Pendahuluan
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menjumpai orang yang mengalami stres.
Stres tersebut tidak hanya dalam kehidupan sosial-ekonominya saja tetapi juga dalam
bekerja. Pekerjaan yang terlalu sulit serta keadaan sekitar yang penat juga akan dapat
menyebabkan stres dalam bekerja.
Banyak orang yang tidak menyadari gejala timbulnya stres tersebut dalam
kehidupannya padahal apabila kita mengetahui lebih awal mengenai gejala stres
tersebut kita dapat mencegahnya. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan maksud
agar terjaminnya keamanan dan kenyamanaan dalam bekerja. Apabila seseorang yang
mengalami stres melakukan pekerjaan itu malah akan mengganggu kestabilan dalam
bekerja.
Untuk menjaga kestabilan kerja tersebut psikologi seseorang juga harus stabil
agar terjadi sinkronisasi yang harmonis antara faktor kejiwaan serta kondisi yang
terjadi. Jadi kita harus benar-benar memperhatikan secara lebih baik lingkungan yang
dapat mempengaruhi psikologi (kejiwaan) seseorang sehingga stres dapat dicegah.
1
Pengertian Stres
Menurut Spielberg C.D. menyebutkan bahwa stres adalah tuntutan-tuntutan eksternal
yang mengenai seseorang, misalnya obyek-obyek dalam
stimulus yang secara obyektif adalah berbahaya. Stres juga biasa diartikan sebagai
tekanan, ketegangan atau gangguan yang tidak menyenangkan yang berasal dari luar
diri seseorang.1
Istilah stres ditemukan oleh Hans Selye yang mendefinisikan stres sebagai respon
yang tidak spesifik dari tubuh pada tiap tuntutan yang dikenakan padanya. Dengan
kata lain istilah stres dapat digunaan untuk menunjukkan suatu perubahan fisik yang
luas yang dipicu oleh berbagai faktor psikologis atau faktor fisik atau kombinasi
kedua faktor tersebut.2
Karena banyaknya definisi mengenai stres, maka Sarafino (1994) mencoba
mengkonseptualisasikan ke dalam tiga pendekatan, yaitu :3
1. Stimulus
Keadaan atau situasi dan peristiwa yang dirasakan mengancam atau membahayakan
yang menghasilkan perasaan tegang disebut sebagai stressor. Beberapa ahli yang
menganut pendekatan ini mengkategorikan stresor menjadi tiga :
a. Peristiwa katastropik, misalnya angin tornado atau gempa bumi.
b. Peristiwa hidup yang penting, misalnya kehilangan pekerjaan atau orang yang
dicintai.
c. Keadaan kronis, misalnya hidup dalam kondisi sesak atau bising.
2. Respon
Respon adalah reaksi seseorang terhadap stresor. Untuk itu dapat diketahui dari dua
komponen yang saling berhubungan, yaitu komponen psikologis dan komponen
fisiologis.
a. Komponen psikologis, seperti perilaku, pola pikir dan emosi
b. Komponen fisiologis, seperti detak jantung, mulut yang mengering (sariawan),
keringat dan sakit perut.
Kedua respon tersebut disebut dengan strain atau ketegangan.
3. Proses
Stres sebagai suatu proses terdiri dari stesor dan strain ditambah dengan satu dimensi
penting yaitu hubungan antara manusia dengan lingkungan. Proses ini melibatkan
interaksi dan penyesuaian diri yang kontinyu, yang disebut juga dengan istilah
transaksi antar manusia dengan lingkungan, yang didalamnya termasuk perasaan yang
dialami dan bagaimana orang lain merasakannya.
Hubungan Pajanan dan Penyakit
Stress dan Penyakit
Sumber psikologis dari stress tidak hanya menurunkan kemampuan kita untuk
menyesuaikan diri, tetapi secara tajam juga mempengaruhi kesehatan. Stress
meningkatkan resiko terkena berbagai jenis penyakit fisik.
Beberapa kelenjar endokrin terlibat dalam menampilkan respon tubuh terhadap stress.
Pertama, hipotalamus, suatu struktur kecil di otak, melepas suatu hormon yang
menstimulasi kelenjar pituitari di dekatnya untuk menghasilkan adrenocorticotrophic
hormone (ACTH). ACTH, selanjutnya, menstimulasi kelenjar adrenal yang berlokasi
di atas ginjal. Di bawah pengaruh ACTH, lapisan terluar kelenjar adrenal yang disebut
korteks adrenal, melepas sekelompok steroid. Kortikol steroid ini merupakan hormon
yang mempunyai sejumlah fungsi yang beda dalam tubuh, seperti mendorong stress,
membantu perkembangan otot dan menyebabkan hati mengeluarkan gula, yang
merupakan tenaga dalam menghadapi stressor yang mengancam. Selain itu juga
membantu tubuh mempertahankan diri dari reaksi alergi dan peradangan. Cabang
simpatis dari susunan saraf otonom menstimulasi lapisan dalam dari kelenjar adrenal,
yang disebut medula adrenalis, untuk melepas zat kimia yang disebut adrenalin dan
non adrenalin. Zat ini berfungsi sebagai hormon setelah terlepas di dalam aliran darah.
Non adrenalin juga diproduksi di sistem saraf dan berfungsi sebagai suatu
neurotransmitter. Gabungan adrenalin dan non adrenalin menggerakkan tubuh
menghadapi stressor dengan meningkatkan kerja jantung dan menstimulasi hati untuk
melepaskan persediaan gula, menjadi tenaga. Hormon stress yang diproduksi oleh
kelenjar adrenal membantu tubuh menyiapkan diri mengatasi stressor. Jika stressor
terlewati, tubuh kembali normal. Namunsaat stress yang kronis terjadi, tubuh terus
memompa keluar hormone dan dapat menyebabkan kerusakan pada seluruh tubuh,
termasuk menekan kemampuan dari sistem kekebalan tubuh yang melindungi kita
dari berbagai infeksi dan penyakit.4
Stress dan Sistem Kekebalan
Sistem kekebalan adalah sistem pertahanan tubuh melawan penyakit. Pasukan sistem
kekebalan tubuh sendiri adalah sel darah putih atau leukosit, leukosit ini secara
sistematis membunuh pathogen (bakteri yang merugikan). Leukosit mengenali
pathogen yang menyerang ini dari lapisan permukaan mereka yang disebut antigen.
Beberapa leukosit memproduksi antibodi, protein khusus yang melekat pada sel-sel
yang dianggap asing, menonaktifkan sel-sel tersebut, memberi tanda bagian mana
yang harus dihancurkan.
Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa stress membuat kita rentan terhadap
penyakit karena melemahnya sistem kekebalan tubuh.4
Stres dan Perubahan Hidup
Perubahan hidup menjadi sumber stress bila perubahan hidup tersebut menuntut kita
untuk menyesuaikan diri. Perubahan ini dapat berupa peristiwa menyenangkan dan
menyedihkan. Para peneliti melaporkan adanya hubungan antara pemaparan terhadap
stressor hidup, termasuk perubahan hidup dan masalah sehari-hari, resiko
berkembangnya masalah kesehatan fisik, bahkan resiko terluka karena olahraga. Kita
harus hati-hati dalam menginterpretasikan hasil temuan ini. Hubungan yang
ditemukan ini sifatnya korelasional, dan bukan eksperimental.4
Perilaku
Stresor
Jenjang Individual
Hasil
Kepuasan
Kinerja
Kemangkiran
Konflik peran
Perputaran
Kemenduaan peran
Kecelakaan
Tanggung jawab
Penyalahgunaan obat
Jenjang kelompok
Perilaku manajerial
Kurangnya kohesivitas
Kognitif
Konflik antar
kelompok
STRES
Pengambilan keputusan
jelek
Konsentrasi berkurang
Menjadi pelupa
Jenjang
Organisasional
Fisiologis
Tekanan darah meningkat
Iklim
Kolesterol tinggi
Teknologi
Gaya manajemen
EkstraOrganisasional
Perbedaan
Individual
Sakit jantung
Keluarga, ekonomi
Kurangnya mobilitas
Kualitas kehidupan
Gambar: Model Stres Pekerja
1. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan
kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan
sebagainya.
2. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada
fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti
respon seseorang terhadap penyakit atau kematian.
3. Daily hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari
yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti
kesesakan atau kebisingan karena polusi.
Sumber-sumber stress di dalam diri seseorang (individu)
Sumber stress itu ada di dalam diri seseorang salah satunya melalui kesakitan.
Tingkatan stres yang muncul tergantung pada keadaan rasa sakit dan umur individu.
Stres juga akan muncul dalam seseorang melalui penilaian dari kekuatan motivasional
yang melawan, bila seseorang mengalami konflik.
Menurut Kurt Lewin, kekuatan motivasional yang melawan menyebabkan dua
kecenderungan yang melawan : pendekatan dan penghindaran. Kecenderungan
tersebut menggolongkan tiga jenis pokok dari konflik :
a. Konflik pendekatan-pendekatan
b. Konflik penghindaran-penghindaran
c. Konflik pendekatan-penghindaran
Sumber Stres di dalam Keluarga
Stres dapat bersumber dari interaksi para anggota keluarga, seperti perselisihan dalam
masalah keuangan, perasaan saling acuh tak acuh, tujuan-tujuan yang saling berbeda
dan lain-lain. Para orang tua yang kehilangan anak-anaknya atau pasangannya karena
kematian akan merasa kehilangan arti. Perasaan kehilangan ini akan semakin terasa
terutama pada masa dewasa awal dan dapat menimbulkan stres.
Sumber-sumber stres di dalam komunitas dan lingkungan
Interaksi subyek di luar lingkungan keluarga melengkapi sumber-sumber stres,
contohnya : pengalaman stres anak-anak di sekolah dan di beberapa kejadian
kompetitif, seperti olah raga. Sedangkan beberapa pengalaman stres orang tua
bersumber dari pekerjaannya, dan lingkungan stresful sifatnya.
Pekerjaan dan Stress
Hampir semua orang di dalam kehidupan mereka mengalami stres sehubungan
dengan pekerjaan. Tak jarang situasi stresful ini kecil dan tak beerarti tapi bagi banyak
ornag situasi stres itu begitu sangat terasa dan berkelanjutan dalam waktu lama.
Tuntutan kerja dapat menimbulkan stres dalam dua cara. Pertama, pekerjaan itu
mungkin terlalu banyak. Orang yang bekerja terlalu keras dan lembur karena
keharusan mengerjakan tugas itu. Keharusan itu dapat berupa alasan keuangan atau
alasan lain. Kedua, jenis pekerjaan itu sendiri sudah lebih stresful daripada jenis
lainnya. Pekerjaan itu misalnya, jenis pekerjaan yang memberikan penilaian atas
penampilan kerja bawahannya.
Menurut Sarafino, stres kerja dapat disebabkan karena empat faktor. Yang pertama
lingkungan fisik yang terlalu menekan, yang kedua kurangnya kontrol yang dirasakan,
yang ketiga kurangnya hubungan interpersonal, yang keempat kurangnya pegakuan
terhadap kemampuan kerja.3,
Manifestasi Klinis6
Terry Beehr dan John Newman (dalam Rice, 1999) mengkaji ulang beberapa kasus
stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu:
1) Gejala psikologis
Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian
mengenai stres pekerjaan :
Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung
Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)
Sensitif dan hyperreactivity
Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi
Komunikasi yang tidak efektif
Perasaan terkucil dan terasing
Kebosanan dan ketidakpuasan kerja
Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi
7
3) Gejala perilaku
Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah:
Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan
Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas
Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan
Perilaku sabotase dalam pekerjaan
Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke
obesitas
Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan
kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tandatanda depresi
Semua yang disebutkan di atas perlu dilihat dalam hubungannya dengan kualitas kerja
dan interaksi normal individu sebelumnya.
Gejala fisiologis dan gangguan fisik :8
Faktor-faktor Psikologis dan Gangguan-gangguan Fisik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa faktor- faktor psikologis dapat mempengaruhi
fungsi fisik; faktor faktor fisik juga dapat memepengaruhi fungsi mental.
Saat ini, banyak bukti menunjukkan bahwa pentingnya peranan faktor psikologis
dalam berbagai gangguan fisik yang lebih luas daripada beberapa gangguan fisik yang
disebut sebagai gangguan psikosomatis tradisional.
a. Sakit kepala
Sakit kepala merupakan simtom dari banyak gangguan medis. Apabila sakit
kepala ini terjadi tidak bersamaan dengan gejala-gejala yang lain, maka sakit kepala
ini dapat dikelompokkan sebagai gangguan fisik yang berhubungan dengan stress.
Sampai sejauh ini, sakit kepala yang paling sering muncul adalah sakit kepala karena
tegang. Stress dapat menyebabkan kontraksi yang kuat terhadap kulit kepala, muka,
leher, dan bahu sehingga muncul sakit kepala yang periodik dan kronis. Sakit kepala
seperti itu secara berangsur-angsur berkembang dan biasanya ditandai dengan rasa
sakit yang terus menerus dikedua sisi kepala disertai dengan tekanan yang
menghimpit. Kebanyakan sakit kepala yang lain, termasuk sakit kepala sebelah
(migrain) yang parah, diyakini melibatkan perubahan aliran darah ke kepala. Biasanya
migrain berlangsung selama beberapa jam atau beberapa hari. Sakit ini dapat muncul
setiap hari atau sering kali setiap bulannya. Sakit ini ditandai dengan rasa yang
menusuk disebelah sisi kepala atau dibelakang mata.
Serangan migrain berlangsung selama 4-72 jam. Ada dua tipe utama migrain,
yaitu: Migrain tanpa aura, dan migrain dengan aura. Aura adalah sekelompok tanda
peringatan sebelum terjadinya serangan.
Perspektif teoretis
Mengapa beberapa orang mengalami stress, menderita gangguan sakit kepala? Sebab
yang mendasari sakit kepala migren tidak dengan jelas dimengerti. Para peneliti
mengira sebabnya adalah karena adanya ketidakstabilan serotonin kimiawi otak.
Turunnya tingkat serotonin menyebabkan pembuluh darah di otak mengalami
kontraksi atau menyempit dan kemudian mengembang. Peregangan ini menstimulasi
ujung-ujung syaraf yang menyebabkan timbulnya rasa yang menusuk yang
diasosiasikan dengan migrain.
Banyak faktor dapat menjadi pemicu munculnya serangan migrain, hal ini termasuk
stress; stimuli seperti sinar terang, perubahan dalam tekanan udara; serbuk; obat
tertentu; MSG (monosodium glutamat) kimiawi, yang sering dipakai sebagai bumbu
penyedap makanan; anggur merah; dan bahkan kelaparan (Martin, dan Seneviratne,
1997).8
Penanganan
Adanya penghilang rasa sakit seperti aspirin, ibuprofen, dan acetaminophen, dapat
mengurangi atau menghilangkan rasa sakit yang berhubungan dengan sakit kepala
karena tegang. Penanganan psikologis dalam banyak kasus dapat pula membantu
mengurangi sakit kepala karena tegang atau migrain. Penanganan ini termasuk
pelatihan biofeedback, relaksasi, pelatihan keterampilan coping, dan beberapa terapi
kognitif. Pelatih biofeedback membantu individu memperoleh kendali terhadap
berbagai fungsi tubuhnya, seperti ketengangan otot, dan gelombang otak, dengan
memberikan informasi (feedback) tentang fungsi-fungsi tubuh ini dalam bentuk tanda
auditori/suara atau gambaran visual. Individu belajar mengubah tanda kearah yang
10
11
2. Pendekatan Organisasional
Beberapa penyebab stres adalah tuntutan dari tugas dan peran serta struktur
organisasi yang scmuanya dikendalikan oleh manajemen, schingga faktor-faktor itu
dapat diubah. Oleh karena itu strategi-strategi yang mungkin digunakan oleh
manajemen untuk mengurangi stres karyawannya adalah melalui seleksi dan
penempatan,
penetapan
tujuan,
redesain
pekerjaan,
pengambilan
keputusan
12
Kesimpulan
Bahwa stress yang dialami oleh seseorang di picu oleh faktor lingkungan
(ekonomi ,politik dan teknologi ) ,faktor organisasi (role demand, interpersonal
demands, dan organizational leadership) ,serta faktor pribadi (yang berasal dari dalam
keluarga) dapat mengakibatkan gangguan psikologis,fisiologis dan perilaku seseorang
dalam suatu organisasi dan lingkungan. Stres tidak dengan sendirinya harus buruk.
Walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga mempunyai nilai
positif. Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang
potensial .
Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan mengelola stres kerja
(pendekatan individual dan organisasional) dan memiliki semangat kerja dan moril
yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Biasanya karyawan yang puas dengan apa yang
diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia
akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Dengan tercapainya kepuasan kerja
karyawan dan terhindarnya stres kerja maka produktivitas pun akan meningkat.
Oleh karena itu kepuasan kerja mempunyai arti penting baik bagi karyawan
maupun perusahaan, terutama karena menciptakan keadaan positif di dalam
lingkungan kerja perusahaan.
Daftar Pustaka
1. Spielberg C.D. Test Anxiety : Theory, Assessment and Treatment. Washington D.C;
USA; 1995; page 15
13
2. Selye H. Stress Without Distress : How to Survive in a Stressful Society. Hodder and
Stoughton, 1977; page 20
3. Prof Dr.Gunarsa S.D. Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi
Anak. 2004 ; page 242
4. Prof. Dr. Wibowo, SE., M.Phil. Manajemen Kinerja, Jakarta, 2007
5. Prabowo, Hendro. 1998. Arsitektur, Psikologi dan Masyarakat. Depok :
Universitas Gunadarma.
6. Widyasari
P.
Spsi.
Stres
Kerja
diunduh
dari:
14