1 Latar Belakang
Salah satu penyebab langsung kematian maternal terbesar selain perdarahan,
eklamsia, dan komplikasi masa nifas adalah infeksi. Sedang kanpenyebab secara tidak
langsung lainnya seperti terlambat mengenali tandabahaya karena tidak mengetahui
tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan
terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Diantara infeksi pada masa nifas adalah infeksi yang terjadi karenaperlukaan
jalan lahir. Perlukaan jalan lahir dapat terjadi karena kesalahan sewaktu memimpin suatu
persalinan
tetapi
dapat
juga
terjadi
karena
laserasiatau
tindakan
episiotomi
kelamin wanita bagian luar. Menurut Dinkes (2008) vulva hygiene adalah membersihkan
daerah vulva pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca salin. Ditambahkan
oleh Siswono (2001) bahwa manfaat vulva hygiene yaitu untuk menjaga vagina dan
daerah sekitarnya tetap bersihdan nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tak
sedap dan gatal-gatal serta menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5).
Perawatan vulva dilakukan setiap pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang air
kecil atau buang air besar dan bila ibu nifas merasa tidak nyaman karena lokea berbau
atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK atau BAB cebok dari arah depan ke
belakang, ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAK dan BAB.
Agar luka jahitan perineum tidak terjadi infeksi maka menggunakan pembalut
yang bersih setiap 4-6 jam sekali kemudian eratkan sehingga pembalut tidak bergerak
maju mundur, setiap kali cebok menggunakan sabun dan luka bisa diberi betadin
(Elsenberg, 2006: 509). Sedangkan menurut Siswono (2001), vulva hygiene yang benar
dapat mencegah terjadinya flour albus. Kebiasaan melakukan vulva hygiene dapat
mencegah terjadinya infeksikarena daerah vagina merupakan daerah yaang sensitif untuk
tercemar kuman. Dalam pelaksanaanya, Vulva hygiene mempunyai prosedur tetap yang
dilakukan secara teoritis yang merupakan tindakan keperawatan yang memerlukan
strategi pelaksanaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vulva higiene.
2
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus,untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan, maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineumsecara
keseluruhan.
2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi:
a. Pasien Ppost Partum
b. Pasien Post Partum dengan Episiotomy
c. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2kali atausesudah BAB bila perlu
2. Kontra Indikasi:
Berikan perhatian pada wanita yang mengalami menstruasi.
2.5 Prosedure
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien:
Peralatan :
1. Lidi Watten
2. Hanschoen 1 pasang
3. Kassa Deppers
4. Kapas gulung kecil
5. Kom Steril berisi betadine
6. Larutan Nacl
7. Korentang
8. Botol Cebok berisi air hangat
9. Bengkok
10. Selimut mandi
11. Pembalut wanita
12. Celana dalam dan pakaian bersih
5
13. Pengalas
14. Tissue
15. Pispot
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan padaklien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Masang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan pispot,
sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic
yang berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang yg merisi larutan desinfektan
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien
11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas sublimat / basah.
Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora
kiri, labia minora kanan,vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas
basah / sublimat (1 kapas, 1 kali usap). Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih
kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah lepas/longgar,
bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
14. Menutup/mengompres luka dengan kassa yang telah diolesi salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut pasien
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Berdasarkan jurnal Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Perineum karya Ari Cristiana yang diakses pada tanggal 30 Mei
2014 bahwa air sirih dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka perineum
pada ibu nifas yang digunakan pada saat vulva hygiene. Daun sirih mengandung
kavinolyang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional, diantaranya untuk
mematikan kuman, anti oksidasi, fungisida dan anti jamur. Metode penelitian terdiri dari
3 tahapan,tahap pertama adalah malakukan akstrasi daun sirih untuk mandapatkan
7
kavikol dengan teknik perebusan selama 10, 15 dan 20 menit dengan suhu 100C dan
melakukan uji kimia dengan karakteristis. Tahap kedua adalah implementasi pemanfaatan
ektrak kavikol untuk vulva hygiene pada ibu nifas terhadap kecepatan penyembuhan pada
luka perineum. Kesimpulan hasil penelitian adalah kadar kalivol tertinggi terdapat pada
air rebusan daun sirih
dengan
waktu20mmenit dan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemenuhan kebersihan diri dan lingkungan merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia, termasuk pemenuhan kebutuhan kebersihan genetalia pada wanita (Vulva
Hygiene). Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan derah sekitarnya pada pasien
wanita yang sadang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri ini berarti bahwa setiap
manusia membutuhkan kenyamanan pada diri dan lingkungaan. Kebutuhan pemenuhan
kebersihan genetalia wanita (vulva Hygiene) sangat penting karena ini berdampak pada
proses penyembuhan, selain itu Vulva hygiene juga bertujuan untuk mencegah infeksi,
untuk penyembuhan luka jahitan perineum dan untuk kebersihan perineum.
Dampak yang akan terjadi jika tidak melakukan Vulva hygiene seperti,
1. Terjadi pada area vagina, contohnya infeksi jamur vagina, terjadi keputihan.
2. Terjadi bau yang tidak sedap pada area vagina.
3. Terjadi gatal-gatal.
4. Beresiko menimbulkan penyakit seperti Toxso, Torch, dan Gonorhe.
5. Infeksi.
Tepenuhinya kebutuhan kebersihan diri khususnya vulva hygiene dapat
membangkitkan motivasi klien untuk bekerjasama dalam program perawatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan
dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/10967682/VULVA_HYGIENE
Cunningham.F.Gary. 1995. Obsteri Williams. Jakarta:EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27258/4/Chapter%20II.pdf
http://www.widyagamahusada.ac.id/learn_detail.php?id=96
10