Lean Manufacturing Fix
Lean Manufacturing Fix
ASIA
SURABAYA
Disusun Oleh:
Christine Adi
134114500
Gabriela Delavin
134114506
Rachmat Gobel
134114510
Deby Delima D.
134114521
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam dunia manajemen, dikenal berbagai metode yang dapat digunakan
untuk melakukan perbaikan operasional suatu perusahaan, salah satunya adalah
lean.
II. 1 Lean Manufacturing
Lean manufacturing berasal dari bahasa inggris lean yang berarti
ramping atau sedikit lemak. Tetapi yang dipelajari disini adalah lean yang
berhubungan dengan proses produksi. APICS Dicrionary, 2005, mendifinisikan
lean sebagai suatu filosofi bisnis yang berlandaskan pada minimalisasi
penggunaan sumber daya (termasuk waktu) dalam berbagai aktivitas perusahaan.
Lean berfokus pada identifikasi dan menghilangkan aktivitas-aktivitas yang tidak
bernilai tambah (non-value added) dalam desain, produksi atau operasi, dan
supply chain management, yang berkaitan dengan pelanggan (Gasperz, 2011).
Menurut Gaperz, 2011, terdapat lima prinsip lean, yaitu :
1. Mengidentifikasi nilai produk berdasarkan perspektif pelanggan.
2. Mengidentifikasi value streammapping untuk setiap produk.
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua lini
produksi.
4. Mengorganisasikan agar bahan baku, informasi, dan produk mengalir secara
lancar dan efisien sepanjang proses dengan menggunakan pull system.
5. Terus-menerus mencari teknik dan alat peningkatan untuk mencapai
keunggulan dan peningkatan secara terus-menerus.
Menurut Jay Heizer pada bukunya Operations Management Sustainability
and Supply Chain Management, 2013, terdapat riga metode utama dalam lean
manufacturing, yakni : Just in Time (JIT), Toyota Production System (TPS), dan
lean operations. JIT menekankan pada penyelesaian masalah, TPS menekankan
pada pembelajaran karyawan dan peningkatan lini produksi. Sedangkan lean
operations menekankan pada pemahaman lebih dalam kepada konsumen.
Manajer sebuah perusahaan yang menerapkan lean manufacturing
menekankan
produksi,
yaitu
II.2.1 Budaya 5 S
Jepang mengembangkan budaya yang dikenal sebagai 5Ss, dimana 5Ss
merupakan salah satu checklist yang cukup bagus diterapkan dalam lean
operations.
Sort/ Segregate/ Seiri
Merupakan budaya untuk memilah barang-barang yang diperlukan dan
membuang yang tidak diperlukan dalam suatu working area, sehingga
lean operation.
Sustain/ self-discipline/ Shitsuke
Memantau secara berkala untuk tetap menggunakan budaya 4S sebelumnya
sehingga preusahaan dapat terus meningkatkan kualitas baik dari segi
pelayanan maupun produk.
kanban.
Preventive Maintenance: terjadwal dengan baik, rutinitas harian, keterlibatan
operator.
Quality Production: statistical process control, kualitas dari pemasok,
mengurai
beberapa
proses
yang
mengalami
bottleneck,
dilalui. Setelah itu, perlu diperhitungkan beberapa hal, yakni cycle time dan
minimum number of workstations.
Cycle time merupakan waktu maksimum yang diperlukan setiap workstation
untuk mencapai target produksi per hari.
Production time available per day
Cycle Time=
Unitsrequired per day
Minimum number of workstations berfungsi untuk memetakan daerah kerja yang
harus dilalui dalam satu cycle time.
n
Cycletime
BAB III
STUDI KASUS
Konsumenmelakukanpemesanansejumlah 30.000 set botol 1kg yang terdiri
botol, tutup sumbat dan tutup atas. Pengiriman akan dilakukan sejumlah 5000
setsetiap minggu selama 2 bulan, jadi akan ada 6 kali pengiriman.
III.1 Proses Produksi di CV. Asia Plastik
Berikut merupakan proses yang dilakukan untuk menghasilkan masing-masing
produk jadi.
Tabel III.1 Proses Pengolahan Bahan baku Menjadi Produk Jadi
Tutup Atas
1. Menentukan jumlah bahan baku yang dibutuhkan.
2. Mengambil bahan baku dari gudang bahan baku dan menimbang bahan baku
tersebut.
3. Menaikan mold ke atas mesin injection
4. Memasukkan bahan baku ke dalam hopper mesin injection
5. Melakukan setting mesin hingga menghasilkan produk sesuai standar
6. Melakukan proses injection hingga jumlah yang di pesan
7. Melakukan finishing produk selama proses injection selektor
8. Setelah proses finishing, Memasukkan produk ke dalam kantong plastik
9. Melakukan proses printing ke subkontrak dengan kapasitas 10.000 biji/minggu
10. Produk kembali ke pabrik dan dikirim bersama botol yang sudah dipasang sumpel
Tutup Sumbat
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Massa
Bahan baku
Harga
Kapasitas Mesin
Mold
Cycle Time
Selektor
Tutup Atas
16 gram
PP
Rp 1600,160 ton
4 cavity
25 detik
1 orang
Tutup Sumbat
19 gram
PP
Rp 900,160 ton
4 cavity
20 detik
1 orang
Botol
86 gram
HDPE
Rp 3000,Mesin blow 11 2 liter
1 cavity
25 detik
3 orang
pengiriman.
Produksi dilakukan skaligus 30.000 biji di awal agar mold tidak naik turun
mesin untuk mempersingkat setup timedari proses melepas dan memasang
molddengan masingmasing waktu yang diperlukan adalah 2 jam dan setup
11
time mesin untuk mencapai spesifikasi produk. Selain setup time ada
pertimbangan lain, yaitu biaya maintenance mold dan mesin, semakin sering
mold naik turun maka mesin akan memerlukan maintenance yang lebih
banyak, karena bautnya akan lebih cepat rusak. Dari sisi mold maka ada
kemungkinan akan lebih cepat bocor dan terdapat kerak atau karat bila
Tutup sumbat
30.000 biji tutup sumbat juga akan diproduksi sekaligus 2 minggu sebelum
hari-H pengiriman.
Tutup sumbat harus tersedia pada saat proses blowing botol dilakukan.
Botol
15.000 biji botol akan diproduksi sekaligus 1 minggu sebelum hari-H
pengiriman.
Tutup sumbat harus diproduksi terlebih dahulu baru kemudian botol.
Setelah botol jadi maka harus di finishing oleh selektor 1, dan langsung
dipasang dengan tutup sumbat yang sudah tersedia oleh selektor 2.
banyak waste yang seharusnya tidak terjadi dalam proses produksi CV. Asia. Perlu
dilakukan lean operations untuk mengeliminasi waste yang ada melalui
perkembangan yang terus menerus sehingga efisiensisi dan efektifitas perusahaan
dapat ditingkatkan. Adapun pembagian rumusan masalah menurut waste nya
adalah :
1. Overproduction
Overproduction terjadi pada produk tutup atas dan tutup sumbat. Waste ini
terdapat pada bagian persiapan bahan baku bahan baku dan pewarna.
2. Queues
12
Jadwal yang kurang tepat dapat membuat salah satu kompenen produk menjadi
idle. Bila terjadi keterlambatan tutup atas akibat proses printing maka botol yang
sudah dipasang tutup sumbat menjadi idle. Sebaliknya bila tutup atas sudah
selesai namun botol belum diproduksi maka akan terkadi idle pada tutup atas dan
tutup sumbat.
3. Motion
Waste ini terjadi pada bagian inject, karena area yang terlalu kecil dan mesin
yang banyak, maka ruang gerak menjadi terlalu sempit. Pekerja sering
bertabrakan dalam melakukan tugasnya. Kemudian aliran inflow bahan baku dan
outflow barang jadi juga sering bertubrukan karena hanya melalui 1 jalan.
4. Inventory
Adanya penumpukan inventory tutup atas yang belum dikirim ke pembeli
karena produksi tutup yang sekaligus di awal. Bila terjadi keterlambatan tutup atas
akibat proses printing maka botol yang sudah dipasang tutup sumbat juga
disimpan di inventory terlebih dahulu.
Salah satu penyelesaian waste ini dapat memperkecil jumlah produk setiap
kali produksi sehingga inventory tidak terlalu menumpuk. Namun bila sekali
produksi jumlahnya sedikit dapat mempengaruhi naik dan turunnya mold terhadap
mesin inject. Bila frekuensi naik turun mesin semakin banyak maka ada beberapa
masalah yang dapat menyebabkan biaya, yaitu :
- Maintenance Mesin
Maintenance mesin dilakukan dengan penggantian baut selama sekali dalam
setahun. Harga baut mesin Rp300.000,- per biji dan dibutuhkan 4 baut. Bila
frekuensi naik turun mesin semakin banyak maka persentase maintenance mesin
semakin besar.
- Mold Bocor
Supaya tidak terjadi bocor, mold sebelum dinaikkan ke mesin harus diganti
sealnya. Seal merupakan partyang dipasang di setiap jalur air. Mold inject terdiri
dari 4 jalur air, 1 di setiap cavity dan mold blow terdiri dari 30 jalur air. Harga seal
untuk mold inject, yaitu Rp60.000,-/seal untuk 1 cavity, sedangkan untuk mold
blow Rp300,- /seal. Mold inject terdiri dari 4 cavity dan mold blow terdiri dari 30
jalur air. Proses repair untuk pemasangan seal dilakukan 2 orang dengan total
waktu 3 jam.
- Kerak
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Konsumen melakukan pemesanan sejumlah 30.000 set botol 1 kg yang
terdiri dari botol, tutup sumbat dan tutup atas. Pengiriman akan dilakukan
sejumlah 5000 set setiap minggu selama 2 bulan, jadi akan ada 6 kali pengiriman.
IV.1. Overproduction
IV.1.1 Biaya overproduction CV Asia sebelum Lean Operation
- Tutup Atas
Tutup atas diproduksi sekaligus order 30.000 biji di awal
Bahan baku (PP) yang dibutuhkan untuk membuat 30.000 biji tutup atas
Untuk membuat tutup atas tidak digunakan pewarna sehingga 100% PP
Jumlah produk yang dibutuhkan = Jumlah rencana produksi + toleransi
cacat 3%
= 30.000 biji + 30.000 biji 3%
= 30.900 biji
Massa PP= Jumlah aktual produk (massa tutup atas + massa runner 30%)
= 30.900 biji (16 gram + (16 gram 30%))
= 662.001 gram= 662,001 kg
Tiap zak PP berisi 25 kg sehingga, jumlah yang dibutuhkan 27 zak maka
jumlah PP aktual
14
Jumlah PP aktual
massatutup atas +runner 30
1000 gram
1 kg
16 gram+(16 gram 30 )
675 kg
= 32.451,9231 biji
Overproduction
Jumlah overproduction = Jumlah aktual jumlah yang dibutuhkan
= 31.451,9231 30.900
= 1551,9231 ~ 1551 biji
Sejumlah 0,9231 biji dianggap sebagai sisa bahan baku yg tidak dapat
diproduksi.
Sisa bahan baku = 0,9231 (16 gram + (16 gram 30%))
= 19,2 gram ~0,0192 kg
Harga Jual= Harga pokok produksi (HPP) + 3% laba HPP
= 1,03 HPP
Harga pokok produksi= Harga Jual / 1,03
= Rp 1.600 / 1,03
= Rp 1.553,4
Biaya kelebihan produksi produk= Jumlah overproduction HPP
(Overproduction)
15
= 0,0192 kg $1,6/kg
= $ 0,03072
= Rp 410,36($1 = Rp 13.358 pada tanggal 11 Juni
2015)
- Tutup Sumbat
Tutup sumbat diproduksi sekaligus order 30.000 biji di awal
Bahan baku (PP) yang dibutuhkan untuk membuat 30.000 biji tutup
sumbat
Untuk membuat tutup sumbat digunakan komposisi 99,6% PP dan 0,4%
pewarna bubuk.
Jumlah produk yang dibutuhkan
MassaBB
763,23
=95,40 kg 100 kg
8
16
Massa bahan baku (BB) warna 1 kali mixing = 0,4% 100kg = 0,4kg
Jumlah bahan baku aktual = massa PP + massa BB warna
yang masuk mixer
= 100 kg + 0,4 kg
= 100,4 kg
(tetapi karena sifat pencampuran baku PP dengan bahan baku warna maka,
setelah pencampuran berat bahan baku total tetap 100 kg)
Jumlah PP aktual dan jumlah BB warna di kali untuk menghitung
total biaya bahan baku, merupakan jumlah total 8 kali mixing.
Total Biaya bahan baku = Jumlah PP aktualharga PP+Jumlah BB
warnaharga BB warna
= 800 kg $1,6/kg + 3,2 kg $9/kg
= $ 1.308,8
= Rp 17.482.950,40 ($1 = Rp 13.358 pada
tanggal 11 Juni 2015)
Jumlah BB aktual
massatutup atas +runner 30
yang di produksi
1000 gram
1 kg
19 gram+(19 gram30 )
800 kg
= 32.388,6640 biji
Overproduction
Jumlah overproduction = Jumlah aktual jumlah yang dibutuhkan
= 32.388,664 30.900
= 1.488,664 ~1.488 biji
Sejumlah 0,664 biji dianggap sebagai sisa bahan baku yg tidak dapat
diproduksi.
Sisa bahan baku = 0,664 (19 gram + (19 gram 30%))
= 1,64 gram ~0,0164 kg
Harga Jual= Harga pokok produksi (HPP) + 3% laba HPP
17
= 1,03 HPP
Harga pokok produksi = Harga Jual / 1,03
= Rp 900 / 1,03
= Rp 873,79
Biaya kelebihan produksi produk = Jumlah overproduction HPP
(Overproduction)
= 0,0164 kg Rp 21.768,1968 / kg
= Rp 357
- Botol
Botol diproduksi dua kali masing masing sebanyak 15.000 botol.
Jumlah afalan 30% dari setiap botol
Bahan baku HDPE yang dibutuhkan untuk membuat 15.000 biji botol
Untuk membuat botol digunakan komposisi 98% HDPE dan 2% pewarna
master beads.
Jumlah produk yang dibutuhkan = Jumlah rencana produksi + toleransi
cacat 3%
= 15.000 biji + 15.000 biji 3%
= 15.450 biji
MassaBB = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa afalan
30%)
= 15.450 biji (86 gram + (86 gram 30%))
= 1.727.310 gram
18
= 1.727,31 kg
Massa teoritis masuk mixer
1727,31
=95,96 kg 100 kg
18
= 100 kg + 2 kg
= 102 kg
= 1.727,31 + (2 kg 18)
= 1.763,31 kg
= 1.763,31 kg Rp 22.668,526
= Rp 39.971.638,58
19
= Rp 79.943.277,16
IV.1.2 Biaya Over production Setelah Lean Operations Skenario Kapasitas
5000 botol satu kali produksi
- Tutup Atas
Tutup atas diproduksi sebanyak 6 kali rencana produksi dengan masing
masing rencana produksi 5000 botol.
Bahan baku (PP) yang dibutuhkan untuk membuat 5.000 biji tutup atas
Untuk membuat tutup atas tidak digunakan pewarna sehingga 100% PP
Jumlah produk yang = Jumlah rencana produksi + toleransi cacat 3%
dibutuhkan
Massa PP = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa runner 30%)
= 5.150 biji (16 gram + (16 gram 30%))
= 110.333 gram ~ 110,333 kg
Karena adanya lean operation untuk meniadakan overproduksi, maka
dilakukan penimbangan secara akurat sejumlah 110,333 kg
Biaya bahan baku1kali= Jumlah PP aktual harga PP
rencana produksi = 110,333 kg $1,6/kg
= $ 176,534
= Rp 2.358.138 ($1 = Rp 13.358 pada tanggal 11 Juni
2015)
Biaya bahan baku total untuk = biaya BB 1 kali prod 6
order 30.000 biji
= Rp 2.358.138 6
= Rp 14.148.827,80
- Tutup Sumbat
20
MassaBB = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa runner 30%)
= 5.150 biji (19 gram + (19 gram 30%))
= 127.205 gram
= 127,205 kg
Massa teoritis masuk mixer
127,205
=63,6 kg 100 kg
2
21
= Rp 4.370.737,60 6
= Rp 26.224.425,60
Jumlah BB aktual
massatutup atas+runner 30
1000 gram
1 kg
19 gram+(19 gram30 )
200 kg
= 8097,1660 biji
Overproduction
Jumlah overproduction = Jumlah aktual jumlah yang dibutuhkan
= 8.097,1660 5.150
= 2947,1660 ~2.947 biji
Sejumlah 0,1660 biji dianggap sebagai sisa bahan baku yang tidak dapat
diproduksi.
Sisa bahan baku = 0,1660 (19 gram + (19 gram 30%))
= 0,41 gram ~0,0041 kg
Harga Jual= Harga pokok produksi (HPP) + 3% laba HPP
= 1,03 HPP
Harga pokok produksi = Harga Jual / 1,03
= Rp 900 / 1,03
= Rp 873,79
Biaya kelebihan produksi produk= Jumlah overproduction HPP
(Overproduction)
22
= 0,0041 kg Rp 21.768,1968 / kg
= Rp 89,25
Total Biaya
= Rp 2.575.137,79 6
= Rp 15.450.826,76
- Botol
Botol diproduksi sebanyak 6 kali rencana produksi dengan masing masing
rencana produksi 5000 botol
Jumlah afalan 30% dari setiap botol
Bahan baku HDPE yang dibutuhkan untuk membuat 5000 botol
Untuk membuat botol digunakan komposisi 98% HDPE dan 2% pewarna
master beads.
Jumlah produk yang= Jumlah rencana produksi + toleransi cacat 3%
dibutuhkan = 5.000 biji + 5.000 biji 3%
= 5.150 biji
MassaBB = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa afalan 30%)
= 5.150 biji (86 gram + (86 gram 30%))
= 5.757,7 gram ~ 575,77 kg
Massa teoritis masuk mixer
575,77
=95,96 kg
6
23
Massa Bahan baku HDPE= % HDPE massa bahan baku masuk mixer
sekali mixing
= 98% 95,96 kg
= 94,04 kg
Massa HDPE pada 1 kali= massa HDPE 1 kali mixing 6 kali mixing
rencana produksi
= 94,04 kg 6
= 564,2546 kg
Massa Bahan baku warna= % warna massa bahan baku masuk mixer
sekali mixing
= 2% 95,96 kg
= 1,92 kg
= 1,92 kg 6
= 11,5154 kg
- Tutup Atas
Tutup atas diproduksi sebanyak 3 kali rencana produksi dengan masing
masing rencana produksi 10.000 botol.
Bahan baku (PP) yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 biji tutup atas
Untuk membuat tutup atas tidak digunakan pewarna sehingga 100% PP
Jumlah produk yang= Jumlah rencana produksi + toleransi cacat 3%
dibutuhkan = 10.000 biji + 10.000 biji 3%
= 10.300 biji
24
Massa PP = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa runner 30%)
= 10.300 biji (16 gram + (16 gram 30%))
= 220.667 gram
= 220,667 kg
Karena adanya lean operation untuk meniadakan overproduksi, maka
dilakukan penimbangan secara akurat sejumlah 220,667 kg
Biaya bahan baku1kali= Jumlah PP aktual harga PP
rencana produksi
= 220,667 kg $1,6/kg
= $ 353,068
= Rp 4.716.276 ($1 = Rp 13.358 pada tanggal 11 Juni
2015)
Biaya bahan baku total untuk order 30.000 biji = biaya BB 1 kali prod 6
= Rp 4.716.276 6
= Rp 14.148.827,80
- Tutup Sumbat
Tutup sumbat diproduksi sebanyak 3 kali rencana produksi dengan masing
masing rencana produksi 10.000 botol
Bahan baku (PP) yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 biji tutup sumbat
Untuk membuat tutup sumbat digunakan komposisi 99,6% PP dan 0,4%
pewarna bubuk.
Jumlah produk yang dibutuhkan = Jumlah rencana produksi + toleransi cacat 3%
= 10.000 biji + 10.000 biji 3%
= 10.300 biji
MassaBB = Jumlah aktual produk ( massa tutup atas + massa runner 30%)
= 10.300 biji (19 gram + (19 gram 30%))
= 254.410 gram
= 254,410 kg
Massa teoritis masuk mixer
254,410
=84,80 kg 100 kg
3
25
Jumlah BB aktual
massatutup atas+runner 30
1000 gram
1 kg
19 gram+(19 gram30 )
300 kg
= 8097,1660 biji
Overproduction
Jumlah overproduction = Jumlah aktual jumlah yang dibutuhkan
= 12.145,7490 10.300
= 1.845,7490 ~1.845 biji
26
Sejumlah 0,7490 biji dianggap sebagai sisa bahan baku yang tidak dapat
diproduksi.
Sisa bahan baku = 0,7490 (19 gram + (19 gram 30%))
= 18,5 gram ~0,0185 kg
Harga Jual
= 0,0185 kg Rp 21.768,1968 / kg
= Rp 402,71
Total Biaya
= Rp 1.612.538,63 3
= Rp 4.837.615,90
- Botol
Botol diproduksi sebanyak 3 kali rencana produksi dengan masing masing
rencana produksi 10.000 botol
Jumlah afalan 30% dari setiap botol
Bahan baku HDPE yang dibutuhkan untuk membuat 10.000 botol
Untuk membuat botol
master beads.
27
1151,54
=95,96 kg
12
masuk mixer
= 98% 95,96 kg
= 94,04 kg
Massa HDPE pada 1 kali= massa HDPE 1 kali mixing 12 kali mixing
rencana produksi
= 94,04 kg 12
= 1.128,509 kg
Massa Bahan baku warna= % warna massa bahan baku masuk mixer
sekali mixing
= 2% 95,96 kg
= 1,92 kg
= 1,92 kg 12
= 23.0308 kg
28
Produksi tutup atas dan tutup sumbat dilakukan 3 kali dengan kapasitas 8.900,
8.900 dan 13.100 biji.
Produksi botol dilakukan 3 kali dengan kapasitas masing masing 10.300 biji
Tutup Atas
rencana produksi
= 190,6736 kg $1,6/kg
= $ 305,0778
= Rp 4.075.229
29
= 280,654 kg $1,6/kg
= $ 449,047
= Rp 5.998.370
($1 = Rp 13.358 pada tanggal 11 Juni 2015)
30
219,830
=109,915 kg
2
323,57
=107,8567 kg
3
31
32
1151,54
=95,96 kg
12
masuk mixer
= 98% 95,96 kg
= 94,04 kg
Massa HDPE pada 1 kali = massa HDPE 1 kali mixing 12 kali mixing
rencana produksi
= 94,04 kg 12
= 1.128,509 kg
sekali mixing
= 2% 95,96 kg
= 1,92 kg
rencana produksi
= 1,92 kg 12
= 23.0308 kg
33
= $ 1.954,163
= Rp 26.103.714,43
($1 = Rp 13.358 pada tanggal 11 Juni 2015)
Biaya BB produksi 30.000 botol = Biaya BB 1 kali produksi 3
= Rp 26.103.714,43 3
= Rp 78.311.143,29
Solusi Overproduction
Tabel IV.1 Perbandingan biaya dengan kapasitas yang berbeda
CV Asia memiliki masalah pada overproduction pada tutup atas dan tutup
sumbat. Masalah overproduction tutup sumbat terjadi karena dalam prosedur kerja
produksi, massa bahan baku yang akan diolah digenapkan tiap 25 kg (sesuai
massa bahan baku per zak) dari massa teoritis yang telah dihitung yang dapat
dilihat dari lampiran 1. Besar biaya overproduction untuk tutup atas sebesar Rp
2.409.730,75
Sedangkan untuk produksi tutup sumbat, overproduction terjadi karena
dalam prosedur kerja produksi, massa bahan baku yang akan diolah digenapkan
tiap 100 kg sesuai dengan kapasitas mixer dari massa teoritis yang telah dihitung
yang dapat dilihat di lampiran 1. Besar biaya overproduction untuk tutup sumbat
sebesar Rp 1.300.551,17
Peneliti berusaha untuk mengatasi masalah overproduction dengan
mengubah kapasitas produksi. Dapat dilihat dari tabel xxx bahwa pada kapasitas
5000 dan 10.000 peneliti dapat menghilangkan overproduction pada tutup atas
namun, overproduction tutup sumbat malah semakin bertambah besar dan
menyebabkan biaya bahan baku bertambah besar.
Oleh sebab itu, peneliti melakukan iterasi dan mencari kapasitas optimal
agar tidak terjadi overproduction pada tutup atas dan tutup sumbat. Didapatkan
34
kapasitas yang paling optimal adalah tiga tahap produksi yaitu 13.100 , 8.900 dan
8.900 biji.
Pada produksi botol, bahan baku yang dipakai sebenarnya juga melebihi
dari yang dibutuhkan karena alasan efisiensi dan efektifitas mixer. Namun, tidak
menjadi overproduction karena bahan baku hasil mixer dipakai untuk produksi
produk berbeda. Jadi setelah target produksi botol telah tercapai, produksi botol
akan dihentikan dan dilanjutkan dengan produksi produk lain dengan mengganti
mold mesin. Peneliti menilai prosedur kerja ini beresiko karena akan sulit untuk
mengestimasi sisa bahan baku yang ada untuk diproduksi produk lain selain itu
administrasi dan tracking bahan baku yang dipakai juga sulit bila terjadi komplain
produk di kemudian hari.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan pada prosedur produksi botol
sebaiknya bahan baku yang dipakai disesuaikan dengan kebutuhan produksi botol
saja.
IV.2. Queues
Adanya bentuk waste pada CV. Asia Plastik berupa Queues atau antrian. Hal
tersebut terjadi akibat dari scheduling eksisting perusahaan terhadap order produk.
Pada saat perusahaan berusaha untuk menyelesaikan 30000 botol berdasarkan
order, perusahaan harus melakukan pengiriman sebanyak 5000 dalam sekali kirim
per minggu sebanyak 6x.
Diketahui tanggal order untuk botol 1 kg pada 23 Mei 2015. Komponen
terdiri dari tutup dan sumbat. Due date yang ditetapkan secara berurutan sebanyak
6x yaitu 15 Juni 2015, 22 Juni 2015, 29 Juni 2015, 6 Juli 2015, 13 Juli 2015, dan
22 Juli 2015. Sehingga planning produksi akan sangat dipengaruhi oleh
permintaan konsumen tersebut. Pada bab studi kasus telah dijelaskan bentuk
proses produksi yang dilakukan pada CV. Asia plastik, Untuk itu dilakukan analisa
kapasitas produksi eksisting terhadap pengaruh planning tersebut sebagai berikut:
a. Pengerjaan tutup atas:
30000 tutup
25 detik /cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
53,083 Jam
= 7 shift
b. Pengerjaan Sumbat
35
30000 sumbat
20 detik /cycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
41,666 Jam
= 6 shift
c. Pengerjaan Botol
15000 botol
25 detik /cycl e
1 botol /cycle X 3600 detik
104,167 Ja m
= 13 shift
Berdasarkan perhitungan kapasitas diatas diketahui bahwa perusahaan
melakukan pengerjaan 30000 tutup botol 2 minggu sebelum pengiriman pertama,
30000 sumbat botol 2 minggu sebelum pengiriman pertama, 15000 botol pada 1
minggu sebelum dan 15000 botol pada 1 minggu sebelum pengiriman keempat.
Berdasarkan perhitungan kapasitas diatas, didapatkan plan sebagai berikut:
36
25 detik / cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
8,68 Jam
= 1 shift
b. Pengerjaan Sumbat
5000 sumbat
20 detik /cycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
6,94 Jam
= 1 shift
c. Pengerjaan Botol
5000 botol
25 detik /cycle
1 botol /cycle X 3600 detik
34,720 Ja m
= 5 shift
Berdasarkan perhitungan analisa kapasitas diatas, kapasitas tersebut di
petakan dalam bentuk Precedence data sebagai acuan untuk membuat Critical
Path Method. Precedence data hasil analisa ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV.3Precedence Data Alternatif 1
37
Activity
Description
Time
(Shift)
Immediate
predecessor
A
B
C
D
E
2
1
5
18
3
B
A
C,D
38
diselesakan dalam 1 minggu (6 hari). Untuk proses printing 5000 tutup atas
membutuhkan waktu 3 hari, namun biaya kirim menjadi lebih tinggi akibat proses
transfer ke tempat printing. Kemudian karena mold harus naik turun sebanyak 6x,
maka biaya maintenance menjadi lebih tinggi seperti yang terlihat pada lampiran
5.
IV.2.2. Alternatif Solusi 2
Perlu dipikirkan solusi untuk masalah tersebut adalah perubahan plan
dengan memaksimalkan kapasitas produksi botol, tutup botol, sumbat botol dan
proses assembly untuk mengimbangi kapasitas produksi printing tutup sebesar
10.000 set per minggunya. Keuntungan lainnya adalah waktu kirim semakin
singkat, dimana sebelumnya perlu dilakukan proses pengiriman selama 6 minggu,
dengan melakukan proses pengerjaan 10.000 set per minggu akan mampu
menekan jangka waktu proses pengiriman sebesar 3x. Tentunya hal tersebut akan
berpengaruh pada biaya holding cost dari printing tutup, akan berkurang. Berikut
analisa kapasitas produksi berdasarkan solusi yang ditawarkan:
a. Pengerjaan tutup atas:
10000 tutup
25 detik / cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
17,3611 Jam
= 3 shift
b. Pengerjaan Sumbat
10000 sumbat
20 detik /cycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
13,88 Jam
= 2 shift
c. Pengerjaan Botol
10000 botol
25 detik /cycle
1 botol /cycle X 3600 detik
69,44 Jam
= 9 shift
Berdasarkan perhitungan analisa kapasitas diatas, kapasitas tersebut di
petakan dalam bentuk Precedence data sebagai acuan untuk membuat Critical
Path Method. Precedence data hasil analisa ditunjukkan pada tabel berikut:
39
Activity
Description
Time
(Shift)
Immediate
predecessor
A
B
C
D
E
3
2
9
18
3
B
A
C,D
40
Dari tabel diatas dapat ditunjukkan pengerjaan dari kerja tutup bertambah
dari 2 shift menjadi 3 shift, kerja sumbat bertambah dari 1 shift menjadi 2 shift,
dan kerja botol dari 4 shift menjadi 9 shift. Dari kenaikan diatas pada setiap
minggunya terjadi kenaikan kapasitas produksi akibat dari perubahan pada plan
sebesar 10000 set per minggu. Dapat disimpulkan bahwa kenaikan produksi
sebesar 10000 set per minggu sebanyak 3x mungkin untuk dilakukan berdasarkan
kenaikan kapasitas untuk memenuhi orderan sebesar 30000 set.
IV.2.3. Alternatif Solusi 3
Solusi ke 3 untuk masalah tersebut adalah perubahan plan dengan
memaksimalkan kapasitas produksi botol, Namun juga mempertimbangkan
kapasitas produksi optimal berdasarkan parameter penggunaan mesin. Kapasitas
usulan adalah dengan pengerjaan tutup 8900 2x 13100 1x, pengerjaan sumbat
8900 2x 13100 1x dan pengerjaan botol 10300 3x. Berikut analisa kapasitas
produksi berdasarkan solusi yang ditawarkan:
a. Pengerjaan tutup atas:
8900 tutup
25 detik / cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
15,451 Jam
= 2 shift
13100 tutup
25 detik /cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
27,74 Jam
= 3 shift
b. Pengerjaan Sumbat
8900 sumbat
20 detik /cycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
12,361 Jam
= 2 shift
13100 sumbat
20 detik /c ycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
18,194 Jam
= 3 shift
c. Pengerjaan Botol
10300 botol
25 detik /cycle
1 botol /cycle X 3600 detik
41
71,527 Ja m
= 9 shift
Berdasarkan perhitungan analisa kapasitas diatas, kapasitas tersebut di
petakan dalam bentuk Precedence data sebagai acuan untuk membuat Critical
Path Method. Precedence data hasil analisa ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel IV.7Precedence Data Alternatif 3
Minggu 1
8900
Activity
Description
Time
(Shift)
Immediate
predecessor
A
B
C
D
E
2
2
9
18
3
B
A
C,D
Minggu 3
13100
Activity
Description
Time
(Shift)
Immediate
predecessor
A
B
C
D
E
3
3
9
18
3
B
A
C,D
42
3 memiliki waktu tunggu yang paling kecil sebanyak 9 shift, sedangkan waktu
tunggu terbesar adalah pada alternatif solusi 1, yakni 14 shift. Sehingga dalam
sudut pandang antrian, alternatif solusi ke-3 yang paling sesuai untuk dilakukan.
IV.3. Motion
Layout mesin yang sekarang ada di CV.Asia ditunjukkan pada gambar IV.4.
Pada denah area kerja proses injeksi di CV. Asia Plastik saat ini, dapat
dilihat bahwa pintu masuk bahan baku bahan baku berada pada bagian utara, dan
pintu keluar produk jadi pada bagian selatan. Mesin injeksi memiliki 2 jenis
mesin, yakni mesin yang berukuran besar, yakni 5,5m x 1,3m x 2m ditata di
tengah dan kanan dengan hopper disebelah kanan, sedangkan mesin berukuran
kecil disebelah kiri dengan arah hopper di sebelah kanan. Bahan baku yang masuk
ditunjukkan oleh panah berwarna merah, sedangkan panah hijau menunjukkan
produk jadi yang telah diproses, siap dibawa keluar area kerja. Dengan ilustrasi
gambar tersebut, dapat disampaikan bahwa inflow bahan baku serta outflow
barang jadi di mesin kecil berasal dari sisi yang sama sehingga menyebabkan
benturan bila packing barang jadi dilakukan di area mesin . Barang jadi harus di
letakan diluar area mesin dan membutuhkan 1 orang lagi untuk packing. Biaya
untuk menambah 1 orang adalah sesuai UMR yaitu Rp2.710.000,-.
44
Oleh karena itu, terdapat solusi untuk layout mesin yang dapat diterapkan di
CV.Asia seperti pada gambar IV.5.
Pada layout solusi ini, mesin besar dan mesin kecil masing-masing ditata
sejajar dan letak hopper saling bertentangan antar mesin dengan arah menghadap
tembok, sehingga aliran masuk bahan baku bahan baku dari pintu langsung
mengarah ke sisi kanan dan kiri area, sedangkan jalur keluar produk jadi melewati
jalur tengah. Dengan demikian, selektor dapat langsung melakukan packing di
area mesin tanpa takut bertabrakan dengan masuknya bahan baku. Jadi tidak ada
biaya untuk tambahan 1 pekerja lagi.
IV.4. Inventory
Adanya produksi tutup atas dan tutup sumbat sekaligus di awal
menyebabkan penumpukan inventory pada CV. Asia. Hal ini harus diatasi dengan
scheduling yang baik.
Perhitungan biaya umum
45
Tutup atas dan tutup sumbat dikemas di dalam dos besar berukuran 603649
m2
Botol dikemas di dalam plastik yang berukuran 23 35 144 cm dan dapat
berisi 45 botol.
Plastik dapat ditumpuk sampai 6 plastik
Luas area 1 plastik = panjang lebar = 35 cm 144 cm = 5.040 cm 2 = 0,504
m2
Biaya sewa gudang Rp 40.000 /m2/bulan = Rp 1.333 /m2/hari
25 detik /cycle
4 tutup/cycle X 3600 detik
53,083 Jam = 6 shift 4,083 jam
Perhitungan produk yang dapat dihasilkan dalam waktu 1 jam (3600 detik)
3600 detik
4 tutup /cycle
25 detik /cycle
= 576 biji
Mengacu dari jadwal scheduling lampiran 2 dilakukan perhitungan biaya
inventory pada hari ke 1 :
Tutup atas diproduksi pada hari pertama selama 3 shift.
Perhitungan produk yang dihasilkan dan masuk inventory:
8 jam
= produk yang dihasilkan selama 1 jam 1 shift 3 shift
= 576 biji 24
= 13.824 biji
13.824
=23 dos lebih 24 biji
600
24 biji tutup atas yang tidak dapat masuk ke dos penuh kemudian
dimasukkan dos namun tidak ditutup rapat agar bisa digabungkan dengan
hasil produksi hari selanjutnya. Sehingga total ada 24 dos yang disimpan di
dalam gudang.
46
24
=8 baris
3
47
20 detik /cycle
4 sumbat /cycle X 3600 detik
41,666 Jam = 5 shift 1,667 jam
Perhitungan produk yang dapat dihasilkan dalam waktu 1 jam (3600 detik)
48
3600 detik
4 tutup /cycle
20 detik /cycle
= 720 biji
Mengacu dari jadwal scheduling lampiran 2 dilakukan perhitungan biaya
inventory pada hari ke 1 :
Tutup sumbat diproduksi pada hari pertama selama 3 shift.
Perhitungan produk yang dihasilkan dan masuk inventory:
8 jam
= produk yang dihasilkan selama 1 jam 1 shift 3 shift
= 720 biji 24
= 17.280 biji
17.280
=28 dos lebih28 biji
600
28 biji tutup atas yang tidak dapat masuk ke dos penuh kemudian
dimasukkan dos namun tidak ditutup rapat agar bisa digabungkan dengan
hasil produksi hari selanjutnya. Sehingga total ada 29 dos yang disimpan di
dalam gudang.
29
=7 baris
3
49
f. Pengerjaan Botol
50
15000 botol
25 detik /cycle
1 botol /cycle X 3600 detik
Perhitungan produk yang dapat dihasilkan dalam waktu 1 jam (3600 detik)
3600 detik
1 tutup/cyc
25 detik /cycle
= 144 biji
Mengacu dari jadwal scheduling lampiran 2 dilakukan perhitungan biaya
inventory pada hari ke 8 :
Tutup sumbat diproduksi pada hari ke 8 selama 3 shift.
Perhitungan produk yang dihasilkan dan masuk inventory:
8 jam
= produk yang dihasilkan selama 1 jam 1 shift 3 shift
= 144 biji 24
= 3.456 biji
3.456
=76 plastik lebih 36 biji
45
36 biji botol yang tidak dapat masuk ke plastik penuh kemudian dimasukkan
plastik namun tidak ditutup rapat agar bisa digabungkan dengan hasil
produksi hari selanjutnya. Sehingga total ada 77 plastik yang disimpan di
dalam gudang.
77
=12,833baris
6
51
c. Pengerjaan Botol
Tabel IV.14 Perhitungan Inventory Tutup Botol alternatif solusi 1
53
54
c. Pengerjaan Botol
Tabel IV.17 Perhitungan Inventory Tutup Botol alternatif solusi 2
55
57
c. Pengerjaan Botol
Tabel IV.20 Perhitungan Inventory Tutup Botol alternatif solusi 2
58
Dari
PERHITUNGAN
BIAYA
OVERPRODUCTION
COST
MAINTENANCE
MOTION
INVENTORY
TOTAL BIAYA
IDLE TIME
Sebelum Lean
Manufacturing
Rp 3.710.281,92
Sesudah Lean
Manufacturing
Rp 0,00
Rp 1.911.549,00
Rp 2.710.000,00
Rp 1.060.000,00
Rp 9.391.830,92
30 Shift
Rp 4.656.884,00
Rp 0.00
Rp 655.008,00
Rp 5.311.892,00
9 Shift
keseluruhan pembahasan waste di CV.Asia maka biaya waste dan waktu tunggu
sebelum dilaksanakan lean manufacturing serta setelah dilaksanakan lean
manufacturing untuk waste overproduction, queues, motion, dan inventory, maka
ditunjukkan pada tabel IV.21.
Tabel 4.21 Kesimpulan Perbandingan Waste
59
BAB V
KESIMPULAN
Dalam bab sebelumnya, telah diuraikan masalah serta solusi yang dapat
diterapkan untuk melakukan lean manufacturing dan mengurangi waste di
CV.Asia. Dari hasil pembahasan didapatkan biaya sebelum dilakukan lean
manufacturing adalah sebesar Rp9.391.830,92 sedangkan setelah mengurangi
waste biaya yang dikeluarkan sebesar Rp5.311.892,00. Sehingga setelah
dilakukan
lean
manufacturing
terdapat
pengurangan
biaya
sebesar
Rp4.079.938,92.
Jadi waste overproduction, queues, motion, dan inventory dapat dikurangi
dengan mengubah jumlah dan waktu produksi serta merubah susunan mesin. Hal
ini dapat membantu CV.Asia dalam mengurangi biaya produksi, sehingga
produksi menjadi lebih efisien dan memperoleh hasil sesuai keinginan konsumen.
60
61