Anda di halaman 1dari 10

TUGAS BUSINESS ETHICS

RAZIA WARUNG MAKAN IBU SAENI

Reguler 39
ADISTY LARASATI
BRENDA K. MAULIDINA
HANESTI WIDANI

MAGISTER MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JAKARTA
2016

Ringkasan Kasus
Menyambut bulan suci Ramadhan, Indonesia sebagai Negara yang
memiliki mayoritas umat Muslim terbesar di dunia tentu memiliki berbagai
macam tradisi untuk menyambut dan merayakan hari kemenangan. Keberagaman
budaya

dalam

masyarakat

tentu

harus

menjunjung

tingi

nilai-nilai

multikulturalisme agar setiap masyarakat dapat saling menghormati antar umat


beragama. Namun yang terjadi di Serang Banten adanya peraturan yang
ditetapkan oleh pemerintah daerah yaitu larangan menjual makanan pada siang
hari yang menimbulkan banyak kontrovesi di kalangan masyarakat luas sampai
kepada pemerintah.
Pada tanggal 8 Juni 2016, salah satu warung tegal (warteg) yang terdapat
di Cikepuh, Kawasan Pasar Induk Rau, Kota Serang, gempar karena razia yang
dilakukan oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Ibu Saeni
sebagai pemilik warung makan tersebut, tiba-tiba didatangi oleh Satpol PP karena
dianggap melanggar aturan larangan membuka warung di siang hari pada bulan
Ramadhan, yang mengakibatkan seluruh dagangan milik Ibu Saeni disita.
Dalam razia yang dilakukan oleh satpol PP ini, membuat Ibu Saeni shock
dan jatuh sakit. Tuntutan hidup yang mengharuskan Ibu Saeni untuk tetap
bertahan hidup dan bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
membayar hutang untuk modal usahanya. Modal usaha yang dibutuhkan Ibu
Saeni untuk membuka usahanya membutuhkan modal sebesar Rp. 600.000/hari.
Namun karena razia tersebut Ibu Saeni tidak dapat melanjutkan usaha wartegnya
karena tidak ada modal untuk melanjutkan usahanya kembali. Ibu Saeni akhirnya
meminjam uang sebesar Rp. 400.000 kepada bank keliling. Dengan modal yang
didapatkannya dari bank keliling tersebut, Ibu Saeni kembali berjualan makanan,
tetapi dengan menutup kedua pintu warungnya. Menunya masih sama, ada ayam
goreng, orek tempe, perkedel, ikan tongkol, dan lain-lain.
Kabar mengenai peristiwa tersebut menjadi viral dan mendapat perhatian
besar dari para netizen. Kebanyakan dari mereka menyampaikan keprihatinan
terhadap kejadian itu. Salah satu pengguna Twitter bernama Dwika Putra

(@dwikaputra) mencetuskan suatu gagasan yang berbeda.

Netizen mulai

menggalang dana untuk membantu ibu tersebut. Tujuannya, untuk mengganti


uang modal dan keuntungan yang raib karena dagangan yang disita tersebut.
Bantuan uang tunai untuk Ibu Saeni yang datang dari sumbangan netizen
sudah terkumpul hingga Rp 265.534.758. Rencananya dari jumlah bantuan yang
didapat akan digunakan untuk biaya kuliah anak bungsunya yang sudah semester
2 (dua) di IAIN Sultan Maulana Hasanudin, Serang, Banten. Sisanya akan
dipergunakan Saeni untuk membeli ruko untuk usaha warungnya agar beliau tidak
perlu menyewa tempat lagi. Tidak hanya menarik perhatian dari masyarakat,
kejadian tersebut juga turut mengundang perhatian dari Presiden Joko Widodo.
Presiden memberikan bantuan uang tunai sebesar Rp 10 juta yang diwakilkan oleh
dua orang utusan Presiden pada Ahad siang. Sesuai pesan Presiden yang
disampaikan kepada Saeni melalui dua utusannya itu, uang tunai Rp 10 juta agar
dipergunakan untuk membayar utang-utangya yang sudah digunakan untuk modal
usahanya.
Saeni mengakui tidak mengetahui jika Pemerintah Kota Serang melarang
warung makan buka pada siang hari dan hanya diperbolehkan buka pada pukul
16.00 - 04.00 WIB. Peraturan tersebut tertuang dalam Perda Kota Serang Nomor
20 Tahun 2010 bahwa pihak Satpol PP Kota Serang berhak melakukan penertiban
dan memberikan sanksi berupa pidana paling lama 3 (tiga) bulan dan denda Rp
50.000.000 (lima puluh juta rupiah) jika ada warung makan yang mengindahkan
peraturan tersebut. Sementara itu pihak Satpol PP Kota Serang mempersilakan
bagi para pemilk warung yang terkena razia untuk mengambil kembali barang
dagangannya, Saeni juga mengaku tidak mengetahui hal ini.
Pertanyaan dan Jawaban
1. Apakah secara moral tindakan Ibu Saeni membuka wartegnya pada siang hari
di bulan Ramadhan adalah benar, Jelaskan!
Jawaban :
Menurut Analisa kelompok kami dengan melihat 6 karakteristik yang terdapat
di dalam hakekat standar moral, yaitu :

Standar moral berkaitan dengan persoalan yang dianggap akan


merugikan atau benar-benar akan menguntungkan manusia.
Dalam kasus ini Ibu Saeni memiliki keyakinan (mencari nafkah) bahwa
menjual makanan pada siang hari meskipun pada bulan Ramadhan
secara moral tidaklah salah. Namun hal ini bertentangan dengan
peraturan yang dikeluarkan oleh Perda bahwa adanya larangan
berjualan makanan di siang hari pada saat bulan Ramadhan adalah salah
dan melanggar. Lingkungan akan melihat bahwa tindakan yang
dilakukan Ibu Saeni dapat menimbulkan konflik karena tidak
menghargai nilai-nilai moral yang sudah berlaku di lingkungan
tersebut.
Standar moral harus lebih diutamakan daripada nilai yang
diyakini orang lain termasuk atau khusunya kepentingan diri
sendiri. Apabila seseorang memiliki kewajiban moral untuk
melakukan sesuatu, maka seharusnya dilakukan dengan tidak
menimbulkan konflik dengan orang lain, yaitu memegang erat
norma-norma konvensional lainnya diatas kepentingan bersama.
Ibu Saeni memiliki keyakinan moralnya sendiri bahwa tidak masalah
membuka warung makan pada siang hari pada saat bulan Ramadhan.
Namun sebaiknya Ibu Saeni harus lebih mengedepankan nilai - nilai
moral yang dimiliki masyarakat disekitar lingkungan tersebut.
Standar moral tidak bisa diputuskan dengan aturan dari dewan
otoritatif untuk mengubah nilai yang sudah diyakini oleh
sekelompok masyarakat atau lingkungan. Karena validitas standar
moral terletak pada kecukupan nalar yang digunakan untuk
mendukung dan membenarkannya.
Bahwa Ibu Saeni menganggap membuka warung makan pada siang hari
dibulan Ramadhan adalah hal yang wajar, mengingat tidak hanya ada
umat muslim yang tidak bisa menjalankan kewajibannya dan umat
beragama lain yang memang tidak menjalankan ibadah puasa.
Standar moral harus dapat dirasakan secara universal. Bahwa
setiap orang harus mencoba untuk memahami atau merasakan
nilai yang diyakini oleh orang lain.

Seharusnya Ibu Saeni dapat memahami juga warga sekitar yang sedang
menjalankan ibadah puasa. Jadi ketika membuka warung makannya ada
baiknya dengan menutup dengan kain agar dapat menghormati orang
yang sedang berpuasa.
Pada dasarnya standar moral pada kasus ini dapat dilihat dari
sudut pandang yang berbeda-beda sehingga akan memunculkan
pertimbangan yang tidak memihak (adil). Dengan kata lain,
pertimbangan yang dilakukan bukan berdasarkan keuntungan
atau kerugian pihak tertentu melainkan memandang bahwa setiap
masing-masing pihak memiliki nilai yang sama.
Bahwa membuka warung makan pada siang hari dibulan Ramadhan
tidaklah salah. Namun Satpol PP yang terlalu berlebihan dalam
bertindak.
Standar moral diasosiasikan dengan emosi tertentu dan kosakata
tertentu. Misalnya, jika saya bertindak bertentangan dengan
standar moral, saya biasanya akan merasa bersalah, malu, atau
menyesal; saya akan menjelaskan perilaku saya sebagai "tidak
bermoral" atau "salah", dan saya akan merasa buruk tentang diri
sendiri dan mengalami kehilangan harga diri.
Pada kasus ini terlihat Ibu Saeni sangat menyesal atas perbuatannya.
Karena beliau tidak mengetahui betul tentang peraturan pelarangan
yang diberikan oleh pemerintah setempat. Namun sekarang, Ibu Saeni
sudah kembali membuka warung makannya dengan memberi penutup
(kain) untuk mengikuti peraturan pemerintah setempat.
2. Apakah tindakan menyita barang dagangan Ibu Saeni yang dilakukan oleh
satpol PP tanpa ada peringatan terlebih dahulu merupakan hal yang benar?
Jelaskan dengan teori-teori yang terdapat di dalam etika bisnis!
Jawaban :
Albert

Bandura

mengidentifikasikan

beberapa

poin

mengenai

moral

disengagement, salah satunya adalah :


Euphemestic labeling, dimana tindakan Satpol PP me-labeling
kegiatan yang dilakukan oleh Ibu Saeni yaitu membuka warung makan

pada siang hari di bulan Ramadhan dianggap benar, diperkuat dengan


adanya statement atau peraturan tertulis mengenai pelarangan tersebut.
Rationalizing of actions yang juga terdapat pada poin moral
disengagement, dimana tindakan Satpol PP ini adalah benar atas dasar
pembelaan untuk pihak tertentu yang merasa dirugikan atas tindakan
Ibu Saeni. Karena Satpol PP adalah figur yang menegakkan aturan
untuk kepentingan masyarakat.
Displacement of responsibility, bahwa tindakan Satpol PP tersebut
tidaklah salah untuk menyita barang dagangan Ibu Saeni karena
menurutnya semua anggota Satpol PP memiliki tanggung jawab atas
perintah yang diberikan dan tindakan yang dilakukan sesuai dengan
aturan yang berlaku di daerah tersebut. Tindakan kasar yang dilakukan
kepada Ibu Saeni bukan sesuatu keinginan dari masing-masing individu
Satpol PP melalainkan karena adanya perintah dan aturan.
3. Apa dampak yang ditimbulkan oleh kasus yang menimpa Ibu Saeni tersebut
kepada masyarakat, Jelaskan dengan teori-teori yang terdapat di dalam etika
bisnis!
Jawaban :
Dukungan dari masyarakat mendorong adanya tindakan compensatory
justice, dimana banyak masyarakat mengumpulkan dana untuk
membantu Ibu Saeni atas kerugian yang dialami akibat razia Satpol PP.
Compensatory justice ini menimbulkan kondisi ethics of care yang
menekankan pada kewajiban untuk membantu individu ataupun
kelompok yang sedang mengalami kesulitan. Tetapi ethics of care ini
bisa menimbulkan perlakuan yang tidak adil dan dapat menimbulkan
konflik dalam aspek utilitas, keadilan, dan hak. Dimana semua orang
yang terkena razia merasa juga berhak untuk mendapatkan bantuan
seperti Ibu Saeni. Dan juga ethics of care bisa menyebabkan kebosanan,
karena ethics of care mengharuskan orang untuk mengorbankan apa
yang dimiliki untuk membantu orang lain dan demi kesejahteraan orang
lain. Adanya kontra terhadap sekelompok orang yang tidak senang akan
pemberitaan tersebut yang menimbulkan belas kasihan di karenakan

tindakan yang dilakukan oleh pelakunya sendiri yang berakhir pada


sorotan media yang terlalu membesar-besarkan.
Discrimination, right based arguments adanya

diskriminasi

ketidakmerataan bantuan, dimana ada pihak yang menerima bantuan


lebih besar sedangkan ada pihak lain yang juga berada pada situasi yang
sulit dan membutuhkan bantuan juga. Karena setiap orang berhak
diperlakukan secara sama dan adil
Kesimpulan
Bupati Serang menilai peraturan yang sudah diterapkan oleh pemerintah
daerah Kabupaten Serang mengenai aturan pelarangan menjual
makanan siang hari disaat bulan Ramadhan merupakan tanggung jawab
Kabupaten Serang dan tidak bisa digeneralisir penerapannya terhadap
peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat atau peraturan daerahdaerah lain.
Dalam kasus ini tindakan yang dilakukan oleh Satpol PP tidak
manusiawi karena tidak dilakukannya tindakan persuasif terlebih
dahulu dan hal ini bertentangan dengan hak asasi manusia (sesuai
prinsip dehumanizing the victim).
Saran
Dari kasus yang sudah dijelaskan terdapat beberapa saran yang dapat kami
sampaikan :

Seharusnya sebelum menetapkan peraturan mengenai pemberlakuan


larangan berjualan makanan saat bulan Ramadhan, pemerintah daerah
melakukan komunikasi lintas masyarakat mengenai baiknya peraturan
yang seharusnya ditetapkan di daerah tersebut. Dilihat dari aspek sosial,
budaya, dan agama. Apakah dalam penerapan peraturan tersebut ada

pihak-pihak yang dirugikan.


Pada saat melakukan razia seharusnya Satpol PP dapat melakukan
tindakan persuasif, yaitu dengan cara memberikan peringatan terlebih

dahulu kepada warung-warung makan yang memang melanggar peraturan.


Sehingga apabila dinilai ada beberapa warung makan yang mengindahkan
peraturan tersebut meski telat dilakukan tindakan persuasif maka barulah
Satpol PP dapat melakukan tindakan tegas sesuai dengan aturan yang
sudah ditetapkan.
Diskusi dari hasil presentasi :
Kelompok 1
Mengapa tindakan satpol PP dikatakan tidak manusiawi di dalam kesimpulan
kelompok 3? Padahal sebenarnya Satpol PP hanya menjalankan tugasnya saja dan
sudah ada surat edaran untuk larangan tersebut?
Kelompok 3
Keadilan yang dilakukan oleh satpol PP seperti secara tiba-tiba menyita barangbarang milik Ibu Saeni dan tidak memberitahu terlebih dahulu, sebenarnya
keadilan seperti itu boleh atau tidak diterapkan? Karena pantaskah diterapkan
keadilan tersebut dalam arti apabila ingin di perlakukan adil maka anda juga harus
memiliki perijinan izin usaha (dalam konteks warung makan)?
Kelompok 4
1. Apakah sebenarnya ada peraturan yang memerintahkan langsung untuk
menyita makanan tersebut di dalam peraturan apabila ada yang melanggar
aturan itu atau memang reaksi dari satpol PP nya saja yang terlalu berlebihan?
2. Presiden Jokowi turut menyumbang 10 juta untuk membantu Ibu Saeni.
Bagaimana menurut pendapat kalian atas tindakan Pak Jokowi tersebut?
Karena Pak Jokowi yang membuat peraturan tersebut namun dia sendiri yang
memberi rewards ke ibu tersebut?
Jawaban :
Kelompok 1
Sebenarnya yang dilakukan oleh satpol PP ini memang sudah berdasarkan atas
surat edaran. Namun seharusnya lebih baik ada ajakan persuasif dari satpol PP
nya dan memberikan peringatan satu atau dua kali, bukan tiba-tiba melakukan
penyitaan barang dagangan. Mungkin menurut atasan dari satpol PP tersebut
dengan menyita barang dagangan tersebut dapat memberikan efek jera kepada

pedagang yang masih saja membandel. Namun pada kenyataanya bahwa yang
seperti diberitakan di beberapa media massa kalo ibu saeni ini buta huruf maka ia
berdalih tidak tahu isi dari peraturan tertulis tersebut.
Kelompok 3
Jadi dalam kasus ini adalah rumah makan yang disewa oleh Ibu Saeni memang
tidak ada ijin khususnya. Keadilan yang dimaksud apakah Ibu Saeni sudah
memenuhi kewajibannya dengan mempunyai ijin usahanya itu kalo kita nilai itu
tidak ada. Mengapa kami nilai tidak ada karena lain halnya kalau usaha itu
dilakukan di mall, seperti kita tahu di dalam mall itu memang usadah ada
perijinan usahanya maka dari satpol pp juga tidak berani untuk merazia restoran
yang berada di mall. Mungkin karena memang Ibu Saeni tidak memiliki ijin
usahanya dan dianggap tidak menghargai Peraturan Daerah yang di terapkan di
kabupaten Serang maka satpol PP berani melakukan razia tersebut. Kalo
keadilannya kami melihat dari sisi sosialnya, seperti standar moral yang sudah
dijelaskan bahwa Ibu Saeni memiliki keyakinan membuka usaha dan mencari
nafkah itu tidak salah, Ibu Saeni juga beranggapan bahwa tidak semua umat
muslim yang dapat melaksanakan kewajiban puasa dan umat beragama lain yang
tidak menjalankan puasa juga membutuhkan makan jadi Ibu Saeni beranggapan
dengan keyakinannya yang seperti itu ia dapat melakukan hal seperti itu
(membuka warung makan di siang hari).
Kelompok 4
1. Peraturan yang memerintahkan langsung untuk menyita makanan di dalam
peraturan apabila ada yang melanggar aturan tersebut, sebenarnya tidak
ada. Tapi larangan untuk menutup warung makan di siang hari pada saat
bulan suci Ramadhan itu ada yaitu Peraturan tersebut tertuang dalam
Perda Kota Serang Nomor 2 Tahun 2010 bahwa pihak Satpol PP Kota
Serang berhak melakukan penertiban dan memberikan sanksi berupa
pidana paling lama 3 (tiga) bulan dan denda Rp 50.000.000 (lima puluh
juta rupiah) jika ada warung makan yang mengindahkan peraturan
tersebut. Tetapi kalo menyita itu tidak ada peraturan tertulisnya namun ini
di lakukan satpol pp hanya untuk memberikan efek jera kepada pedagang

warung makan yang masih membandel dan satpol PP juga memberikan


keringanan kepada pedagang untuk mengambil barang sitaannya namun
yang dijual Ibu Saeni ini merupakan makanan yang tidak tahan lama jadi
sudah keburu basi.
2. Menurut kelompok kami

tindakan yang dilakukan Presiden Jokowi

dengan memberikan bantuan uang RP 10 jt itu karena sebagai sindiran


halus. Memang

itu adalah peraturan daerah dan bukan peraturan

pemerintahan pusat

jadi itu seperti sindiran halus kepada peraturan

daerah-daerah itu untuk jika ingin membuat


mempertimbangkan

nilai-nilai

sosial

atau

peraturan harus

nilai-nilai

yang

tidak

mementingkan satu kelompok saja. Atau tidak boleh bertentangan dengan


yang diatasnya atau nilai-nilai Pancasila.

Anda mungkin juga menyukai