PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pembangunan nasional di bidang kesehatan sebagai bagian dari upaya
pembangunan manusia. Hal ini merupakan salah satu upaya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang dilaksanakan pemerintah bersama masyarakat melalui
titik kerja sama sektor maupun lintas program, dengan demikian akan mendorong
masyarakat dalam berperan serta secara aktif daalam pembangunan kesehatan.
Ada empat hal yang bersentuhan langsung untuk menilai keberhasilan di
bidang kesehatan yaitu mengurangi angka kematian anak, mengurangi gizi buruk,
meningkatkan kesehatan ibu dan, perlawanan terhadap HIV/ AIDS, malaria dan
penyakit lainnya. Pencapaian cakupan indikator tersebut mencerminkan
keberhasilan berbagai program diantaranya imunisasi, gizi, kesehatan ibu dan
anak, kesehatan lingkungan dan program lainnya yang didukung sarana dan
prasarana yang ada dan diharapkan.
Data dan informasi tentang pencapaian program-program kesehatan dan
situasi serta pengawasan dan pengendalian sebagai suatu siklus manajemen
kesehatan yang akan tetap diupayakan hingga tercapainya visi yaitu puskesmas
dengan pelayanan prima dan terintegrasi menuju masyarakat banawa selalu sehat.
Berbagai keberhasilan dan peningkatan derajar kesehatan pada tahun 2015
dirangkum dalam profil Kesehatan Puskesmas Lembasada tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Menurut UU no.4 tahun 1945 Lansia adalah seseorang yang mencapai
umur 55 tahun, tidak berdaya dalam mencari nafkah sendiri untuk keperluan
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Dalam definisi lainnya
disebutkan bahwa sesuatu yang harus diterima sebagai suatu realitas dan
fenomena biologi. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses penuaan yang
berakhir dengan kematian.
B. Klasifikasi
Menurut WHO, lanjut usia (lansia) dibagi menjadi beberapa kelompok,
antara lain :
1.
2.
3.
4.
Lanjut usia menurut Jos Masdani merupakan kelanjutan dari usia dewasa dimana
kedewasaan ini dapat dibagi menjadi 4 bagian :
1. Fase luventus merupakan kelompok usia dewasa yang berada
antara usia 25-40 tahun
2. Fase Verilitia yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara usia
40-55 tahun.
3. Fase praesenium yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara
usia 55-65 tahun.
4. Fase Senium yaitu kelompok usia dewasa yang berada antara 65
tahun hingga tutup usia.
C. Fisiologi Penuaan
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan proses terjadinya penuaan,
antara lain :
1. Teori Biologi
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang terprogram oleh molekul-molekul atau
DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi.
2. Teori Radikal Bebas
Adanya radikal bebas yang mengakibatkan oksidasi-oksidasi bahan
organik yang menyebabkan sel-sel mengalami kegagalan untuk
beregenerasi.
3. Teori Autoimun
Penurunan sistem limfosit T dan B mengakibatkan gangguan pada
keseimbangan regulasi sistem imun. Sel normal yang telah menua
dianggap benda asing, sehingga sistem bereaksi untuk membentuk
antibodi yang menghancurkan sel tersebut. Selain itu timus juga
turut sistem imunitas tubuh, akibatnya tubuh tidak mampu
melawan organisme patogen yang masuk ke dalam tubuh. Teori
meyakini menua terjadi berhubungan dengan peningkatan produk
antibodi.
4. Teori Apoptosis
Teori ini disebut juga tori bunuh diri. Apabila lingkungan sel
berubah, secara fisiologis program bunuh diri ini diperlukan pada
perkembangan persarafan dan juga diperlukan untuk merusak
sistem program proliferasi sel tumor. Pada teori ini lingkungan
yang berubah termasuk di dalamya oleh karena stress dan hormon
stress,
hipertensi,
hiperglikemia,
hiperkolesterol,
dan
lain
sebagainya.
pembentukan
Posbindu
yaitu
untuk
meningkatkan
kesejahteraan
yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, di samping aspek kuratif dan
rehabilitatif. Posbindu mempunyai manfaat sebagai berikut :
a) Memberikan semangat hidup kepada usia lanjut
b) Memberikan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut
c) Memberikan keringanan biaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut dari
keluarga miskin atau tidak mampu
d) Memberikan dukungan atau bimbingan pada usia lanjut dalam memelihara
dan meningkatkan kesehatannya agar tetap sehat dan mandiri
H. Proses Pembentukan Posbindu PTM
Penyelenggaraan posbindu PTM dilakukan dengan beberapa langkah yakni
perrsiapan, pelatihan tenaga kesehatan posbindu PTM, dan pelaksanaan kegiatan
PTM. Persiapan yang perlu dilakukan ialah mengumpulkan data dan informasi
besaran masalah PTM, sarana-prasaran pendukung dan sumberdaya manusia.
Kemudian dilakukan identifikasi kelompok potensial baik ditingkat kabupaten/
kota maupun dilingkup Puskesmas. Setelah itu tindak lanjut yang dilakukan oleh
pengelola program di Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi
dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan Posbindu PTM.
Langkah kedua adalah pelatihan tenaga kesehatan PTM/Kader dengan tujuan
memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor risiko dampak dan pengendalian
PTM, memberikan pengetahuan tentang posbindu PTM. Adapun materi pelatihan
yakni tentang PTM dan faktor risiko, pelaksanaan posbindu PTM, teknik
pengukuran IMT, kadar alkohol, glukosa darah, kolesterol darah, pemeriksaan uji
fungsi paru sederhana, pemeriksaan klinis payudara dan IVA, pencatatan, rujukan
dan respon cepat sederhana.
Berbagai bentuk pelayanan kesehatan yang dapat diberikan kepada usia lanjut
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Kegiatan penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara sederhana
tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta, aktivitas fisik,
merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi terjadinya cedera dan
kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi lainnya yang dibutuhkan
untuk identifikasi masalah kesehatan berkaitan dengan terjadinya PTM
b) Kegiatan penukuran berat bdan, tinggi badan, indeks massa tubuh, lingkar
perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah sebaaiknya diselenggarakan
1 bulan sekali.
c) Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun
sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan sekali dan
penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan
Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia 13
tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang terlatih.
d) Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit
diselenggarakan 3 thun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM atau penyandang diabetes mellitus paling sedikit 1 tahun sekali.
Untuk pemeriksaan gula darah dilakukan oleh tenaga kesehatan.
e) Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu sehat
disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko
PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/ gangguan lemak dalam
darah minimal 3 bulan sekali.
f) Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) dilakukan
sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil IVA
positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana
lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di Puskesmas.
g) Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfemin urin bagi
kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
h)
J. Komponen Posbindu
Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang telah
ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/organisasi/ lembaga/
tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan posbindu PTM yang dilatih secara
khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor PTM di
masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader posbindu PTM antara
lain berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan
dengan Posbindu PTM.
Adapun standar sarana Posbindu PTM adalah sebagai berikut :
c) Meningkatnya
jangkauan
pelayanan
kesehatan
usia
lanjut
yang
BAB III
PEMBAHASAN
A. Wilayah Kerja Puskesmas Lembasada
UPT Puskesmas Lembasada terletak di desa Lembasada, Kecamatan
Banawa Selatan Kab. Donggala, dengan wilayah kerja seluas 430,7 km2 meliputi
seluruh wilayah kec. Banawa Selatan, UPT Puskesmas Lembasada berjarak
sekitar 25 km dari ibukota Kabupaten Donggala dan sekitar 15 km dari ibukota
Kecamatan Banawa Selatan (desa Watatu).
Secara administrasi, Kecamatan Banawa Selatan berbatasan dengan :
1) Kecamatan Banawa Tengah di sebelah utara
3.
dan pelaporan,
pengamatan
khusus
dan
penelitian,
dengan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
1. Astuti, dkk. 2016. Gambaran Proses Kegiatan Pos Pembinaan Terpadu
Penyakit Tidak Menular di Puskesmas Sempu Kabupaten Banyuwangi.
Bagian Epidemiologi FKM Univ.Jember. Jember.
2. Rahayujati. 2015. Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular
Prioritas. Dinkes Kab. Kulon Progo.
3. Primadi, dkk. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
4. Rahajeng, dkk. 2012. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM). Kementerian Kesehatan RI. Jakarta.
5. Puskesmas Lembasada. 2015. Profil Puskesmas Lembasada 2015.
Lembasada.