Oleh:
PENDAHULUAN
I.
Konsep Balanced Scorecard telah lama dikembangkan oleh Robert S.Kaplan dan David
P.Norton (HBR, January,1992). Konsep Balanced Scorecard ini dikembangkan untuk
melengkapi pengukuran kinerja finansial (atau dikenal dengan pengukuran kinerja tradisional)
dan sebagai alat yang cukup penting bagi organisasi perusahaan untuk merefleksikan
pemikiran baru dalam era competitiveness dan efektivitas organisasi.
Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan,
akibatnya fokus perhatian dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja
keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja nonkeuangan. Pada tahun 1990, Nolan
Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik KPMG, mensponsori study tentang
Mengukur Kinerja Organisasi Masa Depan(Kaplan and Norton ,1996: vii). Studi ini didorong
oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran kinerja keuangan yang digunakan oleh semua
perusahaan untuk mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai. Balanced scorecard
digunakan untuk menyeimbangkan usaha dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan
nonkeuangan, serta kinerja jangka pendek. dan kinerja jangka panjang.
Bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan, diperlukan ukuran yang
komprehensif yang mencakup empat perspektif: keuangan, customer, proses bisnis/intern, dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced scorecard.
II.
KAJIAN TEORI
1. Definisi Balance Scorecard
Balance Scorecard (secara literal berarti kartu skor berimbang) terdiri atas kumpulan
ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung
strategi perusahaan secara keseluruhan. Strategi pada dasarnya adalah suatu teori tentang
bagaimana mencapai sasaran perusahaan. Sebagai contoh, strategi Southwest Airlines adalah
menawarkan
harga
rendah
pada
penumpang
dan
pelayanan
penerbangan
yang
menyenangkan. Harga rendah tersebut dimungkinkan karena tidak adanya biaya tambahan lain
seperti makanan, tempat duduk khusus, dan pengecekan bagasi antarbagian. Menurut
pendekatan balance scorecard, manajemen puncak menerjemahkan strategi mereka kedalam
ukuran kinerja yang dapat dipahami dan dilakukan oleh para karyawan. Sebagai contoh, jumlah
waktu yang dibutuhkan oleh penumpang untuk antre menunggu pengecekan bagasi dapat
merupakan ukuran kinerja bagi supervisor yang memimpin counter check-in Southwest Airlines
di bandara Phoenix. Ukuran kinerja ini mudah untuk dipahami dan diperbaiki oleh tindakan
supervisor.
Konsep balance scorecard memperkenalkan suatu sistem pengukuran kinerja
perusahaan dengan menggunakan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria tersebut sebenarnya
merupakan penjabaran dari apa yang menjadi misi dan strategi perusahaan dalam jangka
panjang, yang digolongkan menjadi empat perspektif yang berbeda yaitu :
1. Perspektif finansial
2. Perspektif customer
3. Perspektif proses, bisnis internal
4. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
Dalam Balanced Scorecard, keempat persektif tersebut menjadi satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Keempat perspektif tersebut juga merupakan indikator pengukuran
kinerja yang saling melengkapi dan saling memiliki hubungan sebab akibat.
2. Karakteristik Umum Balanced Scorecard
Ukuran kinerja yang digunakan oleh pendekatan balance scorecard dapat dibagi
menjadi 4 kelompok (seperti yang digambarkan pada gambar 1) yaitru: keuangan, pelanggan ,
proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan. Proses bisnis internal adalah
segala sesuatu yang dilakikan perusahaan dalam usahanya memuaskan pelanggan. Sebagai
contoh, di perusahaan manufaktur, perakitan suatu produk merupakan proses bisnis internal.
Sedangkan dalam perusahaan penerbangan, penanganan bagasi merupakan proses bisnis. Ide
yang mendasari pengelompokan ini adalah bahwa pembelajaran penting untuk memperbaiki
proses bisnis internal, memperbaiki proses bisnis adalah penting untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan, dan meningkatkan kepuasan pelanggan akan memperbaiki kondisi keuangan.
Pada akhirnya, sebagian besar perusahaan hidup untuk memberikan imbalan kepada
pemiliknya. Tidak ada pengecualian. Namun demikian, karena beberapa alas an, ukuran kinerja
keuangan tidaklah mencukupii dengan sendirinya melainkan harus diintegrasikan dengan
ukuran non keuangan di dalam balance scorecard yang dirancang dengan baik.
Pertama, ukuran keuangan merupakan indicator jasa dalam artian melaporkan hasil tindakan
di masa lampau. Sebaliknya, ukuran nonkeuangan yang merupaan beberapa factor
keberhasilan utama seperti kepuasan pelanggan merupakan indicator pengarah (leading
indicator) dari kinerja keuangan di masa akan dating. Kedua, manajer puncaklah yang
umumnya bertanggung jawab atas ukuran kinerja keuangan bukan manajer pada tingkatan
yang lebih rendah. Penyelia bertanggung jawab atas beberapa lama para penumpang harus
menunggu dalam antrean. Namun demikian, penyelia ini tidak bertanggung jawab terhadap
keseluruhan laba perusahaan. Ini merupakan tanggung jawab manajer puncak maskapai
penerbangan itu.
3. Perspektif Keuangan dalam Balance Scorecard
Pendekatan perspektif keuangan dalam balanced scorecard merupakan hal yang sangat
penting, hal ini disebabkan ukuran keuangan merupakan suatu konsekwensi dari suatu
keputusan ekonomi yang diambil dari suatu tindakan ekonomi. Ukuran keuangan ini
menunjukkan adanya perencanaan, implementasi. serta evaluasi dari pelaksanaan strategi
yang telah ditetapkan. Evaluasi ini akan tercermin dari sasaran yang secara khusus dapat
diukur melalui keuntungan yang diperoleh, seperti contohnya Return on investment.
Selanjutnya Kaplan ( 1996) menjelaskan bahwa ada 3 tahapan siklus bisnis yang harus
dilalui oleh suatu perusahaan yaitu pertumbuhan (growth), bertahan (sustain) dan panen (
harvest). Pertumbuhan merupakan tahap pertama yang harus dilalui oleh perusahaan dari
siklus kehidupan bisnis, dimana pada saat ini perusahaan memiliki produk yang berpotensi
memiliki tingkat pertumbuhan yang baik sekali. Dalam tahap ini perusahaan beroperasi dalam
cashflow yang negatif dan tingkat pengembalian yang rendah. Investasi yang dilakukan oleh
perusahaan pada tahap ini relatif besar dengan biaya yang besar. Hal ini disebabkan produk
atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan mempunyai pasar yang masih sangat terbatas.
Pada tahap ini lebih ditekankan
konsumen baru. Selanjutnya Blocher (2000, 188) menjelaskan bahwa siklus kehidupan
penjualan (sales life cycle) dari suatu produk terdiri dari 4 fase yaitu: (1) Pengenalan Produk, (2)
Pertumbuhan, (3) kematangan, (4)Penurunan.
Tahap siklus kedua yaitu bertahan ( sustain), dimana pada tahap ini perusahaan masih
melakukan investasi dan reinvestasi untuk mempertahankan pangsa pasar yang telah ada.
Investasi umumnya dilakukan untuk memperlancar kemacetan operasi dan memperbesar
kapasitas produksi serta meningkatkan operasionalisasi. Sasaran keuangan lebih banyak
diarahkan pada tingkat kembalian investasi yang telah dilakukan, dengan demikian sasaran
tidak lagi diarahkan pada strategistrategi jangka panjang. Pengukuran pada tahap ini bisa
diukur dengan return on invesment, economic value added. Tahap ketiga yaitu tahap
kematangan (mature). Pada tahap ini perusahaan sudah mulai memanen apa yang telah
dilakukan selama ini. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi kecuali untuk pemeliharaan
dan perbaikan fasilitas yang telah dimiliki, sedangkan tujuan utama tahap ini adalah
memaksimalkan arus kas ke dalam perusahaan.
dilakukan
melalui
prosentase
jumlah
penambahan
customer
baru
dan
perputaran
karyawan
dalam
perusahaan,
dan
pengukuran
terhadap
yang
diberikan
kepada
perusahaan
dan
oleh
masing-masing
karyawan
kepada
perusahaan
terutama
7.
sasaran-sasaran
strategik
ke
empat
perspektif,
rencana
strategik
perusahaan mencakup lingkup yang luas, yang memadai untuk menghadapi lingkungan
III.
1.
PEMBAHASAN ARTIKEL
The Balanced Scorecard as a Performance Management Tool for Third Sector
Organizations : the Case of the Arthur Bernardes Foundation, Brazil.
Gomes, C. R. & Liddle, J.
BAR, Curitiba, Vol 6 No. 4, art 5, pp. 354-366, Oct?Dec. 2009
Di Brazil, organisasi ketiga sektor memainkan peran penting dalam membantu
harus
mengembangkan
dirancang
Balanced
untuk
seluruh
Scorecard
organisasi,
tunggal
untuk
bukti
menunjukkan
masing-masing
bahwa
departemen
mempromosikan kerja sama daripada kompetisi dan mengarah ke sinergi daripada fragmentasi.
2.
kinerja. Perusahaan telah menetapkan tujuan relatif terhadap tingkat kepuasan pelanggan, tarif
produk cacat, lead time untuk memasarkan dan tanggung jawab sosial lingkungan. tujuan
tersebut tidak diukur langsung oleh pendapatan. Perusahaan yang memproduksi barang
inferior, memberikan terlambat, menyalahgunakan lingkungan atau secara umum membuat
pelanggan tidak puas akan kehilangan pangsa pasar dan menjadi dipaksa keluar dari bisnis
(Spraakman, 2005). ukuran kinerja non-keuangan dapat dikembangkan untuk menunjukkan
kemajuan (Atau ketiadaan) terhadap pencapaian, jangka panjang faktor penentu keberhasilan
penting dari perusahaan kelas dunia. Penelitian telah menunjukkan bahwa driver terkuat
prestasi kompetitif adalah tidak berwujud, terutama intelektual properti, inovasi, dan kualitas.
Sejak apa yang diukur akan dilakukan, dan karena faktor-faktor ini penting, maka mereka harus
diukur.
Beberapa aset tidak berwujud yang paling penting perusahaan dapat miliki adalah
hubungan dengan pelanggan dan dengan para karyawan. loyalitas karyawan dan loyalitas
pelanggan terkait erat, dan mempertahankan baik sangat penting bagi keberhasilan. Kedua
adalah stakeholder; dan tidak ada konflik antara stakeholder memuaskan dan pemegang
saham. Kualitas penting hubungan harus tercermin dalam kerangka pengukuran kinerja, sering
disebut scorecard. Prestasi langkah-langkah yang biasanya digunakan untuk melacak
kemajuan menuju sasaran. Langkah-langkah yang pengganti untuk target sendiri. Mereka
menentukan bagaimana, dan apa dasar, manajer dan karyawan lainnya memfokuskan waktu
dan upaya mereka. Non-keuangan indikator adalah, pada dasarnya, langkah-langkah pengganti
untuk kinerja keuangan. kinerja keuangan dan non-keuangan langkah-langkah dapat
dikombinasikan melalui BSC yang akhirnya menghubungkan semua aspek kinerja strategi
perusahaan. BSC adalah konseptualisasi pengukuran kinerja yang menerjemahkan strategi
organisasi ke dalam yang jelas tujuan, langkah-langkah, target, dan inisiatif yang
diselenggarakan di empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses bisnis, dan sumber daya
manusia atau inovasi dan pembelajaran (Kassahun, 2010). BSC adalah yang paling banyak
diterapkan sistem manajemen kinerja hari ini. Ini pada awalnya dikembangkan sebagai sistem
pengukuran kinerja pada tahun 1992 oleh Dr Robert Kaplan dan David Norton Dr. di Harvard
Business School dan kemudian berkembang menjadi kinerja alat manajemen. Ide dasar dari
BSC adalah bahwa pembelajaran perlu untuk meningkatkan proses bisnis internal; ini
Peningkatan ini diperlukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan; yang pada gilirannya
menyebabkan peningkatan hasil keuangan. BSC menekankan peningkatan dan bukan hanya
pencapaian tujuan tertentu dan jika sebuah organisasi tidak terus-menerus meningkatkan, pada
akhirnya akan kalah dengan pesaing yang melakukan (Kaplan, 2010). Dengan BSC, eksekutif
perusahaan dapat mengukur dan mengelola bagaimana unit bisnis mereka menciptakan nilai
bagi pelanggan saat ini dan masa depan, bagaimana mereka harus membangun dan
meningkatkan kemampuan internal, dan investasi pada orang, sistem, dan prosedur yang
diperlukan untuk meningkatkan masa depan kinerja. Penelitian ini mencoba untuk menyelidiki
efek dari BSC pada kinerja organisasi dalam pelayanan sektor. Hal berikut yang bertahan hidup
di sektor jasa menuntut untuk peningkatan layanan di tingkat unit bisnis. Perusahaan akan
berusaha untuk mempertahankan sistem pengukuran kinerja yang seimbang dengan hubungan
sebab-akibat.
Penelitian ini berusaha untuk membangun efek dari Balanced Scorecard (BSC) pada
kinerja perusahaan dalam layanan sektor. Lokasi penelitian adalah di Kakamega Municipality,
Kenya dan desain penelitian survei yang melibatkan 200 layanan perusahaan yang
menyediakan dipergunakan. Prosedur stratified random sampling diadopsi dengan strata yang
diselenggarakan berdasarkan sifat layanan yang ditawarkan. Setelah stratifikasi, simple random
sampling digunakan untuk memilih perusahaan responden. kuesioner semi-terstruktur
dipekerjakan untuk mengumpulkan data primer yang dianalisis melalui deskriptif statistik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kriteria non-keuangan sama pentingnya dengan kriteria
keuangan dalam sistem pengukuran dan ketika kedua langkah yang terintegrasi dalam sistem,
mereka menyebabkan hasil yang lebih unggul.
IV.
PENUTUP
Balance Scorecard (secara literal berarti kartu skor berimbang) terdiri atas kumpulan
ukuran kinerja yang terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan dan mendukung
strategi perusahaan secara keseluruhan. Strategi pada dasarnya adalah suatu teori tentang
bagaimana mencapai sasaran perusahaan. Sebagai contoh, strategi Southwest Airlines adalah
menawarkan
harga
rendah
pada
penumpang
dan
pelayanan
penerbangan
yang
menyenangkan. Harga rendah tersebut dimungkinkan karena tidak adanya biaya tambahan lain
seperti makanan, tempat duduk khusus, dan pengecekan bagasi antarbagian. Menurut
pendekatan balance scorecard, manajemen puncak menerjemahkan strategi mereka kedalam
ukuran kinerja yang dapat dipahami dan dilakukan oleh para karyawan. Sebagai contoh, jumlah
waktu yang dibutuhkan oleh penumpang untuk antre menunggu pengecekan bagasi dapat
merupakan ukuran kinerja bagi supervisor yang memimpin counter check-in Southwest Airlines
di bandara Phoenix. Ukuran kinerja ini mudah untuk dipahami dan diperbaiki oleh tindakan
supervisor.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Alat Manajemen Kontenporer untuk Pelipatganda Kinerja
Keuangan Perusahaan. Jakarta : Salemba Empat.
Kaplan, R. S., & Norton, D. P. (1996). The balanced scorecard: translating strategy into action.
Boston: Harvard Business School Press.
Kairu, W. E., Wafula, O. M., Okaka, O. Odera, O. & Akerele, K. E. 2013. Effects of Balanced
Scorecard on Performance of Firms in The Services Sector European Journal of
Business
and
Management
Vol.
No.
9,
2013.
(https://eprints.usq.edu.au/23448/2/Kairu_etal_EJBM_v5n9_PV.pdf)
ISSN
2222-1905.
Diakses
Pada
Curitiba,
Vol
No.
4,
art
5,
pp.
354-366,
Oct?Dec.
2009.