Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Tujuan
01. Untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam
akkuntansi peresediaan adalah penetuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan
perlakuan akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan diakui. Pernyataan
ini menyediakan dalam menentukan biaya, pengakuan biaya, nilai realisasi neto dan
rumus biaya.
Ruang Lingkup
02. Pernyataan ini diterapkan untuk sema persediaan kecuali:
a) Pekerjaan yang timbul dalam kontrak konstruksi, termasuk dalam kontrak jasa
yang terkait langsung (PSAK 34: Kontrak Konstruksi)
b) Instrumen Keuangan (PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian, PSAK 55:
Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran)
03. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh:
a) Produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan
mineral produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi
neto sesuai dengan praktik dalam industri tersebut. Jika persediaan diukur dalam
nilai realisasi neto, maka perubahan nilai tersebut diakui dalam laba rugi dalam
periode terjadinya.
b) Pialang pedagang komoditi yang mengukur persediannya pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual. Jika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar
dikurangi biaya untuk menjual, maka perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk
menjual diakui dalam laba rugi pada periode terjadinya.
Defenisi
16.

Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:

Persediaan adalah aset:


a) Tersedia untuk dijual dalam kegiatan biasa
b) Dalam proses produksi untuk proses penjualan tersebut
c) Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa
Nilai realisasi neto
Adalah estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya
penyelesaian dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
Nilai wajar
Adalah jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan, antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang wajar.

PENGUKURAN PERSEDIAAN
09.

Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana

yang lebih rendah.


Biaya Persediaan
11.

Meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul

sampai persediaan dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Biaya Pembelian
12.

Meliputi harga bel, bea impor, pajak lainnya, biaya pengangkutan, biaya

penanganan, dan biaya lainnya yang secara langsung dapat diatribusikan pada perolehan
barang jadi, bahan, dan jasa. Diskon dagang, rabat, dan hal lain yang serupa sikurangkan
dalam menentukan biaya pembelian.

Biaya Konversi
13.

Meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan unit yang diproduksi,

misalnya biaya tenaga kerja langsung. Termasuk juga alokasi sistematis overhead
produksi tetap dan variable. Overhead produksi tetap adalah biaya produksi tidak
langsung yang relatif konstan tanpa memperhatikan volume produksi yang dihasilkan.
Overhead produksi variable adalah biaya produksi tidak langsung yang berubah secara
langsung mengikuti perubahan volume produksi.
14.
Pengalokasian overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan pada
kapasitas fasilitas produksi normal. Overhead produksi variable dialokasikan pada unit
produksi atas dasar penggunaan aktual fasilitas produksi.
Biaya Lain
15.

Hanya dimasukkan agar persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini.

Sebagai contoh, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk memasukkan overhead


nonproduksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan tertentu sebagai biaya
persediaan.
16.
Contoh biaya-biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan diakui sebagai
beban dalam periode terjadinya adalah:
a) Jumlah pemborosan bahan, tenaga kerja, atau biaya produksi lainnya yang tidak
normal
b) Biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi
sebelum dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya
c) Biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan kontribusi untuk membuat
persediaan berada dalam kondisi dan lokasi saat ini
d) Biaya penjualan
Biaya Persediaan Pemberi Jasa
19. Pemberi jasa mengukur persediaannya tersebut pada biaya produksinya, yang meliputi
biaya tenaga kerja dan biaya personalia lainnya yang secara langsung menangani
pemberian jasa. Biaya yang terkait dengan penjualan dan administrasi tidak termasuk
sebagai biaya persediaan tetapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
Teknik Pengukuran Biaya

21. Metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan jika
hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkat tingkat normal penggunaan
bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilitas kapasitas. Metode eceran
seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur persediaan yang variasinya
demikian banyak dan cepat berubah, serta memiliki marjin yang sehingga tidak praktis
menggunakan metode penetapan biaya lainnya.
Rumus Biaya
23.

Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan lain

dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing.
25.
Biaya persediaan, kecuali yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau rata-rata
tertimbang. Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan
yang memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan.
27.
Formula MPKP mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual
atau digunakan terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang,
biaya setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa
pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama suatu
periode.

Nilai Realisasi Neto


28.

Praktik penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai

realisasi neto konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan
melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaanya.
29.
Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk
setiap unit dalam persediaan, namun ada yang dalam kelompok unit yang serupa atau
berkaitan.

31.

Estimasi nilai realisasi neto mempertimbangkan fluktuasi haega atau biaya yang

langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang peristiwa
tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode,
32.
Estimasi nilai realisasi neto juga mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan
yang dimiliki. Suatu penilaian baru dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode
berikutnya.
33.
Ketika terdapat bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi neto karena
perubahan keadaan ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik sehingga jumlah
tercatan yang baru dari persediaan adalah yang terendah dari persediaan yang dicatat
sebesar nilai realisasi neto yang telah direvisi.

PENGAKUAN SEBAGAI BEBAN


34.

Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat prsediaan tersebut diakui sebagai

beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan nilai
persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh kerugian
persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian
tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena peningkatan
kembali nilai realisasi neto. Diakui sebagai pengurangan terhadap jumlah beban
persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut.
35.
Beberapa persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
PENGUNGKAPAN
36. Laporan keuangan mengungkapkan:
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk
rumus biaya yang digunakan;
b) Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang
sesuai bagi entitas;
c) Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual;
d) Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan;

e) Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan
yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
f) Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan;
g) Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan; dan
h) Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas.
39.

Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah

yang diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode yang bersangkutan. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang diakui
sebgai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan biaya
lainnya bersama-sama dengan perubahan jumlah neto persediaan pada periode tersebut.

TANGGAL EFEKTIF
41.

Pernyataan ini berlaku untuk laporan keuangan yang dimulai pada atau setelah

tanggal 1 Januari 2009. Penerapan dini dianjurkan.


PENARIKAN
42.
Pernyataan ini menggantikan PSAK 14 (1994): Perssediaan.
Asumsi Arus Biaya: Contoh
CV Mulia melaporkan transaksi berikut pada 2004:
Tanggal
12 Mei
14 Aug
18 Sep

Pembelian
100 unit
200 unit
120 unit
420 unit

Biaya beli
$1.000
2.200
1.800
$5.000

Pada 31 Des, perusahaan memiliki 20 unit di tangan dan menggunakan sistem


persediaan periodik. Berapa nilai HPP dan persediaan akhir?

Metode Average (Weighted)


Data tersedia:
Tanggal
Pembelian
Mei 12
100 unit

Biaya
$1.000

Aug 14
Sep 18

200 unit
120 unit
420 unit

$2.200
$1.800
$5.000

Langkah:
1. Hitung biaya rata-rata per unit : $5.000/420 = $11.905
2. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang terjual untuk memperoleh HPP:
(420-20) x $11.905 = $4.762
3. Aplikasikan biaya rata-rata per unit pada jumlah yang tersisa di persediaan untuk
menentukan Persediaan Akhir: 20 x $11,91 = $238

Metode First-In, First-Out (FIFO)


Data diberikan:
Tanggal Pembelian

Biaya

Mei 12 100 unit @ $10

$1.000

Aug 14 200 unit @ $11

$2.200

Sep 18 120 unit @ $15

$1.800

420
$5.000
HPP (FIFO)
$1.000 (100 terjual)
$2.200 (200 terjual)
$1.500 (100 terjual; 20 sisa)
$4.700

Biaya Barang
Siap Jual

$5,000

Metode Last-In, First-Out (LIFO)


Data diberikan:
Tanggal Pembelian

Biaya

Mei 12 100 unit @ $10

$1.000

Aug 14 200 unit @ $11

$2.200

Sep 18 120 unit @ $15

$1.800

420

$5.000

Harga Pokok Penjualan (LIFO)


$ 800 (80 terjual; 20 sisa)
$2.200 (200 terjual)
$1.800 (120 terjual)
$4.800

Biaya Barang
Siap Jual

$5.000

Asumsi Arus Biaya: Catatan


Kuantitas persediaan akhir adalah sama pada ketiga metode: namun nilainya berbeda.
Harga pokok penjualan dan nilai persediaan akhir berbeda, namun
Harga pokok barang siap jual adalah sama pada ketiga metode.
LIFO akan menghasilkan pelaporan laba bersih paling kecil (asumsi terjadi peningkatan
harga).

Metode Laba Kotor

Metode gross profit method / laba kotor digunakan untuk menilai persediaan akhir.

Metode ini digunakan juga ketika estimasi dibutuhkan karena kerugian.

Asumsi:
1. Persediaan awal + pembelian = barang siap jual.
2. Barang yang tidak dijual tetap ada di tangan
3. Nilai barang siap jual penjualan (at cost) = nilai persediaan akhir.

Metode Gross Profit: Contoh


Data:

Persediaan awal :

$ 50,000

Pembelian bersih :

$ 125,000

Penjualan (net)

Persentase Gross Profit pada penjualan = 40%

$ 112,000

Estimasi nilai persediaan akhir!

Penjualan

$ 112,000

- HPP

$ 67,200

Gross Profit

Nilai barang siap jual

$ 175,000

- HPP

$ 67,200

Persd. Akhir

$ 107,800

($112,000 x 40%)

44,800

(dari atas)

Catatan untuk Metode Gross Profit

Persentase Gross profit dapat dinyatakan sbg:

Percent dari Penjualan, or

Percent dari Biaya (Cost)

Persentase Gross profit biaya didasarkan pada data historis.

Metode gross profit biasanya tidak diterima untuk pelaporan keuangan.

Metode Persediaan Retail

cocok untuk pertimbangan retail:


1. Dengan volume penjualan tinggi dan
2. Jenis barang yang berbeda-beda.
metode ini berasumsi adanya pola yang dapat diobservasi antara biaya dan harga.

langkah-langkahnya adalah:
1. Tentukan persediaan akhir pada harga retail
2. Konversikan jumlah tersebut ke basis biaya dengan menggunakan rasio cost-toretail

Metode Retail Inventory: Contoh


Data tahun 20015:
pd cost

pd retail

Persediaan awal

$ 2,000

$ 3,000

Pembeliaan (Net)

$10,000

$15,000

Penjualan (Net)

$12,000

Berapa nilai persediaan akhir, pd retail dan pd cost?


pd cost

pd retail

Persediaan awal

$ 2,000

$ 3,000

Pembelian (Net)

$10,000

$15,000

Barang tersedia utk dijual

$12,000

$18,000

-/-: penjualan (Net)

($12,000)

Persediaan akhir (pd retail)

x/x: rasio cost to retail

Persediaan akhir pada cost

$ 6,000
x 2/3
$ 4,000

Anda mungkin juga menyukai