Abortus Infeksiosa
Abortus Infeksiosa
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................................
ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................
iii
BAB I. PENDAHULUAN.........................................................................................
2.1 Definisi...........................................................................................................
2.2 Epidemiologi..................................................................................................
2.3 Etiologi...........................................................................................................
2.4 Patogenesis.....................................................................................................
2.5 Klasifikasi.......................................................................................................
10
26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................
27
BAB I
PENDAHULUAN
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genital. Kejadian ini
merupakan salah satu komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering terjadi
apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. Diperkirakan frekuensi
keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku
aborsi, adalah mereka yang berusia dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah
wanita remaja berusia dibawah 19 tahun. Penyebab abortus dipengaruhi oleh faktor
janin, faktor maternal ataupun faktor eksternal. Untuk penatalaksanaan abortus,
disesusaikan dengan diagnosisnya.
Abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan yang adekuat kerena
dapat menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan dapat jatuh ke dalam syok
septik.
Kami memilih kasus ini, karena insidensi dari abortus di Indonesia masih sangat
tinggi. Berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus aborsi yang
terjadi setiap tahunnya di Indonesia. Oleh karena itu, sebagai tenaga medis perlu untuk
lebih mengerti kasus ini sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat pada wanita
usia 18-29 tahun yang paling banyak mengalami abortus, khususnya abortus
infeksiosus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup
diluar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. (terakhir, WHO/FIGO 1998 :
22 minggu)
1,2,
Penghentian kehamilan pada usia janin di atas itu tidak lagi disebut
aborsi, tetapi infantisida, atau pembunuhan bayi, yang di negara mana pun pasti
dilarang.
Sedangkan Aborsi tidak aman didefinisikan sebagai terminasi (penghentian)
kehamilan yang dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih atau di tempat yang tidak
memenuhi standar minimal medis, atau keduanya (WHO, 2000). Atau suatu prosedur
penghentian kehamilan oleh tenaga dengan ketrampilan yang kurang memadai atau
dilakukan di lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan atau keduanya.
Abortus Infeksiosus adalah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.1,2
2.2 Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15 %. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran yang pasti sukar ditentukan, karena abortus
buatan banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila telah terjadi komplikasi. Juga karena
sebagian keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita
tidak datang ke dokter atau rumah sakit.3,4,5
Lebih dari separuh atau 57% wanita pelaku aborsi, adalah mereka yang berusia
dibawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia dibawah 19
tahun. Insidensi abortus menurut umur :
Usia
Jumlah
Dibawah 15 tahun
14.200
0.9
15-17 tahun
154.500
9.9
3
4
5
6
7
8
18-19 tahun
20-24 tahun
25-29 tahun
30-34 tahun
35-39 tahun
40 tahun keatas
224.000
527.700
334.900
188.500
90.400
23.800
14.4
33.9
21.5
12.1
5.8
1.5
Jika terjadi kehamilan diluar nikah, 82% wanita di Amerika akan melakukan aborsi.
Jadi, para wanita muda yang hamil diluar nikah, cenderung dengan mudah akan
memilih membunuh anaknya sendiri.
Untuk di Indonesia, jumlah ini tentunya lebih besar, karena didalam adat Timur,
kehamilan diluar nikah adalah merupakan aib, dan merupakan suatu tragedi yang sangat
tidak bisa diterima masyarakat maupun lingkungan keluarga, maka kasus ini jarang
dilaporkan. Akan tetapi, berdasarkan perkiraan dari BKBN, ada sekitar 2.000.000 kasus
aborsi yang terjadi setiap tahunnya di Indonesia.6,7,8,9
Data statistik mengenai kasus aborsi di luar negeri, khususnya di Amerika
dikumpulkan oleh dua badan utama, yaitu Federal Centers for Disease Control (CDC)
dan Alan Guttmacher Institute (AGI). Hasil pendataan mereka menunjukkan bahwa
jumlah nyawa yang dibunuh dalam kasus aborsi di Amerika, yaitu hampir 2 juta jiwa
lebih banyak dari jumlah nyawa manusia yang dibunuh dalam perang manapun dalam
sejarah negara itu. WHO memperkirakan dari 200 juta kehamilan per tahun, sekitar
38%(75 juta) merupakan kehamilan tak diinginkan (KTD).3,4
Sebanyak dua per tiga perempuan di dunia yang mengalami KTD (50 juta) akan
berakhir dengan aborsi disengaja (induced abortion), di mana 60% (30 juta) diantaranya
dilakukan secara aman dengan bantuan tenaga professional yang terlatih, sedangkan
sisanya 40% (20 juta) dilakukan secara tidak aman oleh tenaga yang tidak berkompeten
di tempat-tempat yang tidak memenuhi persyaratan medis.
Faktor genetik
a) Paling sering menimbulkan abortus spontan adalah abnormalitas
kromosom pada janin. Lebih dari 60% abortus spontan yang terjadi pada
trimester pertama menunjukkan beberapa tipe abnormalitas genetik
b) Kelainan telur, blighted ovum, kerusakan embrio
c) Embrio dgn kelainan lokal
d) Kelainan pada plasenta
Endometritis dapat terjadi dalam villi korialis dan menyebabkan oksigenasi
plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan
kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya
karena hipertensi menahun.10,11,12
2)
Faktor maternal
a) Kelainan anatomis ibu
Abnormalitas anatomi maternal yang dihubungkan dengan kejadian
abortus spontan yang berulang termasuk inkompetensi serviks,
kongenital dan defek uterus yang didapatkan (acquired). Lingkungan di
endometrium disekitar tempat implansasi kurang sempurna sehingga
pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
b) Infeksi
Infeksi intrauterin sering dihubungkan dengan abortus spontan berulang.
Organisme-organisme yang sering diduga sebagai penyebab antara lain
Chlamydia,
Ureaplasma,
Mycoplasma,
Cytomegalovirus,
Listeria
abortus ialah
sangat
penting
emosional
1) Faktor eksternal
a) Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin UK 9 minggu pertama dapat merusak janin,
dan pada dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan kematian.
b) Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dll.
c) Bahan kimia lain (arsen & benzena) 2,4,6,7
2.4 Patogenesis
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti oleh nekrosis
jaringan sekitarnya, kemudian sebagian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena
dianggap benda asing, maka uterus akan berkontraksi untuk mengeluarkannya. Saat
kantung gestasi terbuka, biasanya ditemukan cairan di sekitar janin yang maserasi atau
tidak ditemukan janin ( disebut Blighted Ovum ). Pada kehamilan di bawah 8 minggu,
hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua
terlalu dalam, sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Hilangnya kontraksi yang
dihasilkan dari aktivitas kontraksi dan retraksi miometrium menyebabkan banyak terjadi
perdarahan.13,14,15,16
Bila terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua, janin mungkin mengalami
maserasi, dimana tulang tengkorak kolaps, distensi abdomen, dengan cairan bercampur
darah dan degenerasi organ dalam. Kulit menjadi melepuh dan terkelupas. Dapat juga
ditemukan cairan amnion terabsorbsi sehingga terjadi kompresi janin.17,18,19,20
Infeksi yang terjadi pada abortus infeksiosus biasanya disebabkan karena tindakan
aborsi yang tidak aman, karena kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis. Jika
jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh
cairan seperti darah.3,13 Karena sisa jaringan biasanya menyebabkan perdarahan.
Mekanisme perdarahan pada kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan
menyebabkan rahim tidak bisa berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada
lapisan dalam rahim tidak dapat tertutup dan menyebabkan perdarahan.21,22,23
Mediator-mediator yang berperan dalam terjadinya infeksi dan sepsis antara lain,
TNF-, interleukin 1-6, PAF, leukotriene, tromboxane A2, kinin, trombin, MDF dan endorfin. Peranan Struktur organisme patogen dan juga aktivasi endotel pembuluh
darah.24,25,26
2) Abortus buatan
Merupakan tindakan pengakhiran kehamilan sebelum umur 20 minggu
akibat intervensi tertentu.
i.
ii.
Menurut derajatnya
1) Abortus iminens
Abortus tingkat permulaan, dimana terjadi pendarahan pervaginam atau
perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum umur kehamilan 20
minggu, ostium msih tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam
kandungan/uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks. Dalam keadaan ini
kehamilan masil mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2) Abortus insipiens
Abortus yang sedang mengancam dimana serviks telah mendatar atau
adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat dan ostium uteri telah
terbuka terjadi perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu,
akan tetapi hasil konsepsimasih daam kavum uteri. Kondisi ini
menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dn akan berlanjut
menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3) Abortus inkompletus
Merupakan pengeluaran hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan masih ada sisa yang tertinggal di dalam kavum uteri.
4) Abortus kompletus
Merupakan pengeluaran seluruh hasil konsepsi dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu.
5) Missed abortion
Kematian embrio atau fetus/janin sebelum kehamilan 20 minggu, tetapi
konsepsi seluruhnya tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Hal
Panas, takikardi
Leukositosis
b) Tanda sepsis
-
Perdarahan
Serviks
Besar
uterus
10
Gejala lain
Abortus
Sedikit-
Tertutup Sesuai
- PP test (+)
iminens
sedang
dengan
warna merah
usia
- Uterus lunak
dan cepat
kehamila
berhenti
USG:Produkkehamilandalam
batasnormal
Abortus
Sedang-
Terbuka
Sesuai
- PP test (+)
insipiens
banyak,
dan
atau lebih
kecil
- Uterus lunak
Hasilkonsepsimasihberadadalam
ketuban
gumpalan
Abortus
banyak
Sedang-
inkomplit
kavumuteri
Terbuka
Lebih
- PP test (+)
banyak,
kecil dari
warna merah,
usia
- Uterus lunak
disertai
kehamlan
gumpalan
darah dan
jaringan
konsepsi,
sering
menyebabka
Abortus
n syok
Sedikit atau
Lunak
Lebih
- PP test (+)
komplit
tidak ada,
(terbuka
kecil dari
warna merah
atau
usia
tertutup
kehamila
- Uterus kenyal
n
Lebih
Missed
Sedikit,
)
Agak
abortion
warna
kenyal
kecil dari
kehitaman
dan
usia
tertutup
kehamila
11
kehamilan
- Uterus tidak
Membesar
- USG:Hasilkonsepsi
masihdalamuterus
namuntakadatanda
kelangsungan
Abortus
Bisa banyak
Lunak
Sesuai
hidupnya
Tanda infeksi genitalia:
Infeksios
atau sediki
(terbuka
atau lebih
Panas
(tergantung
atau
besar
Takikardi
(abortus
sisa
tertutup
masa
Nyeri tekan
septic)
jaringan),
kehamila
Leukositosis
Tanda sepsis
berbau
Demam , mengigil
Penurunan tekanan darah
Peritonitis syok
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Diperlukan pada abortus infeksiosus
a. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah terdapat sisa jaringan.
b. Pemeriksaan laboratorium khususnya darah lengkap untuk mengetahui
adanya leukositosis dan penurunan kadar Haemoglobin akibat perdarahan.
2.8 Penatalaksaan
Penatalaksanaan dikelompokan berdasarkan jenis abortus yang terjadi9,10,11,12,
Tabel 2.3 Penanganan Abortus
No.
1.
Jenis abortus
Abortus imminens
Penatalaksanaan
Istirahat baring menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsangan mekanis
Pertimbangkan infeksi antibiotika,
AKDR ekstraksi AKDR, defisiensi
2.
Abortus komplit
dan kuretase
Bila kondisi baik, cukup beri tablet
ergometrin 3 x 1 mg/hari untuk 3 hari
Bila penderita anemia sulfas ferrosus
600 mg/hari selama 2 minggu atau
transfusi
4.
Abortus habitualis
5.
Abortus terapeutik
minggu)
Terminasi suatu kehamilan atas indikasi
ibu. Jika pengakhiran kehamilan tdk
segera mengancam keselamatan ibu
6.
Abortus Infeksiosa
13
Abortus sepsis
ATS dan TT
Terapi suportif tergantung keadaan umum
pasien
Kultur dan tes sensitivitas sebelum
antibiotik diberikan
Antibiotik standart : ampicillin 3 x 1
gram IV/hari selama 3-5 hari, gentamisin
2 x 80 mg, Metronidazol 3 x 500 mg
Kuretase dilakuikan bila temperatr tubuh
normal kembali
Jika ada riwayat abortus kriminalis, beri
ATS dan TT
14
Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan
dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan
yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi
perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama
dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya
15
hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda
bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera
b.
c.
d.
Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat
bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah
dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
e.
Infeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan antara lain
infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan
lagi.
f.
Lain lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa eneg, muntah, dan
diare.
16
Bila abortus infeksiosus ini tidak segera mendapat penanganan yang adekuat
dapat menimbulkan syok septik dan kematian pada ibu.14
17
BAB IV
KESIMPULAN
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup di luar kemampuan kandungan, dan sebagai batasan digunakan kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat badan anak kurang dari 500 gram. Abortus infeksiosus ialah
abortus yang disertai infeksi pada alat genital. Kejadian ini merupakan salah satu
komplikasi dari tindakan abortus yang paling sering terjadi apalagi bila dilakukan
kurang memperhatikan asepsis dan antisepsis.
Mengingat adanya kemungkinan komplikasi infeksi sistemik, pasien dengan
kasus abortus Infeksiosus perlu segera mendapat pengelolaan yang adekuat kerena dapat
menjadi infeksi yang lebih luas selain di sekitar alat genitalia juga ke rongga
peritoneum, bahkan dapat ke seluruh tubuh (sepsis) dan dapat jatuh ke dalam syok
septik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanifa W, dkk. 1999. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Ilmu Kebidanan.
Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal : 302 12
2. Sulaiman S, dkk. 2005. Kelainan Lama Kehamilan. Obstetri Patologi. Penerbit
EGC. Jakarta. Hal 1 9
3. Sarwono P. 2010. Perdarahan pada Kehamilan Muda. Ilmu Kebidanan Edisi 4.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. Hal: 473
4. Anonim, 2007. Abortus inkomplit. www.jevuska.com/2007/04/11/abortusinkomplit.
(Accesed : 6th August 2011)
5. Anonim. 2008. Statistik Aborsi. http://forum.aborsi.org/. (Accesed :
6th August
2011)
6. Anonim. 2008. Abortus Incomplete.
http://www.duniasex.com/forum/archive/index.php. (Accesed : 6th August 2011)
7. Martin L. Pernoll. 2001. Early Pregnancy Complication. Benson and Pernolls
Handbook of Obstetri and gynecology. Chapter 10. 10th Ed. McGraw-Hill Company.
New York. Pp 295 307
8. Cuningham, M. G., et al. 2005. Abortion. Williams Obstetrics. Section 3. 22nd Ed.
McGraw Hill Company. New York. Pp: 231 52
9. Yosef. 1996. Perdarahan Selama Kehamilan. Cermin Dunia Kedokteran, nomor:
112, Jakarta. Hal 32 5
10. Anonim. 2008. Abortus. www.rofiqahmad.wordpress.com. (Accesed : 6th August
2011)
11. Anonim. 2008. Gugur Kandungan. www. wikipedia.org/wiki/gugurkandungan.
(Accesed : 31th October 2016)
12. Gulardi H, Norovono W. 1999. Kelainan pada Lamanya Kehamilan. Cakul Obgyn
Plus. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
13. Yasin S. 2006. Penanganan Kebidanan Abortus Inkomplit. www.siaksoft.net.
(Accesed : 6th August 2011)
16.
17.
18.
Hadijanto
B.
Perdarahan
pada
kehamilan
muda.
Dalam:
Sarwono
20.
21.
Available
at
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1005330.
23.
24.
25.
8th Februari
2012)
28. Anonim. 2008. Gugur Kandungan. www. wikipedia.org/wiki/gugurkandungan.
(Accesed : 6th August 2011)
29. Yasin S. 2006. Penanganan Kebidanan Abortus Inkomplit. www.siaksoft.net.
(Accesed : 10th indria a-Februari 2011)
30.