Anda di halaman 1dari 3

Aspri Ayu Jarlismi/12010210006,Pendidikan Fisika 1,2012 20 Januari 2013

Profesi Guru Masih Dipertanyakan


Dewasa ini, masalah pendidikan masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah dan
seluruh bangsa Indonesia yang tidak kunjung usai. Pasalnya Indeks Pembangunan
Pendidikan Untuk Semua atau education for all (EFA) di Indonesia menurun setiap
tahunnya. Tahun 2011 Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot
dibandingkan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun
2011 oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut
empat peringkat dari Malaysia (65).
Menurut Staf Ahli Kemendikbud Prof. Dr. Kacung Marijan, Indonesia mengalami
masalah pendidikan yang kompleks. Selain angka putus sekolah, pendidikan di Indonesia
juga menghadapi berbagai masalah lain. Satu di antara masalah utama pendidikan di
Indonesia adalah kualitas guru yang masih rendah1.
Dalam dunia pendidikan guru menduduki posisi tertinggi dalam hal penyampaian
informasi dan pengembangan karakter mengingat guru melakukan interaksi langsung
dengan peserta didik dalam pembelajaran di ruang kelas. Disinilah kualitas pendidikan
terbentuk dimana kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru ditentukan oleh
kualitas guru yang bersangkutan.
Pembahasan mengenai kompetensi guru sesungguhnya merupakan masalah yang
sudah turun temurun dari generasi ke generasi. Jika ditelusuri lebih dalam, Masalah ini
tidak hanya

bersumber dari kurangnya penghargaaan pemerintah, masyarakat, atau

lembaga terkait. Akan tetapi, generasi muda seharusnya memiliki andil besar dalam
peningkatan mutu pendidikan. Pertanyaannya adalah berapa persenkah calon mahasiswa
yang cerdas artinya siswa yang memiliki ranking papan atas di SMA masing masing yang
mendaftar ke lembaga pendidikan yang menghasilkan guru?
1

Aspri Ayu Jarlismi/12010210006,Pendidikan Fisika 1,2012 20 Januari 2013

Faktanya lembaga pendidikan guru adalah lembaga pilihan kelas ekonomi, bukan
kelas bisnis apalagi eksekutif sehingga calon mahasiswa yang berbobot berbondongbondong dan berlomba mendaftar ke fakultas-fakultas favorit yang bukan menghasilkan
guru di antaranya fakultas kedokteran, fakultas ekonomi, fakultas teknik, dan sebagainya.
Fakultas pendidikan hanya menjadi pilihan kedua atau bisa saja pilihan terpaksa. Hanya
segelintir siswa berprestasi yang memilih terjun sebagai pendidik. Suasana miris tersebut
sampai sekarang masih berlangsung.
Dirasa tak menjanjikan di masa depan, profesi guru kurang diminati para
remaja.Pernyataan tersebut disampaikan seorang pengamat pendidikan dari Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Titik Handayani 2. Dapat disimpulkan karena mereka
tahu persis kedudukan sosial guru dari sisi ekonomi dan politis kurang menguntungkan.
Status guru kalah terhormat dengan status dokter, insinyur, dan sebagainya. Padahal
mereka berhasil karena kehadiran, peran, fungsi, dan dedikasi guru. Dengan calon guru
yang dididik dengan motivasi setengah hati atau kompetensi seadanya bisa dibayangkan
guru seperti apa yang akan dihasilkan? Bagaimana solusinya?
Pembuatan kebijakan yang meningkatkan pamor guru secara ekonomi maupun
politis sehingga daya tarik calon mahasiswa cerdas meningkat dapat dijadikan salah satu
alternatif pemecahan masalah ini. Citra guru harus diubah menjadi bercitra seperti dokter
atau insinyur minimal dari kesejahteraannya. Rendahnya kesejahteraan guru merupakan
masalah peredup animo calon mahasiswa yang begitu besar perannya.
Titik handayani mencontohkan gaji guru honorer yang mengajar di SD negeri di
Jakarta hanya sebesar Rp 400.000 per bulan. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan
isi UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 14 ayat (1a), yang
menyatakan bahwa guru berhak mendapat penghasilan di atas kebutuhan hidup minimal
2

Aspri Ayu Jarlismi/12010210006,Pendidikan Fisika 1,2012 20 Januari 2013

dan jaminan kesejahteraan sosial3. Oleh karena itu, penaikan gaji guru sampai 5 juta
rupiah dalam satu bulan untuk guru yang berprestasi merupakan solusi yang tepat. Namun,
dalam hal ini pemerintah juga berhak dan hendaknya mengadakan peregenerasian yang
dilakukan dengan seleksi yang ketat. Guru yang berprestasi di bawah standar dilakukan
pensiun dini dengan diberikan uang pesangon yang besar, misalnya Rp25.000.000,00 di
seluruh sekolah negeri untuk menghindari kerugian sepihak. Tentunya juga dengan alat
ukur yang jelas dan berkualitas sehingga dengan gaji yang menarik ini, diharapkan
lembaga pendidikan guru akan banyak diminati oleh calon mahasiswa yang berkualitas.
Alokasi dana untuk proses ini dapat memanfaatkan anggaran pendidikan sebesar
25% dari Rp331,8 T di tahun 2013. Jadi, Pemerintah harus memfokuskan anggaran
pendidikan untuk kesejahteraan guru dan kompetensi guru terlebih dahulu dibandingkan
sarana prasarana. Jika gurunya berkompetensi dan sejahtera, dengan sarana yang miskin
pun, Insya Allah siswa akan berhasil. Jadi kata kunci keberhasilan pendidikan adalah
naikkan status guru dengan meningkatkan kesejahteraan dan kompetensinya.(Aspri Ayu
Jarlismi/12010210006)
1

Positivego, Masalah Pendidikan di Indonesia dan Solusinya,dalam


http://positivego.blogspot.com/2012/11/masalah-pendidikan-di-indonesia.html
2

Destriyana, Profesi Guru Kurang Diminati Remaja,dalam http://m.merdeka.com/gaya/profesi-guru-kurangdiminati-remaja.html


3
Ibid

Daftar Pustaka
Positivego. Tanpa Tahun. Masalah Pendidikan di Indonesia dan Solusinya. Dalam
http://positivego.blogspot.com/2012/11/masalah-pendidikandi-indonesia.html
Destriyana.2012. Profesi Guru Kurang Diminati RemajaDalam
http://m.merdeka.com/gaya/profesi-guru-kurang-diminati-remaja.html

Anda mungkin juga menyukai