Anda di halaman 1dari 6

Elman

I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan


Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat Stroke

Elman Dani Firdaus


Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Lanjut usia (lansia) adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 45 tahun keatas. Seorang manusia yang
mengalami proses ini akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik pada lansia
adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit degeneratif yang umum diderita
lansia salah satunya adalah hipertensi. Salah satu komplikasi dari hipertensi adalah stroke. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa kadar asam urat pada wanita lanjut usia akan meningkat, khususnya pada wanita yang sudah
mengalami menopause. Menurunnya kadar hormon estrogen pada masa menopause diduga menjadi faktor utama
peningkatan kadar asam urat. Laporan kasus ini memaparkan penatalaksanaan secara holistik dan komprehensif pada
seorang pasien wanita berusia 83 tahun, dengan riwayat ypenyakit hipertensi, artritis gout, dan stroke. Pasien memiliki pola
berobat kuratif dan pengetahuan yang kurang tentang hipertensi, stroke, dan artitis gout. Perempuan lanjut usia yang telah
mengalami menopause dan memiliki masalah penyakit degeneratif seperti hipertensi dan gout merupakan sebuah masalah
yang kompleks. Oleh karena itu, dibutuhkan partisipasi dan dukungan pelaku rawat dan keluarga yang optimal dalam
memotivasi, mengingatkan, serta memperhatikan pasien dalam penatalaksanaan penyakitnya. Dokter tidak hanya berperan
menyelesaikan masalah klinis pasien, tetapi juga mencari dan member solusi atas permasalahan-permasalahan dalam
lingkungan yang mempengaruhi kesehatan pasien dan keluarga.

Kata kunci: artritis gout, geriatri, hipertensi, lanjut usia, menopause, stroke


Holistic and Comprehensive Management in Elderly Woman with
Hypertension, Gout Arthritis, and History of Stroke

Abstract
Being an elder is the process of becoming older with age reaches 45 years old and over. Patients who undergo this process
will deteriorate physically, mentally, and socially. One example of a physical deterioration in the elderly is vulnerability to
diseases, especially degenerative diseases. Degenerative diseases which commonly affects the elderly is hypertension. One
of the complications of hypertension is stroke. Several studies have shown that uric acid levels in older women will
increase, particularly in women who have undergone menopause. Declining levels of estrogen at menopause has been
hypothesized to be a major factor in elevated serum levels of uric acid. This case report describes the holistic and
comprehensive management on a 83-year-old female patient, with a history of hypertension, gout arthritis, and stroke.
Patients have a curative-pattern for seeking treatment and have less knowledge about hypertension, stroke, and gout
arthritis. Elderly women who have undergone menopause and have degenerative diseases such as hypertension and gout is
a complex issue. Therefore, it needs the participation and support from caregivers and families to motivate, remind, and
pay attention to the patient in the treatment of disease. Doctors not only solve the patient's clinical problem, but also seek
and provide solutions to the problems in the environment that affect the health of the patient and family.

Keywords: elderly, geriatrics, gout arthritis, hypertension, menopause, stroke

Korespondensi: Elman Dani Firdaus, S.Ked, alamat Dr Soetomo No 27 Bandar Lampung, HP 082163500074, e-mail
namlefirdaus@yahoo.com

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|59

Elman I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

Latar Belakang
Populasi lanjut usia (lansia) semakin
meningkat di seluruh dunia termasuk
Indonesia akibat meningkatnya usia harapan
hidup.1 Lansia akan mengalami kemunduran
secara fisik, psikologis, dan sosial.2
Kemunduran fisik pada lansia adalah
kerentanan terhadap penyakit, khususnya
penyakit
degeneratif,
menurunnya
kemampuan fisik, dan bahkan hingga tidak
dapat melakukan aktivitas sehari-hari akibat
pernyakit yang dideritanya.1
Hipertensi
adalah
keadaan
peningkatan tekanan darah dalam pembuluh
darah secara kronis, yang terjadi karena
jantung lebih banyak memompa darah untuk
memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Prevalensi hipertensi di Indonesia
melalui pengukuran pada umur 18 tahun
adalah 25,8%, tertinggi di Bangka Belitung
(30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat
(29,4%). Prevalensi hipertensi di Indonesia
yang didapat melalui diagnosis tenaga
kesehatan atau sedang minum obat
antihipertensi sebanyak 9,5%. Responden
dengan tekanan darah normal tetapi sedang
mengonsumsi obat antihipertensi sebanyak
0,7% sehingga prevalensi total hipertensi di
Indonesia adalah 26,5% (25,8% + 0,7 %).3
Faktor yang berperan dalam
terjadinya hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu
faktor yang tidak dapat diubah dan faktor
yang dapat diubah. Faktor yang tidak dapat
diubah meliputi jenis kelamin, usia dan
genetik, sedangkan faktor yang dapat diubah
antara lain pola makan, kebiasaan jarang
berolahraga, merokok, konsumsi alkohol,
stress, obesitas, dan lain-lain.4 Komplikasi
hipertensi yang paling sering terjadi terdiri
dari stroke, penyakit jantung koroner dan
gagal ginjal. Komplikasi yang terjadi ini
memiliki keterkaitan dengan faktor risiko
stres.5
Stroke merupakan suatu sindrom
klinis dengan gejala berupa gangguan fungsi
otak secara lokal atau global yang dapat
menimbulkan kematian atau kelainan yang
menetap lebih dari 24 jam, tanpa penyebab
lain kecuali gangguan vaskuler. Setiap tahun,
795.000 orang mengalami stroke, baik stroke
baru maupun stroke berulang. Kira-kira
610.000 di antaranya adalah serangan stroke
pertama dan 185.000 sisanya adalah serangan
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|60

stroke berulang.6 ASEAN Neurological


Association (ASNA) melakukan penelitian
berskala cukup besar di 28 Rumah Sakit (RS)
seluruh Indonesia. Studi epidemiologi stroke
ini bertujuan untuk melihat profile klinis
stroke dari 2065 pasien stroke akut, dijumpai
rata-rata usia adalah 58,8 tahun (range 18-95
tahun) dengan kasus pada pria lebih banyak
dari pada wanita. Rata-rata waktu masuk ke
RS adalah lebih dari 48,5 jam (range 1-968
jam) dari onset. Stroke berulang dijumpai
hampir pada 20% pasien dan frekuensi stroke
iskemik adalah yang paling sering terjadi.7
Hiperurisemia dapat berkembang
menjadi berbagai penyakit seperti gout,
penyakit kardiovaskular, dan sindrom
metabolik lainnya.8 Prevalensi hiperurisemia
berbeda-beda pada setiap golongan umur dan
meningkat pada usia 30 tahun pada pria dan
usia 50 tahun pada wanita. Prevalensi
hiperurisemia pada penduduk di Jawa Tengah
adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan 11,7%
pada perempuan.9 Menurut American College
of Rheumatology, gout adalah suatu kelainan
akibat beban asam urat dalam tubuh yang
berlebihan atau hiperurisemia (kadar asam
urat lebih dari 6,8 atau 7 mg/dl) sehingga
terjadi deposisi kristal monosodium urat
monohidrat dalam cairan ekstraseluler sendi
dan lokasi lainnya pada penyakit gout.10
Lokasi terjadinya gout antara lainibu
jari kaki, kaki, pergelangan kaki, lutut, lengan,
pergelangan tangan, siku dan kadang di
jaringan lunak dan tendon.11 Biasanya hanya
mempengaruhi satu sendi pada satu waktu,
tapi bisa menjadi semakin parah dan dari
waktu ke waktu dapat mempengaruhi
beberapa sendi.12 Gout memiliki dua fase
klinik. Fase pertama ditandai dengan suatu
serangan akut intermiten yang dapat sembuh
spontan dalam 7 hingga 10 hari, dengan
periode asimtomatik antar serangan. Jika tidak
diobati secara adekuat, dapat terjadi transisi
menjadi fase kedua yang bermanifestasi
sebagai gout kronik yang menyerang banyak
sendi, adanya gejala antar serangan dan
deposisi kristal (tofi) pada jaringan lunak atau
sendi.13
Menopause adalah kondisi ketika
masa menstruasi seorang wanita berakhir
karena ovarium berhenti memproduksi
hormon
estrogen
dan
progesteron.
Penurunan produksi hormon estrogen saat
menopause dapat meningkatkan risiko

Elman I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

terjadinya
osteoporosis,
penyakit
14
kardiovaskular, dan Alzheimer.
Wanita usia 40 hingga 50 tahun akan
mengalami masa peralihan dari siklus haid
yang rutin tiap bulan ke masa menopause
dimana terjadi perubahan-perubahan baik
pada fisik dan psikis pada seorang wanita.
Manifetasi simtom psikologis yang dapat
timbul pada seorang wanita menopause
antara lain depresi, murung, mudah marah,
mudah curiga, cemas, dan insomnia.15
Keadaan geriatri pada perempuan
yang sudah menopause serta memiliki
masalah utama hipertensi dan artritis gout
merupakan masalah kompleks pada pasien
dan keluarganya. Hal ini tentu didukung oleh
masalah internal dan eksternal dari pasien dan
keluarganya.
Keluarga
pasien
ikut
berpartisipasi dan mendukung pelaku rawat
keluarga secara optimal dalam memotivasi,
mengingatkan, serta memperhatikan pasien
dalam penatalaksanaan penyakitnya.

Kasus
Pasien Ny. AN, seorang ibu rumah
tangga berusia 83 tahun datang dengan
keluhan sakit kepala sejak 6 bulan yang lalu
disertai nyeri tengkuk leher. Keluhan
dirasakan hilang timbul. Pasien juga
mengeluhkan nyeri pada sendi-sendi jari
tangan hilang timbul, keluhan dirasakan sejak
3 bulan yang lalu. Pasien pernah dirawat di
Rumah Sakit Urip selama 1 minggu karena
terkena stroke 1 tahun yang lalu. Setelah
terkena stroke anggota bagian sebelah kanan
melemah dan pasien kesulitan untuk berjalan.
Pasien tidak pernah kontrol setelah pulang
dari rumah sakit.
Pasien memiliki kebiasaan buruk sejak
masih muda yaitu mengkonsumsi makanan
berlemak dan berminyak seperti gorengan,
bakso, dan jeroan. Pasien juga sering
menggunakan garam pada masakannya.
Pasien tinggal bersama suami, anak,
menantu dan kedua cucunya. Suami Ny. AN
bernama Tn. SY, memiliki keluhan yang sama.
Tn. SY, seorang pedagang berusia 72 tahun
datang mengeluhan sakit kepala. Keluhan
sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu,
keluhan dirasakan hilang timbul disertai nyeri
pada tengkuk leher. Suami pasien belum
pernah berobat sebelumnya. Anak, menantu,
dan kedua cucu pasien tidak terdapat keluhan.

Hasil pemeriksaan fisik antara lain


keadaaan umum tampak sakit ringan, suhu
36,8 0C, tekanan darah 160/90 mmHg,
frekuensi nadi 84 x/menit, frekuensi napas 16
x/menit, berat badan 55 kg, tinggi badan 168
cm, dan BMI 19 kg/m2. Status generalis kesan
dalam batas normal. Pemeriksaan penunjang
GDS 105 mg/dl dan Asam Urat 10,1 mg/dl.

Pembahasan
Masalah kesehatan yang dibahas pada
kasus ini adalah seorang wanita, geriartri
berusia 83 tahun pasca stroke 1 tahun yang
lalu dan menderita hipertensi dan artitis gout.
Kunjungan rumah atau home visit pertama kali
yang dilakukan untuk melakukan pendekatan
dan perkenalan terhadap pasien serta
menerangkan maksud dan tujuan kedatangan,
diikuti dengan anamnesis tentang keluarga
dan perihal penyakit yang telah diderita.
Kunjungan
pertama
tersebut
menunjukkan bahwa dari segi perilaku
kesehatan, pasien masih mengutamakan
perilaku kuratif daripada preventif dan
memiliki pengetahuan yang kurang tentang
penyakit-penyakit yang ia derita. Lingkungan
psikososial,
hubungan
pasien,
dan
keluarganya begitu erat, jika terdapat masalah
mereka bermusyawarah untuk menyelesaikannya. Untuk memenuhi kebutuhan
rumahtangganya, suami dan menantu pasien
bekerja sebagai pedagang di pasar
sedangkana naknya bekerja sebagai sopir truk.
Pasien sudah tidak sanggup berjalan jauh
sejak terkena stroke oleh karena itu pasien
selalu tinggal di rumah. Pasien dan
keluarganya memiliki hubungan yang baik
dengan tetangga-tetangganya. Pasien juga
cukup disegani karena suami pasien
merupakan kepala dusun dan selalu diundang
disegala acara yang tedapat dilingkungan
sekitar pasien.
Pasien tinggal diperumahan yang cukup
padat, jarak antara rumah dipisahkan oleh
tembok masing-masing rumah, dengan kondisi
lingkungan yang cukup bersih. Rumah pasien
sudah memiliki penerangan dan ventilasi
cukup baik, tampak bersih, dan rapi. Pasien
memiliki riwayat hipertensi dan diabetes
mellitus dalam silsilah keluarganya. Pasien
makan 3 kali per hari dengan porsi yang
sedikit, sudah mengurangi mengkonsumsi
garam, makanan berminyak dan berlemak,
namun sering mengkonsumsi kacangJ Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|61

Elman I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

kacangan karena tidak tahu tentang penyakit


arthritis goutnya. Pasien tidak pernah
melakukan olahraga karena sudah tidak kuat
lagi. Sistem pelayanan kesehatan terjangkau
baik dari segi biaya maupun lokasi, namun
pasien tidak pernah control penyakitnya sejak
keluar dari rumah sakit 1 tahun yang lalu.

Penegakan diagnosis klinik utama
pada pasien sudah benar yaitu pasca stroke
dengan hipertensi derajat II dan artritis gout.
Pasien pernah dirawat di rumah sakit karena
stroke, namun pasien tidak pernah kontrol
sehingga tekananan darah pasien tetap tinggi
160/90 mmHg, sedangkan artritis gout
didapatkan karena pasien sering mengeluh
nyeri pada sendi-sendi jari tangan dan kaki
disertai bengkak, nyeri dirasakan hilang
timbul, sering kaku di pagi hari dan pada
pemeriksaan asam urat didapatkan 10,1
mg/dl.

Pada masa lansia, kondisi fisik
seseorang telah mengalami penurunan. Hal ini
menyebabkan seseorang dengan usia lanjut
rentan terhadap penyakit khususnya penyakit
kronis seperti hipertensi. Seseorang yang
bertambah umurnya, maka tekanan darah
juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun,
dinding arteri akan mengalami penebalan oleh
karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi
kaku. Tekanan darah sistolik meningkat
karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur.16

Hipertensi dapat menyebabkan stroke
iskemik maupun stroke hemoragik. Hipertensi
kronis menyebabkan terjadinya lipohialinosis
parenkim pembuluh darah kecil sehingga
menyebabkan terjadinya stroke hemoragik,
sedangkan stroke iskemik pada hipertensi
disebabkan melalui proses shear stress yang
mengakibatkan disfungsi endotel dinding
pembuluh darah yang kemudian berkembang
menjadi plak aterosklerotik. Tekanan darah
>160/95 mmHg menyebabakan risiko stroke
sebesar 3,1 kali pada pria dan 2,9 kali pada
wanita.17 Adanya peningkatan kadar asam
urat yang melebihi normal, dalam hal ini
pasien sudah menopause sehingga sangat
memungkinkan terjadinya artritis gout.
Hormon wanita dapat menurunkan estradiol
serum asam urat, tetapi urat serum meningkat
setelah menopause. Kondisi ketika kelebihan
asam urat dalam tubuh atau hyperuricemia
J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|62

mengarah pada pembentukan berbagai


jaringan kristal monosodium urat. Hasilnya
adalah serangan gout, nefropati urat.
Penyebab utama asam urat adalah makanan
kaya purin, konsumsi alkohol, dan kelebihan
berat badan.18

Sehari setelah kunjungan pertama
pada tanggal 11 maret 2015, maka dilanjutkan
dengan kunjungan ke dua untuk melakukan
intervensi
terhadap
pasien
dengan
memberikan penjelasan tentang hipertensi
serta pencegahannya, gizi seimbang dan
makanan rendah purin serta pengobatan.
Intervensi ini dilakukan dengan tujuan untuk
merubah pola makan pasien yang tidak
teratur meskipun untuk merubah hal tersebut
bukanlah hal yang dapat dilihat hasilnya
dalam kurun waktu yang singkat. Ada
beberapa langkah atau proses sebelum orang
mengadopsi perilaku baru. Pertama adalah
awareness atau kesadaran, orang tersebut
menyadari stimulus tersebut. Kemudian dia
mulai interest atau tertarik. Selanjutnya, orang
tersebut akan menimbang-nimbang baik atau
tidaknya stimulus tersebut atau evaluation.
Setelah itu, dia akan mencoba melakukan apa
yang dikehendaki oleh stimulus atau trial.
Pada tahap akhir adalah adoption, berperilaku
baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran
dan sikapnya. Ketika intervensi dilakukan,
keluarga juga turut serta mendampingi dan
mendengarkan apa yang disampaikan pada
pasien.
Pasien diberikan kombinasi obat lini
pertama menurut JNC 8 yaitu golongan
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
(ACEI) yaitu captopril dengan diuretik
(hidroklorotiazid). Obat anti hipertensi
golongan ACEI menghambat kerja enzim
konversi angiotensin (ACE) secara kompetitif
sehingga menyebabkan vasodilatasi, terutama
arteri perifer. Hal ini dibantu dengan diuretik
yang mampu mengurangi volume darah.19
Untuk mengurangigejala klinis dari
penyakit gout, salah satu caranya adalah
menjaga kadar asam urat dalam darah di
posisi normal, yaitu 5-7 mg/dl. Batasan kadar
asam urat tertinggi untuk pria adalah 6,5
mg/dl sedangkan untuk wanita adalah 5,5
mg/dl. Purin dalam bahan makanan akan
dimetabolisme menjadi asam urat yang dapat
memicu hiperurisemia. Pasien juga dianjurkan
untuk membatasi konsumsi lemak hingga 15%
dari total kalori/hari karena lemak dapat

Elman I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

menghambat ekskresi asam urat melalui


urin.20
Makanan yang mengandung purin
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu makanan
dengan
kadar
purin
yang
tinggi,
sedangdanringan. Makanan tinggi purin (1001000 mg purin/100 g bahan makanan) seperti
otak, hati, jantung, jeroan, burung dara, ikan
sarden, alkohol, telur ikan, kerang, dan
makanan yang diawetkan. Kelompok makanan
ini harus dihindari oleh penderita gout.22
Makanan purin sedang (9-100 mg/100
g bahan makanan) seperti daging sapi, ayam,
udang, jamur, ikan tongkol, hasil olahan
kacang (tahu dan tempe), bayam, kangkung,
kembang kol, buncis, kapri dan biji melinjo,
sebaiknya dibatasi asupannya. Makanan
rendah purin seperti nasi, ubi, singkong,
jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, kue
kering, puding, susu, keju, telur, sayuran
(kecuali sayuran yang termasuk dalam
kelompok makanan puring sedang), dan buahbuahan kecuali durian dan alpukat. Makanan
jenis ini dapat dikonsumsi setiap hari.21
Pasien juga disarankan untuk banyak
minum air putih, minimal 2,5 liter/hari untuk
membantu mengeluarkan asam urat melalui
urin.21 Sedangkan alkohol, tape, dan brem
harus dijauhi. Bahan pangan mengandung
alkohol ini dapat meningkatkan asam laktat
plasma, asam yang dapat menghambat
pengeluaran asam urat dari dalam tubuh
melalui urin.21
Pemberian terapi farmakologis untuk
artritis gout adalah ditemukannya tofus baik
melalui
pengamatan
klini
ataupun
pemeriksaan radiologi, serangan gout akut
berulang (2 serangan/tahun), gagal ginjal
kronik derajat 2-5, dan riwayat urolitiasis.10
Manajemen nonfarmakologis pada
pasien gout untuk mengurangi nyeri yang
dapat diberikan pada pasien berupa kompres,
baik kompres hangat dan kompres dingin.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
terdapat penurunan skala nyeri pada
pemberian kompres pada pasien gout. Ratarata penurunan skala sebesar 1,6 pada
kompres hangat dan 1,05 pada kompres
dingin.22
Pada kunjungan ketiga tertanggal 20
maret 2015, dilakukan evaluasi. Tekanan
darah pasien turun sedikit menjadi 140/90
mmHg, dimana sudah menunjukkan
perubahan dan sesuai target dimana menurut

JNC 8 pasien berusia lebih dari 60 tahun target


tekanan darah sistol <150 mmHg dan tekanan
darah diastol <90 mmHg.23 Pasien juga
mengaku sudah mulai mengurangi makanan
garam, kacang-kacangan, daging, dan
makanan bersantan. Keluhan bengkak pada
jari tangan dan kaki masih namun nyerinya
sudah berkurang. Kadar asam urat turun
menjadi 8 mg/dl, hal ini menandakan pasien
berhasil dalam menjalankan diet rendah purin
walau kadar asam uratnya masih tinggi yang
targetnya pada wanita harus di bawah 5,5
mg/dl.24 Dalam kunjungan kali ini tetap
dilakukan motivasi kepada pasien dan
keluarganya. Hal ini dilakukan agar pasien dan
keluarga mengerti tentang penyakit yang
diderita oleh salah satu anggota keluarganya,
sehingga meningkatkan kualitas hidup pasien
dan anggota keluarga lainnya.25
Prognosis pada pasien ini secara
umum baik, dilihat dari kesehatan dan tandatanda vitalnya yang masih baik, pasien masih
bisa beraktivitas sehari-hari secara mandiri,
dankarena pasien masih bisa melakukan
fungsi sosial kepada masyarakat sekitar.

Kesimpulan
Hipertensi dan artritis gout terkait
dengan usia tua banyak terjadi dan
memerlukan penanganan baik secara
nonfarmakologis (perubahan gaya hidup) dan
farmakologis. Dukungan keluarga sangat
dibutuhkan dalam penanganan penyakit
pasien dalam kasus.

Daftar Pustaka
1. Simanullang P, Zuska F, Asfriyati.
Pengaruh gaya hidup terhadap status
kesehatan lanjut usia (lansia) di wilayah
kerja Puskesmas Darusalam Medan
[Tesis]. Medan: Universitas Sumatera
Utara; 2012.
2. Hayati S. Pengaruh dukungan sosial
terhadap kesepian pada lansia [Skripsi].
Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010.
3. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementerian
Kesehatan
Republik
Indonesia. Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
Litbangkes Kemenkes RI; 2013.
4. Arif D, Rusnoto, Hartinah D. Faktor-faktor
yang Berhubungan dengan Kejadian
Hipertensi pada Lansia di Pusling Desa

J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|63

Elman I Managemen Holistik dan Komprehensif pada Wanita Lansia dengan Hipertensi, Gout, Arthritis, dan Riwayat
Stroke

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.
14.

15.

16.

Klumpit UPT Puskesmas Gribig Kabupaten


Kudus. JIKK. 2013; 4(2):18-34.
Prasetyorini HT, Prawesti D. Stres pada
penyakit terhadap kejadian komplikasi
hipertensi oada pasien hipertensi. Jurnal
STIKES. 2012; 5(1):61-70.
Franklin SS, Pio JR, Wong ND, Larson MG,
Leip EP, Vasan RS, et al. Predictors of
New-Onset Diastolic and Systolic
Hypertension: The Framingham Heart
Study. Circulation. 2005; 111:121-1127.
Misbach J. Pandangan Umum Mengenai
Stroke. Dalam: A Rasyid A, Soertidewi L,
eds. Unit Stroke. Manajemen Stroke
SecaraKomprehensif.
Jakarta:
Balai
Penerbit Universitas Indonesia; 2007. hlm.
1-9.
Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu HP,
Liu CX, et al. The Prevalence of
hyperuricemia in China: a Meta-Analysis.
BMC Public Health. 2011; 11:832.
Hensen TRP. Hubungan Konsumsi Purin
dengan Hiperurisemia pada Suku Bali di
Daerah Pariwisata Pedesaan. J penyakit
Dalam. 2007; 8(1):37-43.
Khanna D, FitzGerald JD, Khanna PP, Bae
S, Singh M, Neogi T, et al. 2012 American
College of Rheumatology Guidelines for
Management of Gout Part I: Systematic
Non-pharmacologic and Pharmacologic
Therapeutic
Approaches
to
Hyperuricemia. Arthritis Care Res
(Hoboken). 2012; 64(10):143146.
Luk AJ, Simkin PA. Epidemiologi of
Hyperuricemia and Gout. The American
Journal of Managed Care. 2005;
11(11):435-42.
Syukri M. Asam Urat dan Hiperurisemia.
Majalah Kedokteran Nusantara. 2007;
40:52-5.
Neogi T. Gout. N Eng J Med. 2011;
364:443-52.
Putri DI, Wati DM, Ariyanto Y. Kualitas
Hidup Wanita Menopause. e-Jurnal
Pustaka Kesehatan. 2014; 2(1):167-74.
Larasati T. Kualitas Hidup pada Wanita
yang sudah Memasuki Masa Menopause
[Skripsi]. Jakarta: Universitas Gunadarma;
2009.
Kuswardhani TRA. Penatalaksanaan
Hipertensi pada Lanjut Usia. Jurnal
Penyakit Dalam. 2006; 7(2):135-40.


J Medula Unila|Volume 4|Nomor 2|Desember 2015|64

17. Franklin SS, Pio JR, Wong ND, Larson MG,


Leip EP, Vasan RS, et al. Predictors of
New-Onset Diastolic and Systolic
Hypertension: The Framingham Heart
Study. Circulation. 2005; 1121-7.
18. Kim KY, Shumacher HR, Hunsche E,
Wertheimer AI, Kong SX. A literature
review of epidemiology and treatment in
acute gout. Clin Ther. 2003; 25:1593-1617.
19. Katzung
BG. Basic
and
Clinical
Pharmacology. Edisi ke-10. USA: Mc Graw
Hill. 2007.
20. Lina N, Setiyono A. Analisis Kebiasaan
Makan yang menyebabkan peningkatan
kadar asam urat. Jurnal Kesehatan
Komunitas Indonesia. 2014; 10(2):100416.
21. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama; 2010.
22. Sani AT, Winarsih. Perbedaan Efektifitas
Kompres Hangat dan Kompres Dingin
Terhadap Skala Nyeri pada Klien Gout di
Wilayah Kerja Puskesmas Batang III Kab
Batang [internet]. 2015 [diakses pada 27
April
2015].
Tersedia
dari:
www.eskripsi.stikesmuhpkj.ac.id.
23. Mulyatno KC. Institute of Tropical Disease
(ITD) [internet]. Surabaya: Universitas
Airlangga; 2014 [diakses pada 27 April
2015]. Tersedia dari: itd.unair.ac.id.
24. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman
WC, Dennison-Himmelfarb C, Handler J, et
al. 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in
Adults Report From the Panel Members
Appointed to the Eighth Joint National
Committee (JNC 8). JAMA. 2014. [diakses
pada 2 Mei 2015]. Tersedia dari:
http://csc.cma.org.cn/attachment/201431
5/1394884955972.pdf
25. Monchuk DC, Hayes DJ, Miranowski JA,
Lambert DM. Inference Based on
Alternative Bootstrapping Methods in
Spatial Models with an Application to
County Income Growth in the United
States. 2010. Working Paper 10-WP 507,
May 2010. Center for Agricultural and
Rural Development, Iowa State University.
[diakses pada 27 April 2015]. Tersedia
dari:
http://www.card.iastate.edu/publications
/DBS/PDFFiles/10wp507.pdf

Anda mungkin juga menyukai