Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TK Dharmawanita Reno Kenongo // SDN Reno Kenongo I (Pernah Mengikuti Pramuka dan
PMR) SMPN 2 Jabon (Mengikuti Taekwondo dan Volly) // SMAN 1 Porong (Paskibraka) //
Universitas Negeri Jember FKIP Pendidikan Ekonomi (Organisasi yang diikuti yaitu
Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi LIBRA, KOPMA Pendidi kan Ekonomi dan
JURNAL Pendidikan Ekonomi)
Beranda
Rabu, 01 Juli 2015
pembelajaran yang dilalui, maka nilai tidak akan muncul dengan sendirinya.
Jadi, proses belajar menentukan hasil akhir. Semua siswa pasti memiliki
pemahaman tersendiri terhadap fenomena kehidupan yang ia laluinya,
sehingga dalam merekonstruksi pengetahuan dengan pengalaman, maka
hasilnya pun berbeda-beda. Dalam teori konstruktivisme, siswa dianggap aktif,
sehingga guru tidak perlu lagi memberikan rangsangan kepada siswanya
untuk melakukan pembelajaran, namun guru dapat memberikan contoh kasus
dalam suatu kelas, lalu siswa diberi kesempatan untuk melakukan diskusi,
sehingga di dalam kelas tersebut akan muncul perdebatan-perdebatan, karena
pemikiran masing-masing anak berbeda, sesuai dengan pengetahuannya
masing-masing. Guru mengarahkan dari permasalahan yang kecil hingga yang
besar sekalipun, namun siswa tetap akan terkontrol, sebab tugas guru
mendidik siswa untuk memperoleh pandangan dari yang kecil, hingga yang
kompleks. Pemikiran-pemikiran siswa dalam suatu kelas menjadi dinamis,
sebab realita dalam kehidupan berbeda-beda sesuai waktunya, juga mereka
memiliki pengalaman tersendiri tentang sesuatu hal, sehingga pemikirannya
berbeda-beda. Setiap siswa memiliki skema tersendiri tentang apa yang
menjadi pengalamannya, sehingga guru hanya mentransferkan ilmu atau
pengetahuan yang bersifat umum aja, selebihnya siswa yang harus aktif
mencari pengetahuan yang sifatnya khusus, tentunya dengan pengalaman
dalam kehidupannya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif
dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru. Proses asimilasi
yang terjadi dalam kelas tentang pengetahuan merupakan pengetahuanpengetahuan siswa yang berbeda yang diperdebatkan atau didiskusikan
dalam kelas, nantinya akan muncul pemahaman baru, tidak menerapkan
pemahaman salah satu dari pengalaman salah satu siswa, melainkan dari
pengalaman siswa yang dibicarakan atau didiskusikan akan tercipta
pengalaman yang baru, sehingga apabila diintegrasikan dengan pengetahuan,
maka hasil pembelajaran baru akan tercipta. Demikian pula dengan
akomodasi, apabila dalam suatu kelas terdapat perbedaan pandangan, itu
memang sudah pasti, mengingat pengalaman siswa yang berbeda, serta
siswa bersifat unik, maka peran guru untuk menyatukan pandangan berbeda
tersebut, adalah menengahi antara perbedaan-perbedaan yang ada, sehingga
antara siswa tidak merasa dirinyalah yang benar, sedangkan yang lainnya
salah.
Teori taksonomi Bloom yang disusun berdasarkan teori behaviorisme tetap
dikembangkan di era pembelajaran berbasis kontruktivisme saat ini karena
dalam teori kontruktivisme, pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif dimana terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru, sedangkan pada
teori taksonomi Bloom, terdapat tiga pilar yang menjadi titik fokus dalam
cara berbicara (harus tegas, lembut, sopan dan santun), serta cara
jalan yang tidak melenggak-lenggok, namun harus dengan penuh
kewibawaan. Dengan perannya sebagai konservator, guru sekaligus
menjadi innovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikaji dalam sistem pembelajaran itu. Jadi, guru
bertugas bukan hanya memelihara sistem nilai tetapi juga
mengembangkannya kepada tataran yang lebiih luas dan lebih maju.
Guru harus mampu meningkatkan hasrat belajar para peserta didik,
sehingga dalam pembelajaran, peserta didik tidak merasa terpaksa
dalam belajar, melainkan karena senang yang menjadi hobi serta
kebutuhan yang harus dipenuhi;
2) sebagai transmitor (penerus) sistem nilai-nilai yaitu guru selayaknya
meneruskan sistem nilai-nilai tersebut kepada peserta didik. Karena
guru seharusnya mewariskan sistem nilai-nilai tersebut kepada
generasi selanjutnya yang akan melanjutkan sistem nilai yang telah
ada. Apa yang dianggap baik, perlu diterapkan, agar peserta didik
dalam melakukan segala hal berlandaskan pada kebenaran yang
dianut oleh masyarakat. Guru harus meneruskan sistem nilai, karena
kesinambungan sistem nilai itu merupakan bagian dari pelaksanaan
sistem pendidikan. Sistem pendidikan nasional (sisdiknas)
menyangkut sistem nilai yang relevan dengan kehidupan di
masyarakat, yang harus ditransferkan oleh guru terhadap peserta
didik;
3) sebagai transformator (penerjemah) sistem nilai-nilai seperti yang
sudah disebutkan, bahwa dalam sisdiknas, penyaluran sistem nilai
merupakan saatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam dunia
pendidikan. untuk itu, peran guru sebagai penerjemah
(transformator) bertugas menerjemahkan sistem-sistem nilai tersebut
melalui penjelmaan dalam pribadi dan perilakunya. Lewat proses
interaksinya dengan peserta didik diharapkan pula sistem-sistem
nilai tersebut menjelma dalam pribadi peserta didiknya. Memberi
contoh yang baik, misalnya dalam berbicara untuk menyampaikan
materi di depan kelas, harus dengan kata-kata yang baik, misalnya
tidak menyindir perbedaan ras, agama, suku dan antar etnis, karena
memang dalam masyarakat tumbuh berbagai perbedaan, hal itu
memang wujud cerminan dari hakikat manusia yang memiliki sifat
unik, dengan begitu dengan tidak menyindir tentang SARA, peserta
didik akan merasa sama, tidak ada perbedaan perlakuan, walaupun
mereka memiliki latar belakang yang berbeda;
4) sebagai perencana (planner) seperti guru berperan mempersiapkan
sebagai fasilitator guru bertugas menyediakan kemudahankemudahan belajar bagi siswa, seperti memberikan informasi tentang
cara belajar yang efektif, menyediakan buku sumber yang cocok,
memberikan pengarahan dalam pemecahan masalah dan
pengembangan diri peserta didik. Guru menjadi fasilitator, tidak
selamanya guru hanya bertugas memberi pengetahuan, namun
11)
Jawab :
Dalam kegiatan penyusunan perangkat pembelajaran Sering dijumpai
istilah bahan ajar ataupun sumber belajar, sepintas kedua istilah tersebut
sering di anggap memiliki pengertian yang sama. Terdapat dua istilah yang
sering digunakan untuk maksud yang sama namun sebenarnya memiliki
pengertian yang sedikit berbeda,. Untuk itu, maka berikut ini akan dijelaskan
terlebih dahulu tentang pengertian sumber belajar dan bahan ajar. Istilah
sumber belajar (learning resource), umumnya yang diketahui hanya
perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Padahal secara tidak terasa
apa yang mereka gunakan, dan benda tertentu adalah termasuk sumber
belajar. Sumber belajar ditetapkan sebagai informasi yang disajikan dan
disimpan dalam berbagai bentuk media, yang dapat membantu siswa dalam
belajar sebagai perwujudan dari kurikulum. Bentuknya tidak terbatas apakah
dalam bentuk cetakan, video, format perangkat lunak atau kombkombinasi
dari berbagai format yang dapat digunakan oleh siswa ataupun guru. Sumber
belajar memiliki beberapa jenis yaitu lingkungan atau tempat, benda, orang,
bahan, dan buku. Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat
disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu
guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang
dimaksud bisa berupa Bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.Bahan ajar
atau teaching-material, terdiri atas dua kata yaitu teaching atau mengajar dan
material atau bahan. Dalam pengerian lain bahan ajar merupakan seperangkat
materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang disusun secara
sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan siswa
dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara
utuh dan terpadu. Beberapa macam Bahan ajar yaitu :
1. Media tulis,
2. Audio visual, elektronik, dan
3. Interaktif terintegrasi yang kemudian disebut sebagai medienverbund
(bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.
6. jelaskan metode metode yang dapat mengaktifkan siswa ?
Jawab :
Banyak metode yang dapar mengaktifkan siswa salah satunya adalah
1. Metode ceramah, Ceramah merupakan metode belajar tradisional di
pemecahan masalah. Secara garis besar prosedurnya yaitu stimulasiperumusan masalah-pengumpulan data-analisis data-verifikasigeneralisasi. Pada penerapan metode ini terjadi proses mental di
mana murid mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip.
Yang dimaksud dengan proses mental adalah mengamati, mencerna,
mengerti,
menggolongkan,
membuat
mengukur, membuat kesimpulan.
dugaan,
menjelaskan,
mana murid diberi kesempatan belajar secara aktif dan guru dapat
mengenal dan menguasai cara belajar secara unit.
Dari beberapa metode di atas, kita dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajar. Semua metode memiliki kekurangan dan kelebiha tersendiri.
Maka untuk mengefektifkan hal tersebut kita bisa menggabungkan antara 2
atau 3 metode sekaligus dalam pengajaran yang dilakukan. Dengan hal
tersebut kita dapat atau lebih bisa mengaktifkan para siswa.
7. Apa yang kamu ketahui tentang kurikulum 2013 dan mengapa kurikulum selalu
berubah? Jelaskan menurut pendapat anda !
Jawab :
Kurikulum 2013 merupakan
menekankan pada aspek afektif
8. Menurut anda apa keuntungan yang diperoleh jika mempunyai soft skill ?
Jawab :
Soft skill merupakan tingkah laku personal dan interpersonal
yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui
pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan keputusan
lainnya. Keterampilan lunak ini merupakan modal dasar peserta didik untuk
berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing. Keuntungan
yang diperoleh apabila seseorang memiliki soft skill yaitu :
1) dapat berpartisipasi dalam tim
dalam suatu tim atau organisasi apabila mengadakan pertemuan
atau rapat, maka akan menyumbangkan fikirannya walaupun
keputusan akhirnya tidak menggunakan ide yang diberikannya
Misalnya
karyawan
foto
kopi,
apabila
ada
yang
mau
memfotokopi, tapi file nya ada di flash disk, akan difotokopi dalam
lembaran yang berwarna (memakai printer) dan lembaran hitam
putih, (menggunakan mesin fotokopi). Ia telah mengatahui mana
yang akan bekerja cepat dan mesin yang bekerja lambat. Untuk itu ia
mengambil keputusan berdasarkan keterampilan yang dimilikinya,
yaitu mencetak yang berwarna terlebih dahulu, lalu yang hitam
putih, karena untuk mencetak yang hitam putih relatif lebih cepat
dibanding yang berwarna-warni;
9) berhubungan dengan orang lain
orang yang memiliki keterampilan berbicara, maka ia akan
berfikir dua kali apabila akan berbicara dengan orang lain agar tidak
menyinggung orang yang diajak atau menjadi lawan bicaranya;
10) menjaga berarti percakapan (basa-basi)
untuk menjaga agar percakapan tidak vacum, maka seseorang
yang memiliki soft skill akan mengajak lawan berbicaranya
berbicara apa saja, walaupun hanya basa-basi, tidak terlalu penting
untuk dibicarakan, ada saja yang dijadikan topik untuk dibicarakan;
11) menjaga percakapan bermakna (diskusi / perdebatan)
apabila dalam suatu diskusi/perdebatan, seseorang yang memiliki
soft skill akan mudah menengahi perdebatan dengan sesuatu yang
lebih berguna, misalnya apabila anggota diskusi sudah berada pada
puncak penyelesaian diskusi, ia akan memanbahkan beberapa data
yang mendukung untuk penutupan diskusi;
12) menetralkan argumen dengan waktu, petunjuk dan sopan, bahasa
singkat
karena kepandaian menjaga ucapan, seseorang tersebut tidak
akan mudah tersulut emosi dalam beradu argumen, walaupun ia
benar, sedang lawannya salah, untuk meredam emosi, ia akan
berusaha menenangkan diri sendiri baru setelah itu menjelaskan
pelan-pelan kepada lawan bicara; dan
13) berpura-pura minat dan berbicara dengan cerdas tentang topik
apapun
karena dianggap lihai dalam berkata-kata, dalam keadaan capek
seperti apapun, apabila dilakukan diskusi lagi, ia akan menampakkan
keminatannya untuk melakukan diskusi lebih lanjut, demi untuk
menjaga kondisi dalam ruangan tersebut kondusif.
9. Bagaimana cara mengembangkan soft skill dalam pembelajaran ?
Jawab :
Softskill bisa didapatkan melalui pelatihan atau pengembangan
kepribadian yang dimulai dari diri sendiri. Karena soft skills ini tidak hanya
bermanfaat dalam lingkungan kerja, namun bermanfaat dalam menghadapi
kehidupan bermasyarakat. Tanyakan pada diri Anda sendiri, apa kemampuan
ini sudah ada dalam diri atau masih perlu dilatih lagi?. Berikut ini adalah
beberapa cara untuk meningkatkan kemampuan soft skills :
1. Menjadi bagian dari suatu organisasi, untuk belajar menghargai orang lain
2. Minta pada salah seorang anggota keluarga untuk meneliti kepribadian
Anda dan menulis sisi baik dan buruk kepribadian Anda
3. Berusaha mengatur waktu dengan lebih baik
4. Berlatih menghadapi kritik
5. Berlatih cara memberi kritik dengan positif
6. Berusaha untuk hidup dengan lebih baik
Ada juga beberapa cara yang mudah untuk meningkatkan interpersonal skill,
karena bagaimanapun manusia pastinya akan berhubungan dengan manusia
lainnya, yaitu :
1. Tersenyum, untuk meningkatkan energi positif.
2. Menghargai orang lain
3. Belajar mendengarkan orang lain
4. Berkomunikasi dengan jelas
5. Penuhi diri dengan rasa humor
6. Jangan sering mengeluh
Soft skills ini menjadi salah satu kunci kesuksesan di lingkungan kerja
maupun masyarakat. Dengan kemampuan soft skills yang baik, tentunya akan
dapat mendatangkan kebaikan dan membuat seseorang dapat lebih menonjol
di lingkungan. Daripada katakanlah seseorang yang pandai secara
akademis,namun tidak mau menghargai orang lain. DI era globalisasi dan
teknologi seperti ini, tampaknya keramahan dan pengertian masih menjadi
faktor utama, yang menjadikan manusia tetap menjadi manusia yang
sesungguhnya.
seimbang antara belajar yang berpikir (kognitif) dan perilaku belajar yang
merasa (afektif). Jadi unsur integrasi cenderung semakin hilang, yang terjadi
adalah disintegrasi. Padahal belajar tidak hanya berfikir. Sebab ketika orang
sedang belajar, maka orang yang sedang belajar tersebut melakukan berbagai
macam kegiatan, seperti mengamati, membandingkan, meragukan, menyukai,
semangat dan sebagainya.
Masalah kedua adalah sistempendidikanyang top-down (dari atas ke
bawah) atau kalau menggunakan istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik
dari Amerika Latin) adalahpendidikangaya bank. Sistempendidikanini sangat
tidak membebaskan karena para peserta didik (murid) dianggap manusiamanusia yang tidak tahu apa-apa Jadi hubungannya adalah guru sebagai
subyek dan murid sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan
karena sangat menindas para murid.
Yang ketiga, dari modelpendidikanyang demikian maka manusia yang
dihasilkan pendidikan ini hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan
bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek (yang
adalah wujud dari dehumanisasi) merupakan fenomena yang justru bertolak
belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercerabut dari akarakar budayanya (seperti di dunia Timur/Asia)
berkaitan
dengan
sistem pendidikan.
Seperti
diketahui
1 komentar:
achank bahrudin 24 Oktober 2016 10.42
terima kasih sangat membantu, silahkan kunjungi http://jendeladunia-mu.blogspot.co.id/
kumpulan makalah seputar dunia pendidikan
Balas