memperlihatkan
adanya
kelurusan
perbukitan namun di sebagian aliran
sungai utamanya dijumpai kelokan dan
cabang anak sungai yang sejajar dengan
jalur sesar tersebut, seperti yang dijumpai
di Sungai Cileungsi, Sungai Cipamingkis
dan Sungai Cibeet. Berdasarkan pada
nama salah satu sungai yang disesarkannya
maka
dinamakan
sebagai
Sesar
Cipamingkis.
Dari
hasil
analisis
disimpulkan bahwa Sesar Cipamingkis
adalah sesar naik, yang membentang
dengan arah barat-timur mulai dari
Cileungsi hingga ke arah timur menuju
komplek Pegunungan Sanggabuana.
Sesar Cipamingkis terletak di bagian
utara Antiklin Jatiluhur dengan jarak yang
relatif berdekatan. Seperti yang telah
dijelaskan di atas bahwa antiklin Jatiluhur
memiliki bidang sumbu yang miring ke
arah selatan atau bentuk lipatannya
condong ke arah utara. Berdasarkan pada
geometri lipatan serta tectonic transportnya,
maka
apabila
diikuti
oleh
pembentukan sesar naik, bidang sesarnya
akan miring searah dengan sumbu
lipatannya. Dengan demikian dapat
disimpulkan
bahwa
bidang
Sesar
Cipamingkis ini miring ke arah selatan
atau blok yang naik (hanging wall) berada
di bagian selatan. Selanjutnya dengan
mengacu kepada model struktur sesar naik
(thrust system) seperti yang dikemukakan
oleh Boyer dan Elliote (1982), dapat
diklasifikasikan sebagai forelimb thrust,
yaitu posisi sesar naiknya berada di depan
sumbu
lipatan
yang
ditentukan
berdasarkan pada tectonic tranport.
Jarak pergeseran vertikal (throw) tidak
diketahui namun sesar ini turut berperan
terhadap naiknya formasi batuan sedimen
Tersier ke permukaan.
Bidang lapisan batuan lainnya yang
memiliki sudut yang relatif besar dan
berhubungan dengan zona sesar naik,
seperti yang ditemukan di sepanjang
kelurusan hulu Sungai Cibeet. Di bagian
ini, Sungai Cibeet mengalir dengan dari
barat ke timur, relatif sejajar dengan pola
jurus batuan sedimen Formasi Formasi
10
Cimapag.
Dikaitkan
dengan
hasil
penafsiran struktur seperti yang telah
dijelaskan pada sub-bab sebelumnya,
diketahui bahwa kelurusan lembah sungai
ini dikontrol oleh struktur sesar.
Hasil interpretasi ini sesuai dengan
fakta yang ditemukan di lapangan, yaitu
ditemukannya
beberapa
indikasi
pensesaran berupa breksi sesar (fault
brecia); cermin sesar (slicken side), lipatan
seret dan besar sudut kemiringan lapisan
batuan yang relatif besar. Cermin sesar dan
lipatan seret berhubungan dengan sesar
naik dan sesar mendatar, sedangkan dari
nilai sudut kemiringan lapisan batuannya
yang cukup besar yaitu 50 maka
menunjukan adanya pengaruh sesar naik.
Berdasarkan pada data lapangan tersebut
di atas serta mengacu kepada model
struktur Moody dan Hill (1982), dapat
disimpulkan jenis sesarnya adalah naik,
yang selanjutnya dinamakan sebagai sesar
Cibeet.
Sesar Cibeet berada di bagian selatan
Antiklin Jatiluhur dan bedasarkan pada
gemotri lipatan serta tectonic transportnya maka kedudukan jalur sesar tersebut
berada di belakang sumbu lipatan.
Menurut Boyer dan Elliote (1982)
kedudukan
sesar
seperti
itu
diklasifikasikan sebagai back limb
thrust.
Telah dijelaskan di atas bahwa cermin
sesar yang ditemukan di daerah ini juga
menunjukan adanya sesar mendatar.
Terbentuknya sesar mendatar tersebut
bersamaan waktunya dengan pembentukan
struktur lipatan dan sesar naik. Fenomena
ini dapat terjadi karena kecepatan gerak
batuan selama proses deformasi di atas
berbeda-beda di setiap segmennya. Model
struktur seperti ini ternyata banyak
ditemukan pula di bagian baratnya, yaitu
di daerah Cileungsi. Di daerah ini banyak
ditemukan sesar mendatar dengan ukuran
yang relatif pendek yang sifatnya lokal.
Di dalam blok Jonggol, disamping
banyak ditemukan sesar mendatar lokal,
juga ditemukan jalur sesar mendatar
regional. Bukti pensesarannya ditemukan
4. KESIMPULAN
Daerah Jonggol memiliki struktur
geologi yang kompleks. Proses perlipatan
dan pensesaran pada batuan sedimennya
menghasilkan
rangkaian
perbukitan
berarah barat-timur dan oleh van
Bemmelen (1949) dikelompokan menjadi
fisiografi tersendiri, yaitu Zona Bogor.
12
13
. Morfologi Pegunungan
Sanggabuana . Foto dari Cariu Bogor
ke arah timur.
Gambar 3. Panorama sebagian morfologi di dalam blok Jonggol. a). Morfologi pedataran aluvium di dalam
lembah Sungai Cibeet dengan latar belakang perbukitan vulkanik dan intrusi batuan beku komplek
Sanggabuana. B). Morfologi pedataran aluvium dan perbukitan vulkanik bergelombang lemah di sekitar aliran
Sungai Cipamingkis. c). Morfologi kerucut intrusi granodiorit dengan latar belakang perbukitan vulkanik terjal.
d). Morfologi perbukitan bergelombang lemah dan pedataran disusun oleh batuan vulkanik muda dan aluvium
(Foto oleh Haryanto)
14
E. Granodiorit (ha)
15
Gambar 5. Gambaran pola struktur dan sebaran formasi batuan di daerah Cileungsi dan sekitarnya. Pola
sebaran Formasi Jatiluhur dan Formasi klapanunggal membentuk rangkaian perbukitan yang sesuai dengan pola
struktur lipatannya, yaitu barat-timur. Struktur lipatan antiklin dan sinklin terletak saling sejajar dengan sesar
naik. Sejumlah sesar mendatar dengan arah utara-selatan mensesarkan struktur lipatan dan sesar naiknya (Peta
Geologi Regional Lembar Bogor; Effendi, 1972; dimodifikasi).
16
Gambar 6. Pola struktur geologi di daerah Cibeet dan sekitarnya. (Peta Geologi Regional Lembar
Cianjur; Soedjatmiko, 1972; dimodifikasi).
17