknologi sehingga terjadi diversifikasi pemanfaatan limbah pertanian menjadi penguat pada
papan komposit.
Sifat mekanik dari papan komposit serat tergantung pada sifat-sifat penyusunnya. Jenis
serat dan matrik yang digunakan akan mempengaruhi karakteristik dari sifat akhir papan
komposit yang diinginkan. Papan komposit banyak digunakan sebagai kompone-komponen
pada kenderaan. Sudah tentu komponen ini memiliki kemampuan dan kekuatan yang baik
ketika digunakan. Komponen ini nantinya ketika digunakan pasti akan mengalami berbagai
beban, diantaranya adalah beban lentur.
Sebagaimana kekuatan, kekakuan merupakan faktor desain yang penting, khususnya
dengan adanya kompresif atau gaya tekuk. Rasio modulus elastisitas terhadap densitas atau
E merupakan alat ukur untuk memperbandingkan material dalam desain rekayasa (Van
Vlack, 2004). Serat secara dominan akan menentukan kekuatan dan kekakuan papan
komposit. Semakin kecil ukuran serat, maka akan memberikan perekatan dan kekuatan yang
semakin baik, karena rasio antara permukaan dan volume serat semakin besar (Riedel, 1999).
Permasalahan sekarang ini adalah bagaimana mendapatkan papan komposit serat yang
ISBN: 978-602-72004-0-1
436

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

memiliki kemampuan dalam mengatasi beban lentur (bending) ketika digunakan sebagai bahan
baku pembuatan komponen.
Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa pemanfaatan serat tebu melalui pendekatan
teknologi merupakan usaha untuk lebih meningkatkan nilai guna baik dari segi pemanfaatannya
maupun ekonominya. Dalam mewujudkan pemanfaatan serat tebu sebagai penguat pada
papan komposit yang memiliki karakteristik yang baik bila digunakan sebagai bahan baku
pembuatan komponen. Dengan demikian diperlukan suatu kajian analisis mengenai kekuatan
bending papan komposit berpenguat serat ampas. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui nilai
kekuatan bending papan komposit serat dan mengetahui pemanfaatan limbah ampas tebu
dalam penggunaannya sebagai papan komposit serat.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa bahan untuk dijadikan material papan komposit.
Sebagai matriksnya dipilih polyester resin dan serat ampas tebu sebagai penguat. Serat ampas
tebu yang digunakan diperoleh dari limbah sisa penggilingan air tebu.
Papan komposit berpenguat serat ampas tebu yang pada pembuatannya dilakukan
dengan proses metode hand lay-up. Dalam pembuatannya dilakukan perbandingan persentase
fraksi volum antara matriks (resin) dan penguat (serat). Fraksi volume serat (volume fraction
fiber) yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 40% pada kondisi optimum. Perbandingan
prosentase resin dan serat yang digunakan adalah 60% : 40% dan dicetak berbentuk plat
persegi lembaran. Dalam pencetakan papan komposit dilakukan pada cetakan kaca yang rata.
Perbandingan prosentase ini diperoleh dari fraksi berat antara resin dan serat. Proses
pencetakan plat ini membutuhkan waktu penahan sampai terjadi penggabungan yang
homogen. Selanjutnya di bentuk menjadi spesimen uji bengkok (bending test) sesuai standard
ASTM D-790. Bentuk Spesimen uji bengkok (bending) berupa plat persegi panjang dengan
dimensi dan geometri seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Pada Gambar 2 merupakan
spesimen uji bengkok (bending) bahan papan komposit serat yang dibuat dan disesuaikan
dengan standar ASTM D-790.
4 mm

15 mm
150 mm
Gambar 1. Geometri dan Dimensi Spesimen Uji Bending ASTM D-790

Gambar 2. Spesimen Uji Bending Bahan Komposit Serat


ISBN: 978-602-72004-0-1
437

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Spesimen Uji
Bentuk Plat

Dudukan Spesimen Uji


Gambar 3. Set-up Alat pada Uji Tekuk (Bending)
Spesimen papan komposit yang telah dibentuk sesuai standard uji kemudian dilakukan uji lentur
(bending). Pengukuran tegangan lentur pada spesimen papan komposit serat memperlihatkan
suatu hubungan antara gaya yang bekerja dengan jarak terhadap bidang penampang yang
menahan gaya tersebut sehingga defleksi papan komposit juga dapat dihitung.
Dalam pengujian bending ini dapat diamati pada spesimen uji dimana pada permukaan
bagian atas plat specimen terjadi tekanan dan pada permukaan bagian bawah terjadi tarikan.
Kondisi pengujian menyatakan bahwa pada bagian atas terlebih dahulu terjadi retak (crack)
terhadap matrik kemudian disusul perambatan retak (crack propagation) pada serat sampai
menuju permukaan bagian bawah spesimen uji. Dengan demikian kegagalan spesimen uji
bending dinyatakan ketika terjadi putus (terlepasnya) ikatan antar muka antara matrik dan serat
pada komposit serat. Setup alat uji pada pengujian bending disesuaikan dengan dudukan
spesimen. Pada Gambar 3 susunan set-up alat pemegang spesimen uji tekuk/lentur (Bending).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kekuatan bending dari komposit berpenguat serat
ampas tebu dengan perbandingan prosentase fraksi volum antara 60% matriks dan 40%
penguat. Fraksi volum yang dibuat pada komposit serat dikalkulasi dengan fraksi beratnya.
Proses pembuatan papan komposit serat dilakukan dengan metode hand lay up perbandingan
prosentase perpaduan tersebut di buat komposit berbentuk plat, yang selanjutnya dibentuk
spesimen uji bending sesuai ASTM D-790. Penelitian yang dilakukan memberikan informasi
hasil pengujian sifat mekanik dari material komposit serat.
Tabel 1. Hasil Pengujian Bending
Perbandingan
Fraksi
Volume
Resin
(Vm)
(%)

Serat
(Vf)

Tegangan
Spesimen

Beban

Defleksi

(F)

()

(N)

(mm)

Bending

( b )
(MPa)

(%)

ISBN: 978-602-72004-0-1
438

Momen
Bending
(Mb)
(N.mm)

Modulus
Elastisitas
Bending
(Eb)
(GPa)

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

60

40

61,76

10,76

57,90

430,48

5,04

II

65,78

12,21

61,67

404,05

4,74

III

63,71

11,21

59,73

426,25

4,99

11,39

59,77

420,26

4,92

Rata-Rata

Dari pengujian bending yang dilakukan menunjukkan nilai tegangan bending (lentur) rata-rata
dari spesimen uji. Beberapa spesimen uji yang diberi beban lentur hanya diambil tiga sampel uji
yang memiliki nilai yang mendekati. Kemudian dilakukan pengolahan data dengan perhitungan
sehingga diperoleh hasil seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1. Dari tabel 1 dihasilkan nilai
tegangan bending rata-rata sebesar 59,77 MPa dan momen bending yang terjadi rata-rata
sebesar 420,26 N.mm. Tetapi defleksi akibat beban yang diberikan dapat mencapai nilai ratarata

Tegangan Bending (b) (MPa)

sebesar 11,39 mm. Dari kondisi ini terlihat bahwa kemampuan lentur dari komposit serat cukup
besar dimana komposit serat memiliki sifat getas (britlle) yang tergambar dari grafik ujinya yaitu
tifikal linier (Gambar 4, dan 5). Kekuatan bending komposit yang diperkuat serat alam lebih
rendah dari kekuatan bending komposit yang diperkuat serat sintetis. Dari penelitian yang
dilakukan jika dibandingkan dengan hasil pengujian bending terhadap komposit serat gelas 3
layer (serat sintetis) dalam bentuk chopped strand mat dengan berat yang dilakukan oleh
Diharjo K (2006), diperoleh kekuatan bending 175,25 MPa.

Grafik Hubungan Tegangan Bending (b) (MPa)


Terhadap
Defleksi () (mm) Pada Perbandingan Resin 60%
- Serat 40%
Spesimen3,2,
Spesimen
Spesimen
1,61.67
12.22,59.73
11.22,
10.76, 57.91

Spesime
n1

Defleksi () (mm)

Gambar 4. Grafik Hubungan Defleksi () Terhadap Tegangan Bending

ISBN: 978-602-72004-0-1
439

b)

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Beban (N)

61.76

65.78
63.71

Spesimen
1

Defleksi (d) (mm)


Gambar 5. Grafik Hubungan Defleksi () Terhadap Beban (F)

Gambar 6. Grafik Hubungan Defleksi () Terhadap Momen Bending


Pada komposit yang diperkuat dengan serat, ikatan antara serat dan matrik kurang
sempurna karena terhalang oleh adanya lapisan lignin yang menyerupai lilin di permukaan
serat. Dengan demikin diperlukan adanya perlakuan (treatment) terhadap serat. Dengan
perlakuan dapat menghilangkan atau melarutkan lapisan yang menyerupai lilin di permukaan
serat, seperti lignin, hemiselulosa, dan kotoran lainnya. Dengan hilangnya lapisan lilin ini maka
ikatan antara serat dan matrik menjadi lebih kuat, sehingga kekuatan bending komposit serat
kemungkinan menjadi lebih besar.Akibat pengujian bending, bagian atas spesimen mengalami
tekanan dan bagian bawah mengalami tarikan. Kekuatan tekan komposit sisi atas lebih tinggi
dibanding kekuatan tariknya di sisi bawah. Kegagalan yang terjadi akibat uji bending komposit
yaitu mengalami patah pada bagian bawah karena tidak mampu menahan beban tarik.
ISBN: 978-602-72004-0-1
440

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Hubungan antara kekuatan bending dan momen bending (Gambar 6) yaitu kekuatan
bending komposit merupakan kekuatan dalam menahan momen bending maksimum. Semakin
besar momen bendingnya, semakin besar pula kekuatan bendingnya. Pada kondisi kegagalan
ini, matrik dan serat sebenarnya masih mampu menahan beban dan meregang yang lebih
besar, tetapi karena ikatan antara serat dan matrik gagal, maka komposit pun mengalami
kegagalan lebih awal. Besarnya regangan dan tegangan ketika gagal juga menjadi lebih
rendah.
Peningkatan kekuatan bending menunjukkan perubahan pada interface antara serat dan
matrik, karena kekuatan komposit adalah gabungan antara kekuatan serat dan matrik, sehingga
akan tergantung dari interface tersebut, semakin baik ikatan serat- matrik maka beban tarik dan
beban bending yang diberikan pada komposit akan terdistribusi pada serat dengan lebih baik.
Orientasi arah sudut peletakan serat memberikan pengaruh terhadap peningkatan kekuatan
bending.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1.

2.

3.

Dapat dibuktikan penggunaan serat ampas tebu yang merupakan limbah dari penggilingan
tebu dapat dimanfaatkan sebagai penguat pada komposit dengan penguraian secara
sederhana. Selain itu, dapat mengetahui proses pembuatan dan pelaksanaan komposit
serat yang diperkuat serat ampas tebu dengan proses pembuatan menggunakan metode
manual (hand lay up). Proses pembuatan komposit secara manual mudah dilakukan tetapi
bila dilakukan tanpa persiapan dan prosedur yang benar dapat mengakibatkan kegagalan
pada hasil akhirnya.
Kekuatan bending dari komposit serat yang dilakukan dalam pengujian dengan parameter
tegangan bending diperoleh nilai rata-rata 59,77 MPa dan modulus elastisitas bending ratarata 4,92 GPa pada prosentase komposisi 60% : 40%. Momen bending komposit serat
rata-rata 420,26 MPa.
Dengan melakukan pembuatan komposit serat yang memanfaatkan limbah serat ampas
tebu sebagai penguatnya menjadi bahan pengganti material. Sangat dimungkinkan
komposit serat dijadikan sebagai pengganti material kompensional yang menggunakan
matriks polyester resin sebagai pengikat komposit serat tersebut.

REFERENSI
Anonim. (2000). Paradigma Baru Bagi Limbah, Harian Kompas 12 Juli.
ASTM. (2002). Annual Book of ASTM Standard. West Conshohocken
Brouwer, W. D. 2000. Natural fibre composites in structural components, alternative for sisal,
On the Occasion of the Joint FAO/CFC Seminar, Rome, Italy.
Holbery, J. dan Houston, D., (2006). Natural-Fiber-Reinforced Polymer Composites in
Automotive Applications, Low-Cost Composites in Vehicle Manufacture, JOM,
November 2006.
Kuncoro Diharjo (2006). Pengaruh Perlakuan Alkali terhadap Sifat Tarik Bahan Komposit Serat
Rami-Polyester. JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 8, No. 1, April 2006: 8 13 Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri: Universitas Kristen Petra.
Van Vlack Lawrence H., (2004). Elemen-Elemen Ilmu dan Rekayasa Material, Edisi 6,
Erlangga, Jakarta.
ISBN: 978-602-72004-0-1
441

Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7


FPTK Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 13 sd.14 November 2014

Mallick, P.K., (2007). Fiber-reinforced composites : materials, manufacturing, and design 3rd ed.
CRC Press Taylor & Francis Group.
Riedel, U., (1999). Natural fibre reinforced biopolymers as construction materials - new
discoveries, 2nd Int Wood and Natural Fibre Composites Symposium, Kassel, Germany.

ISBN: 978-602-72004-0-1
442

Anda mungkin juga menyukai