Anda di halaman 1dari 10

1.

1 Latar Belakang
Salah satu penyebab langsung kematian maternal terbesar selain perdarahan,
eklamsia, dan komplikasi masa nifas adalah infeksi. Sedang kanpenyebab secara tidak
langsung lainnya seperti terlambat mengenali tandabahaya karena tidak mengetahui
tanda kehamilan dalam resiko tinggi, terlambat mencapai fasilitas untuk persalinan dan
terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
Diantara infeksi pada masa nifas adalah infeksi yang terjadi karenaperlukaan
jalan lahir. Perlukaan jalan lahir dapat terjadi karena kesalahan sewaktu memimpin suatu
persalinan

tetapi

dapat

juga

terjadi

karena

laserasiatau

tindakan

episiotomi

(Wiknjosastro, 2000: 170). Episiotomi dilakukandikarenakan mempunyai beberapa


manfaat diantaranya yaitu mencegahrobekan perineum, mengurangi regangan otot
penyangga kandung kemih ataurektum yang terlalu kuat dan berkepanjangan,
mengurangi lama tahap kedua.
Infeksi pada masa nifas menyokong tingginya mortalitas dan morbiditas maternal
di Indonesia yaitu sekitar 38 % dari jumlah ibu post partum. Kejadian infeksi nifas di
Indonesia memberikan kontribusi 10% penyebab langsung obstetrik dan 8% dari semua
kematian ibu. Ditambahkan oleh Trijanto (2008), di Jawa Timur angka kejadian infeksi
nifas mencapai 38 ibu postpartum atau 8% dari 487 jumlah kasus kematian maternal.
Sedangkan di Kabupaten Ponorogo tahun 2010 kematian 1xvii ibu postpartum sebanyak
15 ibu postpartum, dintaranya dikarenakan infeksi nifas yaitu sebanyak 1 postpartum.
Menurut Suwiyoga (2004) akibat dari perawatan perineum yang tidak benar dapat
mengakibatkan kondisi perineum yang terkena lokea dan lembab akan mengakibatkan
perkembangan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi perineum. Munculnya
infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kencing ataupun pada jalan
lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi pada kandung kencing
maupun pada jalan lahir. Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka
tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan
menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman dari luka itu
sendiri.
Menurut Denise (2006) untuk menghindari infeksi perineum perlu dilakukan
perawatan vulva yang disebut vulva hygiene. Vulva hygiene adalah membersihkan alat
1

kelamin wanita bagian luar. Menurut Dinkes (2008) vulva hygiene adalah membersihkan
daerah vulva pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca salin. Ditambahkan
oleh Siswono (2001) bahwa manfaat vulva hygiene yaitu untuk menjaga vagina dan
daerah sekitarnya tetap bersihdan nyaman, mencegah munculnya keputihan, bau tak
sedap dan gatal-gatal serta menjaga pH vagina tetap normal (3,5-4,5).
Perawatan vulva dilakukan setiap pagi dan sore sebelum mandi, sesudah buang air
kecil atau buang air besar dan bila ibu nifas merasa tidak nyaman karena lokea berbau
atau ada keluhan rasa nyeri. Cara perawatan vulva adalah cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan perawatan luka, setelah BAK atau BAB cebok dari arah depan ke
belakang, ganti pembalut setiap kali basah atau setelah BAK dan BAB.
Agar luka jahitan perineum tidak terjadi infeksi maka menggunakan pembalut
yang bersih setiap 4-6 jam sekali kemudian eratkan sehingga pembalut tidak bergerak
maju mundur, setiap kali cebok menggunakan sabun dan luka bisa diberi betadin
(Elsenberg, 2006: 509). Sedangkan menurut Siswono (2001), vulva hygiene yang benar
dapat mencegah terjadinya flour albus. Kebiasaan melakukan vulva hygiene dapat
mencegah terjadinya infeksikarena daerah vagina merupakan daerah yaang sensitif untuk
tercemar kuman. Dalam pelaksanaanya, Vulva hygiene mempunyai prosedur tetap yang
dilakukan secara teoritis yang merupakan tindakan keperawatan yang memerlukan
strategi pelaksanaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa yang dimaksud dengan vulva hygiene?


Apa manfaat menjaga kebersihan vulva?
Kapan waktu perawatan vulva?
Apa indikasi dan kontra indikasi pada vulva hygiene?
Bagaimana prosedur pelaksanaan vulva hygiene?
Bagaimana dampak tidak melakukan vulva hygiene?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian vulva higiene.
2

2.
3.
4.
5.
6.

Untuk mengetahui manfaat menjaga kebersihan vulva.


Untuk mengetahui waktu peawatan.
Untuk mengetahui indikasi dan kontra indikasi vulva hygiene.
Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan vulva hygiene.
Untuk mengetahui dampak tidak melakukan vulva hygiene.

BAB II
PEMBAHASAN
3

2.1 Pengertian Vulva Hygiene


Hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti sehat.Vulva adalah organ
ekternal `genetinal wanita yang terdiri dari mons veneris, labia mayora, labia minora,
klitoris, dan vestibulum (introitus vagina, urethra, ductus bartolini, ductus scene kiri dan
kanan).
Tindakan yang paling sering dilakukan adalah menggunakan air hangat yang
dialirkan (dapat ditambah larutan anti septik) atas vulva setelah berkemih atau defikasi,
hindari penyemprotan langsung, ajarkan ibu untuk membersihkan sendiri. Pasien atau ibu
yang harus istirahat ditempat tidur (misalnya ibu postseksio sesaria) harus dibantu dalam
mandi setiap hari dan mencuci daerah perineum nya dua kali sehari dan setiap eliminasi.
Setelah ibu mampu sendiri biasanya daerah perineum dicuci sendiri. Penggantian
pembalut hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan perineum atau
setelah berkemih atau defikasi. Sebelum dan sesudah dan sesudah membersihkan
genitalia, ia harus mencuci tangan sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (episiotomi),
ia harus mencucinya dari arah depan ke belakang, dan mencuci daerah anusnya yang
terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya dua kali sehari (Cunninghann.F.Garry,
1995)
2.2 Manfaat Menjaga Kebersihan Vulva
1. Menjaga kebersihan perineum dan vulva.
2. Mencegah terjadinya infeksi pada vulva, perineum, maupun uterus.
3. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada perineum
4. Mencegah masuknya mikroorganisme pada urogenital tractus.
5. Memberikan rasa nyaman pada pasien
6. Mencegah munculnya keputihan, bau tidak sedap, gatal-gatal dan menjaga PH agar
tetap normal (Suwiyoga,2004)
2.3 Waktu Perawatan Vulva Hygiene
Menurut Freerer(2001), waktu perawatan perineum adalah
1. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pembalut setelah terbuka ada
kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairanyang tertampung pada pembalut,
untuk itu maka perlu dilakukan pergantian pembalut, demikian pula pada perineum
ibu, untuk itu perlu dilakukan pembersihan perineum.
2. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi kontraindikasi air seni
pada rektum, kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya
dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
3. Setelah buang air besar
4

Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar
anus,untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke perineum yang
letaknya bersebelahan, maka diperlukan proses pembersihan anus dan perineumsecara
keseluruhan.
2.4 Indikasi dan Kontra Indikasi
1. Indikasi:
a. Pasien Ppost Partum
b. Pasien Post Partum dengan Episiotomy
c. Dilakukan prosedur tersebut sehari minimal 2kali atausesudah BAB bila perlu
2. Kontra Indikasi:
Berikan perhatian pada wanita yang mengalami menstruasi.
2.5 Prosedure
Sebelum dilakukan vulva hygiene hendaknya perawat memberikan penjelasan terlebih
dahulu tentang hal yang akan dilakukan kepada klien:
Peralatan :
1. Lidi Watten
2. Hanschoen 1 pasang
3. Kassa Deppers
4. Kapas gulung kecil
5. Kom Steril berisi betadine
6. Larutan Nacl
7. Korentang
8. Botol Cebok berisi air hangat
9. Bengkok
10. Selimut mandi
11. Pembalut wanita
12. Celana dalam dan pakaian bersih
5

13. Pengalas
14. Tissue
15. Pispot
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama pasien
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan padaklien/keluarga
3. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan
Tahap Kerja
1. Memasang sampiran/menjaga privacy
2. Masang selimut mandi
3. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
4. Memasang alas dan perlak dibawah pantat
5. Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas bersamaan dengan pemasangan pispot,
sambil memperhatikan lochea. Celana dan pembalut dimasukkan dalam tas plastic
yang berbeda
6. Pasien disuruh BAK/BAB
7. Perawat memakai sarung tangan kiri
8. Mengguyur vulva dengan air matang yg merisi larutan desinfektan
9. Pispot diambil
10. Mendekatkan bengkok ke dekat pasien

11. Memakai sarung tangan kanan, kemudian mengambil kapas sublimat / basah.
Membuka vulva dengan ibu jari dan jari telunjuk kiri
12. Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri, labia mayora kanan, labia minora
kiri, labia minora kanan,vestibulum, perineum. Arah dari atas ke bawah dengan kapas
basah / sublimat (1 kapas, 1 kali usap). Cara mengusap dari atas ke bawah bila masih
kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang baru hingga bersih.
13. Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan, perhatikan apakah lepas/longgar,
bengkak/iritasi. Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
14. Menutup/mengompres luka dengan kassa yang telah diolesi salep/betadine
15. Memasang celana dalam dan pembalut
16. Mengambil alas, perlak dan bengkok
17. Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan memakaikan selimut pasien
Tahap Terminasi
1. Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
2. Berpamitan dengan pasien
3. Membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
Berdasarkan jurnal Efektifitas Air Rebusan Daun Sirih dalam Mempercepat
Penyembuhan Luka Perineum karya Ari Cristiana yang diakses pada tanggal 30 Mei
2014 bahwa air sirih dapat digunakan untuk mempercepat penyembuhan luka perineum
pada ibu nifas yang digunakan pada saat vulva hygiene. Daun sirih mengandung
kavinolyang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tradisional, diantaranya untuk
mematikan kuman, anti oksidasi, fungisida dan anti jamur. Metode penelitian terdiri dari
3 tahapan,tahap pertama adalah malakukan akstrasi daun sirih untuk mandapatkan
7

kavikol dengan teknik perebusan selama 10, 15 dan 20 menit dengan suhu 100C dan
melakukan uji kimia dengan karakteristis. Tahap kedua adalah implementasi pemanfaatan
ektrak kavikol untuk vulva hygiene pada ibu nifas terhadap kecepatan penyembuhan pada
luka perineum. Kesimpulan hasil penelitian adalah kadar kalivol tertinggi terdapat pada
air rebusan daun sirih

dengan

waktu20mmenit dan

dari hasil pengambilan data

sertaobseerfasi dari 19 responden yang didapatkan sampai dengan tanggal 9 november


didapatkan data bahwa luka jaitan perinium pada ibbu nifas sembuh dan mengering pada
hari ke 3 sampai 4 postpartum serta tidak ada tanda tanda infeksi, sedangkan dari
hasilwawancara dengan responden didapatkan informasi bahwa responden menyatakan
nyeri pada luka jahitan perinium juga cepat berkuran dan terasa llebih keset. Hasil yang
didapatkan dari hasil uji T dari penelitian ini adalah tingkat signifikan sebesar 0,000
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa air rebusan daun sirih efektif terhadap
penyembuhan luka perinium pada ibu nifas.
Cara ibu hamil melakukan vulva hygiene sendiri.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga kebersihan diri ibu hamil adalah
sebagai berikut :
1. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
2. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah sekitar vulva terlebih
dahulu, dari depan ke belakang, kemudian membersihkan daerah anus. Nasihati ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
3. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali
sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan di
bawah matahari dan disetrika.
4. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah
membersihkan daerah kelaminnya.
5. Jika ibu mempunyai luka episotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menentuh daerah tersebut.

Dampak Tidak Melakukan Vulva Hygine


1.
2.
3.
4.
5.
6.

Terjadi pada area vagina, contohnya infeksi jamur vagina.


Terjadi keputihan
Terjadi bau yang tidak sedap pada area vagina
Terjadi gatal-gatal.
Beresiko menimbulkan penyakit, seperti Toxso, Torch, dan Gonorhe
infeksi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemenuhan kebersihan diri dan lingkungan merupakan bagian dari kebutuhan
dasar manusia, termasuk pemenuhan kebutuhan kebersihan genetalia pada wanita (Vulva
Hygiene). Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan derah sekitarnya pada pasien
wanita yang sadang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri ini berarti bahwa setiap
manusia membutuhkan kenyamanan pada diri dan lingkungaan. Kebutuhan pemenuhan
kebersihan genetalia wanita (vulva Hygiene) sangat penting karena ini berdampak pada
proses penyembuhan, selain itu Vulva hygiene juga bertujuan untuk mencegah infeksi,
untuk penyembuhan luka jahitan perineum dan untuk kebersihan perineum.
Dampak yang akan terjadi jika tidak melakukan Vulva hygiene seperti,
1. Terjadi pada area vagina, contohnya infeksi jamur vagina, terjadi keputihan.
2. Terjadi bau yang tidak sedap pada area vagina.
3. Terjadi gatal-gatal.
4. Beresiko menimbulkan penyakit seperti Toxso, Torch, dan Gonorhe.
5. Infeksi.
Tepenuhinya kebutuhan kebersihan diri khususnya vulva hygiene dapat
membangkitkan motivasi klien untuk bekerjasama dalam program perawatan. Oleh
karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan
dan kolaborasikan dengan tim medis lainnya yang bersangkutan.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.academia.edu/10967682/VULVA_HYGIENE
Cunningham.F.Gary. 1995. Obsteri Williams. Jakarta:EGC
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27258/4/Chapter%20II.pdf
http://www.widyagamahusada.ac.id/learn_detail.php?id=96

10

Anda mungkin juga menyukai