Anda di halaman 1dari 3

Abstrak

Pada tahun 2004, ilmuwan di Manchester


of University secara tidak sengaja
menemukan material dua dimensi yang
diyakini
memiliki
sifat
seperti
superkonduktor dalam suhu kamar,
memiliki kekerasan yang tinggi. Graphene
diketahui sebagai semikonduktor yang
tidak
memiliki
gap
sehingga
konduktivitasnya sangat baik. Dalam
percobaan
Efek
hall,
penggunaan
graphene memungkinkan pengamatan
dapat dilakukan pada suhu kamar. Aplikasi
graphene dalam bidang teknologi salah
satunya adalah Organic Light Emitting
Diodes (OLED).

material tertipis yang sudah diketahui


sampai saat ini.
Untuk memahami riset graphene,
penting menganggap Graphane sebagai
layer kecil graphite. Dalam cahaya,
properti luar biasa dari carbon honeycomb
tidak benar-benar baru, karena graphite
telah dikenal sebagai mineral kurang lebih
500
tahun.
Graphite
memiliki
konduktivitas termal ~3000 W/mK dan
elektrik in-plane yang tinggi, bermanfaat
untuk penerapan di elektroda dan sebagai
unsur pendingin pada furnace di industri.
Sifat anisotropi dari material graphite
membuat takjub ilmuwan dan ahli
teknologi. Orbital atomik dari s, px, dan py
di setiap karbon berhibridisasi untuk
membentuk ikatan kovalen kuat sp2,
memberikan sudut ikatan 120o C-C-C.

Gambar 1. Graphane: Single layer of


graphite

1. Pendahuluan
Menggambar
sesuatu
dengan
pensil, dan hasil gambar tersebut ditempel
selotip, ialah awal mula ditemukannya
Graphane. Dari penemuan graphene oleh
Prof. Andre Geim dan Prof. Kostya
Novoselov, ilmuwan University of
Manchester tahun 2004 ini, graphene
bermanfaat dalam lahirnya senyawa baru
seperti MoS2, Boron-Nitride, Fluoro
Graphane, Graphane, NbSe2, dan MgB2
yang bermanfaat bagi industri teknologi
dunia. Graphane memiliki kekuatan lebih
tinggi dari diamond dan marupakan 2D

2. Pembahasan
Graphene memiliki densitas arus
terbesar pada suhu kamar (jutaan kali lebih
besar dibandingkan tembaga); maka ia
termasuk material dengan konduktivitas
listrik terbaik. Maksudnya, graphene dapat
digunakan untuk transportasi kelistrikan
lebih efisien. Graphene juga diketahui
sebagai konduktor balistik. Ini terjadi
ketika mean free path (jarak dimana
elektron dapat berpindah sepanjang
struktur tanpa merusak apapun) lebih
panjang dibandingkan dimensi material.

Karena resistansi listrik timbul dari


penyebaran elektron atau kerusakan dalam
sesuatu, secara virtual, komponen listrik
bebas hambatan akan dibuat dari graphene.
Graphene telah diketahui tidak memiliki
band gap. Band gap ialah energi gap
(celah) antara energi dari elektron dimana
ia dapat berpindah di sekitarnya dan
energinya tersebut terlingkup ke atom.
Elektron tidak dapat menempati level
energi diantara 2 keadaan ekstrim ini,
tetapi jika graphene tidak memiliki band
gap, maka elektorn-elektronnya dapat
menempati level energi mana saja. Hal ini
membuat kemungkinan produksi sel
fotovoltaik yang menarik. Dimana foton
menimbulkan pengaruh yang kuat pada
material di sel fotovoltaik dan terkonversi
menjadi elektron dengan level energi yang
cocok. Pada material tradisional, foton
dengan panjang gelombang yang cocok
dengan level energi dalam band gap tidak
akan terkonversi. Kurangnya band gap di
Graphane menandakan bahwa foton-foton
dalam semua panjang gelombang dapat
terkonversi
menjadi
elektron,
menyebabkan sel fotovoltaik yang luar
biasa efisien. Tidak memiliki band gap
tidak selalu hal baik! Untuk alat-alat
switching seperti transistor, diperlukan
band gap. Untuk mencapai hal tersebut,
graphene harus di-dope. Ini berarti bahwa
generasi selanjutnya dari komputer
supercepat akan menggunakan komponen
yang terbuat dari graphene dibandingkan
dengan silikon.
Graphene
digunakan
dalam
berbagai macam eksperimen. Beberapa di
antaranya adalah efek hall dan rotasi optik
faraday. Pada umumya, efek hall
membutuhkan temperatur yang sangat
rendah agar dapat diobservasi, khususnya
temperatur di bawah tiitk didih helium
cair. Untuk
meningkatkan
kisaran
temperatur dari efek hall, graphene
digunakan sehingga memungkinkan efek
hall dapat diobservasi pada temperatur
ruang. Hal ini disebabkan karena charge
carriers dalam grahene sangat tidak biasa,
yakni partikel relativistik yang tidak

bermassa
(dirac
fermions).
Hasil
eksperimen ini menunjukkan bahwa
konduktivitas Hall xy mempunyai nilai
yang tetap pada 2 e2/h, sedangkan
konduktivitas longitudinal xx menuju nol
(<10) dan menghasilkan energi E
600K.

Gambar 2. xy (merah) dan xx (biru)


sebagai fungsi gate voltages Vg pada
medan magnet 29 T.
Dari eksperimen ini diketahui
bahwa pada temperatur ruang, melebihi
energi termal kBT dengan faktor 10.
Adapun alasan yang menyebabkan efek
Hall pada graphene dapat diamati pada
temperatur
ruang,
yaitu
graphene
memungkinkan konsentrasi carrier yang
sangat tinggi (hingga 1013 cm-2) dengan
hanya dua dimensi subband tunggal terisi
yang menyebabkan level landau terendah
terisi penuh dalam medan magnet yang
sangat tinggi.
Eksperimen lain dengan graphene
adalah rotasi optik faraday yang
merupakan analog optis dari efek Hall.
Hingga saat ini, struktur paling tipis yang
menunjukkan rotasi faraday adalah gas
elektron dua dimensi dengan ketebalan
beberapa nanometer. Kristal atau film
atomik dua dimensi, yang merupakan
objek yang sangat tipis dalam zat mampat,
dipakai untuk eksperimen ini karena sudut
rotasi sebanding dengan jarak yang dilalui
cahaya. Dalam hal ini graphene memutar
polarisasi sebesar beberapa derajat dalam
medan magnet. Grafik ini menunjukkan

hasil eksperimen dengan sudut faraday


pada beberapa nilai medan magnet. Dari
grafik tersebut dapat diketahui energi
transisi inter-LL nol ke satu dengan panah
hitam, satu ke dua dengan panah biru, dan
dua ke tiga dengan panah merah.

dasarnya, charge carriers dalam lapisan


graphene mendelokalisasi seluruh lapisan dan
mampu melewati ribuan jarak interatomik
tanpa terhamburkan. Karena graphene
merupakan semikonduktor tanpa gap dengan
kecepatan fermi yang sangat tinggi (VF = 106
m/s), masing-masing lapisan graphene
memiliki konduktivitas bidang yang sangat
tinggi pula. Film graphene yang dipakai
setebal ~ 7 nm dan mempunyai beberapa layer.
Kekasaran graphene ini sekitar kurang dari 3
nm yang memadai pemakaian sebagai anoda
dalam OLED. Transmitansi dan resistansi
menurun dengan meningkatnya ketebalan film.
Graphene yang lebih tebal mengurangi
resistansi. Namun, absorpsi optis meningkat
karena film yang lebih tebal mengurangi
efisiensi outcoupling foton.
Graphene juga dipakai dalam baterai dengan
biaya yang lebih sedikit. Terdapat beberapa
jenis baterai yang mampu menyimpan energi
dalam jumlah yang besar. Namun, baterai ini
berukuran besar, berat, dan hanya dapat
melepas energi dengan lambat. Sementara itu,
kapasitor mampu mengisi dan melepas energi
lebih dari yang dapat dilakukan oleh baterai
tadi. Dengan menggunakan graphene, baterai
tersebut dapat menyimpan energi lebih dengan
muatan tinggi dengan biaya terjangkau. Dari
penjelasan tadi dapat disimpulkan bahwa
baterai graphene mempunyai kinerja lebih baik
dan merupakan salah satu contoh bahwa
supercapacitor dan baterai dapat digabungkan
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Pada aplikasinya, graphene digunakan


sebagai elektroda transparan dalam organic
light emitting diodes (OLED). Dalam OLED
terdapat komponen penting yaitu elektroda
konduktif
transparan
yang
umumnya
menggunakan indium-tin-oxide (ITO) dengan
beberapa
ketidakuntungan.
Untuk
itu
diperlukan
elektroda
transparan
yang
mempunyai kemampuan optis dan elektrik
yang menyamai ITO. Disini graphene
menunjukkan hasil yang kompetitif terhadap
ITO. Hal ini disebabkan karena graphene
memiliki struktur elektronik yang unik. Pada

3. Kesimpulan
Graphene adalah
semikonduktor
yang tidak memiliki energi gap. Dengan
sifat ini mobilitas intrinsik tinggi sehingga
memiliki konduktivitas yang sangat tinggi
meskipun pada suhu kamar.

4. Referensi

Anda mungkin juga menyukai