Anda di halaman 1dari 6

Daftar Isi

BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................................................2
Rumusan Masalah....................................................................................................................2
Tujuan Penelitian......................................................................................................................2

BAB II
PEMBAHASAN
Sistem Religi............................................................................................................................3
Budaya Sasak (Upacara Kematian)..........................................................................................3

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan...............................................................................................................................6
Saran.........................................................................................................................................6

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Kebudayaan adalah perwujudan dari renungan, pemikiran, kerja keras dan kearifan suatu
masyarakat dalam beradaptasi dengan lingkunganya untuk terus bertahan hidup. Indonesia
sebagai Negara kepulauan yang luas. Indonesia juga teridri dari banyak pulau yang memiliki
kondisi geografis yang berbeda-beda. Oleh karena itu tidak heran jika Indonesia memiliki
banyak suku bangsa dengan kebudayaan yang berbeda-beda. Diantaranya suku bangsa jawa,
Suku bangsa dayak, Suku bangsa sasak, Suku bangsa sasak dan banyak suku bangsa lainya
yang menjadikan Indonesia sebagai Negara multicultural yang besar.
Untuk menganalisis kebudayaan secara menyeluruh dapat dilakukan analisis dengan
menggunankan Tujuh Unsur kebudayaan seperti yang dikemukakan Koentjara Ningrat. Tujuh
Unsur itu diantaranya : Bahasa, Sistem Pengetahuan, Siatem kekerabatan dan organisasi
sosial, Sistem peralatan hidup dan teknologi, Sistem Mata pencaharian dan ekonomi, Sistem
Religi dan Kesenian. Begitu juga untuk emnganalisis kebudayaan suku sasak.
Suku sasak adalah suku bangsa yang mendiami pulau Lombok di Nusa Tengggara Baat. Era
Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para
ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah lombok.Suku Sasak
temasuk dalam ras tipe melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang
lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu,
dengan demikian perdangan antar pulau sudah aktif terjadi sejak zaman tesebut dan
bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antar budaya juga telah menyebar.Dalam hal
upacara kematian, masyarakat Sasak memiliki tradisi yang cukup unik yang tentunya tidak
ada dalam masyarakat suku lain di Indonesia. Mulai ketika hari pertama meninggal (jelo
mate) sampai hari kesembilan (nyiwak) dan hari-hari selanjutnya.

B.

Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu:


1)

Apakah sistem religi yang dianut suku sasak?

1)

Bagaimana upacara kematian dalam adat sasak?

C.

Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan makalah ini antara lain:


1)

Untuk dapat memahami cara-cara adat Sasak dalam hal kematian.

2)
Untuk dapat lebih mengerti aapa-apa yang harus dilakukan apabila terjadi kematian
dalam masyarakat Sasak.

BAB II
PEMBAHASAN

Sistem Religi
Dalam sistem Religi Suku Sasak terdapat dua golongan :
a. Golongan yang pertama menjalankan ajaran agama Islam dengan baik, yaitu dengan
melakukan shalat 5 kali dalam sehari, para penganut ajaran ini mempraktikkan shalat wajib
hanya pada tiga waktu saja. Konon hal ini terjadi karena penyebar Islam saat itu mengajarkan
agama Islam secara bertahap dan karena suatu hal tidak sempat menyempurnakan
dakwahnya. Kepercayaan ini disebut dengan Islam Wetu Telu. Saat Saat ini para penganut
Islam Wetu Telu sudah sangat berkurang, dan hanya terbatas pada generasi-generasi tua di
daerah tertentu, sebagai akibat gencarnya para pendakwah Islam dalam usahanya meluruskan
praktek tersebut.
b. Golongan yang kedua mengakui Allah dan Nabi Muhammad, akan tetapi lebih banyak
menjaga kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran nenek moyang, selain itu mereka
banyak melakukan upacara di tempat yang dianggap di huni roh nenek moyang (kemali).
Golongan kedua ini amat percaya bahwa di alam sekitar mereka hidup makhluk halus, batara
guru, bidadari, bedodo, bake (hantu), belata, bebai, gegendu dan bermacam leya (makhluk
jadi-jadian). Hal-hal yang berhubungan dengan perbuatan gaib dan magis mereka lakukan
dengan bantuan belian (syaman).

Budaya Sasak (Upacara Kematian)


Dalam siklus kehidupan manusia, peristiwa kematian merupakan akhir kehidupan
seseorang di dunia. Masyarakat meyakini kehidupan lain setelah kematian. Di beberapa
kelompok masyarakat dilakukan persiapan bagi si mati. Salah satu peristiwa yang harus
dilakukan adalah penguburan. Penguburan meliputi perawatan mayat termasuk
membersihkan, merapikan, atau mengawetkan mayat:
Upacara adat kematian yang dilaksanakan sebelum acara penguburan meliputi beberapa
tahapan yaitu:
1. Belangar
Masyarakat Sasak Lombok pada umumnya menganut agama Islam sehingga setiap ada yang
meninggal ada beberapa proses yang dilalui. Pertama kali yang dilakukan adalah memukul
beduk dengan irama pukulan yang panjang. Hal ini sebagai pemberitahuan kepada
masyarakat bahwa ada salah seorang warga yang meninggal. Setelah itu maka
masyarakat berdatangan baik dari desa tersebut atau desa-desa yang lain yang masih
dinyatakan ada hubungan famili, kerabat persahabatan dan handai taulan. Kedatangan
masyarakat ke tempat acara kematian tersebut disebut langar (Melayat).

Tradisi belangar bertujuan untuk menghibur teman, sahabat yang di tinggalkan mati oleh
keluarganya, Mereka biasanya membawa beras seadanya guna membantu meringankan beban
yang terkena musibah.

2. Memandikan
Dalam pelaksanaannya, apabila yang meninggal laki-laki maka yang memandikannya adalah
laki-laki, demikian sebaliknya apabila yang meninggal perempuan maka yang
memandikannya adalah perempuan. Perlakuan pada orang yang meninggal tidak dibedakan
meskipun dari segi usia yang meninggal itu baru berumur sehari. Adapun yang memandikan
itu biasanya tokoh agama setempat. Adapun macam air yang digunakan adalah air sumur.
Setelah di mandikan, mayat dibungkuskan pada acara ini, biasanya si mayit di taburi keratan
kayu cendana atau cecame.

3. Betukaq (Penguburan)
Adapun upacara-upacara yang dilaksanakan sebelum penguburan meliputi beberapa
persiapan yaitu:
a)
Setelah seseorang dinyatakan meniggal maka orang tersebut dihadapkan ke kiblat. Di
ruang tempat orang yang meninggal dibakar kemenyan dan dipasangi langit-langit (bebaoq)
dengan menggunakan kain putih (selempuri) dan kain tersebut baru boleh dibuka setelah hari
kesembilan meninggalnya orang tersebut. Selesai dibungkus si mayat disalatkan di rumah
oleh keluarganya sebagai salat pelepasan, lalu dibawa ke masjid atau musala.
b)
Pada hari tersebut (jelo mate) diadakan unjuran sebagai penyusuran bumi
(penghormatan bagi yang meninggal dan akan dimasukkan ke dalam kubur), untuk itu
perlu penyembelihan hewan sebagai tumbal.
4. Nelung dan Mituq
Upacara ini dilakukan keluarga untuk doa keselamatan arwah yang meninggal dengan
harapan dapat diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, selain itu keluarga yang ditinggalkan
tabah menerima kenyataan dan cobaan. Selanjutnya diikuti dengan upacara nyiwaq dan
begawe dengan persiapan sebagai berikut:
a)

Mengumpulkan kayu bakar.

Kayu biasanya dipersiapkan pada hari nelung (hari ketiga) dan mitu (hari ketujuh) dengan
cara perebaq kayu (menebang pohon).
b)

Pembuatan tetaring.

Pembuatan tetaring terbuat dari daun kelapa yang dianyam dan digunakan sebagai tempat
para tamu undangan (temue) duduk bersila.
c)

Penyerahan bahan-bahan begawe.

Peyerahan dari epen gawe (yang punya gawe) kepada inaq gawe. Penyerahannya ini
dilakukan pada hari mituq. Kemudian inaq gawe menyerahkan alat-alat upacara.
4

d)

Dulang Inggas Dingari

Disajikan kepada Penghulu atau Kyai yang menyatakan orang tersebut meninggal dunia.
Dulang inggas dingari ini harus disajikan tengah malam kesembilan hari meninggal dengan
maksud bahwa pemberitahuan bahwa besok hari diadakan upacara sembilan hari.
e)

Dulang penamat

Adapun maksudnya simbol hak milik dari orang yang meninggal semasa hidupnya harus
diserahkan secara sukarela kepada orang yang berhak mendapatkannya. kemudian semua
keluarga dan undangan dipimpin oleh Kyai melakukan doa selamatan untuk arwah yang
meninggal agar diterima Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan
mengikhlaskan kepergiannya.
f)

Dulang talet Mesan (Penempatan Batu Nisan)

Dimaksudkan sebagai dulang yang diisi dengan nasi putih, lauk berupa burung merpati dan
beberapa jenis jajan untuk dipergunakan sebelum nisan dipasang oleh Kyai yang memimpin
doa yang kemudian dulang ini dibagikan kepada orang yang ikut serta pada saat itu. Setelah
berakhirnya upacara ini selesailah upacara nyiwak.

Adapun rangkaian upacara kematian pada masyarakat Sasak yaitu:


a.
Hari pertama disebut nepong tanaq atau nuyusur tanaq. Pemberian informasi kepada
warga desa bahwa ada yang meninggal.
b.

Hari kedua tidak ada yang bersifat ritual.

c.
Hari ketiga disebut nelung yaitu penyiapan aiq wangi dan dimasukkan kepeng bolong
untuk didoakan.
d.

Hari keempat menyiram aiq wangi ke kuburan.

e.

Hari kelima melaksanakan bukang daiq artinya mulai membaca Al-Quran.

f.

Hari keenam melanjutkan membaca Al-Quran.

g.

Hari ketujuh disebut Mituq dirangkai dengan pembacaan Al-Quran.

h.

Hari kedelapan tidak ada acara ritual yang dilaksanakan, dan

i.
Hari kesembilan yang sebut Nyiwaq atau Nyenge dengan acara akhir perebahan
jangkih.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kehidupan dalam masyarakat banyak membawakan atau mewarisi berbagai aturan
maupun kebiasaan yang harus diikuti oleh generasi-generasi penerus dari nenek moyang.
Kebiaasan tersebut mulai membawakan keunikan masing- masing di dalam kelompok
masyarakat yang ada di Indonesia. Adat Istiadat atau biasa di sebut kebiasaan ini merupakan
kehidupan berulang-ulang yang muncul dan berkembang terus menerus sehingga di jadikan
sebagai tradisi atau peristiwa penting yang wajib dipertahankan dan di ikuti oleh kelompok
masyarakatnya. Oleh karena itu, tradisi dan konsep kematian suku Sasak telah
menggambarkan bahwa setiap pribadi memiliki tanggungjawab pribadi dan sosial yang tidak
mudah dalam masyarakatnya. Meskipun demikian , mereka tetap menaati konsep leluhurnya
dengan menerapkan di dalam kehidupan nyata.
B. Saran
Sebagai generasi muda kita di harapkan untuk mengetahui dan mengenal tradisi atau
adat istiadat di Indonesia, terutama suku terhadap adat dari daerah kita sendiri agar
kebudayaan maupun adat yang telah lama berkembang tidak punah oleh kehidupan modern
seperti sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai