Anda di halaman 1dari 28

I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
Tanggal Lahir
Jenis Kelamin
Pekerjaan
Agama
No. Rekam Medik
Masuk Poliklinik

: Dahlia
: 17-07-1951 (63 tahun)
: Perempuan
: Tidak bekerja
: Islam
: 703324
: 9-3-2015

II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama : Benjolan pada payudara kiri
b. Keluhan Tambahan : Luka yang tidak sembuh pada payudara kiri
c. Riwayat Penyakit Sekarang : 1 tahun yang lalu, pasien menyadari terdapat
benjolan pada di payudara kiri, awalnya sebesar kelereng, dan muncul gatal-gatal
tidak lama kemudian. Awalnya gatal-gatal diabaikan, lama-lama gatal menjadi
perlukaan yang terus meluas. Payudara tidak nyeri, tidak keluar darah, tidak keluar
nanah. Puting tidak pernah keluar cairan maupun darah. Pasien ke dokter 1 minggu
yang lalu, dan diberi Amoxycilin. Karena tidak ada perubahan, pasien ke Poliklinik
Bedah Onkologi. Pasien juga mengeluh nyeri tulang. Nafsu makan dan berat badan
menurun. Tidak ada keluhan pada payudara kanan. Tidak ada riwayat trauma.
d. Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Hipertensi disangkal
Riwayat DM disangkal
Riwayat pembedahan disangkal
Tidak pernah menderita penyakit tumor
e. Riwayat Penyakit Keluarga :
Terdapat keluarga yang menderita Tumor Payudara (Sepupu)
f. Riwayat Reproduksi :
Pasien menarche pertama kelas 6 SD, durasi 7 hari, 1 kali sebulan
Pasien belum menikah
III.PEMERIKSAAN FISIS
A. Status Generalis :
1. Keadaan Umum : Compos mentis/ Gizi Cukup
2. Status Vital : TD : 130/80
Nadi
: 80x/menit
Pernapasan : 22x/menit

Suhu
: 36,7'C
3. Kepala :
- Deformitas
: Tidak ada
- Simetris wajah : Simetris kiri dan kanan
- Rambut
: Sukar dicabut
- Ukuran
: Normocephal
- Bentuk
: Mesocephal
4. Mata :
- Eksoftalmus : Tidak ada
- Konjungtiva : Tidak Anemis
- Pupil
: Isokor, Diameter 2,5 mm/2,5 mm
- Sklera
: Tidak ikterus
- Kornea
: Jernih
5. Telinga :
- Pendengaran
: Dalam batas normal
- Nyeri tekan d prosesus mastoideus : Tidak ada
6. Hidung :
- Perdarahan : Tidak ada
- Sekret
: Tidak ada
7. Mulut :
- Bibir
: Tidak kering, Tidak ada sianosis
- Lidah : Tidak kotor
- Faring : Tidak hiperemis
- Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
8. Paru :
- Inspeksi
: Simetris, tidak ada retraksi, simetris kiri = kanan
- Palpasi
: Fremitus kiri = kanan
- Perkusi
: Sonor seluruh lapang paru kiri = kanan
- Auskultasi : Vesikuler, Bunyi tambahan : Ronkhi (-), Wheezing (-)
9. Jantung :
- Inspeksi
: Ictus cordis tidak tampak
- Palpasi
: Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi
: Batas atas ICS III
Batas kanan linea parasternal kanan
Batas kiri, linea midclavicularis sinistra
- Auskultasi
: BJ I/II murni reguler, Bising tidak ada
10. Abdomen :
- Inspeksi : Datar, ikut gerak napas
- Palpasi : Hepar dan Lien tidak teraba

Massa tumor tidak teraba


- Perkusi : Timpani (+)
- Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal
11. Ekstremitas :
- Tidak ada deformitas
- Tidak ada edema
B. Status Lokalis
Regio Mammae Sinistra
Inspeksi : Payudara kiri dan kanan asimetris. Tampak benjolan pada payudara kiri
di bagian lateral, kulit payudara pada benjolan kemerahan, tampak retraksi papilla
mammae ke arah benjolan, tampak ulserasi, tampak tanda radang. Tampak basah
pada sekitar ulserasi, tidak ada darah, tidak ada pus. Tidak ada gambaran Peau d'
Orange.
Palpasi : Teraba benjolan 3 cm pada kuadran caudo lateral dan medial.
Berbentuk bulat, konsistensi keras, mobile, tidak ada nyeri tekan.

Regio Mammae Dekstra


Inspeksi : Tidak tampak benjolan, warna kulit sama dengan sekitar, tidak ada
retraksi papilla mammae, tidak ada ulserasi
Palpasi : Tidak teraba tumor atau massa.
-

Regio Axilla Dextra

Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi


Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksilla dan tidak teraba benjolan
-

Regio Axilla Sinistra

Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi


Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar aksilla dan tidak teraba benjolan
-

Regio supraklavikular dextra dan sinistra

Inspeksi : Tidak tampak benjolan dan ulserasi


Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar dan tidak teraba benjolan
IV. LABORATORIUM
Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN

HASIL

HGB
RBC
WBC
PLT
Ur/Cr
PT/APTT
Albumin
INR
GDS
SGOT/SGPT
HBsAg
Anti HCV
Na/K/Cl

12,7
4,92
14,1
291
37/0,70
10,1/26,5
3,8
0,97
106
296/166
Non Reactive
Non Reactive
146/4,1/107

Pemeriksaan Radiologi
Foto Thorax (02/03/2015)
Kesan :
Suspek efusi pleura dextra + cardiomegaly dengan dilatation aortae
Patologi Anatomi
FNA (Fine Needle Aspiration)
Mikroskopik : Sediaan apusan terdiri dari kelompok-kelompok sel inti
spindle, oval, inti hiperkromatik, sel tersebar inti bulat oval, nucleoli
prominent, masih bersitoplasma
Kesimpulan : Carcinoma Mammae
V. DIAGNOSA
CARCINOMA MAMMAE
VI. PENATALAKSANAAN
Biopsi (Untuk menentukan rencana terapi lanjutan)
Operatif : Mastectomy (melihat hasil PA dari biopsy, curiga
malignansi Mastectomy Radical
Radioterapi setelah dilakukan mastectomy radical
Kemoterapi Lanjutan setelah mastectomy radical
VII.

PROGNOSIS
Dubia

VIII.

RESUME

Seorang wanita datang ke Poliklinik dengan keluhan terdapat benjolan dan


luka pada mammae sinistra. 1 tahun yang lalu, pasien menyadari terdapat
benjolan pada di mammae sinistra, awalnya sebesar kelereng, dan muncul pruritus
tidak lama kemudian. Awalnya pruritus diabaikan, lama-lama pruritus menjadi
perlukaan yang terus meluas. Mammae tidak nyeri, tidak keluar darah, tidak keluar
pus. Puting tidak pernah keluar cairan maupun darah. Pasien ke dokter 1 minggu
yang lalu, dan diberi Amoxycilin. Karena tidak ada perubahan, pasien ke Poliklinik
Bedah Onkologi. Pasien juga mengeluh nyeri tulang. Nafsu makan dan berat badan
menurun. Tidak ada keluhan pada payudara kanan. Tidak ada riwayat trauma.
Pemeriksaan fisis, status generalisata sakit sedang/gizi cukup/compos
mentis. Status vitalis : Tekanan darah : 130/80 mmHg, Pernapasan : 22x/menit,
Nadi : 80x/menit, Suhu : 36,7'C. Status Lokalis Regio Mammae Sinistra tampak
benjolan pada payudara kiri di bagian lateral, kulit payudara pada benjolan
kemerahan, tampak retraksi papilla mammae ke arah benjolan, tampak ulserasi,

tampak tanda radang. Tampak basah pada sekitar ulserasi, tidak ada darah, tidak
ada pus. Tidak ada gambaran Peau d' Orange. Teraba benjolan 3 cm pada
kuadran caudo lateral dan medial. Berbentuk bulat, konsistensi keras, mobile, tidak
ada nyeri tekan.
Pemeriksaan penunjang, laboratorium dalam batas normal. Pemeriksaan
radiologi foto thorax kesan efusi pleura dextra + cardiomegaly dengan dilatatio
aotae. Pemeriksaan FNA (Fine Needle Aspiration) kesan Carcinoma Mammae.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisis, disimpulkan bahwa pasien di
diagnosis dengan Carcinoma Mammae Sinistra.

PEMBAHASAN
I. PENDAHULUAN
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai
prevalensi cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita,
hanya saja prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi. Diperkirakan pada tahun 2006
di Amerika, terdapat 212.920 kasus baru kanker payudara pada wanita dan 1.720
kasus baru pada pria, dengan 40.970 kasus kematian pada wanita dan 460 kasus
kematian pada pria.
Di Indonesia, kanker payudara menempati urutan ke dua setelah kanker leher
rahim. Kejadian kanker payudara di Indonesia sebesar 11% dari seluruh kejadian
kanker. Pada umumnya tumor pada payudara bermula dari sel epitelial, sehingga
kebanyakan kanker payudara dikelompokkan sebagai karsinoma (keganasan tumor
epitelial). Sedangkan sarkoma, yaitu keganasan yang berasal dari jaringan
penghubung, jarang dijumpai pada payudara.
Berdasarkan asal dan karakter histologinya kanker payudara dikelompokkan

menjadi dua kelompok besar yaitu insitu karsinoma dan invasive karsinoma.
Karsinoma insitu dikarakterisasi oleh lokalisasi sel tumor baik di duktus maupun
di lobular, tanpa adanya invasi melalui membran basal menuju stroma di
sekelilingnya. Sebaliknya pada invasive karsinoma, membran basal akan rusak
sebagian atau secara keseluruhan dan sel kanker akan mampu menginvasi jaringan
di sekitarnya menjadi sel metastatik. Kanker payudara pada umumnya berupa
ductal breast cancer yang invasif dengan pertumbuhan tidak terlalu cepat.
Kanker payudara sebagian besar (sekitar 70%) ditandai dengan adanya
gumpalan yang biasanya terasa sakit pada payudara, juga adanya tanda lain yang
lebih jarang yang berupa sakit pada bagian payudara, erosi, retraksi, pembesaran
dan rasa gatal pada bagian puting, juga secara keseluruhan timbul kemerahan,
pembesaran dan kemungkinan penyusutan payudara.
Sedangkan pada masa metastasis dapat timbul gejala nyeri tulang, penyakit
kuning atau bahkan pengurangan berat badan. Sel kanker payudara dapat tumbuh
menjadi benjolan sebesar 1 cm2 dalam waktu 8-12 tahun. Pada tumor yang ganas,
benjolan ini besifat solid, keras, tidak beraturan, dan non mobile. Pada kasus yang
lebih berat dapat terjadi edema kulit, kemerahan, dan rasa panas pada jaringan
payudara.
Penyebab kanker payudara sangat beragam, tetapi ada sejumlah faktor risiko
yang dihubungkan dengan perkembangan penyakit ini yaitu asap rokok, konsumsi
alkohol, umur pada saat menstruasi pertama, umur saat melahirkan pertama, lemak
pada makanan, dan sejarah keluarga tentang ada tidaknya anggota keluarga yang
menderita penyakit ini
II. DEFINISI
Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya
sel pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh
perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae
yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan
segera bermetastase.
Penyakit kanker payudara adalah penyakit keganasan yang berasal dari
struktur parenkim payudara. Paling banyak berasal dari epitel duktus laktiferus (70
%), epitel lobulus (10%) sisanya sebagian kecil mengenai jaringan otot dan kulit
payudara, kanker payudara tumbuh lokal ditempat semula, lalu selang beberapa
waktu menyebar melalui saluran limfe (penyebaran sisitemik) ke organ vital lain
seperti paru-paru, tulang, hati, otak dan kulit.
III. ANATOMI
Payudara terletak dari costa 2 sampai costa 6, batas medial sternum dan
lateral sampailinea axillaris anterior. Jaringan payudara meluas dari garis clavicula
di garis tengahnya sampai costa 8 ke linea axillaris posterior, yang dikenal sebagai
daerah disseksi mastektomi radikal. Sebagai tambahan axillary tail (Spencer tail)
meluas dari tepi atas dan luar supero lateral.
Kelenjar payudara merupakan sekumpulan kelenjar kulit. Pada bagian lateral
atasnya, jaringan ini keluar dari bulatannya ke arah aksila, disebut penonjolan

Spence atau ekor payudara. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai dengan 20
lobulus kelenjar yang masing-masing mempunyai saluran ke papilla mammae,
yang disebut duktus laktiferus. Di antara kelenjar susu dan fascia pektoralis, juga
di antara kulit dan kelenjar tersebut mungkin terdapat jaringan lemak. Di antara
lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
memberi rangka untuk payudara.

Gambar 1. anatomi mammae


Payudara diinervasi atau diperdarahi oleh cabang:
1. Arteri mammaria interna mendarahi tepi medial.
2. Arteri thorakalis lateralis (mammaria eksterna) mendarahi bagian lateral.
3. Arteri thorako-akromialis mendarahi bagian dalam.
4. Arteri thorako-dorsalis mendarahi M. latissimus dorsi dan M. serratus magnus.
Sistem pembuluh vena meliputi Vena interkostalis dari spatium intercosta 2 sampai
6 untuk memasuki v.vertebralis di posterior. Vena interkostalis juga bisa memasuki
Vena azygos yang bermuara ke dalam Vena cava superior. Vena aksilaris menerima
darah dari bagian superior dan lateral payudara.
Aliran vena mengikuti sistem arteri. Aliran limfe dari payudara dibagi
menjadi 3, yaitu dari kulit payudara yang mengalir ke Lnn.supraclavicula,
Lnn.mammaria interna, dan Lnn.pektoralis, dari papilla dan areola mengalir ke
plexus subareola, dan dari jaringan payudara yang mengalir ke plexus pektoralis.
Aliran kelenjar limfe dari payudara kurang lebih 75 % ke aksila, sebagian
lagi ke kelenjar parasternal, terutama dari bagian yang sentral dan medial, dan ada
pula aliran ke kelenjar interpektoralis. Pada aksila terdapat kira-kira 50 buah
kelenjar getah bening yang berada di sepanjang arteri dan vena
brachialis. Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke
kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam,
yang lewat sepanjang v.aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam di fosa supraklavikular.
Persarafan kulit payudara disarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus

intercostalis. Jaringan kelenjar payudara sendiri disarafi oleh saraf simpatik. Ada
beberapa saraf lagi yang perlu diingat sehubungan dengan penyulit paralisis dan
mati rasa pasca bedah, yakni n.intercostobrachialis dan n.cutaneus brachius
medialis yang mengurus sensibilitas daerah aksila dan bagian medial lengan atas.
Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak terjadi
mati rasa di daerah tersebut.
IV. JENIS-JENIS KANKER PAYUDARA
1. Karsinoma in situ
Karsinoma in situ artinya adalah kanker yang masih berada pada tempatnya,
merupakan kanker dini yang belum menyebar atau menyusup keluar dari tempat
asalnya.
2. Karsinoma duktal
Karsinoma duktal berasal dari sel-sel yang melapisi saluran yang menuju ke
puting susu. Sekitar 90% kanker payudara merupakan karsinoma duktal. Kanker
ini bisa terjadi sebelum maupun sesudah masa menopause. Kadang kanker ini
dapat diraba dan pada pemeriksaan mammogram, kanker ini tampak sebagai
bintik-bintik kecil dari endapan kalsium (mikrokalsifikasi). Kanker ini biasanya
terbatas pada daerah tertentu di payudara dan bisa diangkat secara keseluruhan
melalui pembedahan. Sekitar 25-35% penderita karsinoma duktal akan menderita
kanker invasif (biasanya pada payudara yang sama).
3. Karsinoma lobuler
Karsinoma lobuler mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, biasanya terjadi
setelah menopause. Kanker ini tidak dapat diraba dan tidak terlihat pada
mammogram, tetapi biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada mammografi
yang dilakukan untuk keperluan lain. Sekitar 25-30% penderita karsinoma lobuler
pada akhirnya akan menderita kanker invasif (pada payudara yang sama atau
payudara lainnya atau pada kedua payudara).
4. Kanker invasif
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan
lainnya, bisa terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke
bagian tubuh lainnya). Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal
dan 10% adalah kanker lobuler.
5. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
6. Karsinoma tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
V. ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO

Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa


faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara
yaitu :
1. usia > 30 tahun
2. Menarche dini.
Resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi
sebelum usia 12 tahun.
3. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempuyai resiko dua kali lipat
untuk mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai
anak pertama mereka pada usia sebelum 20 tahun.
4. Menopause pada usia lanjut.
Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami
kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani ooforektomi
bilateral
sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya.
5. Riwayat penyakit payudara jinak.
Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai perubahan epitel
proliferatif mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara.
Wanita dengan hiperplasia tipikal mempunyai resiko empat kali lipat untuk
mengalami penyakit ini.
6. Obesitas, resiko rendah diantara wanita pascamenopause.
Wanita gemuk yang didiagnosa penyakit ini mempunyai angka kematian
lebih tinggi, yang paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
7. Kontraseptif oral.
Wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Resiko tinggi ini menurun dengan cepat setelah
penghentian medikasi.
8. Terapi pengganti hormone.
Terdapat laporan yang membingungkan tentang resiko kanker payudara pada
terapi penggantian hormon. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan
estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (Lebih dari 10-15
tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesteron
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insiden kanker endometrium, hal ini
tidak menurunkan risiko kanker payudara.
9. Masukan alkohol.

Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang menkonsumsi


alkohol bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Resikonya dua kali lipat
diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari. Di negara dimana minuman
anggur dikonsumsi secara teratur (misal: Prancis dan Italia), Angkanya sedikit
lebih tinggi. Beberapa temuan menunjukkan bahwa wanita muda yang minum
alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun
berikutnya.
VI. PATOFISIOLOGIS
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi hormon HGF dan
onkogen Met, serta ekspresi berlebih enzim PTK-6.
A. Transformasi
Tanda-tanda awal kanker payudara Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel
normal dalam suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari
tahap inisiasi dan promosi.
B. Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan
oleh suatu agen yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus,
radiasi (penyinaran) atau sinar matahari. Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan
yang sama terhadap suatu karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan
lainnya yang disebut promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu
karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih
peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah hormon yang menginduksi ductal side-branching pada
kelenjar payudara dan lobualveologenesis pada sel epitelial payudara, diperkirakan
berperan sebagai aktivator lintasan tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi
oleh karsinogen. Progestin akan menginduksi transkripsi regulator siklus sel
berupa siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5
hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon estrogen, oleh karena estrogen
merupakan hormon yang mengaktivasi ekspresi pencerap progesteron pada sel
epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi sekresi kalsitonin sel luminal

dan morfogenesis kelenjar.


C. Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah
menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh
promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan
(gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
D. Fase metastasis
Metastasis menuju ke tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker
payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti simtoma
hiperkalsemia, pathological fractures atau spinal cord compression. Metastasis
demikian bersifat osteolitik, yang berarti bahwa osteoklas hasil induksi sel kanker
merupakan mediator osteolisis dan mempengaruhi diferensiasi dan aktivitas
osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan jaringan unik yang terbuat dari matriks protein yang
mengandung kalsium dengan kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang
biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular
dengan penggunaan enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab
itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi neoplastik terjadi akibat interaksi
antara sel kanker payudara dengan sel endotelial yang dimediasi oleh ekspresi
VEGF merupakan mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan sel endotelial.
Tanpa faktor angiogenik negatif seperti angiostatin, sel endotelial yang berinteraksi
dengan VEGF sel kanker melalui pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan
meluruhkan matriks ekstraselular, bermigrasi dan membentuk tubulus.
VII. MANIFESTASI KLINIS
1. Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas
bagian dalam,
terfiksasi.

dibawah ketiak bentuknya tak beraturan dan

2. Nyeri di daerah massa.


3. Perubahan bentuk dan besar payudara, adanya lekukan ke
dalam, tarikan
dan refraksi pada areola mammae.
4. Edema dengan Peau d orange (keriput seperti kulit
jeruk)
5. Pengelupasan papilla mammae
6. Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah,
darah, cairan encer padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.
7. Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi
VIII. KLASIFIKASI
Klasifikasi karsinoma payudara menurut WHO dibagi menjadi :
1. Ductal karsinoma
a. Non infiltrating ductal cell carcinoma
b. Infiltrating ductal cell carcinoma, terdiri dari :
- Medullary carcinoma
- Papillary carcinoma
- Paget carcinoma
- Epidermoid carcinoma
2. Lobular carcinoma
Dewasa ini menggunakan cara penggolongan TNM
menurut Perhimpunan
Anti Kanker Internasional (edisi tahun
2002).
Tumor primer (T)
Tx : Tumor primer tidak dapat ditentukan
To : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Kanker in situ, paget dis pada papila tanpa
teraba tumor
T1 : Tumor < 2 cm
T1a : Tumor < 0,5 cm
T1b : Tumor 0,5 1 cm
T1c : Tumor 1 2 cm
T2 : Tumor 2 5 cm
T3 : Tumor diatas 5 cm
T4 : Tumor tanpa memandang ukuran, penyebaran
langsung ke
dinding thorax atau kulit.
T4a : Melekat pada dinding dada
T4b : Edema kulit, ulkus, peau dorange, satelit
T4c : T4a dan T4b

T4d : Mastitis karsinomatosis


Nodus limfe regional (N)
Nx : Pembesaran kelenjar regional tidak dapat
ditentukan
N0 : Tidak teraba kelenjar axila
N1 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral
yang tidak
melekat.
N2 : Teraba pembesaran kelenjar axila homolateral
yang melekat
satu sama lain atau melekat
pada jaringan sekitarnya.
N3 : Terdapat kelenjar mamaria interna homolateral
Metastase jauh (M)
Mx : Metastase jauh tidak dapat ditemukan
M0 : Tidak ada metastase jauh
M1 : Terdapat metastase jauh, termasuk kelenjar
subklavikula

Stadium klinis kanker payudara

IX. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosis kanker payudara diperlukan :
1. Pemeriksaan fisik meliputi anamnesa seperti mengenai
keluhan-keluhan, perjalanan penyakit, keluhan tambahan, dan
faktor-faktor resiko tinggi.
Posisi duduk
Lakukan inspeksi pada pasien dengan posisi tangan jatuh bebas ke
samping dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi lebih kurang sama
tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri dan kanan, simetris / tidak; adakah
kelainan papilla, letak dan bentuknya, retraksi putting susu, kelainan kulit
berupa peau dorange, dimpling, ulserasi, atau tanda-tanda radang. Lakukan
juga dalam keadan kedua lengan di angkat ke atas untuk melihat apakah ada
bayangan tumor di bawah kulit yang ikut bergerak atau adakah bagian yang
tertinggal, dimpling dan lain-lain.
Posisi berbaring

Sebaiknya dengan punggung diganjal dengan bantal, lakukan palpasi


mulai dari cranial setinggi iga ke-2 sampai distal setinggi iga ke-6, serta
daerah subaerolar dan papilla atau dilakukan secara sentrifugal, terakhir
dilakukan penekanan daerah papilla untuk melihat apakah ada cairan yang
keluar. Tetapkam keadaan tumornya, yaitu lokasi tumor berdasarkan
kuadranny; ukuran, konsistensi, batas tegas / tidak; dan mobilitas terhadap
kulit, otot pektoralis, atau dinding dada.
Pemeriksaan KGB regional di daerah :
a. Aksila, yang ditentukan kelompok kelenjar :
Mammaria eksterna di anterior, dibawah tepi otot pectoralis
Subskapularis di posterior aksila
Apikal di ujung atas fasia aksilaris
b. Supra dan infraklavikula, serta KGB leher utama.
Organ lain yang diperiksa untuk melihat adanya metastasis yaitu
hepar, lien, tulang belakang, dan paru. Metastasis jauh dapat bergejala
sebagai berikut:
Otak : nyeri kepala, mual, muntah, epilepsi, ataksia, paresis,
paralisis.
Paru : efusi pleura, coint lesion foto paru, atelektasis,
Hati : hepatomegali, fungsi hati terganggu SGOT/SGPT, ikterus,
asites.
Tulang : nyeri tekan, osteolytic lesion, destruksi
tulang, lesi
osteoblastik.
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).
Jika SADARI dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
benjolan pada stadium dini. Sebaiknya SADARI dilakukan pada waktu yang
sama setiap bulan. Bagi wanita yang masih mengalami menstruasi, waktu
yang paling tepat untuk melakukan SADARI adalah 7-10 hari sesudah hari 1
menstruasi. Bagi wanita pasca menopause, SADARI bisa dilakukan kapan
saja, tetapi secara rutin dilakuka setiap bulan (misalnya setiap awal bulan).
SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan
normal, ukuran payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan
perubahan perbedaan ukuran antara payudara kiri dan kanan dan perubahan
pada puting susu (misalnya tertarik ke dalam) atau keluarnya cairan dari
puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting susu berkerut.

2.
Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di
kepala dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti
akan lebih mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker.
perubahan bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara
bawah.

belakang
ini
maka
Perhatikan
bagian

3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke


arah cermin, tekan bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan
ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan
kanan, telusuri payudara kiri. Gerakkan jari- jari tangan secara memutar
(membentuk lingkaran kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar
payudara lalu bergerak ke arah dalam sampai ke puting susu. Tekan secara
perlahan, rasakan setiap benjolan atau massa di bawah kulit. Lakukan hal
yang sama terhadap payudara kanan

2.

Pemeriksaan penunjang
Mammografi
Suatu pemeriksaan soft tissue teknik. Adanya proses keganasan akan
memberi tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis
reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan
rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa
retraksi, penebalan kulit dan bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi
papilla dan aerola adanya bridge of tumor, keadaan daerah tumor dan
jaringan fibroglanduler tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di
belakang mammae dan adanya metastasis ke kelenjar. Mamografi ini dapat
mendeteksi tumor-tumor yang secara palpasi tidak teraba jadi sangat baik
untuk diagnosis dini dan screening.
Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik.
Pemeriksaan lain seperti : thoraks foto, bone scanning/ bone survey serta usg
abdomen / liver dilakukan untuk mencari jauhnya ekstensi tumor atau
metastasis. Pemeriksaan ini umumnya hanya dilakukan apabila diperlukan
( atas indikasi ). Pemeriksaan laboratorium untuk melihat toleransi penderita,
juga dapat melihat kemungkinan adanya metastasis misalnya alkali fosfatase.
3. Pemeriksaan histopatologis
Pemeriksaan ini merupakan diagnosis pasti adanya kanker payudara. Bahan
pemeriksaan diambil dengan cara :
Eksisional biopsy, kemudian diperiksa PA. ini untuk kasus-kasus yang
diperkirakan masih operabel / stadium dini.
Insisional biopsy, cara ini untuk kasus-kasus ganas yang sudah
inoperable / lanjut.
FNAB ( Fine Needle Aspiration Biopsy )
Suatu pemeriksaan sitopatologi yang dipakai untuk menetukan apakah
akan segera disiapkan pembedahan dengan sediaan beku atau akan
dilanjutkan dengan pemeriksaan lain atau langsung dilakukan eksterpasi.
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan untuk indikasi bedah radikal
karena hasil positif palsu sering terjadi.
X. PENATALAKSANAAN
A. Pengobatan untuk kanker payudara yang terlokalisir
Untuk kanker yang terbatas pada payudara, pengobatannya hampir selalu
meliputi pembedahan (yang dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan) untuk
mengangkat sebanyak mungkin tumor. Terdapat sejumlah pilihan pembedahan,
pilihan utama adalah mastektomi (pengangkatan seluruh payudara) atau
pembedahan breast-conserving (hanya mengangkat tumor dan jaringan normal di
sekitarnya).
a. Pembedahan breast-conserving
1. Lumpektomi : pengangkatan tumor dan sejumlah kecil jaringan normal
di sekitarnya
2. Eksisi luas atau mastektomi parsial : pengangkatan tumor dan jaringan
normal di sekitarnya yang lebih banyak
3. Kuadrantektomi : pengangkatan seperempat bagian payudara.
Pengangkatan tumor dan beberapa jaringan normal di sekitarnya
memberikan peluang terbaik untuk mencegah kambuhnya kanker. Keuntungan
utama dari pembedahan breast-conserving ditambah terapi penyinaran adalah
kosmetik. Biasanya efek samping dari penyinaran tidak menimbulkan nyeri dan
berlangsung tidak lama. Kulit tampak merah atau melepuh.

b. Mastektomi
Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi
(Hirshaut & Pressman, 1992):
1. Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh
payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga,
serta benjolan di sekitar ketiak.
2.Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara
saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
3.Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara.
Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara. Operasi ini selalu
diikuti

dengan

pemberian

radioterapi.

Biasanya

lumpectomy

direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan


letaknya di pinggir payudara.
Ukuran tumor dan adanya sel-sel tumor di dalam kelenjar getah bening
mempengaruhi pemakaian kemoterapi dan obat penghambat hormon. Beberapa
ahli percaya bahwa tumor yang garis tengahnya lebih kecil dari 1,3 cm bisa diatasi
dengan pembedahan saja. Jika garis tengah tumor lebih besar dari 5 cm, setelah
pembedahan biasanya diberikan kemoterapi. Jika garis tengah tumor lebih besar
dari 7,6 cm, kemoterapi biasanya diberikan sebelum pembedahan.
Penderita karsinoma lobuler in situ bisa tetap berada dalam pengawasan ketat
dan tidak menjalani pengobatan atau segera menjalani mastektomi bilateral
(pengangkatan kedua payudara). Hanya 25% karsinoma lobuler yang berkembang
menjadi kanker invasif sehingga banyak penderita yang memilih untuk tidak
menjalani pengobatan. Jika penderita memilih untuk menjalani pengobatan, maka
dilakukan mastektomi bilateral karena kanker tidak selalu tumbuh pada payudara
yang sama dengan karsinoma lobuler. Jika penderita menginginkan pengobatan
selain mastektomi, maka diberikan obat penghambat hormon yaitu tamoxifen.
Setelah menjalani mastektomi simplek, kebanyakan penderita karsinoma
duktal insitu tidak pernah mengalami kekambuhan. Banyak juga penderita yang
menjalani lumpektomi, kadang dikombinasi dengan terapi penyinaran.
Kanker payudara inflamatoir adalah kanker yang sangat serius meskipun
jarang terjadi. Payudara tampak seperti terinfeksi, teraba hangat, merah dan
membengkak. Pengobatannya terdiri dari kemoterapi dan terapi penyinaran.
c. Rekonstrusi payudara

Untuk rekonstruksi payudara bisa digunakan implan silikon atau salin


maupun jaringan yang diambil dari bagian tubuh lainnya. Rekonstruksi bisa
dilakukan bersamaan dengan mastektomi atau bisa juga dilakukan di kemudian
hari.
Akhir-akhir ini keamanan pemakaian silikon telah dipertanyakan. Silikon
kadang merembes dari kantongnya sehingga implan menjadi keras, menimbulkan
nyeri dan bentuknya berubah. Selain itu, silikon kadang masuk ke dalam laliran
darah.
d. Kemoterapi & Obat Penghambat Hormon
Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan segera setelah
pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun. Pengobatan ini
menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka harapan hidup penderita.
Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal. Tetapi tanpa pembedahan maupun penyinara, obat-obat
tersebut tidak dapat menyembuhkan kanker payudara.
Efek samping dari kemoterapi bisa berupa mual, lelah, muntah, luka terbuka
di mulut yang menimbulkan nyeri atau kerontokan rambut yang sifatnya
sementara. Pada saat ini muntah relatif jarang terjadi karena adanya obat
ondansetron. Tanpa ondansetron, penderita akan muntah sebanyak 1-6 kali selama
1-3 hari setelah kemoterapi. Berat dan lamanya muntah bervariasi, tergantung
kepada jenis kemoterapi yang digunakan dan penderita. Selama beberapa bulan,
penderita juga menjadi lebih peka terhadap infeksi dan perdarahan. Tetapi pada
akhirnya efek samping tersebut akan menghilang.
Tamoxifen adalah obat penghambat hormon yang bisa diberikan sebagai
terapi lanjutan setelah pembedahan. Tamoxifen secara kimia berhubungan dengan
estrogen dan memiliki beberapa efek yang sama dengan terapi sulih hormon
(misalnya mengurangi resiko terjadinya osteoporosis dan penyakit jantung serta
meningkatkan resiko terjadinya kanker rahim). Tetapi tamoxifen tidak mengurangi
hot flashes ataupun merubah kekeringan vagina akibat menopause.
2. Pengobatan kanker payudara yang telah menyebar
Kanker payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Bagian tubuh
yang paling sering diserang adalah paru-paru, hati, tulang, kelenjar getah bening,
otak dan kulit. Kanker muncul pada bagian tubuh tersebut dalam waktu bertahuntahun atau bahkan berpuluh- puluh tahun setelah kanker terdiagnosis dan diobati.
Penderita kanker payudara yang telah menyebar tetapi tidak menunjukkan
gejala biasanya tidak akan memperoleh keuntungan dari pengobatan. Akibatnya
pengobatan seringkali ditunda sampai timbul gejala (misalnya nyeri) atau kanker
mulai memburuk.
Jika penderita merasakan nyeri, diberikan obat penghambat hormon atau
kemoterapi untuk menekan pertumbuhan sel kanker di seluruh tubuh. Tetapi jika
kanker hanya ditemukan di tulang, maka dilakukan terapi penyinaran. Terapi

penyinaran merupakan pengobatan yang paling efektif untuk kanker tulang dan
kanker yang telah menyebar ke otak.
Obat penghambat hormon lebih sering diberikan kepada:
kanker yang didukung oleh estrogen
penderita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kanker selama lebih dari 2
tahun setelah terdiagnosis - kanker yang tidak terlalu mengancam jiwa
penderita.
Obat tersebut sangat efektif jika diberikan kepada penderita yang berusia 40
tahun dan masih mengalami menstruasi serta menghasilkan estrogen dalam jumlah
besar atau kepada penderita yang 5 tahun lalu mengalami menopause.
Tamoxifen memiliki sedikit efek samping sehngga merupakan obat pilihan
pertama. Selain itu, untuk menghentikan pembentukan estrogen bisa dilakukan
pembedahan untuk mengangkat ovarium (indung telur) atau terapi penyinaran
untuk menghancurkan ovarium.
Jika kanker mulai menyebar kembali berbulan-bulan atau bertahun-tahun
setelah pemberian obat penghambat hormon, maka digunakan obat penghambat
hormon yang lain.
Aminoglutetimid adalah obat penghambat hormon yang banyak digunakan
untuk mengatasi rasa nyeri akibat kanker di dalam tulang. Hydrocortisone (suatu
hormon steroid) biasanya diberikan pada saat yang bersamaan, karena
aminoglutetimid menekan pembentukan hydrocortisone alami oleh tubuh.
Kemoterapi yang paling efektif adalah cyclophosphamide, doxorubicin,
paclitaxel, dosetaxel, vinorelbin dan mitomycin C. Obat-obat ini seringkali
digunakan sebagai tambahan pada pemberian obat penghambat hormon.
XI. PENCEGAHAN
Pencegahan primer
Pencegahan primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk
promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya
menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan
melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga bisa berupa
pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang dilakukan secara rutin
sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena kanker payudara.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus
haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan

sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini
terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki
akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terusmenerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor
risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer
risk assessement survey.
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat Referensi untuk dilakukan
mammografi setiap tahun.
- Wanita normal mendapat Referensi mammografi setiap 2 tahun sampai
mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI untuk
mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan mammografi
maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif
menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara
sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang
harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan
kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan
pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak
berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh
bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium
tertentu, pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan
untuk mencari pengobatan alternatif dengan obat herbal kanker payudara.

XII. PROGNOSIS
Prognosis kanker payudara ditentukan oleh :
1. Staging ( TNM )
Semakin dini semakin baik prognosisnya.
- Stadium I : 5 10 tahun 80 %
- Stadium II: 60 %
- Stadium III: 30 %
- Stadium IV: 5 %
2. Jenis histopatologis keganasan
Karsinoma in situ mempunyai prognosis yang baik dibandingkan dengan
karsinoma yang sudah invasive. Suatu kanker payudara yang disertai oleh
gambaran peradangan dinamakan mastitis karsinomatosa, ini mempunyai
prognosis yang sangat buruk. Harapan hidup 2 tahun hanya kurang lebih 5 %.
Tepat tidaknya tindakan terapi yang diambil berdasarkan staging sangat
mempengaruhi prognosis.

KESIMPULAN

1. Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai prevalensi
cukup tinggi. Kanker payudara dapat terjadi pada pria maupun wanita, hanya saja
prevalensi pada wanita jauh lebih tinggi.
2. Carsinoma mammae adalah pertumbuhan dan pembelahan sel khususnya sel
pada jaringan mammae yang tidak normal/abnormal yang terbatas serta tumbuh
perlahan karena suplai limpatik yang jarang ketempat sekitar jaringan mammae
yang banyak mengandung banyak pembuluh limfe dan meluas dengan cepat dan
segera bermetastase.
3. Kejadian karsinoma payudara dihubungkan dengan terjadinya hiperplasia sel
dengan perkembangan sel-sel atipik, kemudian terjadi karsinoma intraepitelial
(karsinoma insitu), setelah terjadinya karsinoma in situ akan terjadi multiplikasi
sel-sel dengan cepat. Selanjutnya sel-sel tersebut akan menginvasi stroma jaringan
ikat di sekitarnya pada payudara.
4. Membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 7 tahun pada karsinoma untuk tumbuh
dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba
(diameter sekitar 1 cm). Pada ukuran itu sekitar kasus sudah disertai dengan
kejadian metastasis.
5. Gambaran klinis :
Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, dibawah
ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi.
Nyeri di daerah massa.
Perubahan bentuk dan besar payudara, Adanya lekukan ke dalam, tarikan
dan refraksi pada areola mammae.
Edema dengan peau d orange (keriput seperti kulit jeruk)
Pengelupasan papilla mammae
Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting,
Keluar cairan abnormal dari putting susu berupa nanah, darah, cairan
encer padahal ibu tidak sedang hamil / menyusui.
Ditemukan lessi pada pemeriksaan mamografi.
6. Pemeriksaan fisik meliputi anamnesa seperti mengenai keluhan-keluhan,
perjalanan penyakit, keluhan tambahan, dan faktor-faktor resiko tinggi.
7. Pengobatan pada kanker payudara bergantung pada stadium dini akan memberi
harapan kesembuhan dan memberi harapan hidup yang baik.
8. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara kesadaran SADARI dilakukan setiap
bulan, perhatikan BB, obesitas meningkatkan risiko kanker payudara, usia > 50 th
lakukan screning payudara teratur, serta rileks / hindari stress berat.
DAFTAR PUSTAKA

1. De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta. 1997.


Halaman: 211-237.

2.

Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III jilid 2. Media


Aesculapius fakultas kedokteran UI. Jakarta. 2000. Halaman: 283
287.

3. Pierce A. Grace n Neil R. Borley, At a Glance, ilmu bedah.


Edisi III. Penerbit Erlangga, Jakarta. 2006. Halaman: 130131.
4.

Djamaloeddin, Prof. Dr.H. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah.


Penerbit Binarupa Aksara. Jakarta. 1995. Halaman: 342-363

5. Anonim : www.itokoindo.org/?wpfb_dl=135 . Medicastore. Manajemen


Modern dan Kesehatan Masyarakat. Diakses pada September 2011
6.

Anonim : http://id.wikipedia.org/wiki/Kanker_payudara,
diakses pada tgl: 10 nopember 2010.

7.

Anonim
:
http://www.cancerhelps.com/kankerpayudara.htm. diakses pada tgl: 10 nopember 2010.

8.

Anonim : http://www.dechacare.com/Kanker-PayudaraPengertian-dan-Penyembuhan-I319.htm. diakses pada tgl:


11 nopember 2010. Pukul 17.00 wib.

9. Anonim:http://rumahkanker.com/index.phpoption=com_cont
ent&task=view&id=42&Itemid=1. diakses pada tgl: 12
nopember 2010. Pukul 18.00 wib.
10. Anonim
http://www.hompedin.org/download/kankerpayudara.pdf.
diakses pada tgl: 12 nopember 2010. Pukul 19.00 wib.

BAGIAN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

CASE REPORT
MARET 2015

CARCINOMA MAMMAE

OLEH :
DEWI SHINTA
C111 09 879
PEMBIMBING
dr. Muh. Juhamran Jaya
SUPERVISOR
Prof. Dr. dr. Daniel Sampepajung, Sp.B(K)Onk

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2015

HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :
Nama : Dewi Shinta
NIM : C 111 09 879
Judul Kasus : Carcinoma Mammae
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar, Maret 2015


Mengetahui,
Pembimbing

Co-Ass

Muh. Juhamran Jaya

Dewi Shinta

Supervisor

Prof. Dr. dr. Daniel Sampepajung, Sp.B(K) Onk

Anda mungkin juga menyukai