HERBARIUM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biologi berkembang dari hasil kerja para peneliti biologi, menggali
pengetahuan dari objek-objek biologi. Sebagai Objeknya adalah semua
makhluk hidup. Menggali ciri objek harus dilakukan dengan melakukan
pengamatan terhadap objek tersebut. Dengan demikian semua makhluk
dapat menjadi objek pengamatan
Secara garis besar, ada dua cara pengawetan obyek biologi, yaitu
pengawetan basah (herbarium basah) dan pengawetan kering (herbarium
kering). Pengawetan basah dilakukan dengan mengawetkan obyek biologi
dalam suatu cairan pengawet. Pengawetan kering dilakukan dengan
mengeringkan obyek biologi hingga kadar air yang sangat rendah, sehingga
organism perusak/penghancur tidak bekerja.
Pengawetan basah dilakukan bagi hewan tidak bercangkang yang
ukurannya relatif besar, direndam dalam larutan pengawet. Pengawetan
kering untuk organisme yang berukuran relatif besar biasanya dilakukan
dengan cara mengeringkan dengan sinar matahari atau dengan oven dan
selanjutnya agar lebih awet dapat disimpan dalam media pengawet resin
(Bioplastik). Obyek yang dapat dijadikan sebagai specimen utama dalam
pengawetan basah maupun kering merupakan objek biologi yang berukuran
kecil hingga yang berukuran besar.
Objek kita dapat menggali gejala-gejala, menemukan masalah dan
memecahkannya. Namun tidak semua objek dengan mudah kita temukan di
sekitar kita. Untuk objek hewan yang cukup langka, atau habitatnya jauh
(misal di pantai), maka dibutuhkan suatu koleksi awetan. Untuk koleksi
objek perlu diperhatikan kelengkapan organ tubuhnya, pengawetan dan
penyimpanannya. Koleksi objek harus memperhatikan pula kelestarian
objek tersebut. Perlu ada pembatasan pengambilan objek. Salah satunya
dengan cara pembuatan awetan. Pengawetan dapat dilakukan terhadap
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
HERBARIUM
HERBARIUM
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Herbarium Basah
Herbarium berasal dari kata hortus dan botanicus, artinya kebun
botani yang dikeringkan. Secara sederhana yang dimaksud herbarium
adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun
berdasarkan sistem klasifikasi. Fungsi herbarium secara umum antara lain
(Onrizal, 2005):
1. Sebagai pusat referensi; merupakan sumber utama untuk identifikasi
tumbuhan bagi para ahli taksonomi, ekologi, petugas yang menangani
jenis tumbuhan langka, pecinta alam, para petugas yang bergerak dalam
konservasi alam.
2. Sebagai lembaga dokumentasi merupakan koleksi yang mempunyai
nilai sejarah, seperti tipe dari taksa baru, contoh penemuan baru,
tumbuhan yang mempunyai nilai ekonomi dan lainlain.
3. Sebagai pusat penyimpanan data ahli kimia memanfaatkannya untuk
mempelajari alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan
ramuan untuk obat kanker, dan sebagainya.
Herbarium basah adalah specimen yang telah diawetkan dan
disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda. Komponen utama yang digunakan dalam
pembuatan larutan pengawet itu antara lain adalah: alcohol, dan formalin
(Widhy, 2012).
Ada tiga langkah pokok pada pembuatan preparat hewan, yakni
(Al,Suyitno, 2004):
1. Mematikan Objek
2. Fiksasi
3. Pengawetan.
Untuk mematikan, hewan dimasukkan kebotol pembunuh. Untuk
hewan yang bergerak kuat perlu dilakukan anestesi dahulu. Ada banyak
macam larutan anestesi, Contoh, magnesium chloride (MgCl2), eter (untuk
HERBARIUM
HERBARIUM
darah.
mempertahankan
Sebaliknya,
aliran
air
sebagian
konstan
melalui
besar
badan
mengandalkan
spons
untuk
: Animalia
Filum
: Porifera
Kelas
: Demospongiae
Ordo
: Poecilose lerida
Famili
: Microcionidae
Genus
: Clathria
Spesies
: Clatharia sp
2. Morfologi Spons
Morfologi luar spons sangat dipengaruhi oleh faktor fisik,
kimiawi dan biologis lingkungannya. Spesimen yang berada di
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
HERBARIUM
HERBARIUM
HERBARIUM
Psedomonas,
Aeromonas,
Vibrio,
Achromobacter,
HERBARIUM
kemudian
diubah
melalui
biosintesis
serta
fotosintesis
10
HERBARIUM
HERBARIUM
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gelas Kimia 1000 mL
b. Gelas Ukur 100 mL
c. Pisau Stenlis
d. Toples Kaca
2. Bahan
a. Etanol 70%
b. Kertas Saring
c. Lakban Hitam
B. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diambil sampel spons yang akan dibuat herbarium, disimpan dalam
wadah penampung
3. Dibersihkan sisa kotoran karang yang melekat pada sampel dengan
meggunakan pisau stenlis dan dicuci bersih dengan air mengalir
4. Dimasukkan sampel kedalam toples kaca sesuai dengan ukuran sampel
yang diawetkan
5. Ditambahkan pelarut etanol hingga sampel terendam seluruhnya
6. Ditutup rapat toples, agar pelarut etanol tidak menguap
7. Diberikan keterangan pada bagian luar toples dari klasifikasi sampel
biota laut, kandungan, dan manfaatnya dalam bidang kesehatan.
11
HERBARIUM
BAB IV
PEMBAHASAN
Herbarium basah atau yang juga disebut awetan basah adalah specimen
yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari
berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. Sampel yang
digunakan sebagai pembuatan herbarium yaitu hewan spons.
Herbarium basah memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai pusat
referensi; sebagai lembaga dokumentasi yang mempunyai nilai sejarah; sebagai
pusat penyimpanan data ahli kimia memanfaatkannya untuk mempelajari
alkaloid, ahli farmasi menggunakan untuk mencari bahan ramuan untuk obat
kanker, dan sebagainya.
Spons merupakan kelompok porifera yaitu hewan yang mempunyai
tubuh berpori-pori atau saluran. Spons sebagai invertebrata laut multi sel yang
fungsi jaringan dan organnya sangat sederhana. Spons memiliki kandungan
beberapa metabolit sekunder diantaranya steroid, alkaloid, flavonoid, dan
terpenoid yang nantinya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat.
Pada pembuatan herbarium basah dengan sampel hewan spons dibuat
menggunakan pengawet alcohol 70%. Pengambilan sampel dilakukan di Pulau
Bokori. Sampel yang diperoleh tidak langsung diberi pengawet, tetapi
dibersihkan dulu dari kotoran yang melekat pada sampel.
Ada beberapa langkah pembuatan herbarium basah diantaranya,
mematikan objek, fiksasi, dan pengawetan. Untuk hewan spons atau hewan
berpori yang dibuat herbarium basah pada proses mematikan bahan yang
digunakan yaitu alcohol 70%. Pada proses fiksasinya menggunakan alcohol
70%, untuk sampel hewan seharusnya difiksasi sebelum diawetkan. Hal ini
dimaksudkan untuk menstabilkan protein jaringan pada hewan. Pengawetan
merupakan tindak lanjut setelah proses fiksasi, agar objek menjadi awet, tidak
rusak jaringannya, tidak terjadi otolisis sel, dan terhindar dari serangan bakteri
dan jamur. Bahan awetannya menggunakan alcohol 70%. Kandungan alkohol
akan berubah, sehingga harus dilakukan penggantian alkohol secara rutin.
AKADEMI FARMASI BINA HUSADA
12
HERBARIUM
13
HERBARIUM
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Herbarium basah adalah specimen yang telah diawetkan dan disimpan
dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan
komposisi yang berbeda-beda.
2. Pada pembuatan herbarium spons saat proses mematikan objek, fiksasi,
dan pengawetan menggunakan alcohol 70%.
B. Saran
Untuk praktikum selanjutnya, disarankan untuk menggunakan
pengawet lain yang tidak bersifat mempegaruhi sampel baik secara fisika
maupun secara kimiawi.
14
HERBARIUM
DAFTAR PUSTAKA
Al, Suyitno. 2004. Penyiapan Specimen Awetan Objek Biologi. Universitas
Negeri Yogyakarta
Amir, I. dan A. Budiyanto. 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae)
Secara Umum. Oseana. 21. 15-31.
Faulkner, D. J., Sponges, Marine Natural Products, Serpps Institution,
University of Oceanografi, University of California, San Diego, 11,
1993, 231-247.
Jasin, M, Zoologi Invertabrata Untuk Perguruan Tinggi, cetakan keempat,
Penerbit Sinar Jaya, Surabaya, 1992, 89-102.
Kanagasabhapathy, M., Sasaki, H., Nakajima, K., Nagatan, K., and Nagata, S.
2005. Inhibitory Activities Of Surface Associated Bacteria From The
Marine Pseudocratina Purpurea. Microbes and Environtment. 20: 178185.
Menggelea, F.P., dkk. 2015. Uji Efek Antibakteri Jamur Endosimbion Spons
Laut Callyspongia Sp. terhadap Bakteri Pseudomonas aeruginosa dan
Eschericia coli. Jurnal. Manado: Universitas Sam Ratulangi
Mokodompit, A., dkk, 2015. Uji Efektifitas Antibakteri Ekstrak Etanol Spons
Laut (Porifera:Demospongiae) terhadap bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherchia coli. Jurnal. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Onrizal. 2005. Teknik Pembuatan Herbarium. Universitas Sumatera Utara.
. http://ocw.usu.ac.id. Diakses 17 Oktober 2016
Stachowitsch, M, The Invertebrates, An Ilusctated Glosary, Department of
Marine Biology Institute of zoologi, Vienna, Austria, 1992, 13-18.
Suparno. 2005. Kajian Bioaktif Spons Laut (Porifera: Demospongiae) Suatu
Peluang Alternatif Pemanfaatan Ekosistem Karang Indonesia dalam
dibidang Farmasi. Makalah. Bandung: Institut Pertanian Bogor
Tjtrosoepomo, G. 2005. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta.
15