Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial
di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan
populasi penduduk dan menipisnya sumber cadangan minyak dunia serta
permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberi tekanan kepada setiap
negara untuk segera memproduksi dan mempergunakan energi terbarukan.
Indonesia memiliki banyak potensi energi terbarukan, seperti tenaga air
(termasuk minihidro), panas bumi, biomassa, angin dan surya (matahari)
yang bersih dan ramah lingkungan, tetapi pemanfaatannya belum optimal.
Belum optimalnya pemanfaatan energi terbarukan disebabkan biaya
pembangkitan pembangkit listrik energi terbarukan, seperti tenaga surya,
tidak dapat bersaing dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik
berbahan bakar energi fosil seperti bahan bakar minyak, gas bumi, dan
batubara.

(Dikutip

dari

http://www.bppt.go.id/layanan-informasi-

publik/2615-kepala-bppt-energi-terbarukan-jelas-mampu-substitusikebutuhan-energi-kelistrikan-dan-bahan-bakar, diakses pada tanggal 24


September 2016).
Pemanfaatan energi matahari sebagai sumber energi alternatif untuk
mengatasi krisis energi khususnya minyak bumi, yang terjadi sejak tahun
1970-an mendapat perhatian yang cukup besar dari banyak negara di dunia.
Disamping jumlahnya yang tidak terbatas, pemanfaatannya juga tidak
menimbulkan polusi yang dapat merusak lingkungan. Cahaya atau sinar
matahari dapat dikonversi menjadi listrik dengan menggunakan teknologi
sel surya atau fotovoltaik. Saat ini peningkatan kebutuhan listrik telah
menjadi permasalahan yang mendesak para peneliti Indonesia. Energi listrik
yang mampu dipasok oleh PLN Indonesia baru 1500-2000 MW.
Pemadaman listrik bergilir masih sering dilakukan dan proyek listrik 10.000
MW masih belum tuntas sementara tuntutan atas pemenuhan listrik
melonjak tiap tahun. Sumber energi alternatif yang diharapkan tidak hanya
bersifat renewable dan mudah dikonversi menjadi energi listrik, tetapi juga

ramah lingkungan. Beberapa kalangan menilai bahwa energi yang paling


sesuai adalah energi surya.
Indonesia terletak di garis khatulistiwa, sehingga Indonesia
mempunyai sumber energi surya yang berlimpah dengan intensitas radiasi
matahari rata-rata sekitar 4.8 kWh/

m2

atau setara dengan 112.000 GWp per

hari di seluruh wilayah Indonesia, namun yang sudah dimanfaatkan baru


sekitar 10 MWp. Dengan berlimpahnya sumber energi surya yang belum
dimanfaatkan secara optimal, sedangkan di sisi lain mengingat ratio
elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh daerah
yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat
pembangkit listrik, sehingga Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
dengan sistemnya yang teratur dan mudah dipindahkan serta yang dapat
dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif yang sangat tepat
untuk dikembangkan. Sayangnya biaya pembangkitan PLTS masih lebih
mahal apabila dibandingkan dengan biaya pembangkitan pembangkit listrik
tenaga konvensional, karena sampai saat ini piranti utama untuk
mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik (modul fotovoltaik)
masih merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri. (Dikutip dari :
http://esdm.go.id/berita/%20artikel/56-artikel/5797-matahari-untuk-plts-diindonesia, diakses pada tanggal 25 September 2016).
Kunci dari pembangkit listrik tenaga surya adalah bagaimana
menyusun receiver dengan bahan dan susunan yang dapat menyerap energi
panas dari matahari dengan baik dan memiliki harga yang ekonomis. Untuk
mampu menyerap energi panas diperlukan struktur film yang kristalin.
Dalam pembuatan satu sel dengan struktur kristalin diperlukan teknologi
yang baik dan cukup mahal. Umumnya bahan ini berbasiskan silikon.
Receiver berbentuk silinder yang tersusun dari tabung gelas, ruang vakum
dan sel penyerap panas. Selain dalam hal receiver panas kendala lain dalam
aplikasi sel surya adalah pembuatan baterai penyimpan energi listrik yang
murah. Oleh karena itu penelitian ke arah teknologi sel surya dan
komponen-komponennya yang lebih ekonomis dan praktis sangat

diperlukan. Dengan demikian, teknologi ini diharapkan tidak hanya menjadi


teknologi yang berguna bagi negara maju namun juga bagi daerah yang
mengalami keterbatasan pasokan listrik di Indonesia. Tetapi secara
keseluruhan yang paling banyak menelan biaya dalam pembuatan sel surya
yaitu silikon sel surya.
Disisi lain setiap orang di dunia terus menerus mengupayakan
dirinya agar dapat tampil indah dan menarik dihadapan semua orang.
Dengan adanya hasrat tersebut pasti manusia akan berusaha mempercantik
setiap sudut dari dirinya, termasuk keindahan rambut. Salah satu caranya
adalah mengubah model rambut dengan cara memotongnya dengan
berbagai macam model. Fenomena ini mengakibatkan jumlah limbah
rambut yang dihasilkan setiap hari dari ribuan salon di Indonesia meningkat
pesat. Jika setiap salon menghasilkan satu kilogram rambut perhari, maka
jika kita akumulasikan dengan jumlah salon di Indonesia yang jumlahnya
mencapai ribuan maka kita dapat melihat begitu banyaknya jumlah limbah
rambut yang dihasilkan. Limbah rambut tersebut kurang mendapat
perhatian, para pemilik salon cenderung hanya membuang kemudian
membakar limbah rambut yang mereka hasilkan setiap hari, padahal limbah
tersebut mampu menghasilkan produk baru yang inovatif yaitu sebagai
bahan dalam pembuatan sel surya untuk memanfaatkan panas bumi
Indonesia yang sangat melimpah.
Fakta lain menyebutkan bahwa negara Indonesia merupakan negara
produsen terbesar kelapa sawit di dunia dengan jumlah total 27 juta metrik
ton setiap tahun, dari jumlah tersebut 19,1 juta metrik ton diekspor ke
seluruh penjuru dunia. Jauh di atas Malaysia, sebagai produsen kedua
terbesar, dengan 16.9 juta metrik ton. Sedangkan untuk minyak kelapa sawit
negara Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit terbesar bersama
Malaysia pada tahun 2012. Tandan kosong kelapa sawit merupakan salah
satu limbah yang dihasilkan dalam industri minyak sawit dengan jumlah
kira-kira sama dengan jumlah produksi minyak sawit mentah. Dengan
semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit maka produksi kelapa
sawit juga akan semakin meningkat. Dengan demikian limbah padat (tandan

kosong kelapa sawit ) yang dihasilkan juga akan semakin banyak. (Dikutip
dari

http://www.kemenperin.go.id/artikel/1075/Indonesia-Produsen-

KelapaSawit-Terbesar, diakses pada tanggal 25 September 2016).


Pada tahun 2005 diperoleh data produksi tandan kosong kelapa sawit
mencapai 438.392.248,5 kg (BPS,2005). Beberapa penelitian membuktikan
bahwa tandan kosong kelapa sawit sangat potensial untuk digunakan
sebagai bahan dasar pembuatan arang aktif sehingga limbah tandan kosong
yang semula hanya menyebarkan bau yang busuk dan mencemari
lingkungan dapat dimanfaatkan menjadi produk yang lebih berguna. Arang
aktif atau biasa disebut karbon aktif adalah senyawa karbon hasil
pembakaran bahan alami yang mengandung karbon dan memiliki ruang
pori, dimana ruang pori tersebut berukuran sangat kecil. Karbon aktif
sebagai absorben memiliki potensi aplikasi yang cukup luas dan paling
banyak digunakan baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun industri. Hal
ini membuat kebutuhan terhadap karbon aktif akan semakin meningkat.
Biasanya arang aktif digunakan untuk menyaring air dan udara serta
menghilangkan bau (Marsh dan Fransisco, 2006). Tetapi manfaat arang aktif
yang dapat diaplikasikan pada penelitian ini yaitu karena arang aktif dapat
menyerap dan menyimpan panas (Weil et.al 2003).
Berangkat dari semua masalah dan fakta diatas, diperlukan suatu
alternatif untuk mengatasi masalah ini, maka diperlukan suatu metode
penelitian yang tepat, terarah dan berkelanjutan. Salah satu alternatif
penelitian yang dapat diaplikasikan adalah dengan cara melakukan
Optimalisasi Penggunaan Limbah Rambut Manusia Paduan Arang
Aktif Dari Tandan Kosong Kelapa Sawit Sebagai Bahan Dasar
Pembuatan Sel Surya. Oleh karena itu dengan adanya penelitian ini
diharapkan dapat menyelesaikan berbagai masalah baik masalah fisik
maupun sosial yang terdapat pada masyarakat serta dapat diaplikasikan
dalam kehidupan nyata mengingat bahan baku dan pembuatan produk ini
terbilang murah dan mudah.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Sesuai dengan pemaparan latar belakang diatas, adapun perumusan
masalah yang dibuat adalah sebagai berikut :
1. Proses pembuatan sel surya dengan menggunakan bahan dasar limbah
rambut manusia paduan arang aktif.
2. Pengaruh penggunaan limbah rambut manusia paduan arang aktif dalam
menyerap dan menyalurkan foton terhadap kinerja sel surya.
3. Perbandingan kuat arus listrik sel surya yang memanfaatkan limbah
rambut manusia paduan arang aktif dengan sel surya tanpa
menggunakan limbah rambut manusia paduan arang aktif.
Dari pernyataan diatas dapat dibuat rumusan masalah dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses pembuatan sel surya dengan menggunakan bahan
dasar limbah rambut manusia paduan arang aktif ?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan limbah rambut manusia paduan arang
aktif dalam menyerap dan menyalurkan foton terhadap kinerja sel
surya?
3. Bagaimana perbandingan kuat arus listrik sel surya yang memanfaatkan
limbah rambut manusia paduan arang aktif dengan sel surya tanpa
menggunakan limbah rambut manusia paduan arang aktif ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses pembuatan sel surya dengan menggunakan
bahan dasar limbah rambut manusia paduan arang aktif.
2. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan limbah rambut manusia
paduan arang aktif dalam menyerap dan menyalurkan foton terhadap
kinerja sel surya.

3. Untuk mengetahui perbandingan kuat arus listrik sel surya yang


memanfaatkan limbah rambut manusia paduan arang aktif dengan sel
surya tanpa menggunakan limbah rambut manusia paduan arang aktif.

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat yang ingin diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Sebagai referensi atau bahan bacaan tambahan mengenai sejarah dan hasil
perkembangan penelitian serta penemuan teknologi sel surya.
Untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan lengkap serta
menjawab persoalan yang telah dibuat.
Memberikan kontribusi positif pada dunia pendidikan terutama di
bidang ketenagalistrikan dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dapat diandalkan.
2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang
mungkin dapat diterima dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
untuk menghasilkan informasi yang relevan dalam pengembangan penelitian
dan penulisan karya ilmiah lebih lanjut.
Memberikan kesempatan bagi masyarakat luas khususnya di daerah
pedesaan yang belum terlistriki oleh PLN untuk membuat pembangkit listrik
tenaga surya dengan biaya yang murah serta bahan yang mudah didapat.
Memanfaatkan limbah rambut manusia dan juga tandan kosong kelapa sawit
menjadi produk yang inovatif serta mempunyai manfaat yang bisa dinikmati
oleh masyarakat luas.

1.5 BATASAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dibuat batasan masalah agar ruang lingkup penelitian ini jelas batasannya.
Adapun batasan masalah yang dibuat adalah sebagai berikut:
1. Bahan utama pembuatan arang aktif adalah tandan kosong kelapa
sawit.
2. Rambut manusia yang digunakan adalah berupa limbah salon yang
tidak terpakai.
3. Alat yang dibuat dan digunakan hanya berupa sel surya, bukan
modul surya.
4. Hasil pengukuran dari sel surya hanya akan dibandingkan dengan sel
surya biasa.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan tugas akhir ini disusun untuk memberikan
gambaran umum tentang penelitian yang dijalankan. Sistematika penulisan
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Batasan Masalah, dan Sistematika
Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Membahas berbagai konsep dasar dan teori-teori yang berkaitan dengan
topik penelitian yang dilakukan dan hal-hal yang berguna dalam proses
analisis permasalahan serta tinjauan terhadap penelitian-penelitian serupa
yang telah pernah dilakukan sebelumnya termasuk sintesisnya.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Berisi metode apa yang akan dilakukan, dan prosesnya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini hasil yang didapatkan dari penelitian akan dibahas dan
dianalisa. Sehingga didapatkan informasi-informasi dari data yang telah
diperoleh, dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi kesimpulan dan saran yang sudah diperoleh dari penelitian ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Limbah Rambut Manusia
2.1.1 Definisi Limbah
Pengertian limbah secara umum adalah sisa dari suatu usaha dan
atau kegiatan manusia baik berupa padat, cair ataupun gas yang dipandang
sudah tidak memiliki nilai ekonomis sehingga cenderung untuk dibuang.
Limbah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga,
limbah bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh
kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak
berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit
atau merugikan. Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses
produksi, baik dari proses industri maupun domestik (rumah tangga, yang
lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis atau bersifat merugikan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia
limbah memiliki beberapa pengertian yakni : (1) limbah adalah sisa proses
produksi, (2) limbah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai/tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan/pemakaian, (3)
limbah adalah barang cacat atau rusak dalam proses produksi. Menurut UU
No. 32/2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, limbah didefinisikan
sebagai sisa suatu usaha dan atau kegiatan.
2.1.2 Rambut Manusia
Rambut memiliki daya tahan yang tinggi baik terhadap kerusakan
akibat faktor kimia maupun fisika. Jika dilihat dari tingkat ketahanan rambut

dari faktor fisika, maka dapat dilihat bahwa rambut mampu bertahan pada
suhu hingga 180C yang dapat diamati dari ketahanan rambut saat dicatok
dengan suhu yang cukup tinggi (Makarizo,2010). Dilihat dari struktur
rambut, sebagian besar rambut terdiri dari protein. Komponen rambut terdiri
dari 70-80% keratin, 3-6% senyawa minyak, 1% zat warna melanin dan
pheomelanin (pigmen warna lebih muda), 15% kelembaban air dan sisanya
adalah karbohidrat dan unsur-unsur mineral.
Sedangkan komposisi kimiawi batang rambut adalah 44,5% karbon,
30% Oksigen, 14% Nitrogen, 6,5% Hidrogen, serta 5% Belerang. Unsurunsur ini terutama terdapat dalam zat tanduk (keratin) (Anonim:2008).
Rambut pada mamalia khususnya manusia memiliki struktur yang sangat
kompleks, terdiri dari beberapa bagian yang berlapis-lapis serta memiliki
berbagai kandungan yang secara tak langsung membentuk sifat-sifat fisik
rambut. Sedangkan jika dilihat dari tingkat ketahanan rambut dari faktor
kimia, maka dapat diketahui dari ikatan sulfida yang terdapat dalam korteks
bersama dengan ikatan hidrogen. Secara bersama-sama ikatan hidrogen dan
ikatan sulfida membuat rambut menjadi elastis, kuat, dan memberi bentuk
(keriting atau lurus). Ikatan hidrogen mudah terpatahkan hanya oleh air,
tetapi ikatan sulfida sangat kuat dan hanya dapat dipatahkan oleh larutan
kimiawi (seperti proses pengeritingan dan pelurusan rambut). Dalam hal ini,
90 % struktur rambut merupakan korteks sehingga rambut dapat dikatakan
sangat kuat dan tahan terhadap air (Sonikiawan Irianto.2010).
Jaringan luar rambut (kutikula) memiliki komponen khusus keratin
dan sistein yang sangat kuat terhadap kerusakan yang timbul dari bahan
kimia (asam dan basa) maupun fisika (panas, dingin dan tekanan). Keratin
merupakan derivat polipeptida yang memiliki struktur khas, keratin banyak
ditemukan dikuku maupun di rambut. Lapisan-lapisan yang tersususn oleh
keratin dalam rambut tak hanya selapis tapi hingga sepuluh lapis yang
memiliki kekhususan dalam menahan kerusakan.

Gambar 2.1 Struktur Rambut


Selain keratin pada rambut manusia terdapat juga zat melanin.
Melanin inilah yang berfungsi sebagai pengkonversi radiasi matahari
menjadi energi listrik serta meningkatkan sifat fotovoltaik dari pewarna
organik yang terdapatnya, karena melanin bersifat sensitif terhadap cahaya
dan juga bertindak sebagai jenis konduktor. Selain itu melanin memiliki
sifat fotoelektrokimia sehingga sangat cocok digunakan pada sistem sel
surya. Melanin mengumpulkan energi dari sumber radiasi, sehingga elekron
masuk ke dalamnya dalam keadaan tereksitasi, dan akhirnya memproduksi
energi kimia, mirip dengan proses fotosintesis pada tumbuhan. Peningkatan
transfer elektron pada melanin tidak tergantung pada energi dari foton
melainkan melanin memiliki kemampuan yang luar biasa untuk mengubah
radiasi menuju bentuk energi yang lebih berguna. Jadi melanin dapat
digambarkan sebagai transduter energi dengan sifat-sifat semikonduktor,
serta dapat menyerap berbagai radiasi dan mengubahnya ke bentuk energi
yang lebih berguna.
Sel fotoelektrokimia merupakan sistem sel surya yang didasarkan
pada

persambungan

antara

semikonduktor

dan

elektrolit.

Sel

fotoelektrokimia terdiri atas elektroda kerja (working electrode), elektroda


lawan (counter electrode), dan elektroda yang mengandung kopel redoks
(elektrolit cair atau padat). Elektroda kerja dapat berupa bahan
semikonduktor sehingga disebut juga elektroda semikonduktor. Elektroda
semikonduktor dapat berbentuk lapisan tipis yang dideposisikan pada

substrat kaca ITO. Elektroda semikonduktor seperti SnS (Timah Sulfida)


berperan sebagai fotoelektroda atau fotoanoda yang berfungsi menyerap
energi foton sedangkan elektroda lawan (counter electrode) seperti ITO
(Indiun Tin Oxide) berperan sebagai katoda. Baik elektroda semikonduktor
maupun elektroda lawan dicelupkan ke dalam larutan elektrolit yang
mengandung kopel redoks. Larutan yang digunakan mengandung kompleks
redoks seperti sulfida, selenida, iodida, tellurida, dan sebagainya.
Selanjutnya, kedua elektroda tersebut dihubungkan dengan rangkaian. Hal
ini berarti rambut yang banyak mengandung melanin yang bersifat
fotoelektrokimia sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan sel
surya yang mengantikan bahan sel surya konvensional.

Gambar 2.2 Melanin pada Rambut


2.2 Arang Aktif dari Tandan Kosong Kelapa Sawit
2.2.1 Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tankos)
Kelapa sawit (Elaeis guineneis) termasuk ke dalam famili Palmae
yang dikelompokkan ke dalam tanaman monocotyledon. Buah kelapa sawit
terdiri dari beberapa lapisan yaitu perikarp yang dibentuk oleh lapisan
mesokarp dan esokarp serta endokarp yang mengelilingi inti (kernel).
Cangkang berwarna hitam keras karena mengandung zat kersik dan disebut
tempurung.
Tanda kosong merupakan tempat melekatnya buah kelapa sawit.
Buah kelapa sawit yang baru dipanen disebut sebagai tandan buah segar
(Tim Penulis Penebar Swadaya,1999) dalam Mahyudan (2003). Tandan

buah segar yang baru dipanen setelah diproses di pabrik kelapa sawit
menyisakan limbah yang dapat didaur ulang yaitu tankos (tandan kosong
kelapa sawit), serat atau sabut sawit, dan cangkang (Gumbira,1996).
Nilai konversi tandan buah segar kelapa sawit dapat dilihat pada table 2.1
Tabel 2.1 Nilai Konversi Tandan Buah Kelapa Sawit
No
Bahan
Bobot (Ton)
1
Tandan buah segar
4462
2
Palm Kernel Oil (PKO)
187
3
Tanda Kosong (basah)
1258
4
CPO
794
5
Sabut
339
Sumber : Hartley (1967) dalam Gumbira (1996)

Persentase (%)
100
17.80
4.20
28.20
7.60

Potensi tankos sebagai limbah padat sangat besar karena di produksi


sepanjang tahun. Dari aspek kimiawi tankos merupakan limbah padat yang
mengandung

selulosa,

hemiselulosa

dan

lignin

(Gulmbira,1996).

Kandungan ligneseluloasa tankos disajikan pada tabel 2.2

Tabel 2.2 Kandungan Lignoselulosa Tankos


Komponen

Selulosa
Lignin
Hemiselulosa

Pratiwi et.al
(1998)
35.81
15.70
27.01

Kandungan lignoselulosa
Hasil penelitian:
Trisyulianti
(1996)
44.19
16.19
19.28

Azeml et.al
(1994)
40
21
24

Selain bahan lignoselulosa tankos juga mengandung bahan


ekstraktif, seperti dilaporkan oleh Mahyudan (2000) dalam penelitian
Mulyani Efendi (2006) pada tabel 2.3
Tabel 2.3 Kandungan Bahan Ekstraktif Tankos
Jenis bahan baku
Perlakuan
Zat ekstaktif terlarut
dalam air dingin (%)
Tandan kosong
Tandan kosong

Tanpa perendaman
Perendaman 3 jam
(air panas)

23.781
4.032

Zat ekstraktif
terlarut dalam air
panas (%)
19.97
3.887

Tandan kosong
Sabut
Sabut

Perendaman
3hari
(air dingin)
Tanpa perendaman
Perendaman 3 jam
(air dingin )

4.684

5.876

20.625
4.065

25.370
5.618

Sabut

4.807
5.560
Perendaman 3 hari
(air dingin)
Sumber : Mahyudan (2000) dalam penelitian Mulyani Efendi (2006)
Tanda kosong dan cangkang kelapa sawit mempunyai potensi yang
besar untuk digunakan sebagai bahan baku dalam pembuatan arang aktif
maupun briket arang sehingga dapat digunakan untuk menyerap dan
menyimpan panas serta bisa berfungsi sebagai katalisator.

Gambar 2.3 Tandan Kosong Kelapa Sawit


2.2.2 Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan
agar tidak terjadi kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan sehingga
bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat
digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika
terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktivator bahan-bahan
kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang

demikian disebut sebagai arang aktif. Luas permukaan arang aktif berkisar
antara 300-3500

m2

/g dan ini berhubungan dengan struktur pori internal

yang menyebabkan arang aktif mempunyai sifat sebagai adsorben. Arang


aktif dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat
adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume poripori dan luas
permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25-100% terhadap
berat arang aktif. Arang aktif dibagi atas 2 tipe, yaitu arang aktif sebagai
pemucat dan sebagai penyerap uap.
Arang aktif sebagai pemucat, biasanya berbentuk powder yang
sangat halus, diameter pori mencapai 1000 , digunakan dalam fase cair,
berfungsi untuk memindahkan zat-zat pengganggu yang menyebabkan
warna dan bau yang tidak diharapkan, membebaskan pelarut dari zat-zat
pengganggu dan kegunaan lain yaitu pada industri kimia dan industri baju.
Diperoleh dari serbuk-serbuk gergaji, ampas pembuatan kertas atau dari
bahan baku yang mempunyai densitas kecil dan mempunyai struktur yang
lemah.
Arang aktif sebagai penyerap uap, biasanya berbentuk granular atau
pellet yang sangat keras, diameter porinya berkisar antara 10-200 , tipe
pori lebih halus, digunakan dalam fase gas, berfungsi untuk memperoleh
kembali pelarut, katalis, pemisahan dan pemurnian gas. Diperoleh dari
tempurung kelapa, tulang, batu bata atau bahan baku yang mempunyai
struktur keras. Sehubungan dengan bahan baku yang digunakan dalam
pembuatan arang aktif untuk masing-masing tipe, pernyataan di atas bukan
merupakan suatu keharusan. Karena ada arang aktif sebagai pemucat
diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas besar, seperti tulang. Arang
tulang tersebut, dibuat dalam bentuk granular dan digunakan sebagai
pemucat larutan gula. Demikian juga dengan arang aktif yang digunakan
sebagai penyerap uap dapat diperoleh dari bahan yang mempunyai densitas
kecil seperti serbuk gergaji.
Arang juga dapat dihasilkan dengan cara destilasi kering. Dengan cara
ini, bahan baku dipanaskan dalam suatu ruangan vakum. Hasil yang

diperoleh berupa residu yaitu arang dan destilat yang terdiri dari campuran
metanol dan asam asetat. Residu yang dihasilkan bukan merupakan karbon
murni, tetapi masih mengandung abu dan tar. Hasil yang diperoleh seperti
metanol, asam asetat dan arang tergantung pada bahan baku yang digunakan
dan metode destilasi. Proses aktivasi merupakan hal yang penting
diperhatikan di samping bahan baku yang digunakan. Yang dimaksud
dengan aktivasi adalah suatu perlakuan terhadap arang yang bertujuan untuk
memperbesar pori yaitu dengan cara memecahkan ikatan hidrokarbon atau
mengoksidasi molekul-molekul permukaan sehingga arang mengalami
perubahan sifat, baik fisika maupun kimia, yaitu luas permukaannya
bertambah besar dan berpengaruh terhadap daya adsorpsi. Metoda aktivasi
yang umum digunakan dalam pembuatan arang aktif adalah :
a. Aktivasi Kimia: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
dengan pemakaian bahan-bahan kimia.
b. Aktivasi Fisika: proses pemutusan rantai karbon dari senyawa organik
dengan bantuan panas, uap dan CO2.
Untuk aktivasi kimia, aktivator yang digunakan adalah bahan-bahan
kimia seperti: hidroksida logam alkali, garam-garam karbonat, klorida,
sulfat, fosfat dari logam alkali tanah dan khususnya ZnCl 2 asam-asam
anorganik seperti H2SO4 dan H3PO4. Arang aktif sebagai pemucat dapat
dibuat dengan aktivasi kimia. Bahan baku dicampur dengan bahan-bahan
kimia, kemudian campuran tersebut dipanaskan pada temperatur 500-900C.
Selanjutnya didinginkan, dicuci untuk menghilangkan dan memperoleh
kembali sisa-sisa zat kimia yang digunakan. Akhirnya, disaring dan
dikeringkan. Bahan baku dapat dihaluskan sebelum atau setelah aktivasi.
Cheremisinoff dan A. C. Moressi (1978), mengemukakan bahwa
proses pembuatan arang aktif terdiri dari tiga tahap yaitu:
a. Dehidrasi: proses penghilangan air. Bahan baku dipanaskan sampai
temperatur 170 C.
b. Karbonisasi: pemecahan bahan-bahan organik menjadi karbon.
Temperatur di atas 170C akan menghasilkan CO, CO2 dan asam
asetat. Pada temperatur 275C, dekomposisi menghasilkan tar, metanol

dan hasil sampingan lainnya. Pembentukan karbon terjadi pada


temperatur 400 -600C.
c. Aktivasi: dekomposisi tar dan perluasan pori-pori. Dapat dilakukan
dengan uap atau CO2 sebagai aktivator.
Sifat arang aktif yang paling penting adalah daya serap. Dalam hal ini,
ada beberapa faktor yang mempengaruhi daya serap adsorpsi, yaitu:
1. Sifat Adsorben
Arang aktif yang merupakan adsorben adalah suatu padatan berpori,
yang sebagian besar terdiri dari unsur karbon bebas dan masing-masing
berikatan secara kovalen. Dengan demikian, permukaan arang aktif bersifat
non-polar. Selain komposisi dan polaritas, struktur pori juga merupakan
faktor yang penting diperhatikan. Struktur pori berhubungan dengan luas
permukaan, semakin kecil pori-pori arang aktif, mengakibatkan luas
permukaan semakin besar.
2. Sifat Serapan
Banyak senyawa yang dapat diadsorpsi oleh arang aktif, tetapi
kemampuannya untuk mengadsorpsi berbeda untuk masing-masing
senyawa. Adsorpsi akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya
ukuran molekul serapan dari struktur yang sama, seperti dalam deret
homolog. Adsorpsi juga dipengaruhi oleh gugus fungsi, posisi gugus fungsi,
ikatan rangkap, struktur rantai dari senyawa serapan.
3. Temperatur
Dalam pemakaian arang aktif dianjurkan untuk menyelidiki
temperatur pada saat berlangsungnya proses. Karena tidak ada peraturan
umum yang bisa diberikan mengenai temperatur yang digunakan dalam
adsorpsi. Faktor yang mempengaruhi temperatur proses adsoprsi adalah
viskositas dan stabilitas termal senyawa serapan. Jika pemanasan tidak
mempengaruhi sifat-sifat senyawa serapan, seperti terjadi perubahan warna
maupun dekomposisi, maka perlakuan dilakukan pada titik didihnya. Untuk
senyawa volatil, adsorpsi dilakukan pada temperatur kamar atau bila
memungkinkan pada temperatur yang lebih kecil.
4. pH (Derajat Keasaman)

Untuk asam-asam organik adsorpsi akan meningkat bila pH


diturunkan, yaitu dengan penambahan asam-asam mineral. Ini disebabkan
karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik
tersebut. Sebaliknya bila pH asam organik dinaikkan yaitu dengan
menambahkan alkali, adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.

5. Waktu Kontak
Bila arang aktif ditambahkan dalam suatu cairan, dibutuhkan waktu
untuk mencapai kesetimbangan. Waktu yang dibutuhkan berbanding terbalik
dengan jumlah arang yang digunakan. Selain ditentukan oleh dosis arang
aktif, pengadukan juga mempengaruhi waktu singgung. Pengadukan
dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada partikel arang aktif untuk
bersinggungan dengan senyawa serapan. Untuk larutan yang mempunyai
viskositas tinggi, dibutuhkan waktu singgung yang lebih lama (Sembiring,
2003).

Gambar 2.4 Arang Aktif atau Karbon Aktif


2.3 Sel Surya
2.3.1 Konsep Sel Surya
Sel surya atau sel photovoltaic adalah suatu alat semikonduktor yang
mengkonversi foton (cahaya) kedalam listrik. Konversi ini disebut efek
photovoltaic, dengan kata lain efek photovoltaic adalah energi potensial
listrik yang terbangun antara dua material yang berbeda ketika hubungan

bahan yang sejenis (common junction) diterangi radiasi foton. Gambar 2.5
dan Gambar 2.6 merupakan simbol dan rangkaian ekuivalen sel surya.

Gambar 2.5 Simbol Sel Surya

Gambar 2.6 Rangkaian Ekuivalen Sel Surya

Fisik dari sel surya sangat mirip dengan bentuk klasik dioda p-n
(Gambar 2.7). Ketika cahaya diserap oleh junction, energi foton yang
diserap di transfer ke sistem elektron dari materi dioda, menghasilkan
penciptaan dari pembawa muatan mungkin saja sepasang elektron-ion
dalam cairan elektrolit, atau sepasang elektron-hole didalam materi
semikonduktor solid.

Gambar 2.7 Efek Photovoltaik


Mengkonversi Foton Ke Voltase Melalui P-N Junction
Asal dari tenaga potensial photovoltaic adalah perbedaan didalam
kekuatan bahan kimia, disebut fermi level, dari elektron-elektron di dua
material yang terisolasi. Ketika mereka bergabung, Junction mendekati
sebuah kesetimbangan termodinamik yang baru. Kesetimbangan tersebut
didapat hanya ketika fermi level dalam kedua material sama. Hal ini muncul
oleh aliran elektron dari satu material ke yang lain sampai sebuah perbedaan
voltase terbentuk diantara dua material yang mana mempunyai potensial

yang hanya sama dari awal perbedaan dari vermi level potensial ini
mendorong photocurrent.

Gambar 2.8 Konstruksi Dasar Sel Surya


Gambar 2.8 menampilkan konstruksi dasar sel surya. Untuk
mengumpulkan photocurrent, penghubung-penghubung berbahan besi
disediakan di kedua sisi dari junction untuk mengumpulkan arus listrik yang
disebabkan oleh pergeseran foton dalam satu sisi. Foil penghantar (solder)
disediakan di bawah (gelap) permukaan dan satu ditepi atas (diterangi)
permukaan. Lubang penghantar tipis di atas permukaan mengumpulkan arus
dan membiarkan sinar cahaya melaluinya.
Ruang dari serat penghantar di dalam lubang adalah permasalahan
dari kompromisasi antara memaksimalkan hantaran energi listrik dan
meminimalisasi dari pemblokan sinar cahaya. Di penambahan ke elemenelemen dasar, beberapa fitur peningkatan juga ditambahkan. Caranya
permukaan sel mempunyai pelapis anti-reflective untuk menyerap sebanyak
mungkin cahaya dengan meminimalisasi pemantulan cahaya. Perlindungan
mekanik disediakan oleh coverglass yang dipasangkan dengan bahan yang
transparan.

Sel
Modul
Array
Gambar 2.9 Beberapa Sel Menjadi Modul dan Beberapa Modul Menjadi Array

2.3.2 Modul dan Array


Sel surya (seperti Gambar 2.9) adalah dasar pembangun dari sistem
energy photovoltaic. Secara khusus sel surya berukuran hanya beberapa inci
persegi. Untuk mendapatkan tenaga yang besar, beberapa buah sel surya
dihubungkan secara seri dan pararel dalam sebuah panel (modul) dengan
ukuran beberapa meter persegi. Array atau panel digambarkan sebagai
sebuah group dari beberapa modul yang secara elektrik terhubung dalam
kombinasi seri-pararel untuk menghasilkan arus dan tegangan yang di
butuhkan.
2.3.3 Foton
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik.
Biasanya foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti
cahaya, gelombang radio, dan Sinar-X. Foton tidak bermassa dan dalam
ruang vakum foton selalu bergerak dengan kecepatan cahaya. Foton
memiliki baik sifat gelombang maupun partikel (dualism gelombangpartikel). Sebagai gelombang, satu poton tunggal tersebut diseluruh ruang
dan menunjukan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan
inferensi destruktif ketika gelombang terpantulkan saling memusnahkan
satu sama lain.
Seperti partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi
dengan memindahkan energi. Energi foton tergantung pada frekuensi cahaya
yang digunakan, dengan persamaan:

E = h.f
Keterangan :
E adalah energi elektron (eV)
h adalah konstanta Planck, h = 6,63.10-34 (Js)
f adalah frekuensi elektron (Hz)
2.3.4 Penjelasan Singkat Konversi Energi

Penjelasan secara singkat bagaimana sel surya mengubah energi


matahari menjadi energi listrik adalah sebagai berikut.
a. Foton didalam cahaya matahari mengenai panel surya dan diserap oleh
semiconducting material, seperti silikon.
b. Elektron (bermuatan negatif) dilepaskan dari atom, membiarkan mereka
untuk mengalir melalui material panel surya untuk menghasilkan listrik.
Muatan positif yang komplementer juga diciptakan (seperti gelembung)
yang disebut holes dan mengalir dikembalikan arah elektron didalam
suatu silikon panel surya.
c. Suatu array dari panel surya mengkonversi energi matahari ke dalam arus
searah listrik (DC).

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2 Desain atau Jenis Penelitian
Penelitian ini didesain dengan menggunakan metode percobaan
(eksperimen). Metode percobaan yang dimaksud yaitu dengan membuat
produk yang diteliti serta dapat menjelaskan hubungan sebab akibat antara

satu variabel dengan variabel lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk


membuat sel surya dengan menggunakan bahan dasar berupa limbah rambut
manusia paduan arang aktif. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dan
menjelaskan mengapa limbah rambut manusia paduan arang aktif bisa
mengkonversi radiasi matahari menjadi energi listrik.
3.3 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan dan alat penelitian terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Bahan dan Alat Pembuatan Arang Aktif
No
1
2
3

Nama Bahan
Tandan kosong kelapa sawit
Asam sulfat (H2SO4)
Minyak tanah

Volume
5 Kg
500 mL
10 mL

No
Nama Alat
Jumlah
1
Alat-alat gelas seperti gelas kimia, erlemneyer dan lainnya
1 Buah
2
Alat-alat tajam seperti pisau, gunting dan lain-lain
1 Buah
3
Oven atau pengering
1 Buah
4
Kaleng
1 Buah
5
Neraca Analitik
1 Buah
6
Spatula atau sendok
2 Buah
7
Penyaring
1 Buah
2. Bahan dan Alat Pembuatan Sel Surya
No
Nama Bahan
Volume/Jumlah
1 Limbah rambut manusia
1 Kg
2 Wadah plastik (20 X 20 cm)
1 Buah
3 Lempengan tembaga (12 X 12 cm)
2 Buah
4 Kawat tembaga
1 Gulung
5 Paku paying
40 Buah
6 Larutan elektrolit (larutan garam/NaOH)
500 mL
7 Jaring besi ( 20 X 20 cm)
3 Buah
8 Jepit buaya
6 Buah
No
1
2
3
4
5

Nama Alat
Voltmeter
Ammeter
Power Supply
Charge Controller
Lampu

3. Bahan dan Alat Pembuatan Larutan Garam


No
Nama Bahan
1
Garam Murni

Jumlah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah
1 Buah

Volume/Jumlah
5,46 g

Aquades

No
Nama Alat
1
Gelas Kimia
2
Spatula atau Sendok
3
Botol
3.4 Perlakuan atau Rancangan Percobaan

500 mL
Jumlah
1
1
1

Secara umum dalam penelitian ini ada beberapa tahapan yang dilakukan
yaitu:
1. Tahap persiapan bahan baku
2. Tahap pengarangan/Karbonisasi
3. Tahap pencampuran arang aktif dengan limbah rambut manusia
4. Tahap perakitan dan pembuatan sel surya
5. Tahap pengujian sel surya
3.5 Alur Penelitian
Penelitian ini dilakukan seperti diagram alur proses yang dapat
dilihat pada (Gambar 3.2) Untuk langkah-langkah yang lebih jelas dan lebih
detail dapat dijelaskan pada bagian prosedur penelitian.
3.6 Prosedur Percobaan atau Penelitian
Prosedur pembuatan sel surya dari bahan limbah rambut manusia
paduan arang aktif dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Pembuatan karbon aktif
2. Pembuatan sel surya dari limbah rambut manusia paduan arang aktif
3. Pembuatan larutan garam
a) Prosedur pembuatan karbon aktif
Pembuatan karbon aktif yakni proses dimana bahan baku direndam
terlebih dahulu dengan zat aktivator sebelum dilakukan karbonisasi.
Prosedur kerja pembuatan karbon aktif tersebut adalah sebagai berikut :
1) Tandan kosong kelapa sawit dipotong dengan ukuran yaitu antara 60
sampai 120 mm.
2) Tandan yang telah dipotong-potong dicuci untuk menghilangkan
bahan-bahan yang tidak diinginkan.
3) Tandan kosong selanjutnya dikeringan dengan bantuan sinar
matahari untuk menghilangkan kelembapannya.

4) Tandan yang dikeringkan dengan bantuan sinar matahari lalu dibakar


dengan tungku pembakaran.
5) Setelah dilakukan pembakaran awal, arang yang diperoleh ditumbuk
didalam mangkok mortal untuk mendapatkan arang yang halus.
6) Arang yang diperoleh diayak dengan ukuran pengayakan 90 mesh.
7) Arang aktif yang lolos ukuran 90 mesh ditimbang dan dicatat
hasilnya
8) Arang halus yang telah diayak dan dilanjutkan dengan proses
aktivasi kimia dengan cara merendam arang dengan larutan asam
sulfat (H2SO4).
9) Setelah dilakukan aktivasi kimia selama 24 jam kemudian arang
aktif dikeringkan pada oven pada suhu 100-150C.
10) Arang aktif sudah siap dipadukan dengan limbah rambut manusia.
b) Prosedur umum pembuatan sel surya
1) Limbah rambut yang tersedia dicuci dan direndam selama 24 jam
dengan larutan garam (NaCl).
2) Arang aktif yang disediakan dicampurkan dengan lem sagu
dengan perbandingan 1 sendok sagu untuk 10 sendok serbuk
arang aktif.
3) Rambut yang telah direndam diletakkan diatas jaring besi persegi
lalu ditutup dengan jaring persegi lainnya.
4) Diatas jaring besi yang telah berisi rambut tersebut diletakkan
arang

aktif

yang

telah

dicampur

dengan

sagu

dengan

perbandingan antara rambut dan arang aktif (3:2) lalu bagian atas
arang aktif ditutup lagi dengan jaring besi sampai semuanya
menjadi satu kesatuan.
5) Sesudah semuanya disatukan, paku payung yang tersedia
ditancapkan dipermukaan secara teratur sebanyak 35 buah untuk
ukuran 20 X 20 cm.
6) Paku payung yang telah tertancap dililitkan dengan kawat
tembaga pada bagian atas dan juga bagian bawah sehingga
membentuk dua ujung kawat tembaga.

7) Dua ujung kawat tembaga tersebut disambung dengan jepit buaya


sehingga bisa dihubungkan pada lempengan tembaga yang telah
dipanaskan atau disebut dengan oksida cuprous.
8) Satu lempengan tembaga dibakar dengan kompor listrik sampai
lempeng tembaga berwarna hitam dan setelah itu didinginkan
sampai zat hitam yang melekat pada tembaga lepas hal ini
dilakukan untuk membuat Oksida Cuprous.
9) Wadah plastik yang berukuran 20 X 20 cm diisi dengan larutan
elektrolit sebanyak 500 ml.
10) Sel surya yang telah selesai dibuat dimasukkan kedalam wadah
plastik yang telah terisi larutan elektrolit.
11) Satu lempeng tembaga yang biasa diletakkan disisi samping
wadah sedangkan oksida cuprous diletakkan disisi samping
lainnya dan kedua tembaga ini harus menyentuh larutan
dibawahnya.
12) Jepit buaya dari sel surya dijepitkan pada oksida cuprous,lalu dari
oksida cuprous tersebut dijepitkan lagi jepit buaya sehingga bisa
dihubungkan pada voltmeter/ammeter atau lampu bertegangan
kecil seperti 0,2 V.
13) Sel surya dari limbah rambut manusia paduan arang aktif telah
selesai dibuat.
c) Pembuatan Larutan Garam
1. Sekitar 5,46 gr NaCl ditimbang menggunakan neraca ohause.
2. 500 ml aquades dimasukkan menggunakan gelas ukur 1000 ml.
3.

500 ml aquades dimasukkan ke dalam gelas kimia.

4. Sedikit demi sedikit NaCl dimasukkan ke dalam gelas kimia sambil


diaduk.
5. Setelah dingin, larutan disimpan ke dalam botol dan larutan garam
siap digunakan

Gambar 3.1 Skema Sel Surya

Gambar 3.2 Alur Penelitian

TANDAN KOSONG KELAPA


SAWIT

PEMOTONGAN

PENCUCIAN

PENGERINGAN

PEMBAKARAN

ARANG

PERSIAPAN ALAT DAN


BAHAN DASAR

LIMBAH RAMBUT
MANUSIA

PENCAMPURAN
LIMBAH RAMBUT
DENGAN LARUTAN
NACL

PEMADUAN
LIMBAH RAMBUT
DENGAN ARANG
AKTIF

PERAKITAN DAN
PEMBUATAN SEL
SURYA

PERENDAMAN
DENGAN (H2so4)

PENGERINGAN PADA
SUHU 100-200C

ARANG AKTIF

SEL SURYA DARI LIMBAH RAMBUT


MANUSIA PADUAN ARANG AKTIF

SKRIPSI
Optimalisasi Pembuatan Sel Surya Menggunakan Limbah
Rambut Manusia Paduan Arang Aktif dari Tandan Kosong
Kelapa Sawit
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada
Program Studi Teknik Elektro

Disusun Oleh :
NOVRIZAL EKA PUTRA
03041181520001

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2016

Anda mungkin juga menyukai