Anda di halaman 1dari 6

berada di suhu yang aman jika tidak sengaja

ANALISA DAN PERHITUNGAN INSULASI


tersentuh
manusi. (GE SUBSIDIARIES)
ALSTOM POWER ENERGY SYSTEMS
INDONESIA
SURABAYA JAWA TIMUR
Umi Nur Nafiatunnisa
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
Email : uminur.nafia@gmail.com
Insulasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengurangi laju perpindahan panas.
Insulasi pada casing berfungsi sebagai safety dan sebagi pencegah
dua bagian yang diberikan insulasi casing yaitu pada duct dan casing. Tebal insulasi pada masingmasing bagian dipengaruhi oleh beberapa variable diantaranya temperature
kecepatan angin. Insulasi yang lebih tipis didapat saat kondisi temperatur lingkungan yang lebih tinggi
dan wind velocity yang besar. Untuk mencegah heatloss tinggi, diperlukan insulasi yang lebih tebal..
Pada analisa bagian casing di duct 1 mempunyai lebar insulasi terbesar 748,47 mm insulasi yang paling
baik digunakan yaitu 1800F MF BOARD, Type V, C612-11 dengan koefisien material 0,113.
Kata kunci : insulasi dan casing
I.PENDAHULUAN
Di era modern seperti saat ini energy
terbarukan sangatlah dicari oleh semua
kalangan karena dilihat dari biaya bahan
utamanya yang sangat murah ataupun gratis.
Hal inilah yang mendasari banyak perusahaan
berbondong-bondong mencari ide untuk
membuat energy ramah lingkungan ini salah
satunya PT. Alstom Power Energy Systems
Indonesia (GE Subsidiaries) yang mempunyai
inisiatif
untuk
menciptakan
produk
HRSG(Heat Recovery Steam Generator) yaitu
sebuah plant yang memanfaatkan gas buang
panas kemudian diolah agar menghasilkan
listrik.
Pada plant HRSG ini semua komponen utama
biasanya dilindungi oleh penutup(casing),
casing disini berfungsi sebagai pelindung dari
kotoran yang mengakibatkan komponen rusak
dan juga untuk keamanan. Keamanan disini
dimaksudkan karena letak casing ini berada di
paling luar yang mudah terjangkau oleh
manusia jika suhu pada casing ini tinggi
hampir menyamai suhu didalamnya maka
dikhawatirkan adanya kecelakaan yang dapat
membahayakan jika tersentuh. Dengan adanya
alasan tersebut maka diperlukan perhitungan
tebal insulasi untuk menyerap panas yang akan
di keluarkan melewati casing sehingga casing

II. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


2.1 Sejarah Singkat PT. Alstom Power ESI
Alstom pertama kali dibangun di
Belfort, Perancis pada tahun 1928. Perusahaan
ini merupakan merger dari Thomson-Housten
dan Societe Alsacienne de Constructions
Mecaniques (SCAM). PT. Alstom mendirikan
kantor di Indonesia pertama kali pada tahun
1966. Kantor ini berlokasi di Jakarta.
Kemudian, PT. Alstom Power ESI melakukan
join venture dengan PT. PLN (Persero) pada
tahun 1969. PT. Alstom Power ESI yang
berlokasi di Surabaya. Pada tahun 2015,
Alstom diakuisisi oleh GE. Pengakuisisan
tersebut dilakukan pada tanggal 02 November
2015. Akan tetapi dikarenakan terdapat
permasalahan mengenai legal entity sampai
tahun 2017, maka untuk sekarang nama
perusahaan masih tetap yaitu PT. Alstom
Power Energy Systems Indonesia.
2.2 Visi dan Misi PT. Alstom Power ESI
Visi dari PT. Alstom Power ESI adalah
Menjadi organisasi yang menjadi pilihan,
terbaik, dan bermutu kelas dunia, dengan
selalu berkomitmen pada kinerja dan
perbaikan yang berkesinambungan, serta
peduli pada komunitas, lingkungan, dan
karyawan.

Misi dari PT.Alstom Power ESI adalah


Mempertahankan keuntungan yang langgeng
melalui keandalan operasional yang baik dan
pertumbuhan bisnis yang maksimal.
2.4 Struktur Organisasi PT. Alstom Power
ESI

HRSG memanfaatkan gas buang dari turbin


gas sebagai sumber kalor sehingga tidak
memerlukan bahan bakar dan udara sebagai
pemanas. Dalam penelitian ini dilakukan
analisa perhitungan data untuk mengukur
tingkat efisiensi low pressure yang dihasilkan
oleh HRSG.
3.2. Konsep perpindahan panas HRSG
Perpindahan panas merupakan suatu
proses berpindahnya suatu energi (kalor) dari
satu daerah ke daerah lain akibat adanya
perbedaan temperatur pada daerah tersebut.
Ada tiga bentuk mekanisme perpindahan
panas yang diketahui, yaitu konduksi,
konveksi, dan radiasi.

Gambar 2.1Struktur Organisasi General


Electric
Pada gambar 2.5 diatas menunjukkan
struktur organisasi General Electric. General
Electric terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
Global Growth and Operations, Capital,
Appliances
and Lighting, Healthcare,
Aviation, Transportation, Power and Water,
Oil and Gas, dan Energy Management.
III.DASAR TEORI
3.1. HRSG (Heat Recovery Steam Generator)

3.2.1. Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi
adalah proses perpindahan kalor dimana kalor
mengalir dari daerah yang bertemperatur
tinggi ke daerah yang bertemperatur rendah
dalam suatu medium (padat, cair atau gas) atau
antara medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung sehingga
terjadi pertukaran energi dan momentum.
Perpindahan panas secara konduksi ini termuat
dalam hukum Fourier yaitu:

Qk =kA

Gambar 3. 1 HRSG over view[1]


HRSG adalah suatu komponen
kesatuan antara turbin gas dan turbin uap pada
sistem combine cycle power plant. HRSG
berfungsi sebagai alat yang memanfaatkan gas
buang dari turbin gas untuk memanaskan air
pada pipa-pipa yang berada di dalam HRSG
hingga menjadi uap kering yang mampu
memutar
turbin
uap.
Keuntungan
menggunakan HRSG yang paling prinsip
dibanding boiler umum (yang menggunakan
burner) adalah peningkatan efisiensi karena

[ ]
dT
dX

Keterangan :
Q
: Laju Perpindahan Panas (kj / det,W)
k
: Konduktifitas Termal (W/m.C)
A
: Luas Penampang (m)
dT
: Perbedaan Temperatur ( C, F )
dX
: Perbedaan Jarak (m / det)
T
: Perubahan Suhu ( C, F )
3.2.2.Konveksi
Konveksi adalah perpindahan panas
karena adanya gerakan/aliran/ pencampuran
dari bagian panas ke bagian yang dingin.
Menurut cara menggerakkan alirannya,
perpindahan panas konveksi diklasifikasikan
menjadi dua, yakni konveksi bebas (natural
convection) dan konveksi paksa (forced
convection). Bila gerakan fluida disebabkan

karena adanya perbedaan kerapatan karena


perbedaan suhu, maka perpindahan panasnya
disebut sebagai konveksi bebas (natural
convection). Bila gerakan fluida disebabkan
oleh gaya pemaksa / eksitasi dari luar,
misalkan dengan pompa atau kipas yang
menggerakkan fluida sehingga fluida mengalir
di atas permukaan, maka perpindahan
panasnya disebut sebagai konveksi paksa
(forced convection).
Persamaan dasar dari konsep
perpindahan panas konveksi adalah
hukumNewton. Hukum Newton dinyatakan
dengan :

T4 : temperature touch
T5 : temperature udara
Dengan diperoleh masing-masing heat
transfer konveksi dan radiasi maka heat
transfer koefisien total adalah:
3.3.

htotal = hr+hk
Kombinasi system transfer panas
pada dindingDinding dalam susunan
seri pada keadaan steady state dan satu
dimensi mempunyai koefisien material
yang konstan, sehingga didapatkan nilai
transfer panas:

Bebas :
0.25

hk=

0.555 (GrPr )
1

Ku

2/ 3

Paksa : hk=

0.2 ( ) Ku
D

3.2.3. Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah
proses di mana panas mengalir dari benda
yang bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu
rendah jika benda-benda itu terpisah di dalam
ruang. Energi radiasi dikeluarkan oleh benda
karena temperature, yang dipindahkan melalui
ruang antara, dalam bentuk gelombang
elektromagnetik Bila energi radiasi menimpa
suatu bahan, maka sebagian radiasi
dipantulkan , sebagian diserap dan sebagian
diteruskan.Heat
transfer
radiasi
pada
penelitian ini terjadi di sekitar permukaan
benda dan temperature udara luar. Heat
transfer radiasi koefisien(hr) dapat dihitung
dengan:

T4
5.67 108 ( 4T 5 4)
0.85
T 4T 5
q r=
Keterangan:

Gambar 3.2 Transfer Panas pada Dinding

qk=

T 1T 4
L
L B L C
( ) +( ) +( )
kA
kA
kA
A

L
kA

( )

qk=

[3]

B
( T 1T 2 ) L ( T 2T 3 ) L
kA
kA

( )

( ) (T 3T 4

3.4. Insulasi
Insulasi termal (isolasi termal, isolasi
panas) adalah metode atau proses yang
digunakan untuk mengurangi laju perpindahan
panas/kalor. Panas atau energi panas (kalor)
bisa dipindahkan dengan cara konduksi,
konveksi, dan radiasi atau ketika terjadi
perubahan wujud. Mengenai insulasi termal,
hanya dibicarakan perpindahan panas secara
konduksi, konveksi, dan radiasi. Bahan yang
digunakan untuk mengurangi laju perpindahan
panas itu disebut isolator atau insulator. Panas
dapat lolos meskipun ada upaya untuk
menutupinya, tapi isolator mengurangi panas
yang lolos tersebut.

Isolasi termal dapat menjaga wilayah


tertutup seperti bangunan atau tubuh agar
terasa hangat lebih lama dari yang sewajarnya,
tetapi itu tidak mencegah hasil akhirnya, yaitu
masuknya dingin dan keluarnya panas. Isolator
juga dapat bekerja sebaliknya, yaitu menjaga
bagian dalam suatu wadah terasa dingin lebih
lama dari biasanya. Insulator digunakan untuk
memperkecil perpindahan energi panas.
Kemampuan insulasi suatu bahan diukur
dengan
konduktivitas
termal
(k).
Konduktivitas termal yang rendah setara
dengan kemampuan insulasi (resistansi termal
atau nilai R) yang tinggi. Dalam teknik termal,
sifat-sifat lain suatu bahan insulator atau
isolator adalah densitas () dan kapasitas
panas spesifik (c).
VI.ANALISA DAN PEMBAHASAN TEBAL
INSULASI

1.

Analisa Data

Pada casing terdapat 7 bagian yang


harus diberikan insulasi. Bagian tersebut
terdiri dari duct 1 dan 2; casing 1,2,3,4 dan 5.
Di setiap bagian tersebut ada 5 macam
temperature yakni temperature antara gas dan
liner (T1), temperature antara liner dan
insulasi (T2), temperature antara insulasi dan
casing(T3), temperature antara casing dan
udara luar/touch temperature (T4) yang
terakhir temperature ambient/temperature
udara
sekitar(T5).
Sehingga
dapat
digambarkan seperti gambar 4.1.

untuk mendapatkan heat transfer total pada


setiap bagian yang akan dilakukan insulasi.
Heat transfer konfeksi terdapat dua macam
yakni bebas dan paksa. Konveksi bebas
digunakan ketika kecepatan angin diabaikan
dan konveksi paksa digunakan ketika
diketahui kecepatan udaranya. Sehingga, heat
transfer total:

Q=

Q=

T 1T 5
R 2+ R 3+ R 4+ R 5
T 1T 5
L2
L3
L4
L5
+
+
+
K2A K3A K4 A K5A

Dengan nilai A diasumsikan 1


3.

Temperature Setiap Layer


Untuk menentukan nilai pada setiap
layer digunakannlah T1 sebagai acuan awal
karena suhu pada inlet gas sudah diketaui.
Sehingga temperature setiap layer dapat
diketahui dengan persamaan sebagi berikut:

T 2=T 1Q

L2
K2

T 3=T 2Q

L3
K3

T 4=T 3Q

L4
K4

4.

Gambar 4.1 temperature per bagian layer


Untuk menentukan tebal insulasi pada setiap
bagian maka diperlukan variable perubah, heat
transfer, nilai temperature dan heat loss pada
masing-masing layer.
1.

Variable perubah
Variable perubah yang diberikan untuk
mengetahui tebal insulasi terdiri dari:
Temperature ambient (20,32,40 0C)
Heat Loss (150,230,300)
Wind velocity (0; 0,25 ;1)
2.
Heat transfer
Heat transfer yang diperlukan dalam
perhitungan insulasi ini terdiri dari dua macam
yaitu konveksi dan radiasi. Hal ini dilakukan

Heat Loss
Heat
loss
diperlukan
untuk
mendapatkan tebal insulasi setiap bagian.
Persamaan heat loss sebagai berikut:

Q2=ho A (T 4T 5)
Table 4.1 Tebal Insul Berdasar Perubahan
Ambient Temperature
Touch
Ambient
tebal insul
Temperature(Tc) temperature(Ta
)
T4
T5
L3
(deg.K)
(deg.k)
(mm)
311.3
293.0
748
322.2
305.0
735
329.4
313.0
727

Table 4.2 Tebal Insul Berdasar Perubahan


Heat Loss
Touch
Heat Loss
Tebal insul
Temperature(Tc)
T4
Q
L3
(deg.K)
(W/m2)
(mm)
323.4
150.0
733
328.8
230
474
333.5
300
360
Table 4.3 Tebal Insul Berdasar Perubahan
Kecepatan Angin
Touch
Wind
Tebal
Temperature(Tc)
velocity
insul
T4
v
L3
(deg.K)
(m/s)
(mm)
329.4
0
726
328.6
0.25
727
323.4
1
733
Table 4.4 Tebal Insulasi Perbagian pada
Mineral Wool
Bagian
Tebal Insulasi (mm)
Duct 1

748

Duct 2

748

Casing 1

748

Casing 2

375

Casing 3

202

Casing 4

113

Casing 5

55

Table 4.5 Tebal Insulasi dengan Perbedaan


Material
Material Insulasi
K3
Tebal Insul
(mm)
1800F MF
0.113
470
BOARD, Type V,
C612-11
mineral wool
0.18
482
Calcium Silicate
0.14
582
BLK+PIPE, Type
I, C533-13
Superwool Plus
0.15
632
8pcf

Superwool 607
10pcf
1200F MF
BLANKET, Type
VII, C553-11
2.

0.15

632

0.25

1039

Pembahasan
Dengan adanya analisa data diatas dapat
dijelaskan
secara
terperincihasil
yang
didapatkan. Pada table 4.1; 4.2; 4.3 terjadi
pada bagian duct 1 dengan material insulasi
mineral wool. Table 4.1 menjelaskan
mengenai perbedaan
tebal insulasi
berdasarkan perbedaan ambient temperature
dengan touch temperature. Variable yang sama
pada peritungan ini terletak pada nilai heat
loss sebesar 150 W/m2 dan tanpa adanya
pengaruh wind velocity (0 m/s2). Terlihat
bahwa semakin besar ambient temperature dan
touch temperature maka tebal insulasi semakin
besar pula. Table 4.2 menjelaskan perbedaan
insulasi
dengan
pengaruh
Touch
temperature dan heat loss. Variable
yang sama pada peritungan ini terletak pada
nilai Ambient temperature sebesar 313 deg.K
dan pengaruh wind velocity sebesar 1 m/s2.
Terlihat bahwa semakin besar Touch
temperature,wind velocity kecil maka
insulasi akan semakin tipis dan
dampaknya adalah heat loss akan
semakin besar.
Table 4.3 menjelaskan perbedaan
insulasi
dengan
pengaruh
Touch
temperature dan perubahan kecepatan
angin. Variable yang sama pada peritungan ini
terletak pada nilai Ambient temperature
sebesar 313 deg.K dan heat loss sebesar 150
W/m2. Sehingga terlihat bahwa semakin besar
kecepatan angin maka semakin besar pula
tebal insulasi hal ini tidak sesuai kondisi nyata
seharusnya semakin besar kecepatan angin
maka semakin tipis tebal insulasi akan tetapi
pada kasus ini terjadi sebaliknya hal ini
dikarenakan besar heat loss yang dijaga.
Pada table 4.4 telihat bahwa semakin di
luar bagian casing maka semakin tipis pula
tebal insulasi yang didapatkan. Pada table 4.5
terlihat bahwa material insulasi untuk casing
yang baik digunakan adalah 1800F MF
BOARD, Type V, C612-11 karena mempunyai
nilai konduktifitas bahan terkecil 0,113 maka
kemampuan menyalurkan panas meningkat
akibatnya insulasi pun semakin tipis dan biaya
untuk insulasi akan semakin kecil.

Berbeda dengan 1200F MF BLANKET,


Type VII, C553-11 yang tidak mudah
menyerap panas.

KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapati pada
perhitungan tebal insulasi casing dan duct di
HRSG diantaranya:
a. Untuk mencegah heat loss yang tinggi,
dibutuhkan insulasi yang semakin
tebal.
b. Jika konveksi lebih bagus maka surface
temperature menjadi lebih rendah
sehingga heat loss semakin tinggi.
c. Material insulasi pada casing dan duct
berurutan dari insulasi tipis sampai
tebal adalah : 1800F MF BOARD,
Type V, C612-11; Mineral Wool;
Calcium Silicate BLK+PIPE, Type I,

C533-13; Superwool Plus 8pcf;


Superwool 607 10pcf; 1200F MF
BLANKET, Type VII, C553-11.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Risdhianto, G. (2015). HRSG APA
Engineering Product
Organization.
Diambil Dari PT. Alstom Power ESI
Surabaya
(Manufacturing
Site),
Engineering Department Website :
http://www.alstom.com.
[2] Setyoko, Bambang . (2006). Analisa
Efisiensi Performa HRSG ( Heat Recovery
Steam Generation ) pada PLTGU.
Universitas Diponegoro.
[3] Kreith Frank, Manglik Raj. (2011).
Principle of heat transfer. Cengage
Learning, Colorado.

Anda mungkin juga menyukai