Anda di halaman 1dari 2

NAMA : HARIS SUNANSYAH

NIM
: 135060500111041

ARSITEKTUR VISIONARIS
The Habitat Agenda: Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World
Think Globally, Act Locally. Bromo Tengger Semeru National Park
Kawasan Bromo Tengger Semeru merupakan kawasan Taman Nasional yang memiliki
beberapa komponen habitat, diantaranya Cagar Alam Laut Pasir, Cagar Alam Ranu Kumbolo, Taman
Wisata Laut Pasir Tengger, Taman Wisata Ranu Pani dan Ranu Regulo, Taman Wisata Darungan,
serta Hutan Lindung dan Hutan Produksi Terbatas. Luas kawasan Bromo Tengger Semeru mencapai
setidaknya 50.276,3 hektar dengan komposisi daratan yang lebih banyak daripada perairan air
tawar yang hanya sekitar 10,25 hektar. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memiliki fungsi
penting bagi keanekaragaman hayati, dengan berbagai macam jenis flora dan fauna yang hidup di
dalamnya. Selain itu, kawasan ini juga merupakan hulu DAS Brantas dan DAS Sampean yang menjadi
sumber air bagi sebagian besar masyarakat Jawa Timur, dan juga merupakan kawasan pemukiman
Suku Tengger yang memiliki budaya yang khas.
Potensi habitat yang dimiliki kawasan ini beragam dan memiliki setidaknya ruang yang
ideal bagi seluruh makhluk hidup untuk tinggal dan berkembang biak. Sebuah potensi yang perlu
dibina sebagai habitat yang mampu menjadi ruang yang layak untuk hidup. Diperlukan sebuah
gagasan yang mampu menjadikan potensi yang ada pada Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger
Semeru memberikan dampak positif yang lebih untuk kehidupan sekarang dan mendatang. Hal ini
sejalan dengan visi yang dicanangkan oleh UN, terkait pengembangan pemukiman bagi manusia
yang berkelanjutan dalam urbanisasi dunia.
Dua tema yang diangkat dalam The Habitat Agenda adalah balanced development of
settlements in rural regions dan disaster prevention, mitigation and preparedness, and post-disaster
rehabilitation capabilities menjadi salah satu fokus visi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia dan lingkungan. Dalam kawasan Bromo Tengger Semeru, potensi sebagai kawasan
yang memiliki kualitas habitat yang baik bagi manusia maupun hewan dan tumbuhan sangat mungkin
untuk diangkat ke dalam sebuah konsep yang mampu memberikan sumbangsih gagasan pada
kehidupan mendatang.
Sebagai kawasan yang juga dihuni oleh Suku Tengger, kawasan ini pun seharusnya juga
mampu menjadi ruang hidup yang layak bagi manusia. Kawasan pedesaan Suku Tengger disekitar
kaki-kaki gunung yang merupakan ruang hidup bagi manusia memerlukan sebuah infrastruktur yang
mampu mengembangkan pemukiman yang memberikan kualitas hidup manusia yang lebih layak untuk
masa mendatang. Kualitas hidup salah satunya dipengaruhi oleh faktor mata pencahariaan yang
menjadi rutinitas manusianya. Mayoritas mata pencaharian yang ada pada Suku Tengger adalah
bertani. Hal ini tak luput dari kualitas tanah yang berada di sekitar lereng gunung Semeru dan Bromo
yang masih aktif, sehingga kualitas tanah subur dan cocok untuk dijadikan lahan pertanian.
Infrastruktur untuk bercocok tanam dan distribusi hasi pertanian cukup tradisional dengan kendaraan
sepeda motor dan gudang sederhana untuk menyimpan sementara hasil bercocok tanam.
Sebuah gagasan untuk meningkatkan kualitas hasil potensi alam dan manusia ini perlu
diwujudkan sebagai tanggapan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia yang tinggal di
dalamnya. Potensi alam yang melimpah seharusnya memerlukan fasilitas untuk meningkatkan daya
jual potensinya sehingga memberikan nilai lebih pada kehidupan. Komunikasi, informasi, distribusi,
alat bertani, ruang untuk mengolah hasil merupakan komponen-komponen yang penting untuk

menghasilkan luaran yang lebih baik. Dengan potensi pedesaan Suku Tengger, ruang untuk bekerja
bagi manusia dengan pemanfaatan konsep pemerataan penggunaan teknologi dan bahan lokal akan
meningkatkan kualitas potensi pertanian di kawasan. Sehingga kawasan Bromo Tengger Semeru
melalui potensi pertaniannya mampu memberikan dampak bagi kehidupan di luar kawasan, tidak
terbatas untuk kawasan Bromo Tengger Semeru saja. Serta menjadikan kawasan pedesaan Suku
Tengger produktif dan mampu hidup mandiri tidak bergantung pada komoditas dari luar kawasan.
Faktor lain kualitas hidup adalah kualitas hunian. Dengan kondisi kawasan Bromo Tengger
Semeru yang memiliki gunung-gunung aktif, selain memberikan potensi lahan yang subur juga memiliki
dampak yang cukup signifikan terhadap hunian bagi makhluk di sekitarnya, khususnya hunian bagi
manusia. Antisipasi terhadap gangguan yang mungkin terjadi bagi hunian manusia diperlukan untuk
menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kualitas hunian manusia harus mampu mengantisipasi
dampak getaran tanah dan abu vulkanik sewaktu-waktu akibat kondisi gunung yang aktif.
Konsep bagi hunian yang resistif terhadap ancaman yang mungkin terjadi perlu
dicanangkan sebagai standar yang dapat digunakan oleh mayarakat sekitar untuk membangun
huniannya. Penataan ruang-ruang pedesaan pun harus mampu antisipatif terhadap gangguan dan
perlu disesuaikan dengan standar maupun perencanaan yang mampu merehabilitasi diri dengan
segera. Karena dampak akibat meletusnya gunung akan mempengaruhi kualitas hidup manusianya
serta mengurangi produktivitas.
Dengan dua konsep yang menjadi acuan dalam pengembangan kawasan Bromo Tengger
Semeru, diharapkan menjadi fokus yang mampu meningkatkan kualitas hidup di kawasan tersebut.
Ditinjau dari aspek potensi lingkungan dan alamnnya serta dari potensi masyarakat di sekitarnya.
Dengan beragamnya habitat yang ada pada kawasan Bromo Tengger Semeru, konsep yang
dicanangkan harus berpegang pada kualitas habitat alami bagi seluruh makhluk yang hidup di
dalamnya. Sehingga kehidupan berbagai macam makhluk tetap terjaga dan saling memberikan
pengaruh yang positif antar elemen dalam kawasan.

Anda mungkin juga menyukai