Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional di bidang kesehatan sebagai bagian dari upaya
pembangunan manusia. Hal ini merupakan salah satu upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang dilaksanakan pemerintah bersama masyarakat melalui
titik kerja sama sektor maupun lintas program, dengan demikian akan mendorong
masyarakat dalam berperan serta secara aktif daalam pembangunan kesehatan.
Ada empat hal yang bersentuhan langsung untuk menilai keberhasilan di
bidang kesehatan yaitu mengurangi angka kematian anak, mengurangi gizi buruk,
meningkatkan kesehatan ibu dan, perlawanan terhadap HIV/ AIDS, malaria dan
penyakit lainnya. Pencapaian cakupan indikator tersebut mencerminkan
keberhasilan berbagai program diantaranya imunisasi, gizi, kesehatan ibu dan
anak, kesehatan lingkungan dan program lainnya yang didukung sarana dan
prasarana yang ada dan diharapkan.
Data dan informasi tentang pencapaian program-program kesehatan dan
situasi serta pengawasan dan pengendalian sebagai suatu siklus manajemen
kesehatan yang akan tetap diupayakan hingga tercapainya visi yaitu puskesmas
dengan pelayanan prima dan terintegrasi menuju masyarakat banawa selalu sehat.
Berbagai keberhasilan dan peningkatan derajar kesehatan pada tahun 2015
dirangkum dalam profil Kesehatan Puskesmas Lembasada tahun 2015.

Penyusun profil ini dilaksanakan sebagai salah satu manajemen Puskesmas


yang mencakup perencanaan, pelaksanaan program, pengawasan serta penilaian
atau evaluasi. Dalam kaitannya hal ini perlu diperhatikan bahwa salah satu sasaran
agenda meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai oleh
meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan
kematian ibu melahirkan di fasilitas kesehatan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan, status gizi masyarakat dan kesehatan lingkungan.
Puskesmas Lembasada sebagai salah satu fasilitas kesehatan primer
memiliki tanggung jawab ikut bertanggung jawab mencapai tujuan pembangunan
kesehatan. Total jumlah penduduk desa yang berada di bawah Puskesmas
Lembasada ada 24.627 jiwa yang tersebar di 19 desa. Hal ini tentu menjadi
tanggung jawab besar bagi Puskesmas Lembasada dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat mengingat Puskesmas Lembasada merupakan fasilitas
kesehatan tingkat pertama.
B. Rumusan Masalah
Pada laporan manajemen kali ini, adapun rumusan masalah pada kasus ini, antara
lain :
1. Apa saja item program lapangan untuk program posbindu PTM di
Puskesmas Lembasada ?
2. Apa saja komponen dalam program pos pembinaan terpadu PTM di
Puskesmas Lembasada?
3. Apa saja kendala yang dihadapi dalam menjalankan program pos
pembinaan terpadu untuk lansia di wilayah kerja Puskesmas Talise?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut UU no.4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Dalam definisi lainnya
disebutkan bahwa sesuatu yang harus diterima sebagai suatu realitas dan
fenomena biologi. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian.
B. Klasifikasi
Menurut WHO, lanjut usia (lansia) dibagi menjadi beberapa kelompok,
antara lain :
1.
2.
3.
4.

Usia pertengahan (Middle Age) adalah usia antara 49-59 tahun.


Usia lanjut (Elderly) adalah usia antara 60-74 tahun.
Usia Lanjut (Old) adalah usia antara 75-90 tahun
Usia sangat tua (very old) adalah usia 90 tahun ke aatas.

Lanjut usia menurut Jos Masdani merupakan kelanjutan dari usia dewasa dimana
kedewasaan ini dapat dibagi menjadi 4 bagian :
1. Fase luventus merupakan kelompok usia dewasa yang berada
antara usia 25-40 tahun
2. Fase Verilitia yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara usia
40-55 tahun.
3. Fase praesenium yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara
usia 55-65 tahun.
4. Fase Senium yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara 65
tahun hingga tutup usia.

C. Fisiologi Penuaan
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya penuaan,
antara lain :
1. Teori Biologi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang terprogram oleh molekul-molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. Teori Radikal Bebas
Adanya radikal bebas yang mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
organik yang menyebabkan sel-sel mengalami kegagalan untuk
beregenerasi.
3. Teori Autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan regulasi sistem imun. Sel normal yang telah menua
dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk
antibodi yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu timus juga
turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu
melawan organisme patogen yang masuk ke dalam tubuh. Teori
meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk
antibodi.
4. Teori Apoptosis
Teori ini disebut juga tori bunuh diri. Apabila lingkungan sel
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada
perkembangan persarafan dan juga diperlukan untuk merusak
sistem program proliferasi sel tumor. Pada teori ini lingkungan
yang berubah termasuk di dalamya oleh karena stress dan hormon

tubuh yang berkurang konsentrasinya akan memacu apoptosis


diberbagai organ tubuh.
D. Perubahan pada Lansia
Banyak kemampuan yang berkurang pada saat seseorang mengalami
pertambahan usia terutama pada lanjut usia. Dari ujung rambut hingga ujung kaki
mengalami perubahan dengan makin bertambahnya umur. Menurut Nugroho
(2000) perubahan yang terjadi pada lansia adalah sebagai berikut :
1. Perubahan fisik
Jumlahnya menjadi semakin sedikit, ukurannya jauh lebih besar,
berkurangnya cairan intraselular, menurunnya proporsia protein di otak,
otot, ginjal, dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme
perbaikan sel.
2. Sistem saraf
Respon akan menjadi lambat dan hubungan antara persarafan menurun,
berat otak akan menurun sebanyak 10-20%, mengecilnya saraf panca
indera sehingga mengakibatkan berkurangnya pendengaran, penglihatan,
penciuman, dan lain sebagainya.
E. Pengertian Posbindu PTM
Posbindu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan terhadap
Lansia di tingkat desa dalam masing-masing di wilayah kerja Puskesmas
( Departemen Kesehatan RI ,2005). Posbindu PTM merupakan peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor resiko
PTM Utama yang dilaksanakan secar terpadu, rutin dan periodik.
Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok, konsumsi
minuman dan beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas,

stress,

hipertensi,

hiperglikemia,

hiperkolesterol,

dan

lain

sebagainya.

Keterpaduan dalam Posbindu berupa keterpaduan pada pelayanan yang


dilatarbelakangi oleh kriteria Lansia yang memiliki berbagai macam penyakit.
Dasar

pembentukan

Posbindu

yaitu

untuk

meningkatkan

kesejahteraan

masyarakat terutama lansia. (Departemen Kesehatan RI ,2005).


Posbindu PTM juga merupakan wadah kegiatan berbasis masyarakat untuk
bersama-sama masyarakat menghimpun seluruh kekuatan dan kemampuan
masyarakat untuk melaksanakan, memberikan serta memperoleh informasi dan
pelayanan sesuai kebutuhan dalam upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat secara umum.
. Posyandu sebetulnya telah dimanfaatkan sebagai wadah atau tempat
Posbindu, selain juga dapat memanfaatkan lembaga yang sudah ada, seperti
posyandu Lansia, Pos UKK atau membentuk tempat dan lembaga khusus lainnya
sesuai kesepakatan masyarakat, karena Posbindu merupakan salah satu bentuk
UKBM (Unit Kegiatan Bina Masyarakat).
F. Tujuan dan Sasaran Posbindu PTM
Tujuan diadakannya Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pencegahan dan penemuan dini faktor resiko PTM. Sasaran
Posbindu merupakan kelompok masyarakat sehat, beresiko, dan penyandang
Penyakit Tidak Menular (PTM) atau orang dewasa yang berumur 15 tahun ke atas
G. Manfaat Posbindu PTM
Posbindu PTM ini merupakan bentuk pendekatan pelayanan proaktif bagi usia
lanjut untuk mendukung peningkatan kualitas hidup dan kemandirian usia lanjut,

yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan
rehabilitatif. Posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut :
a) Memberikan semangat hidup kepada usia lanjut
b) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut
c) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari
keluarga miskin atau tidak mampu
d) Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
H. Proses Pembentukan Posbindu PTM
Penyelenggaraan posbindu PTM dilakukan dengan beberapa langkah yakni
perrsiapan, pelatihan tenaga kesehatan posbindu PTM, dan pelaksanaan kegiatan
PTM. Persiapan yang perlu dilakukan ialah mengumpulkan data dan informasi
besaran masalah PTM, sarana-prasaran pendukung dan sumberdaya manusia.
Kemudian dilakukan identifikasi kelompok potensial baik ditingkat kabupaten/
kota maupun dilingkup Puskesmas. Setelah itu tindak lanjut yang dilakukan oleh
pengelola program di Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi
dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
Langkah kedua adalah pelatihan tenaga kesehatan PTM/Kader dengan tujuan
memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor risiko dampak dan pengendalian
PTM, memberikan pengetahuan tentang posbindu PTM. Adapun materi pelatihan
yakni tentang PTM dan faktor risiko, pelaksanaan posbindu PTM, teknik
pengukuran IMT, kadar alkohol, glukosa darah, kolesterol darah, pemeriksaan uji
fungsi paru sederhana, pemeriksaan klinis payudara dan IVA, pencatatan, rujukan
dan respon cepat sederhana.

Langkah terakhir setelah tenaga kesehatan/kader mendapatkan pelatihan yakni


melaporkan kepada pimpinan organisasi/ lembaga atau pimpinan wilayah,
mempersiapkan dan melengkapi sarana yang dibutuhkan, menyusun rencana
kerja, memberikan informasi kepada sasaran, melaksanakan wawancara,
pemeriksaan pencatatan dan rujukan bila diperlukan setiap bulan, melaksanakan
konseling, melaksanakan penyuluhan berkala, melaksanakan aktivitas fisik
berssama, membangun jejaring kerja, dan melakukan konsultasi dengan petugas
bila diperlukan.
I. Bentuk Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan di Posbindu PTM meliputi pemeriksaan kesehatan fisik
dan mental emosional. Kartu Menuju Sehat (KMS) Usia Lanjut sebagai alat
pencatat dan pemantau untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita
(deteksi dini) atau ancaman masalah

kesehatan yang dihadapi dan mencatat

perkembangannya dalam Buku Pedoman Pemeliharaan Kesehatan (BPPK) Usia


Lanjut atau catatan kondisi kesehatan

yang lazim digunakan di Puskesmas.

Berbagai bentuk pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan
untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM

b) Kegiatan penukuran berat bdan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaaiknya diselenggarakan
1 bulan sekali.
c) Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13
tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih.
d) Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 thun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali.
Untuk pemeriksaan gula darah dilakukan oleh tenaga kesehatan.
e) Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/ gangguan lemak dalam
darah minimal 3 bulan sekali.
f) Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana
lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas.

g) Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
h)

Kegiatan konseling dan penyuluhan harus dilakukan setiap pelaksanaan


posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena pemantauan faktor risiko
kurang bermanfaat bila masyarakat tidak tahu cara mengendalikannya

i) Kegiatan aktivitas fisik atau olahraga bersama sebaiknya tidak hanya


dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun dilakukan rutin
seminggu sekali.
j) Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya
dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon cepat
sederhana dalam penanganan pra rujukan.

J. Komponen Posbindu
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/ lembaga/
tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM yang dilatih secara
khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor PTM di
masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader posbindu PTM antara
lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan
dengan Posbindu PTM.
Adapun standar sarana Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

a) Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi badan,


timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan tensi meter serta
buku pintar kader tentang cara pengukuraan lingkar perut, dan lain-lain.
b) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah, alat ukur
kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar pernapasan alkohol,
tes amfetamin urin kit, dn IVA kit.
c) Untuk kegiatan deteksi dinni kanker leher rahin dibutuhkan ruangan
khusus dan hanya dapat dilakukan oleh dokter atau Bidan yang terlatih.
d) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu PTM
diperlukan kartu menuju sehat Faktor isiko penyakit tidak menular (KMS
FR-PTM) dan buku pencatatan.
e) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan media KIE
(Komunikasi, Informasi, dan Edukasi) yang memadai, seperti serial buku
pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur, model makanan (food model dan
lainnya.

K. Indikator Keberhasilan Posbindu


Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui kegiatan
pelayanan kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data pencatatan
dan pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian, dengan menggunakan patokan
yaitu :
a) Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang
berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut
b) Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat

c) Meningkatnya

jangkauan

pelayanan

kesehatan

usia

lanjut

yang

dilaksanakan oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda


d) Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan
jangkauan pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.

BAB III
PEMBAHASAN
A. Wilayah Kerja Puskesmas Lembasada
UPT Puskesmas Lembasada terletak di desa Lembasada, Kecamatan
Banawa Selatan Kab. Donggala, dengan wilayah kerja seluas 430,7 km2 meliputi
seluruh wilayah kec. Banawa Selatan, UPT Puskesmas Lembasada berjarak
sekitar 25 km dari ibukota Kabupaten Donggala dan sekitar 15 km dari ibukota
Kecamatan Banawa Selatan (desa Watatu).
Secara administrasi, Kecamatan Banawa Selatan berbatasan dengan :
1) Kecamatan Banawa Tengah di sebelah utara

2) Kecamatan Penembani dan Kecamatan Marawola Barat ( KAb. Sigi )


disebelah Timur
3) Kecamatan Penembani dan Propinsi Sulawesi Barat di sebelah selatan
4) Selat Makassar di sebelah Barat Kecamatan Banawa Selatan berada pada
posisi 045'53LS - 11932'30BT - 11946'36 BT. Kecamatan Banawa
Selatan terdiri atas 19 desa dengan jumlah penduduk 24627 jiwa
berdasarkan data dasar puskesmas.
B. Program Posbindu Puskesmas Lembasada
Proses Pembentukan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lembasada
merupakan Posbindu PTM. Bentuk pelayanan kesehatan di Posbindu
Puskesmas Lembasada hanya meliputi :
1. pemeriksaan kesehatan fisik.
2. Penilaian aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily living) hanya
dilakukan sebatas memberikan edukasi kepada pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan fisik.
3. Pemeriksaan status gizi serta pengukuran tanda-tanda vital dilakukan oleh
tenaga perawat sebelum dilakukannya pemeriksaan fisik oleh seorang
dokter.
4. Pemeriksaan status mental serta pemeriksaan laboratorium tidak
dilakukan. Kartu Menuju Sehat Usia lanjut (KMS Usila) sudah berjalan
dengan baik.
5. Kunjungan rumah dilakukan oleh kader disertai petugas bagi anggota
kelompok usia lanjut yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan
kesehatan masyarakat (public health nursing) yang dirangkaikan dengan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT), serta penyuluhan contoh menu
makanan dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi usia lanjut serta
menggunakan bahan makanan yang berasal dari daerah tersebut.

6. Sementara kegiatan olahraga seperti senam Prolanis hanya dapat dilakukan


hampir setiap bulan pada bulan hari Jumat dengan instruktur senam.
C. Komponen dan Fasilitas Kegiatan Posbindu Puskesmas Lembasada
Adapun komponen kegiatan Posbindu PTM Puskesmas Lembasada, antara
lain :
Kepemimpinan
Untuk pelaksanaanya Posbindu Puskesmas Lembasada dipegang secara
langsung oleh pemegang program kegiatan tersebut yang merupakan
sebagai seorang Bidan.
Pengorganisasian
Struktur organisasi Posbindu Puskesmas Lembasada terdiri dari Ketua,
Sekretaris yang juga merangkap langsung sebagai Bendahara dan beberapa
kader.
Anggota Kelompok
Jumlah anggota kelompok Posbindu Puskesmas Lembasada kurang dari 10
orang ini dikarenakan jumlah lansia di wilayah kerja Puskesmas
Lembasada tidaklah terlalu banyak yakni 137 jiwa 4 desa yang memiliki
Posbindu. Dengan jumlah kader masing-masing 5 orang untuk tiap desa.
Pendanaan
Sumber pendanaan berasal dari dana operasional BPJS kesehatan.
Masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang dalam pelaksanaan Posbindu
masih menjadi kendala sampai saat ini. Untuk kelancaran pelaksanaan Posbindu,
dibutuhkan sarana dan prasarana penunjang antara lain:

Tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka)


Meja dan kursi
Alat tulis
Buku pencatatan kegiatan (buku register buntu)

Kit usia lanjut yang berisi: Timbangan dewasa, meteran pengukur


tinggi badan, stetoskop, tensimeter, peralatan laboratorium
sederhana termometer.
Kartu Menuju Sehat (KMS) usia lanjut
D. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan kesehatan yang prima terhadap usia lanjut
di kelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan yang sebaiknya digunakan sistem
3 tahapan/3 meja sebagai berikut:
1.
2.

Tahap pertama : Pendaftaran, dilakukan sebelum pelaksanaan pelayanan


Tahap kedua : Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila,

3.

serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan


Tahap ketiga: Pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan kesehatan
Indikator keberhasilan dalam upaya pembinaan Lansia melalui

kegiatan pelayanan kesehatan di Posbindu dilakukan dengan menggunakan data


pencatatan

dan pelaporan,

pengamatan

khusus

dan

penelitian,

dengan

menggunakan patokan yaitu :


1. Meningkatnya jumlah organisasi masyarakat kelompok usia lanjut yang
berperan serta secara aktif dalam pelayanan kesehatan usia lanjut
2. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut yang
dilaksanakan oleh 50% puskesmas dan menjangkau 100% panti werda
4. Menurunnya angka kesakitan akibat penyakit degeneratif, dengan
jangkauan pelayanan yang mencakup 40% usia lanjut.
E. Kendala Posbindu Puskesmas Lembasada
Adapun kendala pelaksanaan posbindu di wilayah kerja Puskesmas
Lembasada :

1. Tidak semua desa yang berada di wilayah kerja Puskesmas Lembasada


memiliki Posbindu. Hanya terdapat empat desa yang memiiki Posbindu,
yaitu desa Tolongano, desa Lumbutarombo, desa Bambarimi dan desa
Watatu.
2. Kurangnya bantuan dana dari pemerintah dalam melengkapi saran dan
prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan Posbindu PTM
seperti pemeriksaan kadar gula darah, kolesterol dan amfetamin urin.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang memeriksakan
kesehatannya di Posbindu karena masyarakat lebih mementingkan bekerja.
4. Tidak adanya honor yang dianggarkan oleh pusat bagi kader sehingga
menurunkan keaktifan kader dalam membantu kegiatan Posbindu PTM

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

a) Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) adalah


peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
pemantauan faktor resiko PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu,
rutin dan periodik.
b) Penyelenggaraan Posbindu PTM dilakukan dengan beberapa langkah
yakni persiapan, pelatihan tenaga kesehatan posbindu PTM, dan
pelaksanaan kegiatan PTM.
c) Pelayanan kesehatan di Posbindu PTM meliputi pemeriksaan kesehatan
fisik dan mental emosional.
B. Saran
a) Perlu adanya pengembangan posbindu di beberapa desa wilayah kerja
puskesmas Lembasada sehingga setiap desa bisa merasakan manfaatnya
b) Perlu adanya perhatian dan bantuan dari pemerintah untuk pengadaan alatalat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan penunjang dalam kegiatan
psobindu PTM.

DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti, dkk. 2016. Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi.
Bagian Epidemiologi FKM Univ.Jember. Jember.
2. Rahayujati. 2015. Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Prioritas. Dinkes Kab. Kulon Progo.
3. Primadi, dkk. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
4. Rahajeng, dkk. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
5. Puskesmas Lembasada. 2015. Profil Puskesmas Lembasada 2015.
Lembasada.

Anda mungkin juga menyukai