Anda di halaman 1dari 23

21

Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

BAB III
PEMBAHASAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

3.1

Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek


Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis ditempatkan di bagian

administrasi. Pelaksanaan kerja praktek ini dimaksudkan untuk mengetahui


prosedur pembiayaan murabahah di Bank Muamalat capem cihampelas Bandung.
Selama pelaksanaan kerja praktek penulis mendapatkan pengarahan dan
penjelasan mengenai tata tertib yang telah diterapkan dan penjelasan mengenai
tugas-tugas yang harus dilaksanakan serta kegiatan operasional perusahaan.
Penulis banyak dibimbing dan diberi pengarahan mengenai prosedur dan
implementasinya mengenai suatu kebijakan atau aturan yang ada. Dalam
membuat laporan kuliah kerja praktek, penulis lebih menekankan pada sisi
prosedur pembiayaan murabahah.
3.1.1

Pengertian Bank Syariah


Bank merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan


dana bagi pihak yang membutuhkan,

juga berperan sebagai lembaga

intermediasi/perantara bagi masyarakat yang kelebihan dana dan masyarakat yang


kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhannya baik untuk kegiatan produktif
maupun konsumtif. Jenis bank menurut kegiatan usaha terdiri dari bank umum

22
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

dan bank perkreditan rakyat. Pengertian bank umum Wiroso menurut dalam
bukunya yang berjudul Jual Beli Murabahah, sebagai berikut :
Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan secara
konvensional dan atau berlandaskan prinsip syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
(2005; 2)
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis bank berdasarkan
kegiatan usahanya dapat dibedakan menjadi 2 yaitu bank konvensional dan bank
syariah. Pengertian bank syariah menurut Muhammad dalam bukunya yang
berjudul Manajemen Bank Syariah, dijelaskan bahwa:
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak
mengandalkan pada bunga. Atau dengan kata lain, bank Islam adalah
lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan
dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran
uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah.
(2005; 13)
Dari pengertian diatas, bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah
adalah bank yang menggunakan hukum Islam yang bersumber dari Al Quran dan
Al Hadist dalam melaksanakan kegiatan perbankannya. Melalui produk-produk
yang dihasilkan oleh bank Islam atau bank syariah dalam produk pengumpulan
dana tersebut dapat dioperasikan sesuai dengan ketentan ajaran Islam. Perbedaan
utama antara kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah dengan bank
konvensional pada dasarnya terletak pada sistem pemberian imbalan atau jasa.

23
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

3.1.2 Perbedaan bank syariah dan bank konvensional


Perbedaan antara bank konvesional dan bank syariah secara umum
diuraikan sebagai berikut :
Tabel 3.1
Bank Syariah dan Bank Konvensional
Bank Syariah
Fungsi dan kegiatan bank Intermediasi, jasa keuangan

Bank Konvensional
Intermediasi, Manager Investasi,
Investor, Sosial, Jasa keuangan
antiriba dan antimaysir

Mekanisme dan Objek Tidak antiriba dan antimaysir


Usaha
Prinsip dasar Operasi
- Bebas
nilai
(prinsip - Tidak bebas nilai (prinsip
materialis)
syariah Islam)
- Uang sebagai komoditi
- Uang sebagai alat tukar dan
- Bunga
komoditi
- Bagi hasil, jual beli, sewa
Prioritas Pelayanan
Kepentingan pribadi
Kepentingan public
Orientasi
Keuntungan
Tujuan sosial-ekonomi Islam,
Keuntungan
Bentuk
Bank Komersial
Bank
Komersial,
bank
pembangunan, bank universal
atau multi-purpose
Evaluasi Nasabah
Kepastian pengembalian pokok Lebih hati-hati karena partisipasi
dan bunga (creditworthiness dalam resiko
dan collateral)
Hubungan Nasabah
Terbatas debitor-kreditor
Erat sebagai mitra usaha
Sumber likuiditas jangka Pasar Uang, Bank Sentral
Pasar Uang Syariah, Bank
pendek
Sentral
Pinjaman yang diberikan Komersial dan nonkomersial, Komersial dan nonkomersial,
berorientasi laba
berorientasi laba dan nirlaba
Lembaga penyelesaian Pengadilan, Arbitrase
Pengadilan, Badan Arbitrase
sengketa
Syariah Nasional
- Risiko bank tidak terikat - Dihadapi bersama antara bank
langsung dengan debitur,
dan nasabah dengan prinsip
risiko debitur tidak terikat
keadilan dan kejujuran
langsung dengan bank
- Kemungkinan
terjadi - Tidak
mungkin
terjadi
negative spread
negative spread
Struktur
organisasi Dewan Komisaris
Dewan
Komisaris,
Dewan
perusahaan
Pengawas
Syariah,
Dewan
Syariah Nasional
Investasi
Halal atau Haram
Halal
Sumber : Akad dan Produk bank Syariah, Ascarya (2007: 33-34)

24
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

3.1.3

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil


Perbedaan antara bunga dan bagi hasil dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.2
Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil

Bunga
1.
Penentuan bunga dibuat pada
waktu akad dengan asumsi harus
selalu menghasilkan keuntungan.
2.
3.

4.

5.
6.

Besarnya
persentase
berdasarkan
pada
jumlah
dana/modal yang dipinjamkan.
Bunga
dapat
mengambang/variabel,
dan
besarnya naik turun sesuai dengan
naik turunnya bunga patokan atau
kondisi ekonomi.
Pembayaran bunga tetap seperti
yang dijanjikan tanpa pertimbangan
apakah usaha yang dijalankan oleh
peminjam untung atau rugi.
Jumlah pembayaran bunga tidak
meningkat sekalipun keuntungan
naik berlipat ganda.
Eksistensi bunga diragukan
(kalau tidak dikecam) oleh semua
agama.

Bagi Hasil
1.
Penentuan
besarnya
rasio/nisbah bagi hasil disepakati
pada
waktu
akad
dengan
berpedoman pada kemungkinan
untung rugi.
2.
Besarnya rasio bagi hasil
didasarkan
pada
jumlah
keuntungan yang diperoleh
3.
Rasio bagi hasil tidak
berubah selama akad masih
berlaku, kecuali diubah atas
kesepakatan bersama
4.

Bagi hasil bergantung


pada keuntungan usaha yang
dijalankan. Bila usaha merugi,
kerugian akan ditanggung bersama.
5.
Jumlah pembagian laba
meningkat
sesuai
dengan
peningkatan keuntungan.
6.
Tidak
ada
yang
meragukan keabsahan bagi hasil.

Sumber : Akad dan Produk bank Syariah, Ascarya (2007: 27)

3.1.4

Fungsi dan Peranan Bank Syariah


Dalam fungsinya sebagai penerima amanah bank syariah melakukan

kegiatan penghimpunan dana dalam bentuk tabungan, giro dan deposito dengan
prinsip wadiah dan mudharabah. Sebagai pengelola investasi bank syariah
melaksanakan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan baik dengan
menggunakan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Sebagai penyedia jasa
keuangan dan lalu lintas pembayaran, bank syariah melakukan kegiatan jasa

25
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

seperti wakalah, kafalah, sharf, qardh, hiwalah, rahn dan lainnya. Sebagai
pelaksana kegiatan sosial, bank syariah melakukan penghimpunan dan penyaluran
dana kebajikan bentuk qardhul hasan dan zakat, infak dan shadaqah.
Menurut Islamic Studies of Economics Group dalam modul Studi Intensif
Ekonomi Syariah (SIES) I, bank syariah mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi


perdagangan dan jasa (Mudharib).
2. Sebagai pengelola investasi yang dikehendaki oleh pemilik dana
(Shahibul maal)
3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran sebagaimana pada
umumnya dijalankan oleh bank konvensional sepanjang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah
4. Sebagai pengelola ZIS dan fungsi sosial lainnya.
(2007; 62)
Adanya bank syariah diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap

pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang


diberikan. Melalui pembiayaan ini bank syariah dapat menjadi mitra dengan
nasabah, sehingga hubungan bank syariah dengan nasabah tidak lagi sebagai
kreditur dan debitur tetapi menjadi hubungan kemitraan. Secara khusus peranan
bank syariah dijelaskan oleh Muhammad dalam bukunya Manajemen Bank
Syariah, sebagai berikut:

1. Menjadi perekat nasionalisme baru


1. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan
2. Memberikan return yang lebih baik
3. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan
4. Mendorong pemerataan pendapatan
5. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana
6. Uswah hasanah implementasi moral dalam penyelenggaraan
usaha bank
7. Salah satu sebab terjadinya krisis adalah adanya Korupsi, Kolusi
dan Nepotisme (KKN).
(2005; 16-17)

26
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Dari pengertian di atas, bank syariah mempunyai peranan yang sangat


strategis

dalam

mengembangkan

perekonomian

di

Indonesia

dengan

mengkonsentrasikan pada perbaikan moral para pelaku keuangan, karena dengan


cara ini perekonomian Indonesia akan bisa pulih. Salah satu penyebab krisis
ekonomi yang melanda Indonesia salah satunya karena masalah moral para pelaku
keuangan yang buruk.
3.1.5

Pengertian Pembiayaan
Penyaluran dana pada bank syariah disebut dengan pembiayaan,

pembiayaan berdasrkan prisnsip syariah terbagi menjadi beberapa prinsip yaitu


berdasarkan prinsip jual beli, bagi hasil dan sewa. Pembiayaan pada bank syariah
sangat penting karena kegiatan pembiayaan ini merupakan salah satu sarana untuk
memperoleh keuntungan juga untuk menjaga keamanan dana nasabah.
Menurut Dahlan Siamat dalam bukunya Manajemen Lembaga
Keuangan menjelaskan bahwa penyaluran dana disebut dengan pembiayaan;
Dalam penyaluran dana bank syariah harus berpedoman pada
prinsip kehati-hatian. Sehubungan dengan hal itu bank diwajibkan
untuk meneliti secara seksama calon nasabah penerima dana
berdasarkan azas pembiayaan yang sehat.
(2004; 192)
Dari perngertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyaluran dana dan
pembiayaan pada bank syariah pada dasarnya sama, hanya berbeda pada
istilahnya saja.
Dalam kegiatan operasionalnya bank konvensional memberikan kredit
kepada peminjam atau debitur, sedangkan bank syariah memberikan pembiayaan

27
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

kepada nasabah yang akan dibiayainya. Pengertian pembiayaan menurut Kasmir


dalam bukunya Manajemen Perbankan, dijelaskan sebagai berikut:
Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai
untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
(2007; 73)
Menurut Habib Nazir dan Muhammad Hasanuddin dalam bukunya
Ensiklopedi Ekonomi dan Perbankan Syariah, adalah sebagai berikut;
Pembiayaan, merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan
pihak-pihak yang merupakan deficit unit.
(2004; 457)
Dari pengertian diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pembiayaan
merupakan pemberian pinjaman atau penyediaan dana yang diberikan kepada
peminjam atau yang di biayainya, dan yang di biayai tersebut wajib untuk
membayar atau mengembalikan tagihan tersebut pada jangka waktu tertentu
sesuai dengan kesepakatan dan dengan imbalan yang telah disepakat.
3.1.6

Fungsi Pembiayaan
Fungsi pembiayaan menurut Muhammad dalam bukunya Manajemen

Bank Syariah adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.

Memperoleh profit yang optimal;


Menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai;
Menyimpan cadangan;
Mengelola kegiatan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan
yang pantas bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara danadana orang lain;

28
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan.


(2005; 263)
Dari fungsi pembiayaan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan
memiliki berbagai macam fungsi selain untuk memperoleh laba yang optimal,
bank juga menyediakan aktiva cair dan kas yang memadai untuk keperluan bank
itu sendiri atau untuk kepentingan nasabah yang bisa diambil kapan saja. Fungsi
lainnya yaitu untuk menyimpan cadangan yang maksudnya adalah dana yang
diberikan kepada nasabah dalam bentuk pembiayaan sewaktu-waktu dapat
diambil dengan cepat, karena nasabah yang diberi pembiayaan oleh bank harus
mengembalikannya sesuai dengan perjanjian. Apabila dana yang diperoleh dari
pihak ketiga tidak disalurkan lagi maka dana tersebut akan mengendap dan tidak
dapat menghasilkan apa-apa, sehingga akan timbul kelebihan dana di bank dan
bank tidak dapat memberikan imbalan kepada nasabah yang telah menyimpan
dananya. Sesuai dengan pengertian bank yaitu sebagai intermediasi antara pihakpihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Oleh karena itu,
fungsi bank selanjutnya adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
pembiayaan, baik itu berupa barang maupun modal.
3.1.7

Pengertian Pembiayaan Murabahah


Produk penyaluran dana kepada masyarakat atau pada Bank Syariah disebut

juga dengan pembiayaan. Pembiayaan pada bank Syariah dapat terbagi menjadi
beberapa jenis, yang salah satunya adalah pembiayaan jual beli. Pembiayaan jual
beli terdiri dari pembiayaan murabahah, salam dan istishna. Namun pembiayaan
yang berkaitan dengan penelitian ini adalah pembiayaan murabahah.

29
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Menurut Ascarya dalam bukunya Akad dan Produk Bank Syariah


mendefinisikan pengertian pembiayaan murabahah sebagai berikut;
Pembiayaan murabahah adalah penjualan barang oleh seseorang
kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban
untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan
marjin keuntungan yang dimasukkan ke dalam harga jual barang
tersebut. Pembayaran dapat dilakukan secara tunai ataupun
tangguh.
(2007; 164)
Menurut Ahmad Gozali dalam bukunya Serba-serbi Kredit Syariah;
Jangan Ada Bunga Diantara Kita mendefinisikan pengertian pembiayaan
murabahah sebagai berikut;
Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah
dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk
pembelian bahahn baku atau modal kerja lainnya dalam bentuk
barang yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh
nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin
keuntungan) pada waktu dan mekanisme pembayaran yang
ditetapkan sebelumnya pada awal.
(2005; 94)
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pembiayaan
murabahah merupakan pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli dengan
mengungkapkan harga pokok pembelian dan menambah tingkat marjin yang telah
ditetapkan oleh bank.
3.1.8

Pengertian dan Landasan Syariah Murabahah


Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu memberikan

fasilitas-fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang


kekurangan dan membutuhkan dana dari bank. Dalam pembiayaan bank syariah
terdapat berbagai macam pembiayaan, namun dalam penelitian ini penulis lebih

30
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

menitikberatkan terhadap pembiayaan jual beli yaitu murabahah. Pada saat ini
pembiayaan murabahah merupakan pembiayaan yang banyak digunakan oleh
bank dalam penyaluran dana (pembiayaan), karena mudah dimplementasikan,
pendapatan bank dapat diprediksi, tidak perlu mengenal nasabah secara
mendalam, menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif.
Murabahah didefinisikan oleh para Fuqaha yang dikutif oleh Wiroso
dalam bukunya Jual Beli Murabahah, adalah sebagai berikut;
Murabahah merupakan penjualan barang seharga biaya/ harga
pokok (cost) barang ditambah mak-up atau margin keuntungan yang
disepakati. Karakteristik Murabahah adalah bahwa penjual harus
memberi tahu pembeli mengenai harga pembelian produk dan
menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya (cost)
tersebut.
(2005; 13)
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam bukunya Pernyataan
Standar Akuntansi (PSAK) 102, adalah sebagi berikut;
Murabahah adalah menjual barang dengan harga jual sebesar harga
perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual harus
mengungkapkan harga perolehan barang tersebut kepada pembeli.
(2007; 102.1)
Beberapa alasan menurut Saeed (2004:140) mengapa transaksi murabahah
begitu dominan dalam pelaksanaan investasi perbankan syariah yang dikutif oleh
Wiroso dalam bukunya Jual-Beli Murabahah, adalah sebagai berikut;
1. Murabahah adalah mekanisme penanaman modal jangka pendek
dengan pembagian untung atau bagi hasil/ PLS (profit and loss
sharing).
2. Mark-up (keuntungan atau margin) dalam murabahah dapat
ditetapkan dengan cara yang menjamin bahwa bank mampu

31
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

mengembalikan dibandingkan bank-bank yang berbasis bunga


dimana bank-bank Islam sangat kompetitif.
3. Murabahah menghindari ketidakpastian yang diletakan dengan
perolehan usaha berdasarkan system PLS.
4. Murabahah tidak mengizinkan bank Islam untuk turut campur
dalam manajemen bisnis karena bank bukanlah partner dengan klien
tetapi hubungan mereka adalah debitur dan kreditur.
(2005: 13)
Dari pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa murabahah
merupakan pembiayaan dengan prinsip jual beli dimana pihak penjual wajib
memberitahu harga pembeliannya dan keuntungan yang ia ambil kepada pembeli.
Sehingga pembeli mengetahui harga aslinya dan keuntungan yang diambil oleh
bank.
Dalam Islam, perdagangan dan perniagaan selalu dihubungkan dengan nilainilai moral, sebagai contoh setiap pedagang atau penjual harus menyatakan
kepada pembeli bahwa barang tersebut layak dipakai dan tidak ada cacat. Atau
seandainya ada cacat maka itu pun harus diungkapkan dengan jelas. Dalam jual
beli sangat diharapkan adanya unsur suka sama suka. Apabila pembeli tidak
menyukai barang yang akan dibeli, dan pembeli menyatakan batal sebelum akad
diijabkan, maka jual beli itu tidak sah dan harus diterima dengan lapang dada oleh
masing-masing pihak.

3.1.9

Syarat dan Komponen Murabahah


Syarat pembiayaan murabah Menurut Muhammad Syafii Antonio dalam

bukunya Bank Syariah; Dari Teori ke Praktik, adalah sebagai berikut:

32
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

1.
2.
3.
4.

Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah,


Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan,
Kontrak harus bebas dari riba,
Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian,
5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara tunai.
Secara prinsip, jika syarat (1), (4), dan (5) tidak dipenuhi, pembeli
memiliki pilihan;
1. Melanjutkan pembelian seperti apa adanya,
2. Kembali pada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang
yang dijual,
3. Membatalkan kontrak.
(2002; 102)
Jual beli secara murabahah diatas hanya untuk barang atau produk yang
telah dikuasai atau dimiliki oleh penjual pada waktu negosiasi dan berkontrak.
Bila produk tersebut tidak dimilki oleh penjual, sistem yang digunakan adalah
murabahah kepada pemesan pembelian (murabahah KPP). Hal ini dinamakan
demikian karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk memenuhi
kebutuhan pembeli yang memesannya.
Pada pelaksanaan murabahah banyak pihak yang mengatakan murabahah
tidak berbeda dengan pembiayaan konsumen (customer financing) yang diberikan
dalam bentuk uang bahkan dalam melakukan perhitungan keuntungan, lebih
mahal dibandingkan konvensional.
Jika ditelaah lebih lanjut pengertian murabahah adalah menjual barang
dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih tinggi sebagai laba. Bank syariah harus memberitahukan
secara jujur harga pokok barang tersebut, atas besarnya biaya yang dikeluarkan.
Menurut Wiroso dalam bukunya Jual Beli Murabahah terkandung komponenkomponen sebagai berikut;

33
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

1. Harga pokok barang adalah harga barang ditambah dengan bebanbeban lain yang dikeluarkan sehingga barang tersebut memilki nilai
ekonomis.
Masalah yang terkait dengan harga pokok barang ini adalah;
a. Pengadaan barang yang diperjualbelikan,
b. Diskon dari pemasok (supplier),
c. Pengadaan barang jika diwakilkan,
d. Nilai harga pokok (perolehan).
2. Keuntungan yang disepakati oleh kedua belah pihak dengan tidak
menganiaya salah satu pihak,
3. Harga jual murabahah, yaitu harga yang disepakati yang meliputi
harga perolehan ditambah dengan keuntungan yang disepakati yang
terkait dengan harga jual murabahah adalah masalah:
a. Hutang nasabah,
b. Uang muka dari nasabah,
c. Pembayan angsuran,
d. Pembayaran pelunasan lebih awal.
(2005; 60)
Dalam prinsip jual beli ini pada prinsipnya penyerahan barang dilakukan
pada saat transaksi jual beli (akad) dan pembayarannya dapat dilakukan secara
tunai atau angsuran.
3.1.10 Jenis Murabahah
Jenis Murabahah menurut Wiroso dalam bukunya Jual Beli Murabahah
dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu;

1) Murabahah tanpa pesanan


2) Murabahah berdasarkan pesanan.
(2005; 37)

Adapun penjelasan dari kedua jenis murabahah diatas adalah sebagai


berikut;
1. Murabahah tanpa pesanan

34
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Murabahah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak, ada
yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada
tidaknya pembeli.
2. Murabahah berdasarkan pesanan
Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah baru akan
melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada nasabah yang
memesan barang sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada
pesanan. Pada murabahah ini, pengadaan barang sangat tergantung pada
atau terkait langsung atau pembelian barang tersebut. Dasar hukum
penjualan murabahah berdasarkan pesanan adalah jenis penjualan ini dan
aturan-aturannya sah berdasarkan dasar-dasar umum penjualan secara
syariah

Islam

yang

tercantum

dalam

Al-Quran, Al-Hadits

bermuamalah dengan orang. Janji pemesanan di dalam

dan

Murabahah

berdasarkan pesanan, bisa bersifat mengikat dan bisa bersifat tidak


mengikat. Para Fuqaha salaf menyepakati mengenai bolehnya penjualan
ini, dan mengatakan bahwa pemesanan tidak mesti terikat untuk
memenuhi janjinya.
Murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi dua yaitu;
a. Bersifat mengikat, maksudnya apabila telah pesan maka harus dibeli.
b. Bersifat tidak mengikat, maksudnya walaupun nasabah telah memesan
barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima atau
membatalkan barang tersebut.

35
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Produk pembiayaan murabahah pada bank syariah tidak hanya berdasarkan


jenis tetapi juga produk dalam bentuk rupiah dan valuta asing. Berdasarkan
keterangan Laporan keuangan dan Buku panduan PT. Bank Muamalat
Indonesia, Tbk produk pembiayaan murabahah adalah sebagai berikut;
1.
2.

Pembiayaan murabahah dalam rupiah


a)
Pembiayaan murabahah terkait dengan bank
b)
Pembiayaan murabahah tidak terkait dengan bank
Pembiayaan murabahah dalam valuta asing
a) Pembiayaan murabahah terkait dengan bank
b) Pembiayaan murabahah tidak terkait dengan bank.
(2004 ;59)

Adapun penjelasan dari produk pembiayaan murabahah diatas adalah


sebagai berikut;
1.

Pembiayaan murabahah dalam rupiah


Pembiayaan murabahah dalam rupiah yaitu pembiayaan yang dalam
transaksi jual belinya menggunakan satuan rupiah. Adapun penyaluran
pembiayaan murabahah dalam rupiah terbagi menjadi 2;
a. Pembiayaan murabahah terkait dengan bank
Pembelinya adalah pihak yang berkaitan secara langsung dengan PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk baik direktur, pemilik modal, karyawan
maupun pihak lain yang berkaitan dengan bank, misalnya perusahaan
yang menjadi penyedia barang dalam kegiatan pembiayaan.
b. Pembiayaan murabahah tidak terkait dengan bank
Pembeli atau nasabahnya adalah pihak ketiga dan dalam transaksinya
menggunakan satuan rupiah. Dilihat dari laporan keuangan neraca PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk pembiayaan murabahah tidak terkait

36
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

dengan

bank

ini

merupakan

pembiayaan

terbesar

jumlahnya

dibandingkan dengan pembiayaan yang lainnya.


2.

Pembiayaan murabahah dalam valuta asing


Pembiayaan murabahah dalam valuta asing yaitu pembiayaan yang
transaksi jual belinya menggunakan valuta asing karena produknya
hanya tersedia di luar negri. Adapun penyaluran pembiayaan murabahah
dalam valuta asing terbagi menjadi 2;
a.Pembiayaan murabahah terkait dengan bank
Pembelinya adalah pihak yang berkaitan secara langsung dengan PT.
Bank Muamalat Indonesia, Tbk baik direktur, pemilik modal, karyawan
maupun pihak lain yang berkaitan dengan bank, misalnya perusahaan
yang menjadi penyedia barang dalam kegiatan pembiayaan. Yang
membedakan dengan rupiah adalah transaksi dalam hal pembelian atau
penjualan barangnya menggunakan valuta asing.
b. Pembiayaan murabahah tidak terkait dengan bank
Pembiayaan murabahah tidak terkait dengan bank yaitu pembeli atau
nasabahnya tidak berkaitan dengan bank dan dalam transaksinya
menggunakan valuta asing. Namun pembiayaan murabahah ini belum
terdapat pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

3.2

Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek


Adapun teknis pelaksanaan kerja praktek yang telah dilakukan oleh penulis

pada Bank Muamalat capem cihampelas Bandung adalah mengerjakan langsung

37
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

pekerjaan yang diberikan oleh Kasie administrasi maupun oleh bagian akunting di
bagian adminirtrasi yang sebelumnya diberikan terlebih dahulu pengarahan serta
penjelasan tentang apa yang akan dikerjakan. Adapun kegiatan yang penulis
kerjakan di bagian administrasi adalah:
1. Memeriksa kartu-kartu pembiayaan murabahah
2. Memeriksa kartu-kartu pembiayaan mudharaba
3. Mengidentifikasi akun-akun dalam menyusun laporan keuangan Bank
Muamalat Capem Cihampelas
4. Menggolongkan akun-akun dalam menyusun laporan keuangan Bank
Muamalat Capem Cihampelas
5. Mengikhtisarkan akun-akun dalam menyusun laporan keuangan Bank
Muamalat Capem Cihampelas
6. Memasukan data-data nasabah
7. Meng-entry dan meregister data;
8. Mengarsipkan dokumen-dokumen serta bukti-bukti transaksi.
3.3 Pembahasan Hasil Kerja Praktek
Dari hasil tinjauan yang dilakukan terhadap pembiayaan murabahah pada
bagian administrasi, pada saat melaksanakan kerja praktek lapanagn. Maka
pembhasan yang akan dipaparkan adalah sebagai beikut:
3.3.1

Syarat Pembiayaan Murabahah

Untuk mendapatkan suatu pembiayaan murabahah maka harus memenuhi


syarat-syarat berikut ini:

38
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

1.

Pihak bank dan nasabah:

Bank dan nasabah harus melakukan akad murbahah bebas riba

Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah islam

Bank membiayai sebagian atau seluruh pembelian barang yang telah


disepakati

Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri
dan pembelian ii harus sah dan bebas riba

Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)


dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungan yang telah
disepakati.

Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut, pihak


bank dapat mengadakan perjajian khusus dengan nasbah.

Jika bank hendak mewakilkan kepada nasbah untuk membeli barang


dari pihak ke-3 akad jual beli harus diadukan setelah barang secara prinsip
menjadi barang milik bank.

2.

Barang atau objek

Barang itu ada meskipun tidak ditempat, namun ada pernyataan


kesanggupan untuk mengadakan barang itu.

Barang itu sah milik penjual

Barang itu harus berwujud.

Barang itu tidak haram

Sesuai yang disepakati

39
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Apabila barang gerak, maka barng bias langsung berpindah dikuasai


pembeli, sedang barang yang tidak bergerak barang dapat beralih setelah
perjanjian

3.

Harga

Harga beli = harga beli barang ditambah biaya-biaya

Harga jual = harga beli ditmbah margin

Magin = keuntungan yang disepakati

Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian

Sisa pembyaran dan jangka waktu disepakati bersama

3.3.2

Manfaat pembiayaan Murabahah bagi Bank Muamalat Tbk


Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi murabahah memiliki beberapa

manfaat bagi bank Muamalat, yaitu:


1. Adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dengan harga jual
kepada nasabah. Selain itu, sistem murabahah juga sangat sederhana. Hal
tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank Muamalat.
2. Mudah diimplementasikan, jual beli murabahah dengan cepat, mudah
diimplementasikan dan dipahami, karena para pelaku bank Muamalat
menyamakan murabahah ini sama dengan kredit investasi konsumtif seperti
misalnya kredit kendaraan bermotor, kredit pemilik rumah, dan kredit lainnya.
3. Pendapatan bank dapat diprediksi, dalam transaksi murabahah bank
Muamalat dapat melakukan estimasi pendapatan yang akan diterima, karena
dalam transaksi murabahah hutang nasabah adalah harga jual sedangkan

40
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

dalam harga jual terkandung porsi pokok keuntungan. Sehingga dalam


keadaan normal, bank dapat memprediksi pendapatan yang akan diterima.
4. Menganalogikan murabahah dengan pembiayaan konsumtif, karena secara
sepintas terdapat persamaan antara jual beli murabahah dengan pembiayaan
yang diberikan adalah komoditi (barang) bukan uang, dan pembayarannya
dapat dilakuakn dengan cara tangguh atau cicilan ataupun cara lainnya.
Namun jika diperhatikan ketentuan fatwa yang ada dan dijalankan sesuai
dengan konsep syariahnya, keduanya mempunyai karakteristik yang berbeda.
3.3.3 Prosedur pembiayaan murabahah
Tahap prosedur pembiayaan murabahah yang ada di BMI adalah sebagai
berikut:
1. Sosialitasi Nasabah
Suatu proses pencarian nasabah yang membutuhkan pembiayaan
murabahah, yang memenuhi criteria BMI, yaitu nasabah yang mempunyai
kredebelitas cukup tinggi, usahanya sudah berjalan dan mapan. Nasabah
ini mengajukan proposal pembiayaan lengkap dengan data-data yang
diperlukan BMI
2. Analisa proposal
Data yang telah masuk, kemudian dianalisa dan dikaji, melalui proses
sebagai berikut:
-

Bagian hokum dan administrasi pembiayaan


a) Analisa yuridis, untuk legalitas usaha
b) Analisa dan transaksi jaminan, untuk data jaminan
c) Bank checking, untuk melihat kredebelitas debitur

41
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

d) Trade cheking
Bagian pembiayaan (ditangani oleh A/O)
a) Analisa keuangan
b) Analisa pembiayaan
c) Analisa proyek yang dibiayai

Hasil evaluasi ini dituangkan dalam usulan pembiayaan. Selain itu dsatadata pendukung diatas dimasukan kedalam credit file, yaitu documented
file yang berfungsi sebagai sarana hubungan nasabah BMI.
3. Usulan pembiayaan
Usulan pembiayaan dan kredit file, diajukan kepada panitia untuk
mendapat pertimbangan dan persetujuan atas pembiayaan yang diajukan
4. Panitia pembiayaan dan keputusannya
Usulan pembiayaan yang telah diterima panitis pembiayaan, kemudian
dilakukan pertimbangan dari segi aspek resiko bank, usaha yang dibiayai,
dll. Setelah hal tersebut dilaksanakan, maka panitia pembiayaan
memutuskan untuk menyetujui atau tidak usulan pembiayaan tersebut.
a) Bila tidak disetujui,
A/O memberitahukan kepada nasabah, bahwa pembiayaannya
tidak disetujui
b) Bila disetujui,
A/O membuat surat persetujuan prinsip pembiayaan murabahah
(yang telah ditanda tangani oleh direksi BMI)
5. Bagian pembiayaan (AO)

42
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Surat persetujuan prinsip pembiayaan murabahah diserahakan kepada


nasabah
6. Nasabah, mempelajari syarata dan ketentuan yang tercantum dalam surat
persetujuan prinsip tersebut.
Nasabah dapat menolak atau menyetujui surat tersebut
Bila menolak, nasabah memberitahukan kepada BMI
Bila menyetujui, nasabah memberitahukan kepada BMI untuk dapt
dilakukan pengikatan
7. Bagian administrasi pembiayaan
A/O menyerahkan surat persetujuan prinsip yang telah ditanda tangani
nasabah dan credit file nasabah, untuk dilakukan persiapan pengikatan
pembiayaan
Dalam hal ini bagian administrasi menyiapkan dokumen perjanjian
sebagai berikut:
a) Perjanjian pembiayaan
b) Perjanjian pembiayaan
c) Pengecekan kelengkapan persyaratan
- Surat permohonan realisasi pembiayaan (SPRP
- Surat tanda terima uang nasabah (TTUN)
- Surat persetujuan prinsip pembiayaan
- Invoice / proforma
- Rekening Koran
Setelah hal tesebut dipersiapkan, maka dilakukan kesepakatan antara
nasabah dan BMI untuk dapat dilakukan pengikatan pembiayaan
8. Dropping pembiayaan
Setelah dilaksanakan pengikatan, maka proses droping dapat dilaksanakan
melalui media penarikan pembiayaan:
- SPRP
- TTUN
- Surat perintah transfer dari nasabah atas dropping tersebut
9. Monitoring

43
Bab III Pelaksanaan Kerja Praktek

Setelah dropping pembiayaan dilaksanakan, A/O secara reguler memonitor


aktivitas usaha nasabah.

Anda mungkin juga menyukai