ILMU AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS INDONESIA
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa penelitian/tugas terlampir adalah
hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang kami gunakan tanpa
menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk penelitian/tugas pada
mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan/atau
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.
Mata Ajaran
Judul Penelitian/Tugas
Tanggal
: 8 September 2015
Dosen
Nama
: Ichsan Nugroho
Nama
NPM
NPM
: 1206255532
Tanda tangan :
1. Pendahuluan
1.1.Latar Belakang
Tanda Tangan :
Saat ini CSR dan tingkat agresivitas perpajakan di suatu perusahaan diyakini menjadi
salah satu isu menarik dan merupakan bagian dari literatur pembelajaran seiring berjalannya
waktu (seperti: roberts,
1995; deegan,
dharmapala, 2006; frank et.al, 2009; hanlon and slemrod, 2009; chen et.al. 2010). Suatu
penelitian terbaru oleh lanis dan richardson, (2011) menemukan bahwa prinsip dari csr dapat
mempengaruhi tingkat agresivitas pajak sutau perusahaan melalui dewan direksi
Pajak merupakan perhatian khusus dari suatu manmasyarak kebanyakan perusahaan
berusaha agresif terhadap pembayaran pajak mereka dan berusaha untuk menurunkan tinglat
pajak yang dibayarkan melalui program CSR perusahaan dan melalui program ini perusahaan
mendapatkan posisi yang strategis dalam dunia bisnis. Banyak riset terdahulu yang membahas
mengenai tingkat agresivitas perpajakan, freise (2008) menyatakan bahwa pembayaran pajak
perusahaan dapat meningkatkan sisi keuangan dari barang publik. Freedman (2003), Slemrod
(2004), Landolf (2006) menyatakan bahwa agresivitas perpajakan dapat menyebabkan pengaruh
yang negatif terhadap sisi sosial masyarakat. Schon (2008) dan Erle (2008) bahkan menyatakan
bahwa agresivitas pajak merupakan bagiab dari sikap tidak peduli (irrensponsible) terhadap
masyarakat.
CSR didefinisikan sebagai serangkaian aktifitas yang mana perusahaan lakukan untuk
mensejahterakan masyarakat dan lingkungannya, mengurangi dampak negatif dari operasi
perusahaan, dan meningkatkan manfaat baik untuk perusahaan dan lingkungan bisnis (UK
Governement, p, 4) yang kemudian ditambahkan oleh Holme and Watts (2006) bahwa CSR
merupakan komitmen perusahaan untuk berperilaku etis dalam melakukan pengembangan
ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup dari pekerja dan komunitas sekitarnya.
Peneliti tertarik dengan penelitian ini secara garis besar karena ingin mengetahui
pengaruh program CSR terhadap agresivitas pajak perusahaan dengan dibuktikan melalui bukti
empiris selain daripada itu sisi perpajakan dan CSR merupakan isu yang berkembang dan
menarik untuk diketahui sejauh mana hubungannya. Dalam penelitian ini juga lebih
komprehensif dari segi pandangannya, tidak hanya pada teori agensi semata.
1.2.Kontribusi Penelitian
Secara eksplisit dalan jurnal penelitian ini memiliki beberapa kontribusi penelitian
diantaranya: (1) untuk mengetahui sejauh mana hubungan CSR terhadap agresivitas pajak,
seperti yang diketahui bahwa penelitian merupakan yang pertama membuktikan bahwa secara
empiris CSR memiliki hubungan negatif terhadap agresivitas pajak perusahaan, (2) memberikan
pengukuran yang komprehensif dalam menghitung aktifitas dan memperlihatkan bahwa
agresivitas pajak dapat mempengaruhi CSR, (3) menjadi masukan bagi pembuat kebijakan di
bidang perpajakan bahwa sikap agresif terhadap pajak memiliki resiko yang tinggi,
(4)
tambahan bukti mengenai paradigma area penelitian di bidang CSR dan agresivitas pajak.
dibuat berdasarkan legitimasi aktifitas bisnis bukan berdasarkan biaya untuk memaksimalkan
kepuasan dari pemegang saham.
2.2.Corporate Taxes and Social Responsibility
Pajak perusahaan hanya dapat dihubungkan dengan CSR jika pembayaran pajaknya
memiliki implikasi terhadap komunitas sekitar. Apabila pajak perusahaan hanya sekadar bisnis
transaksi dan salah astu biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan maka tujuannya akan
menjadi usaha untuk meminimalkan pajak perusahaan (Avi-Yonah, 2008) dan apabila
perusahaan bias berperilaku etis maka komunitas dan stakeholder di lingkungan perusahaan akan
menjadi perhatian khusus perusahaan (Freedman, 2003; Landolf, 2006, and Friese et.al., 2008),
sebagai contoh apabila pajak perusahaan berdampak pada komunitas dan social masayarakat
dalam penyediaan barang public semisal: pendidikan, pertahanan nasional, kesehatan masyarkat,
transportasi public, dan penguatan hukum. Menurut Williams (2007), kebanyakan perusahaan
mengeluarkan CSR-nya untuk bertujuan pengurangan pajak perusahaan dengan cara
penghindaran pajak dan tax planning.
2.3.Agresivitas Pajak: Merupakan Ketidakpedulian Sosial
Dalam pandangan perusahaan sebagai real word entity berarti perusahaan memilik
tanggung jawab untuk membayarkan pajaknya agar dapat memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap masyarakat. Dikebanyakan Negara pajak dikumpulkan oleh pemerintahnya tempat
dimana perusahaan menjalankan aktifitasnya (Christensen and Murphy, 2004), meskipun
perusahaan memiliki hak untuk berusaha untuk mengurangi pajaknya asalkan sesuai dengan
aturan hukum yang berlaku akan tetapi perusahaan tetap berperilaku tidak legal jika dengan
sengaja berusaha membuat suatu strategi pembayaran pajak semata-mata untuk meminimalkan
pembayaran pajak (Avi-Yonah, 2008).
Freedman, 2003; Freise et.al., 2008 mengasumsikan bahwa perusahaan yang melakukan
penghindaran pajak dengan tidak membayarkan yang seharusnya (fair share) sesuai dengan
income tax kepada pemerintah yang dilakukan untuk melakukan pengadaan barang public
dianggap sebagai suatu perilaku yang tidak peduli terhadap masyarakat sekitar, sehingga
memberikan permusuhan dan dampak negative terhadap hubungan perusahaan terhadap
stakeholder lainnya, sehingga adalah agresivitas pajak dapat memberikan irrecoverable cost
terhadap lingkungan sosial. Williams (2007) mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara
perilaku baik ketika CSR dikeluarkan untuk membantuk masyarakat sekitar dan perilaku egois
ketika melakukan penghindaran pajak dan mengalihkan biaya tersebut ke CSR untuk
mendapatkan reputasi yang lebih baik meskipun banyak perusahaan memiliki dua pandangan
dan sikap mengenai CSR tersebut.
2.4.Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan uraian literature dan penilitian terdahulu maka penelitian ini memiliki hipotesis
sebagai berikut.
H1: Dengan asumsi yang konstan, semakin tinggi tingkat aktifitas CSR maka semakin
rendah tingkat agresifitas pajak perusahaan.
3. Metode Penelitian
3.1.
Pemilihan Sampel
Pada penelitian ini sampel perusahaan berdasarkan laporan keuangan pada tahun
2008/2009 yang mana sampel utama perusahaan sebanyak 627 perusahaan akan tetapi karena
keterbatasan data dan beberapa pertimbangan yang menjadi sampel akhir perusahaan sebanyak
408 perusahaan
3.2.
Variabel dependen pada penelitian ini adalah agresifitas pajak (TAG) yang diukur
berdasarkan ETRs, pengambilan proxy ETRs dikarenakan tiga alasan, seperti: (1) beberapa
penelitian menemukan bahwa ETRs berkaitan dengan TAG (Slemrond, 2004; Dyreng et.al.,
2008; Robinson et.al., 2010; Armstrong et.al., in press), (2) ETRs sangat sering digunakan
sebagai Proxy dalam beberapa penelitian terdahulu untuk mengukur TAG (Mills et al.,
1998;Phillips, 2003; Rego, 2003; Dyreng et al., 2008 ), (3) ATO (2006) menyatakan bahwa
rendahnya tingkat ETRs sebagai salah satu indicator kunci dalam mengukur TAG di Australia.
Penelitian ini mengukur ETRs sebanyak dua kali yaitu beban pajak penghasilan dibagi dengan
pendapatan dan beban pajak penghasilan dibagi dengan operating cash flow.
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah CSR, yang diukur melalui informasi CSR
yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan pengukuran yang telah dilakukan oleh Clarskon
et.al. (2008), alasan penggunaan pengukuran yang telah dilakukan oleh Clarkson et. al. (2008)
karena telah dipakai dan didukung oleh beberapa peneliti sebelumnya (seperti, Bowman and
Haire, 1976; Ingram and Frazier, 1980). Dalam pengukuran yang dibuat oleh Clarkson et.al.
(2008) CSR dikategorikan sebanyak 52 item.
Untuk mengontrol pengaruh dari TAG maka penelitian ini menggunakan beberapa variable
kontrol yang sebelumnya telah digunakan dalam beberapa penelitian terdahulu diantaranya:
1. BODI, mengukur proporsi dari direksi independen di dewan direksi. (Fama and Jensen,
1983; Lanis and Richardson, 2011)
2. TROUBLE, mengukur tingkat kesehatan keuangan suatu perusahaan. (Loebecke et.al.,
1989; Beasley, 1996)
3. AGEPUB, mengukur lama perusahaan diperdagangkan di stock exchange. (Loebbecke
et.al., 1989; Beasley, 1996; AICPA, 1987)
4. MTOBOD, mengukur tingkat saham perusahaan yang dikuasai oleh dewan direksi.
(Loebbecke et.al., 1989; Jensen and Meckling, 1976; Lanis and Richardson, 2011)
5. CEOTENURE, mengukur lama CEO memimpin perusahaan. (Loebbecke et.al., 1989;
Hermalin and Weisbach, 1988; Mace, 1986)
6. CEODUAL, mengukur tingkat pengambilan kebijakan antar chairperson dan CEO
(Loebbecke et.al., 1989; Jensen, 1993)
7. BLOCKHELD, tingkat Stockholding yang dikuasai oleh Blockholding. (Loebbecke et.al.,
1989; Beasley, 1986)
Sebagai tambahan penelitian ini juga menambahkan beberapa variable kontrol untuk
ETRs seperti SIZA (diukur dari logaritma natural tota asset), LEV (LTD dibagi dengan total
asset), CAPINT (diukur melalui net PPE dibagi dengan total asset, INVINT (diukur dari tingkat
substitusi dari CAPINT), RDINT (diukur dari beban RnD/Total Asset), ROA (diukur dari
EBT/Total Asset), MKTBK (diukur dari MV of Equity/BV of Equity), INDSEC
3.3.
variable dependen terbatas pada jangkauan 0-1 dan Tobit memberikan analisis parameter yang
lebih efisien dan akurat
Adapun model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
TAGit = a0 + b1CSRDISCit + b2BODIit + b3TROUBLEit + b4AGEPUBit + b5MTOBODit
+ b6CEOTENUREit + b7CEODUALit + b8BLKHLDit + b9SIZEit + b10LEVit + b11CINTit
+ b12INVINTit + b13RDINTit + b14MKTBKit + b15ROAit + b16_23INDSECit + e
Berdasarkan analisis regresi Tobit diatas maka dapat disimpulkan bahwa baik TAG1 dan
TAG2 memiliki korelasi yang negative terhadap CSR Dislosure (TAG1, p value < 0.05; TAG2, p
value < 0,01), sehingga hipotesis (H1) diterima.
Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana hubungan
antara Tax Agressivenes dengan Corporate Social Responsibility. Berdasarkan hasil analisis
regresi yang dilakukan oleh penelitian ini, semakin tingkat tingkat pengungkapan CSR suatu
perusahaan, maka semakin rendah tngkat agresifitas pajaknya. Analisis tambahan pada penelitian
ini yakni bahwa komitmen untuk melaukan investasi sosial, startegi perusahaan, dan strategi
CSR yang merupakan bagian fundamental dari aktifitas CSR berpengaruh negative terhadap
tingkat Tax Agressiveness
3. Banyak dari kegiatan CSR yang tidak diungkapkan oleh beberapa perusahaan
Sebagai saran dalam penelitian yakni agar penelitian selanjutnya lebih membahas
mengenai aktifitas CSR tertentu yang berhubungan lebih dekat dengan Tax Agressiveness dan
mengapa beberapa aktifitas CSR tertentu lebih penting dibandingkan dengan aktifitas CSR
lainnya