Anda di halaman 1dari 15

BAB I

LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Suku
Jenis Kelamin
Agama
Tgl penerimaan

II.

: Ny. SA
: 52 tahun
: Jawa
: Perempuan
: Islam
: 19 Agustus 2016

Rumah Sakit

: Bahteramas

Rekam Medik

: 47 97 25

Dokter Muda Pemeriksa

: Adhytya Pratama Ahmadi

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Penglihatan mata kanan menurun sejak 1 tahun yang
lalu
Anamnesis terpimpin :
Pasien datang ke poli mata RSUB dengan keluhan penglihatan menurun
pada mata kanan sejak 1 tahun yang lalu dan perlahan semakin memberat
dalam 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan penglihatannya seperti terhalang
asap putih dan terasa silau apabila melihat sumber cahaya. Gejala dirasakan
terus menerus dan tidak pernah membaik. Selain keluhan tersebut, tidak ada
keluhan lain seperti mata merah, berair, mengeluarkan sekret, mual/muntah
dan nyeri.
Riwayat Penyakit Dahulu:

Riwayat keluhan yang sama sebelumnya pada mata kiri (+)

Riwayat melakukan operasi pada mata kiri + pemasangan lensa


intraokular karena menderita penyakit katarak 1 tahun lalu

Riwayat penyakit lain seperti hipertensi (-), diabetes mellitus (-),


hiperkolesterolemia (-)

Riwayat trauma pada mata (-)

Riwayat obat-obatan, konsumsi alkohol dan merokok (-)

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga:

III.

Riwayat kedua orang tua memakai kacamata disangkal

Riwayat keluhan yang sama pada keluarga disangkal

Tanda Vital
TD: 160/90 mmHg
Pernapasan: 20x/menit
Nadi: 68 x/menit
Suhu: 36,6 oC
Pemeriksaan Oftalmologi
A. Inspeksi

IV.
No

Pemeriksaan

.
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Palpebra
App. Lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Bola mata
Mekanisme

7.
8.

muscular
Kornea
Bilik

9.
10.

depan
Iris
Pupil

OD

OS

Edema (-)
Lakrimasi (-)
Normal
Hiperemis (-)
Menonjol (-)

Edema (-)
Lakrimasi (-)
Normal
Hiperemis (-)
Menonjol (-)

Jernih
mata Normal

Jernih
Normal

Coklat, kripte (+)


Coklat, kripte (+)
Bulat,
sentral, Bulat,
sentral,

diameter 2,5 mm diameter 2,5 mm.


11.

RC (+)
Keruh

Lensa

RC (+)
Jernih

B. Palpasi
No.
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan
Tensi Okuler
Nyeri Tekan
Massa Tumor
Glandula periaurikuler

C. Tonometri

OD
Tn
(-)
(-)
(-)

OS
Tn
(-)
(-)
(-)

: 25,3
D. Visus : VOD= 1/300
VOS = 6/6

E. Penyinaran Oblik
Pemeriksaan
Konjungtiva
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil

OD
Hiperemis (-)
Jernih
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat,
sentral,

OS
Hiperemis (-)
Jernih
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat,
sentral,

diameter 2,5 mm RC diameter 2,5 mm,


Lensa
F.
G.
H.
I.
J.

(+)
Keruh
Funduskopi
Laboratorium
Colour Sense
Tes Konfrontasi
Slit Lamp

RC (+)
Pseudofakia
:
:
:
:
:

Tidak dilakukan pemeriksaan


GDS = 112 mg/dl
Tidak dilakukan pemeriksaan
Dalam batas normal
Tidak dilakukan pemeriksaan

V. Resume
Pasien Perempuan, 57 tahun, pekerjaan petani, datang dengan keluhan penglihatan
menurun pada mata kanan sejak 1 tahun yang lalu dan perlahan semakin
memberat dalam 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan penglihatannya terhalang

asap putih dan terasa silau apabila melihat sumber cahaya. Gejala dirasakan terus
menerus dan tidak pernah membaik. Selain keluhan tersebut, tidak ada keluhan
lain seperti mata merah, berair, mengeluarkan sekret dan nyeri. Riwayat keluhan
yang sama dirasakan pasien pada mata sebelah kiri dan 1 tahun lalu telah
menjalani operasi dan pemasangan lensa dalam mata. Riwayat penyakit lain yang
signifikan tidak ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan tekanan darah 160/90
mmHg. Pemeriksaan oftalmologi Oculi Dextra didapatkan kekeruhan berwarna
putih pada seluruh lensa, iris shadow (-). VOD= 1/300, TOD 25,3. Nilai
laboratorium GDS 112 mg/dl.
VI.

Diagnosis

Katarak Senilis Matur Okuli Dextra


VII.

Penatalaksanaan

Extracapsular cataract extraction (ECCE)


VIII. Prognosis
Dubia ad Bonam

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Katarak termasuk golongan kebutaan yang tidak dapat dicegah tetapi dapat
disembuhkan. Asal kata katarak berasal dari bahasa Yunani katarraktes/air terjun.
Definisi menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, yang
menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia,
namun dapat juga terjadi pada anak-anak yang lahir dalam kondisi tersebut.
Katarak juga dapat terjadi setelah trauma, inflamasi, atau penyakit lainnya.
Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu
usia diatas 50 tahun. 1,2,3
B. Katarak Menurut Usia
1. Katarak Kongenital
Katarak Kongenital katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah
lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Kekeruhan sebagian pada lensa
yang sudah didapatkan pada waktu lahir umumnya tidak meluas dan jarang
sekali mengakibatkan keruhnya seluruh lensa. Letak kekeruhan tergantung
pada saat mana terjadi gangguan pada kehidupan janin.1,2
2. Katarak Juvenil
Katarak juvenil adalah katarak yang lunak dan terdapat pada orang muda, yang
mulai terbentuknya pada usia lebih dari 1 tahun dan kurang dari 50 tahun.
Merupakan katarak yang terjadi pada anak-anak sesudah lahir yaitu kekeruhan
lensa yang terjadi pada saat masih terjadi perkembangan serat-serat lensa
sehingga biasanya konsistensinya lembek seperti bubur dan disebut sebagai
soft cataract. Biasanya katarak juvenil merupakan bagian dari suatu gejala
penyakit keturunan lain. Pembedahan dilakukan bila kataraknya diperkirakan
akan menimbulkan ambliopia.1,2
Tindakan untuk memperbaiki

tajam

penglihatan

ialah

pembedahan.

Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan seduah mengganggu pekerjaan


5

sehari-hari. Hasil tindakan pembedahan sangat bergantung pada usia penderita,


bentuk katarak apakah mengenai seluruh lensa atau sebagian lensa apakah
disertai kelainan lain pada saat timbulnya katarak, makin lama lensa menutupi
media penglihatan menambah kemungkinan ambliopia.1,2,4
3. Katarak Senil
Katarak senil adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut,
yaitu usia di atas 50 tahun kadang-kadang pada usia 40 tahun. Perubahan yang
tampak ialah bertambah tebalnya nukleus dengan berkembangnya lapisan
korteks lensa. Secara klinis, proses ketuaan lensa sudah tampak sejak terjadi
pengurangan kekuatan akomodasi lensa akibat mulai terjadinya sklerosis lensa
yang timbul pada usia dekade 4 dalam bentuk keluhan presbiopia.1,2,5
C. Katarak Menurut Derajat Kekeruhan
Katarak berdasarkan kekeruhan yang sudah terjadi dapat dibedakan
menjadi 4 macam, yaitu1,2,6:
1. Katarak Insipien
Kekeruhan yang tidak teratur seperti bercak-bercak yang membentuk gerigi
dasar di perifer dan daerah jernih membentuk gerigi dengan dasar di perifer dan
daerah jernih di antaranya. Kekeruhan biasanya teletak di korteks anterior atau
posterior. Kekeruhan ini pada umumnya hanya tampak bila pupil dilebarkan. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan positif.
2. Katarak Imatur
Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak
atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-bagian yang
jernih pada lensa.
Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indeks
refraksi

dimana

mata

akan

menjadi

miopik.

Kecembungan

ini

akan

mengakibatkan pendorongan iris ke depan sehingga bilik mata depan akan lebih
sempit.
Pada stadium intumensen ini akan mudah terjadi penyulit glaukoma. Uji
bayangan iris pada keadaan ini positif.
3. Katarak Matur

Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran air
bersama-sama hasil disintegrasi melalui kapsul. Di dalam stadium ini lensa akan
berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan
mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa
berwarna sangat putih akibat perkapuran menyeluruh karena deposit kalsium. Bila
dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif.
4. Katarak Hipermatur
Merupakan proses degenerasi lanjut lensa sehingga korteks mengkerut dan
berwarna kuning. Akibat pengeriputan lensa dan mencairnya korteks, nukleus
lensa tenggelam ke arah bawah (katarak morgagni). Lensa yang mengecil akan
mengakibatkan bilik mata menjadi dalam. Uji bayangan iris memberikan
gambaran pseudopositif.

Visus

Insipien

Imatur

Matur

Hipermatur

6/6

(6/6 1/60)

(1/300-1/~)

(1/3001/~)

Kekeruhan

Ringan

Sebagian

Seluruh

Masif

Cairan Lensa

Normal

Bertambah

Normal

Berkurang

Iris

Normal

Terdorong

Normal

Tremulans

Bilik Mata

Normal

Dangkal

Normal

Dalam

Normal

Sempit

Normal

Terbuka

Shadow Test

Negatif

Positif

Negatif

Pseudopositif

Penyulit

Glaukoma

Uveitis +

Depan
Sudut Bilik
Mata

Glaukoma
Tabel 2. Perbedaan derajat kekeruhan katarak1,2

D. GEJALA KLINIS

Katarak biasanya terbentuk secara perlahan sehingga terkadang gejala yang


timbul tidak dirasakan oleh penderitanya. Gejala yang sering dikeluhakan oleh
penderita katarak antara lain:
Penglihatan berawan, kabur atau berkabut
Lebih nyaman saat melihat jarak dekat
Perubahan persepsi warna
Fotosensitif baik pada malam hari maupun siang hari
Penglihatan ganda (double vision)
Perubahan ukuran kacamata yang signifikan2,5
E. PATOFISIOLOGI
Semakin bertambah usia lensa, maka akan semakin tebal dan berat
sementara daya akomodasinya semakin melemah. Ketika lapisan kortikal
bertambah dalam pola yang konsentris, nukleus sentral tertekan dan mengeras,
disebut nuklear sklerosis. Ada banyak mekanisme yang memberi kontribusi
dalam progresifitas kekeruhan lensa. Epitel lensa berubah seiring bertambahnya
usia, terutama dalam hal penurunan densitas (kepadatan) sel epitelial dan
penyimpangan diferensiasi sel serat lensa (lens fiber cells). Walaupun epitel lensa
yang mengalami katarak menunjukkan angka kematian apoptotik yang rendah,
akumulasi dari serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan
pembentukan serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya
kejernihan lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan
rasio air dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat
memasuki sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi
dengan penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan
oksidatif pada lensa akibat pertambahan usia mengarahkan pada terjadinya
katarak senilis.5,6
Mekanisme lainnya yang terlibat adalah konversi sitoplasmik lensa dengan
berat molekul rendah yang larut air menjadi agregat berat molekul tinggi larut air,
fase tak larut air dan matriks protein membran tak larut air. Hasil perubahan
protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa,
menyebarkan jaras-jaras cahaya dan menurunkan kejernihan. Area lain yang
sedang diteliti meliputi peran dari nutrisi pada perkembangan katarak secara
khusus keterlibatan dari sinar UV, glukosa dan mineral serta vitamin.7,8
8

Selain dari itu, terdapat juga teori free radical, dimana free radical
terbentuk jika terjadi reaksi intermediate reaktif kuat. Free radical mengakibatkan
degenerasi molekul normal, dan dapat dinetralisir oleh vitamin E dan antioksidan.
Teori Across-Link dari para ahli biokimia mengatakan terjadi pengikatan asam
nukleat dan molekul protein sehingga terjadi gangguan fungsi.1
F. DIAGNOSIS
Diagnosa katarak dibuat berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi adanya
penyakit-penyakit yang menyertai. Penyakit seperti Diabetes Mellitus dapat
menyebabkan perdarahan perioperatif sehingga perlu dideteksi secara dini dan
bisa dikontrol sebelum operasi.4,7
Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk
mengetahui kemampuan melihat pasien. Pemeriksaan adneksa okuler dan struktur
intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap penyakit pasien dan prognosis
penglihatannya.
Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas
lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,
bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati, gambaran
lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian dilator pupil,
posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa sebab subluksasi
lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata sebelumnya, kelainan
metabolik, atau katarak hipermatur. Kemudian lakukan pemeriksaan shadow test
untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain itu, pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari integritas bagian belakang
harus dinilai. Masalah pada saraf optik dan retina dapat menilai gangguan
penglihatan.3
G. PENATALAKSANAAN
Satu-satunya terapi katarak adalah tindakan bedah. Indikasi operasi
katarak secara umum adalah untuk rehabilitasi visus, mencegah dan mengatasi

komplikasi medis. Saat ini terapi bedah katarak sudah mengalami banyak
perkembangan.2,8
Dahulu bedah katarak dilakukan dengan teknologi yang disebut ECCE dan
ICCE masih memerlukan sayatan lebar untuk mengeluarkan lensa secara utuh,
sehingga pasien pun harus mendapatkan jahitan yang cukup banyak pada matanya
yang mengakibatkan proses pemulihan matanya menjadi lama. Sekarang dengan
teknologi fakoemulsifikasi sayatan pada mata menjadi sangat kecil dan seringkali
tidak memerlukan jahitan.2,6
I.

Metode Ekstraksi intrakapsuler (ICCE), yang jarang lagi dilakukan


sekarang adalah mengangkat lensa in toto yakni didalam kapsulnya melalui
limbus superior 140-160 derajat. ICCE dilakukan pada negara-negara dimana
terdapat keterbatasan mikroskop untuk melakukan operasi katarak. ICCE
diindikasikan pada kasus-kasus katarak tidak stabil, intumesen, hipermatur,
dan katarak luksasi. Kontraindikasi absolut ICCE adalah katarak pada anak
dan

dewasa

muda

serta

katarak

traumatik

dengan

ruptur

kapsul.

Kontraindikasi relatif ICCE adalah miopi tinggi, sindrom Marfan, katarak


II.

Morgagni.
Metode Ekstraksi ekstra kapsuler (ECCE), yang saat ini masih sering
dipakai juga memerlukan insisi limbus superior. Bagian anterior kapsul
dipotong atau diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dinuang dari
mata dengan irigasi dengan atau tanpa aspirasi, sehingga meninggalkan kapsul
posterior. ECCE diindikasikan untuk operasi katarak yang diiringi dengan
pemasangan IOL atau penambahan kacamata baca, terjadinya perlengketan
luas antara iris dan lensa, ablasi atau prolaps badan kaca. Kontraidikasi ECCE

III.

IV.

adalah pada keadaan dimana terjadi insufisiensi zonula zinni.


Metode Small Incision Cataract Surgery yang merupakan bagian dari
ECCE denga irisan yang lebih kecil sehingga hampir tak perlu dijahit.
Metode fakoemulsifikasi yaitu dengan sayatan kecil dan tidak memerlukan
benang. Ada berbagai keuntungan dari metode tersebut, antara lain tanpa
dijahit. Ini karena sayatannya kecil. Kalaupun perlu jahitan hanya satu jahitan.
Fakofragmentasi atau fakoemulsi dengan irigasi atau aspirasi atau keduanya
adalah teknik ekstrakapsuler yang menggunakan getaran-getaran ultrasonik

10

untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui incisi limbus yang kecil (25mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka operasi dan keluhan mata
merah tidak lama.
Setelah operasi, semua pasien membutuhkan koreksi kekuatan
tambahan untuk memfokuskan benda dekat dibandingkan untuk melihat jauh.
Akomodasi hilang dengan diangkatnya lensa. Kekuatan yang hilang pada
sistem optik mata tersebut harus digantikan oleh kacamata afakia yang tebal,
lensa kontak yang tipis atau implantasi lensa plastik (IOL) di dalam bola mata.
Metod
e
ICCE

Indikasi
Zonula lemah

Keuntungan

Tidak ada resiko katarak Resiko tinggi kebocoran


sekunder.
Peralatan yang
dibutuhkan sedikit.

ECCE Lensa sangat


keras.
Endotel kornea
kurang bagus.

Phaco

Kerugian

Peralatan yang
dibutuhkan paling

vitreous (20%).
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.
IOL di COA atau dijahit di
posterior.
Astigmatisme.
Rehabilitasi visual terhambat.

sedikit.
Baik untuk endotel

kornea.
IOL di COP.
Sebagian besar
Rehabilitasi visual cepat. Peralatan / instrumen mahal.
Pelatihan lama.
katarak kecuali
Ultrasound dapat
katarak
mempengaruhi endotel
Morgagni dan
kornea.
trauma.
Tabel 3. Keuntungan dan Kerugian Operasi Katarak

IOL adalah sebuah lensa jernih berupa plastik fleksibel yang


difiksasi ke dalam mata atau dekat dengan posisi lensa alami yang
mengiringi ECCE. Sebuah IOL dapat menghasilkan pembesaran dan
distorsi minimal dengan sedikit kehilangan persepsi dalam atau tajam
penglihatan perifer.9
IOL bersifat permanen, tidak membutuhkan perawatan dan
penanganan khusus dan tidak dirasakan pasien atau diperhatikan orang
11

lain. Dengan sebuah IOL kacamata baca dan kacamata untuk melihat dekat
biasanya tetap dibutuhkan dan umumnya dibutuhkan kacamata tipis untuk
penglihatan jauh.9
Kontraindikasi implantasi IOL antara lain adalah pasien menolak,
uveitis berulang, retinopati diabetik progresif, rubeosis iridis dan
glaukoma neovaskuler.9 Tentunya setiap tindakan operasi memiliki resiko,
yang paling buruk adalah hilangnya penglihatan secara permanen. Setelah
dilakukan operasi masih mungkin muncul masalah pada mata, sehingga
diperlukan kontrol post operasi yang teratur.8

KOMPLIKASI OPERASI
Infeksi, endoftalmitis
Disfotopsia
Perdarahan
Dislokasi IOL
Cystoid macular oedema
Kekeruhan pada kapsul lensa
Edema kornea
Ablasio retina
Rupture kapsul lensa
Fibrosis dan kontraksi kapsul
Ablasio retina
Ptosis
Tabel 4. Komplikasi Operasi Katarak8

H. PROGNOSIS
Sedangkan pada katarak senilis jika katarak dapat dengan cepat terdeteksi
serta mendapatkan pengobatan dan pembedahan katarak yang tepat maka
penderita dapat melihat kembali dengan baik.

12

BAB III
DISKUSI KASUS
Pasien Perempuan, 57 tahun, datang dengan keluhan penglihatan menurun
pada mata kanan sejak 1 tahun yang lalu dan perlahan semakin memberat
dalam 2 bulan terakhir. Pasien mengatakan penglihatannya terhalang asap
putih dan terasa silau apabila melihat sumber cahaya. Gejala dirasakan terus
menerus dan tidak pernah membaik. Selain keluhan tersebut, tidak ada
keluhan lain seperti mata merah, berair, mengeluarkan sekret dan nyeri.
Riwayat keluhan yang sama dirasakan pasien pada mata sebelah kiri dan 1
tahun lalu telah menjalani operasi dan pemasangan lensa dalam mata. Riwayat
penyakit lain yang signifikan tidak ditemukan. Pada pemeriksaan didapatkan
tekanan darah 160/90 mmHg. Pemeriksaan oftalmologi Oculi Dextra
didapatkan kekeruhan berwarna putih pada seluruh lensa, iris shadow (-).
VOD= 1/300, TOD 25,3. Nilai laboratorium GDS 112 mg/dl.
Berdasarkan hasil anamnesis pasien mengeluh penurunan penglihatan secara
perlahan mengarahkan pada penyakit katarak, glaukoma, atau retinopati.
Gejala seperti tertutup asap/kabut pada mata kanan dan tidak ditemui keluhan
lain seperti nyeri, serta ditambah dengan adanya kekeruhan lensa pada

13

pemeriksaan fisik mengarahkan diagnosis pada katarak. Sensasi silau


disebabkan karena opasitas lensa yang berubah mengakibatkan indeks bias
lensa berubah dan terdapat sebagian cahaya diteruskan ke retina dan sebagian
lainnya dipantulkan melalui lensa. Kejadian katarak senile meningkat seiring
pertambahan usia dan umur pasien masuk kedalam faktor risiko. Pekerjaan
pasien sebagai tani juga menjadi faktor yang mempercepat terjadinya katarak
akibat seringnya terpapar sinar ultraviolet.
Pada pemeriksaan lebih lanjut didapatkan visus mata kanan 1/300, kekeruhan
seluruh lensa, iris shadow (-) sehingga diagnosis mengarah pada katarak senile
matur.
Rencana tatalaksana selanjutnya yaitu mempersiapkan operasi ekstraksi
katarak ekstra-kapsular dengan evaluasi preoperasi terhadap tekanan darah
dan glukosa darah sewaktu. Diabetes dan hipertensi merupakan faktor yang
dapat menentukan risiko operasi, dimana seringkali terjadi risiko seperti
pendarahan dan lamanya masa penyembuhan. Koreksi yang dipilih ialah tanpa
pemasangan lensa intraocular.
Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa lagi
(afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa S+10D untuk
melihat jauh. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata S+2D.
Pasien

diberi

obat

berupa

antibiotik

antibiotik+steroid topical untuk kontrol teratur.

14

sistemik,

analgesik,

serta

DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata, edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.
Hlm 172-3, 199, 200-13
2. Lang GK. Ophtalmology A Short Textbook. New York :Thieme stutrgart,
2000.
3. World Health Organization. Health Topics: Cataracts. Available at:
http://who.int/topics/cataracts/en/
4. Bashour M, Roy H. Congenital Cataract. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1210837-clinical#showall. Updated on:
7 August 2012.
5. Ocampo VVD, Roy H. Senile Cataract. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview. Updated on: 22 January
2013.
6. Tanto C,dkk. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke-4. Jakarta: Media
Aesculapius. 2014
7. Butterwick R. Cataract and Your Eyes. Available at:
http://www.webmd.com/eye-health/cataracts/health-cataracts-eyes. Updated
on: 5 July 2012.
8. Kanski J J. Clinical Ophtalmology, A Systemic Approach, second edition.
Oxford: Butterworth-Heinemann, 2014, 234-251.
9. Cataract Surgery. Available at: http://www.webmd.com/eyehealth/cataracts/extracapsular-surgery-for-cataracts. Updated on: 24 August 2011.

15

Anda mungkin juga menyukai

  • Yajskdlcv
    Yajskdlcv
    Dokumen1 halaman
    Yajskdlcv
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover Gastritis
    Cover Gastritis
    Dokumen1 halaman
    Cover Gastritis
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Snxxns
    Snxxns
    Dokumen1 halaman
    Snxxns
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Lanjutan
    Lanjutan
    Dokumen4 halaman
    Lanjutan
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • 3
    3
    Dokumen2 halaman
    3
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • II. Fisiologi Kelenjar Air Liur
    II. Fisiologi Kelenjar Air Liur
    Dokumen2 halaman
    II. Fisiologi Kelenjar Air Liur
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • 7 Daftar Pustaka
    7 Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    7 Daftar Pustaka
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Guuhijii
    Guuhijii
    Dokumen1 halaman
    Guuhijii
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Ag JK
    Ag JK
    Dokumen14 halaman
    Ag JK
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Prom Kes
    Prom Kes
    Dokumen1 halaman
    Prom Kes
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Mingguan
    Cover Laporan Mingguan
    Dokumen9 halaman
    Cover Laporan Mingguan
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • BJJHK
    BJJHK
    Dokumen1 halaman
    BJJHK
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Huuizcsi
    Huuizcsi
    Dokumen3 halaman
    Huuizcsi
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Anduonohu
    Anduonohu
    Dokumen1 halaman
    Anduonohu
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Microsoft Power Point 6 Program Pokok Kia Dan KB Compatibility M
    Microsoft Power Point 6 Program Pokok Kia Dan KB Compatibility M
    Dokumen7 halaman
    Microsoft Power Point 6 Program Pokok Kia Dan KB Compatibility M
    Darmawan Risal Ngojock
    67% (6)
  • Prom Kes
    Prom Kes
    Dokumen1 halaman
    Prom Kes
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Penuntun CSL
    Penuntun CSL
    Dokumen19 halaman
    Penuntun CSL
    Putu 'yayuk' Widyani Wiradirani
    Belum ada peringkat
  • Program Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta KB
    Program Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta KB
    Dokumen15 halaman
    Program Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta KB
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Banner DBD
    Banner DBD
    Dokumen2 halaman
    Banner DBD
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • PKMRS
    PKMRS
    Dokumen1 halaman
    PKMRS
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen13 halaman
    Bab Iii
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Cover Laporan Mingguan
    Cover Laporan Mingguan
    Dokumen8 halaman
    Cover Laporan Mingguan
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat
  • Halaman Pengesahan
    Halaman Pengesahan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Pengesahan
    NurSulviyana
    Belum ada peringkat