Anda di halaman 1dari 12

pemetaan sederhana dengan menggunakan kompas dan pita

ukur
LAPORAN PRAKTIKUM HANDASAH
ACARA 1
PEMETAAN SEDERHANA MENGGUNAKAN KOMPAS DAN PITA UKUR

Oleh
1. Agus Susanto/ 1305963
2. Yelid putrid Submela
3. afri yusmawardi/1305967
4.Dela Oktaviani Chandra/1305965
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
I.

JUDUL LAPORAN : Pengukuran Sederhana Menggunakan Alat Kompas dan


Pita Ukur

II.

TUJUAN

: - melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan

kompas dan pita ukur untuk pemetaan sederhana.


-

Melatih

keterampilan

mahasiswa

dalam

menentukan

sudut

azimuth

dengan

menggunakan kompas bidik.


-

Melatih mahasiswa dalam mengukur jarak dengan menggunakan pita ukur

Melatih keterampilan mahasiswa dalam membuat peta sederhana hasil pengukuran di


kertas millimeter.

III.

ALAT DAN BAHAN : 1. Kompas


2. pita ukur (meteran)
3. patok
4. cat pilok
5. alat tulis dan gambar ( penggaris, busur derajat,
penghapus, kertas millimeter).

IV.

DASAR TEORI

1. Pita ukur
Pita ukur disebut juga sebagai meteran atau tape atau bisa disebut juga sebagai rol meter adalah
alat yang digunakan untuk mengukur jarak atau panjang. Meteran juga berguna untuk mengukur
sudut, membuat sudut siku-siku, dan juga dapat digunakan untuk membuat lingkaran. Satuan
yang digunakan dalam meteran adalah mm atau cm, feet tau inch. Pita ukur atau meteran tersedia
dalam ukuran panjang 10 meter, 15 meter, 30 meter sampai 50 meter. Pita ukur biasanya dibagi
pada interval 5 mm atau 10 mm.
Ada tiga jenis meteran atau pita ukur yaitu :
1. Meteran atau pita ukur dari kain ( Metalic Cloth ) yaitu meteran atau pita ukur ini terbuat dari
kain linen dan anyaman kawat halus yang terbuat dari tembaga atau kuningan.
2. Meteran atau pita ukur baja ( Steel Tape ) yaitu meteran atau pita ukut ini terbuat dari bahan
baja.

3. Meteran atau pita ukur baja aloy ( Stell Alloy ) yaitu meteran atau pita ukur ini terbuat dari
bahan campuran antara baja dan nikel.
Gambar Meteran :
2. Kompas
Kompas adalah sebuah alat dengan komponen utamanya jarum dan lingkaran berskala. Salah
satu ujung jarumnya dibuat dari besi berani atau magnit yang ditengahnya terpasang pada suatu
sumbu, sehinngga dalam keadaan mendatar jarum magnit dapat bergerak bebas ke arah
horizontal atau mendatar menuju arah utara atau selatan.
Berikut ini adalah arah mata angin yang dapat ditentukan kompas.

Utara (disingkat U atau N)

Barat (disingkat B atau W)

Timur (disingkat T atau E)

Selatan (disingkat S)

Barat laut (antara barat dan utara, disingkat NW)

Timur laut (antara timur dan utara, disingkat NE)

Barat daya (antara barat dan selatan, disingkat SW)

Tenggara (antara timur dan selatan, disingkat SE)


Kompas yang lebih baik dilengkapi dengan nivo, cairan untuk menstabilkan gerakan jarum dan

alat pembidik atau visir.

Kegunaan
Kompas dipakai dengan posisi horizontal sesuai dengan arah garis medan magnet bumi.
Dalam memakai kompas, perlu dijauhkan dari pengaruh benda-benda yang mengandung logam,
seperti pisau, golok, karabiner, jam tangan dan lainnya. Kehadiran benda-benda tersebut akan
mempengaruhi jarum kompas sehingga ketepatannya akan berkurang.
Kegunaan utama atau yang umum dari kompas adalah untuk menentukan arah mata angin
terutama arah utara atau selatan sesuai dengan magnit yang digunakan. Kegunaan lain yang juga
didasarkan pada penunjukkan arah utara atau selatan adalah (1) penentuan arah dari satu
titik/tempat ke titik/tempat lain, yang ditunjukkan oleh besarnya sudut azimut, yaitu besarnya
sudut yang dimulai dari arah utara atau selatan, bergerak searah jarum jam sampai di arah yang

dimaksud, (2) mengukur sudut horizontal (3) membuat sudut siku-siku.(4) untuk menentukan
letak orientasi. (5) mencari arah utara magnetis.(6) Untuk mengukur besarnya sudut peta
Jenis Kompas
Secara garis besar dapat dikelompokan kedalam 2 jenis, yaitu :
(1). Kompas tangan, yaitu kompas yang pada saat digunakan cukup
dipegang dengan tangan
(2). Kompas statif, yaitu kompas yang pada saat digunakan perlu dipasang
pada kaki tiga atau statif. Salah satu contoh kompas ini adalah kompas
Bousol.
3. Patok
Patok dalam pekerjaan pemetaan digunakan sebagai penanda titik yang akan dan telah
diukur. Misalnya batas kapling tanah, tanah batas jalan, batas kebun dan lain-lain. Patok ini biasa
terbuat dari bambu atau kayu ukuran 30-40 cm. Ujung patok dibuat runcing untuk memudahkan
dalam pemasanga diatas tanah. Tapi patok yang kami gunakan adalah salah satu teman kami
menggantikan patok kayu.
4. Cat Pilok
Cat pilok adalah pewarna koloid yang digunakan untuk menendai daerah yang telah dibidik
dengan kompas dan diukur dengan pita ukur.
5. Alat tulis dan gambar
Penggaris digunakan mengukur dan menggaris peta di kertas millimeter, busur derajat
digunakan untuk mengukur dan meletakan titik sudut dilapangan ke kertas millimeter, penghapus
digunakan untuk mengahapus, dan kertas melimetaer digunakan untuk menggambarkan peta
yang dila[pangan ke kertas millimeter.

V.

CARA KERJA

Metode pengukuran yang digunakan adalah metode pengukuran langsung di lapangan


(teristis) dengan menggunakan kompas dan pita ukur.
Metode Pengukuran
a.

Pengukuran sudut
Pengukuran sudut di lapangan dengan menggunakan kompas, jadi besaran sudut selalu dimulai
dari arah kutub magnet bumi yaitu arah utara dan selatan. Kompas yang digunakan adalah
kompas yang memakai sistem Azimuth dengan sudut total 360o.
Cara Menggunakan Kompas Bidik adalah sebagai berikut.

1. Buka tutup kompas dan posisikan tutupnya hingga tegak lurus


2. Tarik cincin untuk jempol.
3. Masukan ruas pertama jempol kanan ke dalam cincin tersebut.
4. Telunjuk sejajar dan memegang penutup yang berdiri tegak, jari-jari lain memegang penutup
kompas.
5. Lengan lurus ke depan.
6. Bisa juga meletakan kompas pada tongkat statis.
7. Dekatkan kompas ke depan mata.

8. Untuk mencari tanda/titik yang dijadikan patokan dalam membidik pilih benda yang jauh tetapi
jelas terlihat dan tidak terhalang, hasil bidikan angkanya bisa dilihat pada kompas.
misalnya angka 40 maka di sebut azimut 40
9. Kemudian bergerak menuju titik yang telah di bidik oleh kompas tadi.
10. Setelah sampai di titik yang dituju kemudian bidik titik berikutnya, demikian seterusnya secara
berulang.
Kompas bidik memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

1. Dial, adalah permukaan Kompas dimana tertera angka derajat dan huruf mata angin.
2. Visir, adalah lubang dengan kawat halus untuk membidik sasaran.
3. Kaca Pembesar, digunakan untuk melihat derajat Kompas.
4. Jarum Penunjuk adalah alat yang menunjuk Utara Magnet.
5. Tutup Dial dengan dua garis bersudut 45o yang dapat diputar.
6. Alat Penyangkut adalah tempat ibu jari untuk menopang Kompas saat membidik.

Azimuth Dan Back Azimuth


Azimuth adalah sudut antara satu titik dengan arah utara dari seorang pengamat.
Azimuth disebut juga sudut kompas. Bila kita berjalan dari satu titik ke titik lain dengan sudut
kompas tetap (potong kompas), maka harus diusahakan agar lintasan perjalanan berupa satu garis
lurus. Untuk itu digunakan tehnik Back Azimuth.
Setelah titik-titik pengamatan yang akan diukur ditentukan dan ditandai dengan
penancapan patok,maka kompas diarahkan dari titik awal ke titik pengamatan berikutnya,
sehingga arah ( besar sudutnya ) dapat diketahui.

b. Pengukuran jarak
Cara menggunakan alat ini relatif sederhana, cukup dengan merentangkan meteran ini
dari ujung satu ke ujung lain dari objek yang diukur. Namun demikian untuk hasil yang lebih
akurat cara menggunkan alat ini sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
a. Lakukan oleh 2 orang
b. Seorang memegang ujung awal dan meletakan angka nol meteran di titik yang pertama
c. Seorang lagi memegang rol meter menuju ke titik pengukuran lainnya, tarik meteran selurus
mungkin dan letakan meteran di titik yang dituju dan baca angka meteran yang tepat di titik
tersebut.

Pada pengukuran jarak, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan yaitu :
Pita ukur harus diregangkan dan tidak boleh kendur.
Jarak yang diukur adalah jarak mendatar bukan mengikuti garis kontur.
Jika panjang pita ukur tidak mencukupi panjang jarak yang diukur, maka teknik pelurusan diatas
dapat digunakan.
Setelah mengukur besarnya sudut antar titik kemudian ukur jarak kedua titik tersebut. Maka
gunakan cat pilok sebagai tanda dengan cara menyemprotkannya di titik sesuai jarak dan letak
sudutnya. Jangan lupa untuk membuat sketsa titik-titik pengamatan dan apabila ada catatan yang
perlu ditambahkan dapat ditambahkan pada kolom keterangan.
Langkah-langkah pengukuran ini dilakukan dari titik awal pengukuran sampai titik akhir
pengukuran. Objek yang diukur dapat berupa rute jalan, sungai, rumah penduduk, persawahan,
perkarangan, kantor dan lain-lain. \
Setelah sketsa kecil dibuat, lalu pindahkan kenampakan dilapangan ke selembar kertas
millimeter ukuran A3 untuk peta sederhana denga ngan mengguanak penggaris dan busur
derajat untuk menyesuaikan dengan kenampakan dilapangan , untuk mempermudah guanakn
skala, skala yang kami gunakan adalah skala 1 : 2000.

VI.

HASIL PENGUKURAN

DAFTAR ISIAN HASIL PENGUKURAN SEDERHANA


Lokasi

: Jalan antara FMIPA dan depan FIK sampai GOR UNP

Hari/tanggal

: Rabu, 19 November 2014

Jam

: 15.30 17.30 WIB

Alat

: Kompas, Pita ukur, Patok, cat pilok , dan Alat tulis

Surveyor

: 1. Agus Susanto
2.Yelid putrid submela
3.afri yusmawardi
4.dela oktaviani chandra

a. Jalan FIK sampai GOR UNP


Titik
Pengamatan

Titik bidik

Sudut Azimuth
(o)

Jarak ( meter )

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

210o
180o
180o
180o
180o
180o
270o
180o
180o
90o

19.5
48.4
50
50
50
33,5
24,3
50
21,5
50

Sketsa

Keterangan
(lebar
jalan/meter)
5.5
5
5
5
5
5
15.2
5
5
5.2

9
8

b. Jalan FMIPA UNP


Titik
Pengamatan

Titik bidik

Sudut Azimuth
(o)

Jarak ( meter )

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
1

250
280
1
275
5
270
360
85
185
220
184
88
145

38
10,10
28,40
82,25
123
29,55
83,4
50
70,12
12,9
117,9
17,5
31,7

Sketsa

Keterangan
(lebar
jalan/meter)

7
8

5
6

c.

Gabungan jalan FIK dan Fmipa unp


Titik
Pengamatan

Titik bidik

Sudut Azimuth
(o)

Jarak ( meter )

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

90o
180o
180o
270o
180o
180o
180o
180o
180o
210o
280
1
275
5
270

50
21,5
50
24,3
33,5
50
50
50
48.4
19.5
10,10
28,40
82,25
123
29,55

Keterangan
(lebar
jalan/meter)
5.2
5
5
15.2
5
5
5
5
5
5.5

16
17
18
19
20
21
22
23

17
18
19
20
21
22
23
10

360
85
185
220
184
88
145
250

83,4
50
70,12
12,9
117,9
17,5
31,7
38

Sketsa

VII.

Perhitungan dan Penggambaran Hasil

Metode Penggambaran
Data dan sketsa hasil pengukuran yang tercatat dalam Formulir Daftar Isian akan dipindahan
menjadi peta.
Tahap penggambaran :
a.

Kertas untuk penggambaran peta sebaiknya digunakan kertas milimeter, hal ini sangat
memudahkan dalam penggambaran, kertas millimeter yang kami gunakan adalah kertas
millimeter

b. Tetapkan skala yang akan digunakan dengan memperhatikan panjang dan lebar bidang kertas
milimeter. Misal : kertas milimeter yang ada ukuran A4 yang memiliki ukuran 20 cm x 15 cm,

sedangkan panjang dan lebar wilayah yang dipetakan ukurannya 3 km x 2 km, maka digunakan
rumus :
Skala = jarak di peta / jarak di lapangan
Skala = 2,5/50 meter
= 2,5/5000
= 1/2000
c.

Tempatkan titik awal pengukuran dengan memperhatikan kesesuaian antara bidang kertas
dengan sketsa yang ada.

d. Untuk memindahkan sudut azimuth dari Titik awal kr Titik berikutnya, gunakan bantuan busur
derajat. Impitkan busur pada 0o dengan garis yang menunjukan arah utara ( sejajar dengan garis
tepi peta yang vertikal ). Pusat busur derajat letakkan tepat pada titik pengamatan. Plotkan besar
sudutnya pada peta.
e.

Setelah arahnya diketahui, maka hasil pengukuran jarak yang telah di skalakan dapat diplotkan
ke peta.
Apabila besar sudutnya ( arah ) dan jarak sudah di plotkan kedalam peta, maka jadilah Peta Hasil
Pengukuran.

VIII.

KESULITAN KESULITAN YANG DIALAMI DI LAPANGAN

Kesulitan yang kami hadapi dalam pelaksanaan pengukuran dan pemetaan sederhana :
1. Alat yang digunakan mudah rusak salah satunya pita ukur, sehingga banyak terbuang waktu
dalam pelaksanaan dilapangan
2. Keramaian pengguna jalan menyebabkan sedikit terhambat saat pembidikan sudut dan
pengukuran
3. Adanya perbedaan data yang menyebabkan pengukuran ulang
4. Dalam pembuatan laporan tidak dapat dilampirkan dokumentasi karena foto dokumenter nya
hilang.
5. Dalam membuat sketsa di laporan sedikit sulit
6. Penyelarasan letak sketsa dipeta yang tekadang keluar dari batas lembar millimeter

Anda mungkin juga menyukai